IMPOSSIBLE

By diviana90

614K 20K 901

⚠ Cerita Completed, silahkan Follow sebelum membaca ⚠ Lucita Maheswari seorang penyiar radio, mendadak mempun... More

Bab 1 - Siaran Radio
Bab 2 - Kecelakaan
Bab 3 - Kejadian Aneh
Bab 4 - Penglihatan Aneh
Bab 5 - Siaran Radio
Bab 6 - Depresi
Bab 7 - Wanita Berbaju Merah
Bab 9 - Kasus Pembunuhan
Bab 10 - Kerjasama
Bab 11 - Penyidikan Kasus
Bab 12 - Terungkap
Bab 13 - Misi Selesai
Bab 14 - Hantu Sialan!
Bab 15 - Job Tambahan
Bab 16 - Siapa Dia?
Bab 17 - Meeting
Bab 18 - Go Green
Bab 19 - Kisah Misteri
Bab 20 - Hantu Tampan
INFO

Bab 8 - Dia Mengikuti

9.6K 967 48
By diviana90


Bab 8 – Dia Mengikuti

-Author POV-

"Gue Lucita" jawab Lucita singkat. "Tadi loe tanya ciri-ciri cewek yang gue liat tadikan? Dia itu—" kata-kata Lucita terhenti dan tanpa aba-aba ia malah berlari. "Aaaaaaa ... " teriak Lucita terus berlari.

Sontak Rian segera mengejarnya, "Lucita!! Tunggu!" teriak Rian berlari lebih kencang, hingga akhirnya tangan Lucita mampu ia tahan. "Stop! Ada saya di sini" ucap Rian mencoba menenangkan Lucita.

Tangan Lucita begitu dingin, sepertinya ia benar-benar shock melihat sosok wanita itu. Bibir Lucita bergetar dengan nafas masih terengah-engah. "Gue takut" gumam Lucita pelan.

Rian merangkul tubuh Lucita, "Maaf saya lancang ... tapi sepertinya kamu memang membutuhkan bantuan saya" ucap Rian, ia membawa Lucita menuju mobilnya yang di parkir tak jauh dari posisi mereka saat ini. "Tak masalah jika saya antar kamu pulang?" tanya Rian diangguk Lucita lesu.

Rian membukakan pintu untuk Lucita lalu mengitari mobil dan ia masuk ke bangku kemudi, sepintas ia melihat Lucita yang terdiam, pandangannya kosong ke depan.

"Lucita" panggil Rian, Lucita terhenyak dan menengok ke arah Rian. "Sabuknya ..." ujar Rian menunjuk sabuk pengaman yang Lucita belum pasang.

"Oh, iya ..." jawab Lucita memasang sabuk pengamannya. "Maaf ya, gue jadi ngerepotin" saut Lucita merasa tak enak karena baru saja kenal dengan Rian. Lucita menarik nafasnya panjang, "Ini kejadian yang paling nyeremin selama gue hidup dunia ..." ucap Lucita membuka topik pembicaraan, sedangkan Rian mulai menacapkan gas mobilnya.

"Apa kamu punya kekuatan supranatural?" tanya Rian yang sedari awal merasa penasaran dengan Lucita.

Lucita memijat keningnya pelan, "Entahlah gue gak ngerti ini kekuataan apaan ... supranatural, suprasuprafit atau supardi namanya" jawab Lucita membuat Rian terkekeh mendengarnya. "Astaga! Bisa gila gue kalo gini terus ..." gerutu Lucita.

Rian tersenyum, menatap Lucita lekat "Soal sosok wanita itu kamu belum menjelaskannya pada saya?" Rian mencoba mengali informasi dari Lucita.

"Cewek itu pake dress warna merah, rambutnya panjang sebahu, kulitnya putih bersih, yang pasti dia lebh tinggi dari gue" jelas Lucita mengambarkan sosok wanita itu. Lucita menjentikan jarinya, "Oh iya satu lagi, di keningnya ada luka dan berdarah ... gue liat dengan jelas" tambah Lucita.

Rian mengangguk, "Apa dia bisa komunikasi denganmu?"

Lucita terdiam, ia mencoba mengingat-ingat lagi. "Dia sempet nanya sama gue, kamu bisa lihat saya?" ujar Lucita menirukan suara wanita itu. "Arghh ... udah deh jangan ingetin gue lagi, tapi ... loe tadi sendirian di sana ngapain?" Lucita balik bertanya.

Rian tersenyum, "Lagi memecahkan sebuah kasus" jawabnya to the point. Kening Lucita mengkerut, ia sama sekali tak mengerti apa yang dimaksud Rian. "Saya polisi" jelas Rian.

Lucita membelalakan matanya kaget, "Polisi? Pantes badan loe tinggi gede gini ..." entahlah ini sebuah pujian atau sindiran dari Lucita. "Haduh gue gak sopan dong sama yang lebih tua panggil loe gue" ujar Lucita terkekeh. "Piss Pak polisi, sekarang panggilnya saya kamu aja ya" ia membentukan jarinya huruf V.

"Haha ... saya tidak setua itu, umur saya masih dua puluh lima tahun ... tapi sepertinya suara kamu familiar ya ditelinga saya?"

"Wah ternyata siaran saya didengerin sama polisi juga" ujar Lucita tersipu, "Saya penyiar radio conexion ... tau ratu baper? Nah itu saya loh" jelas Lucita menai turunkan alisnya.

Rian kembali dibuat tersenyum oleh Lucita, disela-sela ketakutannya ia masih saja bisa untuk tertawa dan menghibur. "Oh jadi itu kamu, beruntungnya saya bisa bertemu langsung ... ngomong-ngomong rumah kamu di mana? Saya sampai lupa bertanya"

Lucita menepuk keningnya, "Saya juga sampe lupa ... mulut saya kadang suka bocor sih, maklum penyiar ... haduh kok kaku banget ya ngomong saya kamu" timpal Lucita lagi, "Komplek Permata Hijau bang Rian" jawab Lucita.

Rian melirik Lucita, bibirnya tertarik keatas mendengar kata-kata Lucita. "Bang?" tanya Rian meminta penjelasan.

"Ya biar agak sopanan dikit ... abang Rian, secara kan lebih tua dari saya, ih ... astaga kok kedengerannya kaku banget kaya BH baru" celoteh Lucita tanpa jeda dan Rian hanya mampu tersenyum melihat tingkah Lucita.

Keadaan jalan malam ini masih cukup ramai, masih banyak kendaraan yang berlalu lalang dan tempat-tempat nongkrongpun masih disesaki kumpulan anak-anak muda. Rian menyalakan radio mobilnya, ia melirik Lucita dan tersenyum karena saluran radio yang ia pilih adalah conexion, tempat Lucita bekerja. Malam ini adalah jadwal siaran Bobby, dia adalah spesialis siaran malam yang membawakan lagu-lagu melow penghantar tidur.

Lucita terkekeh, "Gue udah muak denger suara dia ..." saut Lucita dan Rian hanya tersenyum.

Akhirnya setelah menempuh waktu selama satu jam, mobil Rian memasuki komplek perumahan Permata Hijau, ia menjalankan mobilnya mengikuti arahan Lucita hingga merekapun sampai di depan rumah minimalis bercat hijau. "Ini rumah kamu?" tanya Rian mematikan mesin mobilnya.

Lucita mengangguk, ia membuka sabuk pengaman yang mengunci dirinya. "Mampir dulu?" ajak Lucita.

Rian menggeleng sambil tersenyum, "Lain kali saja sudah malam" ujar Rian, Lucitapun segera turun dari dalam mobil.

"Terima kasih" teriak Lucita dan mobil Rianpun melaju, matanya terbelalak saat melihat jok mobil belakang Rian. 'Wanita itu' batin Lucita, segera berlari terbirit-birit masuk ke dalam rumahnya.

Rian merasakan ada sesuatu yang aneh dalam mobilnya, setelah Lucita turun ... aroma melati begitu menusuk hidungnya. Rian mengedus, mencoba mencium aroma itu lebih dalam. "Harum Lucita tidak seperti ini?" gumam Rian. Ia menggeser kaca spion dalam mobilnya, "Astaga!" teriak Rian panik dan buru-buru mengerem mobilnya.

Ia balik badan untuk melihat lebih jelas apa yang dilihatnya barusan, namun ia tak menemukan apapun di belakang jok mobilnya. "Aku terlalu lelah mungkin" ucap Rian menenangkan diri.

***

Suara alarm dari ponsel terdengar sangat nyaring, Lucita yang masih mengantuk berusaha membuka matanya. Dengan sangat berat ia akhirnya bangkit dari kasur dan mengeliatkan badannya seperti ulat.

Hari ini Lucita harus mengantikan posisi Alexa untuk siaran diprogram curhat pagi, mau tak mau Lucita bangun meski matanya masih rapat seolah-olah ada lem pada kelopak matanya. Ia mengambil ponsel yang tergeletak di meja, mematikan suara alarm berbunyi kokok ayam yang ia setting menyala jam empat pagi.

Posel yang sedang dipegang Lucita jatuh saat ia melihat sosok wanita berbaju merah yang ia lihat semalam kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam. Lucita mengosok-gosok matanya, berharap bahwa saat ini dirinya tengah menghayal atau bermimpi.

"Ka-ka-kamu nyata?" ucap Lucita terbata-bata.

Hantu wanita berbaju merah itu mendekati Lucita yang terus mundur menjauhi jarak dengannya, "Kamu bisa lihat saya kan?" tanya hantu itu persis dengan pertanyaannya semalam.

Lucita menutup matanya, "Iya gue bisa liat loe ... tapi demi Tuhan! Gue takut sekarang!" jawab Lucita yang tubuhnya kini sudah menempel pada tembok. "Please ... jangan ganggu gue" pinta Lucita hampir menangis sangking takutnya.

"Saya tunggu kamu bangun dari tadi malam" ujar hantu itu membuat Lucita mengintip dari sela-sela jari tangan yang menutupi wajahnya. "Tolong bantu saya ..."

Lucita menelan air liurnya yang terasa sangat berat, kali ini mulutnya susah sekali untuk berteriak atau memanggil mamanya yang mungkin masih terlelap. "Oke, kita bicara ... tapi gue mohon, jangan berdarah-darah gitu dong keningnya gue takut" ujar Lucita.

Tiba-tiba hantu wanita itu menghilang, Lucita yang masih ketakutan tergolek lemas di lantai sambil memeluk lututnya, "Asli, gue gila sekarang ..." gumam Lucita.

"Kalo begini apa kamu masih takut untuk berbicara dengan saya?" suara hantu perempuan itu terdengar, namun sosoknya belum dapat Lucita lihat.

Lucita melihat kesekeliling kamarnya, "Astaga!" teriak Lucita kaget karena hantu wanita itu duduk di sampingnya. Lucita dibuat terperanggah dengan wujud hantu wanita berbaju merah ini, kini ia sangat cantik tanpa ada luka atau darah yang berada di keningnya. "Gue gak percaya loe hantu" ujar Lucita mengeleng-gelengkan kepala dan segera berdiri lalu berpindah posisi menjadi duduk di ujung kasur. "Stop, please jangan terlalu deket ... gue masih takut" pinta Lucita.

"Tolong saya ..." pinta hantu wanita itu lagi.

"Apa yang bisa gue tolong, gue sama sekali gak kenal sama loe dan kenapa loe malah ngikutin gue sampe rumah?" tanya Lucita tanpa spasi.

Hantu wanita itu terdiam, "Saya Maharani dan saya baru dibunuh tiga hari lalu" ceritanya, kembali Lucita dibuat terkejut.

Lucita kembali mengeser bokongnya, merapatkan tubuhnya pada tembok. "Jadi loe beneran hantu?" tanya Lucita memastikan.

Maharani mengangguk, "Pembunuh saya belum ditangkap ... tolong bawa dia ke penjara!" pinta Maharani mulai terisak.

Lucita menjambak rambutnya frustasi, bagaimana bisa ia terlibat dalam kasus pembunuhan? Apalagi dia sama sekali tak mengenal Maharani semasa hidupnya. "Saya gak bisa bantu apa-apa" jawab Lucita polos.

"Tolong bantu saya, tiga hari ini saya selalu menangis di halte tempat saya meregang nyawa ... mencari seseorang yang dapat melihat saya dan kamulah orang yang sangat tepat" ujar Maharani memelas.

"Kenapa harus gue! Astaga!" gerutu Lucita mengusap wajahnya berkali-kali. Lucita melirik jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukan pukul lima pagi, "Gue harus kerja sekarang ... dan gue mohon jangan ganggu gue dulu ... oke" Lucita menaikan sebelah alisnya.

"Tapi, berjanjilah kalo kamu akan bantu aku?" tanya Maharani mendekati Lucita.

"Stop ... oke, stop di situ aja!" tahan Lucita membuat Maharani berhenti. "Gue usahakan, sekarang loe pergi ya, gue mau kerja" usir Lucita lembut.

Maharani mengangguk dan hanya dalam hitungan detik sosoknya sudah lenyap dari pandangan Lucita. "Buset! Udah hilang aja ... ya Tuhan, gimana cara gue buat nolongin dia?" ucap Lucita kebingungan. "Arrgghh! Gimana nanti deh, gue udah kesiangan sekarang" Lucita turun dari ranjang, mengambil handuk yang tergantung dibalik pintu kamarnya.

Saat Lucita membuka pintu kamarnya terlihat bayangan yang lewat sekelebat, "Jangan mulai lagi! Gue udah kesiangan!" teriak Lucita berlari terbirit-birit menuju kamar mandi.

***

Jangan lupa vote dan komen kalo mau next hahahaa ...


Terima kasih ...


Love u Full :*

Continue Reading

You'll Also Like

8.4M 825K 66
Crystal Leonidas yang akan segera menikah dengan Aiden Lucero; kekasihnya yang sempurna, mendadak meragukan keputusannya karena pertemuan dengan Xand...
24.3K 523 36
Biarkan aku melepas segala bebanku. Menuliskan segala rasaku di secarik kertas. Biarlah aku menyendiri. Aku tak mengapa sendiri. Menjauhkan diri dari...
7.9K 1.3K 42
Katanya cinta sejati sulit ditemukan, apalagi untuk ku yang tidak pernah pacaran. Mengurus hidup sendiri saja sudah susah, tidak ada waktu untuk memi...
3.5M 38K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...