[END] DEPRESSED | BINHWAN | J...

Von larasafrilia1771

53K 4.5K 529

Cerita seorang Kim Hanbin yang dipaksa harus dijodohkan dengan seorang namja pengidap depresi bernama Jinhwan. Mehr

1. Problem
2. Side to Side
3. Liar
4. Bedroom Warfare
5. Love
7. No Other
8. Begin
9. My Eyes
10. Fool
11. Your Side
12. Allow
13. Ending Story

6. Just Go (Flashback Junhwan)

3.2K 317 34
Von larasafrilia1771

GET READY.......!!!

.

.

.

.

.

.

SHOWTIME......!!!

.

.

.

.

.

.
_Depressed_

Pangutan yang semula terasa intens itu terlepas. Membuat tatapan keduanya bertemu langsung dan menimbulkan suatu perasaan yang aneh menjalar pada hati masing – masing. Hanbin tersenyum, mencoba membersihkan sisa saliva yang berada dibibir Jinhwan.

"Kau tidurlah, aku akan menemanimu disini" Tukas Hanbin pada akhirnya, membantu namja yang telah menjadi pendampingnya untuk berbaring. "Aku ingin pulang Hanbin, aku tidak suka tempat ini" Hanbin mengeluhkan itu dan ia hanya bisa menenangkannya dengan mengelus surah coklat madunya.

"Kita akan pulang OK, sekarang kau tidur dan aku akan ada di sini menjagamu"

Akhirnya Luhan mengangguk meski beberapa kali ada perdebatan kecil. Jinhwan menghela napas berat berusaha terlelap dengan Hanbin disampingnya.

Namja tampan itu menatap paras cantik dihadapannya, merasa dunia tak adil menjeratnya di dalam perasaan aneh dari sosok sempurna Jinhwan.

Sempurna, jelas itu lah yang dimiliki Jinhwan menurutnya sedangkan tentang depresi yang diidap namja cantik ini membuatnya sedikit tak yakin tentang kronologis kejadian yang diceritakan keluarga Jinhwan. Bukan ia tak percaya pada Sehun hyung, hanya saja mungkin ada sesuatu lain yang menjadi dasar Yang membuat Junhwan seperti sekarang. Hanbin tak tahu pasti, namun ia mencurigai Donghyuk.

.

.

.

.

Junhoe menatap Donghyuk yang terdiam di ruang kerjanya sedari tadi. Matanya sedikit sebam namun tetap memancarkan wajah dinginnya.

"Sudahlah, aku juga sakit hati melihatnya, tapi ya sudahlah" Junhoe pasrah, bersandar pada kursinya sebari memijit pelipis. Sudah dihadapi dengan banyak pasien hari ini dan sialnya langsung disuguhkan dengan sesuatu yang sukses membuatnya ingin mengamuk saja.

Donghyuk disana masih mengatupkan bibirnya, belum mau berbicara. Ia sedang berpikir kejam untuk segera menyingkirkan hyungnya sendiri dari Hanbin. Ia jelas tak mungkin langsung membunuh Jinhwan dengan tangannya sendiri, yang jelas ia harus bergerak cepat sebelum Hanbin benar – benar jatuh ketangan Jinhwan.

"Obat itu apa Hanbin meminta untuk menukarnya?" tanya Donghyuk akhirnya membuat Junhoe yang sedari terdiam disana mulai mengangguk.

"Ya Hanbin memintanya"

"Kau menukarnya dengan obat apa?"

Junhoe membenarkan posisi, mencoba membuka laci disana lalu meraih sesuatu untuk ia serahkan kepada Donghyuk. Namja mungil itu mengerutkan dahi, melihat obat yang ia berikan waktu itu tergeletak di atas meja didepannya.

"Buanglah obat itu, lakukan rencana lain tanpa menggunakan obat yang jelas – jelas akan memperburuk keadaan Jinhwan"

"Dan kondisi Jinhwan sudah benar – benar buruk sekarang asal kau tahu Junhoe" Donghyuk mengambil obat disana, melemparnya ke tempat sampah di ujung sana sedangkan Junhoe menatap tak minat ke arah Donghyuk. Hatinya memang sangat menginginkan Jinhwan, namun ia merasa bodoh karena telah menyetujui perintah Donghyuk untuk menukarkan obat Jinhwan dan sekarang ia sadar rencana itu hanya akan merusak namja yang ia cintai saja.

"Dan aku tak ingin kondisi Jinhwan semakin buruk" Tukas Junhoe, kembali bersandar pada kursinya, terpejam menghiraukan Donghyuk yang mendecih disana.

Jadi sekarang Junhoe telah menyadari kebodohan dirinya sendiri untuk rencana ini. Donghyuk hanya bisa tertawa di dalam hatinya. Bisa dibilang meremehkan juga mengingat Junhoe yang setuju saja saat dirinya menyuruh untuk menukarkan obat tersebut. Jelas – jelas namja tinggi itu adalah seorang dokter, kenapa bodoh sekali.

"Baiklah jika itu maumu. Aku akan mengganti rencananya, kau hanya duduk nyaman ditempat dan saksikan apa yang terjadi nanti. Tanpa obat tanpa melakukannya dengan tanganku sendiri"

Junhoe yang mendengar itu hanya terdiam pasrah ditempat. Terserah apa mau namja bernama Donghyuk itu, ia tak peduli asalkan Jinhwan baik – baik saja.

Donghyuk segera pergi dari ruangannya. Meninggalkan Junhoe yang masih betah bersandar pada kursi kerja. Namja tinggi itu sedang lelah hari ini. Menghadapi banyak pasien hingga menghadapi kenyataan yang terjadi, saat namja yang masih dicintainya tengah berciuman dengan seseorang yang lain selain dirinya. Membuat Junhoe ingin sekali mengulang apa yang terjadi dulu, dimana ia dan Jinhwan masih memiliki hubungan waktu itu.

.

_Flashback JunHwan_

Junhoe sang ketua OSIS sudah siap siaga di depan pintu gerbang masuk. Sudah menjadi kewajibannya untuk memeriksa kerapihan setiap siswa maupun siswi di sekolah ini, karena selain para seksi yang ada ia pun turut andil didalamnya.

"Hey hey kemari!" Titahnya pada seorang junior yang tak memakai jas almamater dan hanya menentengnya saja, dia pikir sekolah miliknya apa.

"Jasmu hey pakai disini" Sang Junior hanya bisa mendengus, memakai jasnya yang tadi hanya di tentengnya. Kenapa ia harus memakai jas panas seperti ini pikirnya, membuat Junhoe tersenyum melihat reaksi sang junior.

"Jangan mendengus seperti itu, kau seperti banteng Hanbiniee"

Hanbin disana menatap jijik ke arah hyungnya, panggilan apa tadi menjijikan sekali.

"Dasar hyung bodoh" Junhoe yang tersenyum sejak tadi seketika ingin melayangkan pukulannya jika saja namja pucat itu masih ditempat, namun sayang adik kurang ajarnya telah lari terburu – buru menuju kelasnya. Menghiraukan dirinya yang mengumpat mengatai bodoh kepada sang adik.

"Kak giliranku"

Ia segera kembali terfokus pada para siswa yang berjajar panjang disana. Menghiraukan Hanbin tadi, ayolah Junhoe sabar tunggu saja nanti dirumah ucapnya dalam hati. Terus seperti itu hingga bel pertama berbunyi membuat siswa yang ada telah memasuki kelasnya masing - masing bersama Junhoe yang kini mulai melangkah pergi dari gerbang yang kini mulai ditutup oleh satpam.

"HEYYY TOLONG BUKAKAN GERBANGNYA"

Teriakan seseorang membuat Junhoe seketika menoleh, mendapati seorang namja dengan ransel berwarna biru itu tengah berusaha memohon pada satpan agar dibukakan pintu.

"Ingat ini sudah jam berapa nak, kau tak boleh masuk" Ucap sang satpam.

"Ya ajusshi, tolonglah aku hanya terlambat beberapa menit saja kenapa kau tega sekali" Namja yang baru datang itu mengerucutkan bibirnya, keringat membanjiri sebagian pelipisnya kenapa sang satpan tidak kasian melihatnya.

Satpam itu menggeleng, menoleh ke arah Junhoe sang ketua OSIS yang kini mulai melangkah mendekat. Mencoba lebih jelas menatap namja yang terlambat itu.

"Ajusshi sepertinya ia hanya terlambat beberapa menit saja" Jinhwan namja itu tersenyum saat mendengar ucapan tadi. Benar, ia hanya terlambat beberapa menit saja.

"Ya ajusshi, dengar itu " Junhoe tersenyum menatap namja itu, wajahnya cantik dengan bulu mata yang lentik pula. Benar – benar tipenya sekali.

Sang satpam segera membukakan gerbang, memberi jalan masuk bagi si namja cantik itu untuk masuk. Jinhwan hanya bisa membungkuk terimakasih di hadapan sang satpan maupun Junhoe. Membuat namja tinggi itu menggeleng menatap punggung yang kini mulai menghilang. Pertemuan pertama yang membuat Junhoe membatin sendiri. Sesuatu yang tak bisa diucapkan dengan kata – keta yang jelas ia menyukai namja tadi untuk pertama kali dalam hidupnya.

.

.

Dua minggu kemudian...

Hari itu siswa maupun siswi kelas dua tengah mengikuti acara perkemahan di sebuah daerah dekat pegunungan. Bersama dengan para petugas OSIS selaku penyelenggara, mereka berbondong bondong berjalan menuju lokasi perkemahan. Masing – masing kelas kelompok memasang tendanya, memang sedikit kesusahan dan namja cantik yang kini tengah mematok sesuatu mendengus, menghapus keringatnya karena sedari tadi tenda mereka belum juga selesai.

"Nampaknya kau kesusahan, sini biar aku bantu" Seseorang dengan cepat mengambil alih pekerjaan Jinhwan. Membuat namja cantik itu segera bergeser, lalu melihat siapa yang kini berada didekatnya.

Junhoe disana masih sibuk membuat lubang untuk patok, sedangkan Jinhwan hanya diam melihat pekerjaan namja yang berbeda satu angkatan dengannya.

Junhoe melakukan itu dengan sangat baik, dibantu dengan kelompok Jinhwan yang lain akhirnya tenda pun selesai. Membuat Junhoe tersenyum puas akan kerja sama mereka.

"Wah tendanya selesai juga" Jinhwan berucap ceria membuat Junhoe menoleh, tersenyum melihat ekspresi Jinhwan yang sangat Lucu.

"Kau suka?" Jinhwan segera mengangguk, menoleh seketika hingga tatapan keduanya bertemu. Mereka terdiam sesaat saling menatap, hingga suara intrupsi dari seseorang membuyarkan semua lamunannya.

"OK, jika ada apa – apa kau bisa panggil aku"

Potong namja tampan itu membuat Jinhwan mengangguk, tersenyum sekilas saat ia mulai pergi dari tempat itu. Jinhwan hanya terdiam sambil mengikuti kemana punggung itu pergi. Bukankah namja tadi adalah sang ketua OSIS?

Jinhwan tersenyum mengingatnya, membuat semburan merah terpancar pada pipi itu. Sang ketua OSIS bernama Junhoe yang memperbolehkannya untuk masuk ketika satpam melarang. Namja tinggi yang sukses membuat hatinya menghangat saat melihat wajahnya.

.

.

.

Jinhwan kini tengah bersama kakak kelasnya di laboratorium. Namja mungil itu tengah menanyakan beberapa laporan yang sebentar lagi harus ia kumpulkan. Dan untungnya Jinhwan mengenal salah satu kakak kelasnya yang lumayan dekat dengannya. Ya, siapa lagi jika bukan Bobby.

"Lu, ada kado untukmu"

"Dari siapa?"

Namja tinggi bernama Hyungwoon menaikkan bahu tanda jika dia tak tahu. Namja cantik yang tengah sibuk menulis berhenti sejenak, meraih kotak berwarna merah itu ketangan. Menatap sekilas Bobby yang mempersilahkan dirinya yang penasaran dengan isi kado tersebut. Hyungwoon bilang ini untuknya, dengan ragu – ragu ia membuka kado tersebut karena setahunya hari ini ia tidak berulang tahun.

"Kotak musik?" Monolog Jinhwan membuat Bobby ikut menatap benda itu. sedangkan Hyungwoon nampak berpikir.

"Siapa yang mengirimkan ini?"

"Entahlah aku tak mengenal wajahnya" Bohong Hyungwoon saat itu. Ia jelas tak akan memberi tahu siapa pengirim kado ini kepada Jinhwan. Ini rahasia ingat.

Jinhwan mencoba meraih kertas yang ada di dalam kotak itu, membuka lalu membaca setiap kalimat yang tertulis disana.

"Atap pulang sekolah!"

Segera ia memasukkan kembali benda di dalamnya. Penasaran, Jinhwan sangat ingin mengetahui siapa pengirim kado ini. Tapi masalahnya apakah ia harus datang sepulang sekolah nanti?. Ia takut terjadi sesuatu, tapi ia sangat penasaran bagaimana ini. Dan Jinhwan hanya bisa berpikir untuk ini. Jika ia tak datang nanti, seratus persen ia tak akan mengetahui sosok misterius itu. Tapi_

"OK aku harus datang nanti"

"Mwo?"

Jinhwan yang tak sadar dimana dirinya sekarang sontak memukul dahinya sendiri. Ia tersenyum kikuk pada Bobby disebelahnya. Aishh gara - gara kado ini buyar semua yang Bobby ajarkan.

"Ani, maksudku nanti aku akan datang ke kelas" Ucapan itu nampaknya membuat Bobby gemas. Ia tahu Jinhwan berbohong. Maka saat itu Bobby mengusap kepalanya lembut. Entah bermaksud apa dan hal itu membuat Jinhwan malu.

"Yasudah kita belajar lagi"

.

.

Sepulang sekolah ...

Jinhwan dengan tas ranselnya sedikit berlari menuju atap. Tulisan seseorang pada surat tadi semakin membuatnya penasaran. Apakah benar ia memiliki penggemar rahasia, atau apa itu namanya tapi yang jelas ia penasaran, dengan nyali yang besar ia memenuhi janji itu meski pada dasarnya nyalinya tak seberapa untuk bertemu dengan seseorang asing.

Setibanya ia disana ada seorang namja memunggunginya. Dengan perawakan yang tinggi Jinhwan dapat melihat jika sosok itu adalah orang yang mengiriminya kado, karena disini tak ada orang lain selain mereka.

Jinhwan ingin berucap sebelum seseorang itu tiba – tiba menoleh. Mata sipitnya melebar sempurna menatap siapa yang kini berada di hadapannya. Junhoe sang ketua OSIS? Apa ia tidak salah?.

"Emm, maaf sepertinya aku salah orang" Segera ia berbalik arah, tidak mungkin jika sang ketua OSIS yang mengirimnya kado tadi. Ini jelas hanya lelucon menurutnya hingga suara seseorang membuatnya terhenti saat sedikit lagi ia mulai meraih pegangan tangga.

"Kau mencari pengirim kado itu bukan?"

Jinhwan menoleh, bertemu pandang dengan sosok tinggi disana. Sesuatu membuat dadanya bergemuruh, membuat semburan merah kembali terpancar saat mata mereka saling menatap satu sama lain.

"Sang pengirim kado ada di sini. Atap pulang sekolah" Ucap Junhoe mulai mendekat ke arah Jinhwan disana. Menarik perlahan lengan itu untuk mendekat kearahnya. Ia tak ambil pusing malah menurut saat dirinya kini telah berada di dekat Junhoe.

"Emm sunbae yang mengirim kado ini?" Tanya Jinhwan dan Junhoe mengangguk.

"Lalu untuk apa kado ini? Karena ulang tahunku bukan hari ini sunbae"

Junhoe yang mendengar penuturan itu seketika ingin tertawa, melihat betapa polos namja cantik dihadapannya ini.

"Bukan seperti itu cantik, tapi maukah kau jadi_ akh maksudku aku menyukaimu dan ingin kau menjadi kekasihku"

Susah payah Junhoe mengatakan itu, sedikit berkeringat juga karena ini adalah kali pertamannya ia seperti ini. Jinhwan adalah cinta pertamanya, dan ia sangat takut jika Jinhwan akan menolak.

Jinhwan hanya terdiam dengan bibir yang sedikit menganga karena terkejut. Jelas terkejut karena baru pertamanya ia menerima pernyataan cinta seseorang.

"Sunbae" Junhoe sudah pasrah jika ia ditolak sekarang, tapi Junhoe mohon ia belum siap menerima penolakan. "Jika kau menanyakan apa alasannya, aku akan menjawab aku menyukaimu tanpa alasan" Jinhwan semakin ternganga, ia tak sanggup untuk berkata sekarang.

"-Aku siap menerima penolakan" Ucapan tegas namun pasrah Junhoe membuat Jinhwan yang manatapnya tersenyum geli. Lucu sekali seorang ketua OSIS dimatanya ini. Junhoe sunbae yang sangat tampan.

"Siapa bilang aku menolak sunbae" Ucap namja cantik itu telak membuat Junhoe terpaku disana. Menatap lekat mata pria cantik disana yang tengah tersenyum kearahnya. Jinhwan adalah cinta pertamanya, pengalaman yang baru ia rasakan sekarang.

"Jadi_ Oh ya tuhan bagaimana ini?" Junhoe berbicara bada dirinya sendiri, tak kuasa menahan bahagianya sekarang. Ia bingung mau melakukan apa, tidak mungkin mereka berpelukan karena Junhoe tidak mau Jinhwan kaget hanya karena itu.

Jinhwan yang terdiam hanya bisa tersenyum melihat namja yang kini telah menjadi kekasihnya. Namja cantik itu merasa bermimpi sekarang, tak pernah membayangkan jika ada seseorang yang menembaknya seperti tadi.

.

.

Hari berganti – hari, bersama dengan hubungan mereka yang telah lama berjalan. Tidak terasa sekarang Junhoe tengah berada di semester akhir, sedang sibuk – sibuk untuk mempersiapkan segala ujian yang akan dilakukannya nanti.

Junhoe yang kini tengah berada di perpustakaan seketika menoleh kesamping, menatap sosok cantik yang kini berada di sebelahnya. Ia sudah berjanji untuk bertemu di perpustakaan jam istirahan pertama.

"Kau akan kuliah di jurusan apa nanti?" Tanya Luhan padanya, menyerahkan kotak balok ke arah namja tinggi tersebut.

"Mungkin kedokteran" Jawab Junhoe sambil meraih kotak itu, membuka lalu mendapati sebuah garpu di dalamnya "—Garpu?" Anggukan diterimanya sebelum Jinhwan menjelaskan maksudnya memberikan benda itu. "Besok hyung akan ujian, ku harap nanti hyung menjawab soal dengan benar juga yakin, seyakin hyung menusukan makanan menggunakan garpu ini" Penuturan itu membuat Junhoe semakin takut kehilangan Jinhwan. Entah kenapa perasaannya tak tenang sejak tadi, takut sesuatu buruk terjadi kepada mereka.

"Gumawo Jinhwan"

.

.

.

"Tidak kah itu terlalu jauh, aku ingin kuliah di Korea saja"

"Dengar, Appa akan sangat bangga jika kau menyetujui pilihan Appa. Kau harus kuliah di luar negeri karena telah menolak untuk meneruskan kuliah bisnis demi perusahaan, jadi kau harus menyetujui ini" Junhoe hanya bisa pasrah untuk ini. Menatap kosong ke arah lantai bersama dengan hentakan sepatu yang mulai meninggalkannya.

Tak ada yang bisa membatah kemauan sang Appa untuk ini, membuatnya bimbang harus memilih. Bukan pilihan tepatnya, karena sekeras apapun ia menolak semua itu tak akan terkabulkan. Appanya sangat keras kepala, semua yang ia inginkan harus terkabul termasuk untuk ini.

"Jinan, maaf"

.

.

Hari dimana ujian akan berlasung telah didepan mata. Dengan diantar menggunkan mobil mewah Junhoe turun bersamaan dengan kedua orang tuanya yang hadir untuk memberikan semangat. Ia berusaha tersenyum ke arah kedua orangtuanya. Lupakan sesaat kegundahan hati karena ia harus fokus sekarang.

"Berikan yang terbaik untuk kami" Junhoe mengangguk, menatap sekeliling untuk mecari seseorang yang ia rindukan. Jinhwan dimana kau?

Mata besarnya mencari sosok itu, hingga terhenti di sisi kerumunan orang – orang disana. Dengan menggunakan mantel berwarna abu – abu, serta kupluk pemberiannya, namja cantik itu memegang barner bertuliskan "JUNHOE SEMANGAT" disana. Segera ia mengahmpirinya, menerima senyuman hangat dari sosok yang ia cintai.

"Kenapa kau tak memakai syal? Disini dingin" Ujarnya, membuat Jinhwan tertawa sambil memegang barner ditangan, bermaksud memamerkan.

"Aishh, kau ini" Tangannya membenarkan kupluk itu, menyentuh pipi itu yang sebenarnya ingin sekali ia kecup sekarang.

"Cepat masuk sekarang hyung, aku mencintaimu" Ucap lantang Jinhwan membuat Junhoe tersenyum geli. Lucu sekali kekasihnya ini pikirnya.

Ia segera bergegas untuk masuk, meninggalkan Jinhwan yang tersenyum kearahnya, mengepalkan lengan memberi semangat hingga kepalannya berubah melambai kearahnya, membuat senyuman itu memudar seketika. Ia merasa lambaian yang diberikan adalah lambaian selamat tinggal untuk mereka. Junhoe membatin, tak menatap kembali kebelakang karena entah kenapa ia sakit melihat Jinhwan melambaikan tangannya seperti itu. Ia terus berjalan untuk pergi, meninggalkan Jinhwan yang sudah tak tersenyum lagi disana.

.

.

Di taman belakang sekolah di musim dingin ini Jinhwan terduduk di kursi taman. Menunggu seseorang sebari kedua tangannya ia gosokkan secara bergantian. Jinhwan terduduk di sana dengan barner yang sengaja ia bikin sendiri untuk Junhoe seorang. Ia tersenyum menatap tulisan di kertas berwarna putih itu. Di hari ini ia akan mengucapkan sesuatu pada Junhoe untuk terakhir kalinya. Jinhwan telah mempersiapkan ini semua, demi kebaikan mereka bersama.

"Maaf aku terlambat" Ucap namja tinggi yang baru datang itu, mengatur napasnya disana kemudian tersenyum saat mereka telah duduk bersebelahan.

"Selamat atas kelulusanmu hyung"

"Ah ne, Gumawo. Itu berkatmu juga" Mereka saling melempar senyum, tak mengetahui jika sebentar lagi akan ada seseorang yang akan mengucapkan selamat perpisahan.

"Ku harap nanti hyung bisa sukses serta bahagia" Junhoe disana hanya bisa menatap dari samping wajah itu, menatapnya lekat seolah esok tak akan bisa lagi untuk sekedar melihatnya. "—Belajarlah denga giat hyung karena aku selalu mendukungmu, apapun keputusanmu demi kebaikanmu juga hyung" Jinhwan selesai mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan untuk Junhoe hingga tatapan mereka bertemu membuatnya tak bisa untuk berkutik.

"Jinan, apakah kau sudah tahu?"

Namja cantik itu mengangguk, tersenyum seperti dipaksakan Junhoe sangat tahu itu.

"Mungkin itu yang terbaik, walaupun kita berpisah tapi kau harus yakin aku akan selalu mendukungmu hyung" Junhoe menggeleng, ia tak ingin mendengar apapun lagi dari mulut Jinhwan, sudah cukup.

"Jadi aku pikir hubungan kita dicukupkan sampai disini, maaf karena aku tak bisa melakukan apupun untuk ini"

"Nan kau bicara apa?, jangan bercanda aku tak mau hubungan kita berakhir sekarang. Kumohon" Junhoe disana tak bisa membendung lagi kesedihannya, meski tak menangis dihadapan Jinhwan sekarang.

"Jika kita berjodoh, Tuhan akan mempersatukan kita kembali percayalah" Jinhwan berdiri dari kursinya, menyerahkan barner yang setia sedari tadi berada di pegangannya untuk namja tinggi itu pegang. Junhoe tak bergeming saat lambaikan itu kembali diberikan untuknya.

"Jinhwan"

"Selamat tinggal hyung"

Kini Junhoe tak bisa lagi untuk sekedar mengejar Jinhwan kembali kedalam pelukannya. Namja itu beranjak meninggalkan Junhoe sendiri disana dengan luka hati yang dalam sebari memegang gulungan kertas itu. Jinhwan terus berjalan sedikit berlari bersama dengan salju yang turun cukup lebat disana, ikut membekukan hati Junhoe sekarang yang kini hanya bisa mematung ditempat. Ingin rasanya ia mengejar Jinhwan yang kini semakin jauh dipandangannya, namun tubuhnya kaku seakan rela melepaskan cinta pertamanya yang sangat ia cintai disana. Salju turun semakin lebat, membawa Junhoe untuk ikut terjatuh bagai buliran salju bulan ini.

"Jinhwan, maafkan aku"

.

.

_Dibandara_

"Jaga dirimu disana"

Junhoe mengangguk menatap satu persatu anggota keluarganya yang mengantarkan dirinya menuju bandara sekarang.

"Hyung aku akan menyusulmu nanti" Ujar sang adik -Hanbin- yang hanya berbeda setahun dengannya. Junhoe tersenyum, mengusap surai hitam sang adij yang nampak terlihat sepantar dengannya.

"Ne, kau jangan nakal disekolah OK"

"Baiklah"

Untuk semua yang pernah ia lakukan di negeri ini. Junhoe patut berbahagia, telah membawanya kedalam kehidupan layak di negeri ini. Membatin sendiri, merelakan segala sesuatu yang pernah terjadi disini, bersama namja cantik yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya.

Waktu telah menunjukkan keberangkatan, Junhoe bergegas masuk ke dalam. Melambai ke arah keluarganya tanpa mengetahui ada seseorang di seberang sana yang menatap kearahnya. Suara isakannya teredam dengan masker hitam yang ia gunakan berserta kacamanya. Ini terakhirnya ia melihat mantan kekasihnya pergi, biarkan saja ia nampak pengecut sekarang, Jinhwan tak peduli asalkan ia tak menangis dihadapan namja itu.

"Selamat tinggal untuk terakhir kalinya"

.

.

.

_Flashback End_

.

.

.

.

.

.
_Depressed_

Jinhwan terbangun pagi – pagi sekali, mengagetkan Hanbin yang tengah membereskan barang – barang miliknya. Namja cantik itu sontak menghampiri Hanbin, memeluk dengan cepat tubuh namja tampan disana.

"Jinhwan kau kenapa?" Ujar Hanbin sambil mengelus punggung yang bergetar itu. Jinhwan tak bergeming malah semakin mengeratkan pelukannya. Ia teringat kejadian dulu, disaat dirinya masih duduk di SHS bersama dengan ingatan yang sangat tak ingin ia pikir kembali.

"Hanbin aku mencintaimu"

Mendengar ucapan itu membuat Hanbin tersenyum. Ia menghadap Jinhwan, menangkup pipi itu seraya menerka.

"Kau memikirkan sesuatu?"

Jinhwan mengangguk dan itu membuat Hanbin memeluknya seketika.

"Jangan banyak memikirkan apapun. Semuanya baik - baik saja. Kau bersamaku sekarang"

Jinhwan tersenyum dalam dekapan itu. Sejujurnya ia takut. Satu persatu ingatan itu kembali. Membuatnya ingin menangis saja. Kejadian dulu teringat kembali dan membuat sebuah rasa bersalah untuk dirinya sendiri.

Entahlah ia tak mengerti. Ucapan Hanbin memang benar, ia tak perlu memikirkan masalalunya kembali. Sekarang ia memiliki Hanbin yang akan selalu berada disisinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kedua namja tampan itu nampak sedang berbincang di kantin rumah sakit. Mengingat besok ia akan menjemput sepupunya yang tengah di rawat di rumah sakit ini.

Junhoe masih mencerna semua yang baru saja ia dengar. Ahh rasanya dunia memang sangat sempit.

"Jadi Yunhyeong adalah sepupumu?" Pertanyaan itu membuat Bobby mengangguk. Raut wajah terkejutnya membuat Bobby menatapnya bingung.

"Memangnya kenapa?"

Junhoe menggeleng. Tidak seharusnya ia berlebihan seperti ini. Ia seharusnya cukup tahu saja.

"Ani, aku baru tahu. Kau tak pernah menceritakan Yunhyeong"

"Memang, menurutku itu tak penting"

Keduanya kembali membahas topik lain, tak ingin membahas Yunhyeong. Nanti Bobby akan mencurigainya. Meskipun hatinya memang masih cukup kaget mengetahuinya.

Bobby menyesap tentang sesaat sebelum ia bertanya. Hampir ia lupa untuk mengorek lebih dalam dimana Jinhwan sekarang. Barangkali Junhoe tahu.

"Ohh iya Jun, bagaimana dengan Jinhwan. Aku benar - benar rindu padanya"

Junhoe sontak terdiam. Ia ikut menyesap teh nya. Sedikit menimang akan mengatakan apa namun yang jelas ia tak sanggup memberi tahu Bobby sekarang.

"Emmm.. aku kurang tahu"

Merasa tidak puas dengan jawaban itu Bobby mengeryit. Junhoe sendiri nampak sibuk dengan ponselnya sebelum sahabatnya itu pamit dan meminta maaf padanya.

"Ahh..Bob aku harus kembali bekerja. Lain kali kita bahas lagi. Sorry Bung"

Punggungnya ditepuk beberapa kali. Ya, Bobby hanya bisa mengangguk, ia mengetahui bagaimana sibuknya Junhoe sekarang. Meski hal itu membuatnya semakin menaruh curiga pada sahabatnya tersebut. 

Sepertinya ia harus mencari sendiri informasi tentang Jinhwan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


TBC

.

.

.

.

.

Hanya ingin vomment kalian guys hehe. Dan jangan bosen - bosen ama ff ini ya.
Untuk flashbacknya sorry kebanyakan Junhwan, ini cuma mau Merangin masalalunya aja gitu.

Kalo kurang greget sorry ya, aku disini cuma curahin apa yang ada di pikiranku jadi sebuah cerita. Kalo jelek ya ini hasil karyaku. Yang suka silahkan vomment kalo gak ya mending gak usah. Cari Ama ya wkwkwkwk...


Samvok liat mukenye Hanbin wkwkw

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

75.5K 7.6K 17
[Complete] Hanya kisah Hogwarts di tahun ke-4, di mana pandangan Harry Potter kepada Draco Malfoy berubah saat ia mengalami mimpi aneh. Dari sana pul...
1.8K 173 6
"Ayo, kita gelud saja!" Tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari mulut Seungri. Jangan mengira hanya karena Seungri kekasih seorang ketua gengster a...
936K 40.8K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
1.8K 99 11
Kisah tentang musuh yang saling jatuh cinta. oh ayolah itu membuat Harry jadi gila, karena tau Malfoy mencintai nya.