Senyuman Palsu

By jijiedae

5.3K 274 21

Ridho Aryan, pria dua puluh enam tahun yang masih saja belum bisa melupakan sosok Dewi Nurmala. Gadis yang di... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Enam
Tujuh
Delapan

Lima

159 9 0
By jijiedae

Hubungan asmara Ridho terakhir kali memang sudah terlampau lama. Pria itu masih mengingat detail bagaimana hubungannya yang begitu menyenangkan malah mengharu biru. Ia mengusap wajahnya kasar. Tentu kejadian itu tidak boleh terulang lagi, bukan? Kisah yang sebenarnya ingin sekali Ridho lupakan tetapi belum pernah bisa beranjak barang sedikit pun dari memorinya yang tajam. Andai gadis itu tahu bahwa usahanya selama ini begitu keras, tentu ia tidak akan mengambil keputusan serupa. Dewi Nurmala.

Termenung sendirian di balkon kamarnya seorang diri memang terlihat sangat mengenaskan. Terlebih saat sebuah bayangan melintas di matanya. Bohong jika Ridho tak mengenali sosok itu. Lebih dari empat tahun mereka mengenyam pahit-manisnya pacaran, tentu tak semudah itu ia melupakan. Bahkan ketika mata mereka tak sengaja bertemu—akibat mata sang gadis yang suka berpendar, membuat Ridho mematung seketika.

"Dew...," lirihnya, nyaris tanpa suara.

Seolah tahu apa yang diucapkan Ridho, gadis itu tersenyum simpul lalu melanjutkan langkahnya tak memedulikan pilu yang dirasakan sosok pria yang termenung di jendela.

Hendak kaki Ridho melangkah untuk mengejar sosok itu, Zia—sang ibu sudah tersenyum hangat di pintu kamar.

"Ada apa, Nak?"

Ridho menggaruk tengkuknya, lalu menghela napas keras dan memilih duduk di kasur bersprei abu-abu miliknya. "Bukan apa-apa, Ma. Ridho hanya sedang mengingat masa lalu," jujurnya pilu.

"Dewi?"

Ridho mendongak menatap sang ibu, lalu mengangguk pelan tak mau berkomentar.

"Mama tahu kalau dia baru pindah dari Makassar beberapa minggu yang lalu. Kau sudah bertemu dengannya?"

Ridho mengangguk lagi.

Zia mendekati sang anak, lalu dirangkul putra semata wayangnya dengan sayang. "Allah lebih tahu mana yang baik dan buruk, Nak. Bukan mama tidak suka dengannya. Tapi akhir dari hubungan kalian tentu sudah menjadi jawaban bagimu dan mama."

Ridho menunduk, memilih beringsut untuk memeluk sang ibu. Sudah lama rasanya ia tidak bermanja-manja pada Zia. Ridho nyaris saja melupakan harum tubuh sang ibu jika hari ini tidak pernah ada.

"Bagaimana jika Ridho ditakdirkan tidak memiliki jodoh, Ma?" tanya lelaki itu dengan raut sedih. "Mengingat banyaknya gadis yang selalu memutuskan untuk menjauh dari Ridho," lanjutnya memberi penjelasan.

Zia terkekeh pelan, tangan lembutnya mengacak rambut sang anak gemas. Ridho masih tetap menjadi putra kecilnya yang menggemaskan, tak peduli berapa usianya saat ini. Di mata Zia, Ridho tetaplah putranya yang butuh tuntunan.

"Anak mama tertampan, tentu Allah tidak menyia-nyiakannya, bukan? Kau lelaki tampan, mandiri, taat beragama, berbakri pada orangtua. Apalagi? Ini hanya masalah waktu, Nak. Jangan berkecil hati. Siapa tahu Allah menyimpan sosok wanita terbaik untukmu."

Perlahan senyum itu terbit dari bibir Ridho. "Aaaamiiiin, Ma."

Zia mengacak rambut Ridho sekali lagi. "Sudah, mandi sana! Setelah ini kita makan siang."

"Iya, Ma."

***

Minggu siang kali ini teriknya lebih meyengat dari biasanya. Khikam yang suka keluyuran dengan motor, kali ini memilih menggunakan mobil untuk bertemu seseorang di Starbucks Paragon Semarang. Setelan casual andalannya sudah siap untuk memporakporandakan hati para gadis. Berbekal seadanya, Khikam turun dari mobil bergegas menuju ke tempat janjian.

"Khikam!" Seseorang memanggilnya sambil melambaikan tangan.

Senyum memesona Khikam langsung terbit melihat seseorang yang memanggilnya. "Woah, sudah datang saja lo!" Ia memeluk sosok itu lalu segera duduk di kursi kosong lainnya.

"Ehmm ... pesawat gue tepat waktu. Tentu didukung dengan antusiasme yang tinggi, Kham," ujarnya berkelakar.

Khikam tertawa keras, menimpali sosok yang sudah lama tak dijumpainya itu.

"Ehem ... apa kabar si Ridho, Kham?" tanya sosok berkaus Mickey Mouse dan jeans panjangnya.

Khikam menghela napas, lalu menggaruk rambutnya yang tiba-tiba terasa gatal. "You know him so well. Itu anak memang suka berlarut-larut dalam kesedihan kayaknya. Belum lepas dari Dewi, gadis lain muncul dan lagi-lagi bikin dia galau," cerita lelaki gaul itu singkat. "Andai lo nggak pindah ke Bali, tentu dia nggak sampai begini, Nya."

Anya—teman seperjuangan Khikam dan Ridho hanya terkekeh mendengar cerita dari sang sahabat.

"Ada, nggaknya gue, itu nggak berpengaruh, Kham. Hasrat buat musnahin kalian berdua masih terngiang-ngiang di benak gue. Tapi sekali lagi, kalian terlalu berharga untuk hidup gue. Nggak setahun, dua tahun kalian hidup bersama gue. Tentu pilihan untuk pindah itu sangat berat," ujar Anya mulai serius. "Memilih menikah lebih dulu itu sudah menjadi keputusan gue. Suami gue memang mungkin sedih punya istri macam ini, tapi gue sadar, dia memiliki segudang kesabaran untuk cinta. Termasuk Ridho, Kham. Dia punya alasan mengapa begitu. Untuk lo yang suka gonta-ganti cewek, tentu nggak pernah merasakan hal serupa. Cinta yang tertanam di benak kita, nggak semudah itu untuk dicabut dan dibuang," terang wanita itu panjang lebar.

"Terus gue kudu gimana ke Ridho? Kadar kewarasannya kadang sudah melebihi batas, Nya. Bahkan gue dengar, kemarin dia menerima rencana perjodohan Mama Zia untuknya."

Anya tertawa lagi, kali ini lebih lepas. "Lo tanya nggak wajah gadis yang mau dijodohin sama itu anak?"

Khikam menggeleng pelan.

"Standar Ridho itu tinggi, Kham. Serius! Nggak sembarang cewek bisa mengambil hatinya. Gue yakin, cewek itu cantiknya minta ampun. Setipe mungkin sama Dewi," beritahu Anya lagi.

"Ahh ... gue merasa gagal jadi sahabat Ridho kalau ketemu lo, Nya. Bahkan lo lebih mengenal dia luar dalam, bahkan yang terdalam."

Anya menjitak kepala Khikam keras. "Sial lo!"

Khikam hanya mencibir saja, memilih menyeruput Americano dingin yang dipesankan Anya untuknya.

"Anak lo, gimana kabarnya?"

"Yang mana? Yang di Bali, atau yang diperut gue?"

Khikam melebarkan mata syok. "WHAT?! Lo hamil lagi?"

Anya tertawa saja melihat respon sang sahabat. Tentu Khikam syok mendengarnya hamil lagi. Sebab anak sulungnya masih berusia setahun.

"Habis lahiran yang ini, KB dong, Nya! Gila, rajin banget bikinnya!" Ciri khas Khikam yang blak-blakan mulai terlihat.

"Nggak usah keras-keras, Khikam! Lo mau ngasih informasi ke seluruh pengunjung kalau gue sering begituan sama suami, hah?!"

Khikam mengembungkan pipinya, lalu menopang dagu tampannya. "Apa nikah itu enak?"

"Kalau nggak enak, tentu gue nggak hamil lagi, kan?" jawab Anya enteng.

"Sial lo, Nya!"

"Hahahaha."

***

"Nada...." Gadis berwajah manis itu sudah menopang wajahnya di atas meja sambil menatap teman dekatnya dengan raut aneh.

"Risa, kau sudah sejak pagi merajuk seperti itu. Apa tidak lelah?" tanya Nada, sedikit risih dengan tingkah Risa yang tidak biasa.

"Kenalkan aku ke pria berdenim itu, ya? Siapa namanya? Ah ... Ridho. Ya, ya, ya?"

Nada menghela napas pelan, lalu melipat kedua tangan di atas meja. "Aku kan sudah memberikan nomor ponselnya padamu. Kurang apalagi?"

"Masak iya tiba-tiba menghubungi lalu minta kenalan? Yang benar saja!" cibir Risa pendek. "Iya, mentang-mentang sudah punya calon, lupa kalau temannya masih jomblo dan membutuh jodoh secepatnya."

"Astaghfirullah, Risa. Tidak seperti itu. Duh, aku jadi tidak enak denganmu kalau begini. Aku harus bagaimana? Mas Ridho dan aku sudah jarang berkomunikasi. Beliau sepertinya sibuk dengan usahanya, dan kau tahu aku juga sedang sibuk dengan anak-anak dan persiapan akreditasi," jawab Nada, berusaha sabar.

Risa memajukan bibirnya, lalu segera menegakkan tubuh. "Baiklah. Aku akan menahannya sampai takdir benar-benar mempertemukan kami kembali."

Nada tersenyum mendengar ucapan Risa yang sedikit dewasa. "Tentu. Allah akan mendengar doamu, Risa. Kau tenang saja."

To Be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

39.5K 4.9K 41
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...
3.8M 83.7K 52
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
38.8K 3.7K 24
⚠️ Region BL. Yang Homopobia silahkan menjauh ⚠️ Bagi Aklesh hidup nya terasa monoton, tidak ada tantangan atau pun kisah menarik didalam catatan hid...
91.4K 6K 20
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...