IMPOSSIBLE

By diviana90

614K 20K 901

⚠ Cerita Completed, silahkan Follow sebelum membaca ⚠ Lucita Maheswari seorang penyiar radio, mendadak mempun... More

Bab 1 - Siaran Radio
Bab 2 - Kecelakaan
Bab 3 - Kejadian Aneh
Bab 4 - Penglihatan Aneh
Bab 5 - Siaran Radio
Bab 6 - Depresi
Bab 7 - Wanita Berbaju Merah
Bab 8 - Dia Mengikuti
Bab 9 - Kasus Pembunuhan
Bab 10 - Kerjasama
Bab 12 - Terungkap
Bab 13 - Misi Selesai
Bab 14 - Hantu Sialan!
Bab 15 - Job Tambahan
Bab 16 - Siapa Dia?
Bab 17 - Meeting
Bab 18 - Go Green
Bab 19 - Kisah Misteri
Bab 20 - Hantu Tampan
INFO

Bab 11 - Penyidikan Kasus

9K 910 33
By diviana90


Bab 11 – Penyidikan Kasus

-Author POV-

Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya, Lucita dan Rian segera tancap gas menuju sebuah cafe bernama Uno, wajah Lucita masih terlihat sangat pucat membuat Rian khawatir. Rian mengurangi kecepatan mobilnya, melirik Lucita yang duduk di sampingnya.

"Kamu masih shock soal tadi?" tanya Rian pelan karena takut Lucita kaget.

Pandangan Lucita lurus ke depan, ia menggeleng pelan dan melirik Rian, "Saya laper makannya diem" jawab Lucita polos, Rian tersenyum mendengarnya. "Soalnya saya rese kalo laper, kalo rese nanti bisa diturunin sama kamu ... duh sepertinya itu sangat menakutkan!" celoteh Lucita sambil memutar bola mata.

Rian kembali terkekeh, kepalanya menggeleng-geleng dengan tingkah Lucita. "Kamu kalo laper bilang dong, jadi kita bisa makan dulu" ujar Rian yang kini membelokan mobilnya dan masuk ke dalam sebuah restoran cepat saji. Lucita terperanggah dan menatap Rian lekat. "Kenapa? Kamu gak mau makan di sini?" tanya Rian heran karena melihat ekspresi wajah Lucita.

"Enggak, kaget aja! Ternyata cowok peka masih ada di dunia" ujar Lucita menggengam kedua tangannya seolah sedang terpesona pada Rian.

"Dasar bocah!" gumam Rian nyengir kuda, "Ayo turun!" ajak Rian keluar dari dalam mobilnya lalu memutar dan membukakan pintu untuk Lucita.

Lucita tersenyum, "Berasa tuan putri saya di sini" timpalnya.

Mereka berdua masuk ke dalam restoran dan memesan dua paket makanan, Lucita yang memang sedang sangat lapar terlihat fokus melahap pesanan makanan tanpa peduli dengan keadaan sekitar yang kini tengah memperhatikan meja yang ditempati Lucita dan Rian.

"Mereka liatin siapa ya?" bisik Rian ditelinga Lucita yang memang sedang duduk di sampingnya.

Lucita menghentikan aktifitas mengunyahnya, mulai melirik keadaan sekitarnya dan menaikan bahunya cuek. "Biarin aja, cuekin anggap mereka hantu gak keliatan!" ucap Lucita meneguk orange jus dihadapannya. "Astaga! Gue lupa kalo bisa lihat hantu ... dia nonggol" gumam Lucita mengalihkan pandangannya dari arah kanannya.

Rian mengerutkan keningnya, "Di sini ada juga? Oh Tuhan!" ujar Rian menepuk keningnya, tiba-tiba ponsel Lucita berdering, terlihat Lucita yang tengah kesulitan mengeluarkan ponsel dari dalam tas karena tangannya masih kotor oleh makanan. "Biar saya bantu" ujar Rian mengeluarkan ponsel Lucita dan membaca tulisan dilayar ponsel, "Mama kamu yang nelpon" tunjuk Rian.

"Aku sampai lupa kasih kabar Mama kalo pulang malam, sekarang udah jam delapan lewat ya?" ucap Lucita panik, ia mengelap tangannya asal dengan tissu lalu menekan tombol hijau.

"Dimana??" teriak mama Lucita nyaring.

"Aduh maaf Ma, Lucita lupa kabarin kalo mau pulang malam ..."

"Bagus! Sama siapa kamu sekarang?"

"Sama Rian kok, Luci ada kerjaan dulu"

"Rian? Cowok gagah itu?" suara sang mama kini berubah drastis, dari delapan oktaf hingga turun menjadi dua oktaf saja setelah mendengar nama Rian. "Bohong ya? Coba mana Mama pingin ngomong sama dia"

Lucita mendesah, ia melirik Rian yang sedang menghabiskan minuman sodanya. "Rian, Mama mau ngomong bisa?" tanya Lucita membuat Rian panik. "Riannya gak mau Mah" jawab Lucita segera tanpa menunggu jawaban dari Rian.

"Enggak kok sini biar saya yang minta ijin mama kamu" Rian mengambil ponsel ditangan Lucita, mendeham dan kini menempelkan ditelinganya, "Selamat malam Tante, maaf ya Tante saya terlambat minta ijinnya ... Lucita mau saya pinjam sebentar biar nanti saya yang antar dia pulang" pinta Rian dengan nada sangat berwibawa.

"Hehehe ... gak apa-apa kok santai aja! Jangan kaku gitu ah ... iya bawa aja Lucitanya, kalo dia bawel sumpel aja mulutnya sama cabe!" pesan mama Lucita, Rian kembali dibuat terkekeh.

Lucita mengerutkan kening heran sambil memperhatikan Rian dan mamanya yang mengobrol cukup lama "Udah lama amat!" gerutu Lucita. "Keburu malam ..." Lucita menujuk jam tangan dipergelangan tangan kirinya.

"Iya Tante sama-sama ... oke Tante siap" jawab Rian lalu mengakhiri sambungan telpon dari mama Lucita. "Mama kamu seru" ujar Rian memberikan ponselnya kembali pada Lucita.

Lucita memicingkan mata, "Mama bilang apa aja?" ia curiga jika mulut mamanya ini sudah bocor.

"Mama kamu bilang kalo kamu bawel kasih cabe aja" cerita Rian terkekeh.

Lucita mengelengkan kepalanya, "Dasar emak-emak jaman sekarang" gerutu Lucita mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Lucita bangkit, menarik tangan Rian untuk segera mengikutinya, "Ayo kita lanjut!" ajak Lucita karena Rian malah terdiam.

"Oh, iya ayo" ujar Rian kini mengekori Lucita.

***

Ternyata untuk menemukan cafe Uno tak semudah buang ingus, mobil mereka sudah berputar-putar tak jelas mengitari pertigaan yang menurut sumber tempat dimana cafe Uno berada. Setiap orang yang mereka tanyakan selalu memberitahukan arah yang berbeda hingga mereka berdua dibuat kebingungan. Lucitapun dibuat kesal karena disaat genting seperti ini Maharani malah tak menampakan batang hidungnya.

"Udah satu jam ini, masa belum ketemu juga cafenya?" ucap Lucita lesu, "Itu ada orang lagi! Kita tanya lagi" tunjuk Lucita pada seorang penjaga kios dipinggir jalan, Rian mengikuti saran Lucita, ia membuka kaca jendelanya lalu mulai bertanya pada bapak penunggu kios itu.

"Punten Pak, letak cafe Uno itu dimana?" tanya Rian sopan, namun berbeda dengan tatapan bapak penunggu kios yang seolah ketakutan.

"Udah gak ada Pak Cafe itu tutup" jawab bapak itu, namun pancaran matanya terlihat kebohongan. "Bapak pulang aja" perintahnya.

Lucita melirik Rian dari bawah sampai atas, 'Apa mungkin gara-gara Rian pake seragam polisi?' batin Lucita. "Udah yuk! Kita pulang aja, percuma cafenya udah tutup" potong Lucita menarik ujung seragam Rian.

Rian menutup jendela mobilnya dan kembali menekan pedal gasnya, "Kenapa? kamu ingin pulang?" tanya Rian pada Lucita.

"Buka seragam kamu! Ini pasti gara-gara kamu pake seragam, jadi mereka bikin kita kebingungan dan gak bakalan bisa nemuin cafe itu!" ujar Lucita, Rian menatap dirinya. "Ganti gih!" perintah Lucita.

"Oh iya! Saya sampai lupa kalo masih memakai seragam dinas" Rian menepikan mobilnya lalu membuka kancing seragamnya satu persatu dan Lucita buru-buru menutup matanya. "Kamu kenapa?" tanya Rian melihat Lucita.

"Tutup mata! Jangan sampai mata saya ngeliat dada kamu yang ada tahunya!" jawab Lucita tanpa membuka matanya.

"Tenang, saya masih pake kaos kok" jawab Rian melanjutkan membuka seragamnya sedangkan Lucita membuka tangannya pelan-pelan. "Lihat, saya gak telanjang dada kan?" ucap Rian terkekeh.

"Yah padahal tadinya saya mau ngintip barang sedikit aja ... hahaha" goda Lucita membuat Rian gemas sendiri padanya. "Giliran dibutuhin gak ada nih Maharani!" gerutu Lucita mengerucutkan bibirnya. Ia melihat keadaan jalan yang mulai sepi, "Kayanya saya harus turun deh ... biar nanya-nanya gitu" ujar Lucita membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil.

Rian menahan tangan Lucita, "Jangan! Ini sudah malam" ucap Rian khawatir.

Lucita mengacungkan jempolnya, "Kamu ikuti saya dari belakang!" pesan Lucita lalu ia keluar dari mobil dan mulai berjalan dengan santai.

Rian memperhatikan gerak-gerik Lucita dari dalam mobil sambil terus mengikutinya pelan, terlihat Lucita bertanya dari satu orang kesatu orang lainnya yang berada di pinggiran jalan. Hingga akhirnya Lucita kembali masuk ke dalam mobil.

"Mau sampai belut buluan juga gak bakalan kita nemu tuh cafe Uno! Letaknya aja nyempil kaya upil!" gerutu Lucita, Rian hanya menatapnya heran. "Kita masuk ke ruko-roko kosong itu, ternyata di belakangnya ada cafe remang-remang" tunjuk Lucita dan dipatuhi Rian.

Benar saja apa yang dikatakan Lucita, dibalik kosongnya jajaran ruko di pinggir jalan ternyata di belakangnya malah ramai dan disitulah letaknya cafe Uno. "Bener apa kata gue!" ucap Lucita percaya diri.

Rian mengangguk dan secara refleks mengelus kepala Lucita, "Wanita pintar!" puji Rian membuat rona merah diwajah Lucita. "Maaf" ucap Rian menjauhkan tangannya dari kepala Lucita. "Ayo kita mulai beraksi!" ajaknya dan membuka pintu mobil.

Mereka berdua turun dari dalam mobil dan mulai memasuki cafe, menatap kesekeliling yang dipenuhi wanita malam dan pria hidung belang. "Ini bukan Cafe, tapi tempat esek-esek" bisik Lucita.

Saat mereka baru saja akan duduk ada dua orang pria yang menghampiri dalam keadaan setengah mabuk, "Mau booking kamar sekalian?" tanyanya pada Rian.

"Saya kesini mau cari tempat CC—" ucapan Rian terhenti karena jari Lucita sudah mencubit pahanya kencang.

"COC maksudnya Om" potong Lucita tersenyum, "Dia sudah terlalu mabuk! Jadi sedikit ngaco" dalih Lucita melirik Rian yang kini berubah menjadi pura-pura mabuk setelah kakinya diinjak Lucita. "Tuh liat temen saya udah mabukkan?"

Kedua pria itu terkekeh, aroma alkohol begitu tercium dari mulut mereka membuat Lucita sedikit pusing mencium baunya, "Gila bau banget" ceplos Lucita pelan.

"Dia! Om itu yang menjual saya" suara Maharani kini terdengar ditelinga Lucita dan benar saja Maharani ada di sampingnya. "Om itu, tau kejadiannya" bisiknya lagi sambil menunjuk pria yang tengah mengenakan kaos berwarna biru.

Lucita mengetok-getok kepalanya berusaha agar ia cepat berpikir dan segera bertindak hal apa yang harus ia lakukan sekarang. Lucita melirik Rian yang seolah-olah mabuk berat dengan menenggelamkan wajahnya diatas meja.

"Teman saya mau cari perempuan Om, apa ada yang bisa menemani?" tanya Lucita tanpa berkompromi dulu dengan Rian yang kaget mendengar ucapan Lucita. Saat kepala Rian akan terangkat secara gesit Lucita menahannya kuat.

Kedua Om itu tertawa kencang, "Oh itu ... gampang! Saya akan ajak pria ini berkeliling, kalau saja Maharani masih hidup pasti dia akan terpilih" ujar salah satu pria secara gamblang sedangkan pria satunya malah tertawa tak jelas. "Mari saya antar wahai pemuda haus belaian wanita" ucapnya menarik tangan Rian untuk ikut bersama mereka.

Lucita mendekati Rian dan berbisik, "Om yang pake baju biru, dia tau semuanya! Ancam saja dengan pistol mu ..." Lucita mengedipkan sebelah matanya dan membiarkan Rian dibawa pergi kedua pria setengah mabuk itu keluar dari dalam cafe.

'Sepertinya tempat ini tak akan ada CCTV' batin Lucita melihat keadaan sekitar cafe.

Duarrrrr ...

Terdengar suara tembakan dari luar cafe membuat para pengunjung cafe itu kalang kabut mencari perlindungan, Lucita langsung teringat Rian yang tengah dibawa pergi kedua pria mabuk tadi. "Rian!" ucap Lucita segera berlari menuju sumber suara.

***

Aku update lagiiiii ...


Kenapa malah aku yang jadi gak sabaran buat update ya? hahhaha ...

Pasti kalian bakal komen, Yah ... nanggung banget ... yah kok udah abis aja? ... aku cuma bisa jawab ... "Yah gitu deh ..." hahhaha

Vote


Comment 


Aku tunggu, terima kasihhh Love u full :*

Continue Reading

You'll Also Like

181K 27K 42
SOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaa...
381K 9.3K 13
[SELESAI] / Part lengkap tersedia di WEBNOVEL dan JOYLADA Keira Azalea tidak suka jadi perhatian. Ia tak peduli pada banyak hal, hanya tertarik pada...
24.3K 523 36
Biarkan aku melepas segala bebanku. Menuliskan segala rasaku di secarik kertas. Biarlah aku menyendiri. Aku tak mengapa sendiri. Menjauhkan diri dari...
2.1M 17.4K 7
DALAM PROSES PENERBITAN 🙏 - David Anthony Del Castillo sangat membenci adik angkatnya Diva, yang menurutnya bertanggung jawab atas kematian kedua or...