SIDE (YOU)

By arikasatika

4.7K 803 314

[ UPDATE tersendat batu] Ayay seorang gadis yang siap memulai hidup berumah tangga dengan pacarnya bernama Sa... More

Absen ^-^
1 - Beginner
2 - Feel
3 - Care
4 - Why
6 - Open Secret

5 - Other

253 25 5
By arikasatika


Tatapan tajam yang menusuk memantul di cermin datar megah dihadapannya. Sentimental emosinya memonopoli suasana kamarnya yang kala itu diselimut kegelapan. Penerang seolah enggan hidup memberi cahaya pada insan yang tengah berdiri kaku dihadapan cermin.

Leon memicingkan salah satu alisnya seraya terus memandang cermin dihadapannya.

"Apa mau mu lagi?" Leon menatap sisi sebelahnya yang kosong di dalam cermin.

"Mengapa kau lakukan ini?" tanya balik suara yang bergema diruang kamarnya.

Leon terkekeh ringan masih memandang pantulan ruang kosong di cermin. Berlahan-lahan sesosok pria berdiri tepat diarah tatapan Leon.

"Aku meminta bantuanmu bukan untuk menyakitinya," geram sosok pria di cermin itu.

"Kau pikir sejak awal aku mau membantumu?" tantang Leon.

Pria itu nampak mengepalkan tangannya, menahan amarah.

"Aku akan menguasai dirimu jika kau tak bisa bersikap baik padanya."

"Sesukamu. Jiwa mati tidak bisa menguasai jiwa hidup."

Leon menaikan sudut bibirnya, meremehkan lawan bicaranya.

Tak lama berselang sosok pria itu menghilang meninggalkan Leon yang kala itu Menyembunyikan guyuran keringat yang membasahi pakaiannya.

******

Ayay terbangun dengan mata yang melotot kaget. Rasanya urat-uratnya tertarik kencang karna mimipi yang menjabar dirinya kala itu. Dengan berhati-hati Ayay mengangkat tubuhnya, bersender pada dinding kasur dan sekali-kali memijit-mijit pelipisnya.

"Kau sudah bangun?" tanya suara bariton.

Ayay sontak menghidupkan lampu kamarnya dan menoleh kearah sumber suara. Dirinya mendapati Leon tengah membawa semangku bubur kehadapannya.

"Makanlah ini."

Leon menyerahkan mangku bubur yang sedari tadi berada di tangannya dengan dingin lalu beranjak pergi.

"Jangan berbuat baik padaku," tutur Ayay, sontak membuat langkah Leon terhenti. "Jika kebaikanmu hanya untuk menutupi kejahatanmu maka lebih baik jangan lakukan apapun untuku."

Leon terdiam sejenak lalu kembali melangkah, tangannya mengepal kencang.

"Dia yang melakukannya bukan aku."

Sepeninggalan Leon, Ayay bermain dengan dilema. Apa maksud Leon 'dia' dan bukan 'aku' ? Apa penyakit bisa membuat daya pikir orang melemah.

Ayay mengacak-acak rambutnya berusaha memeras otaknya yang kering akan jawaban. Namun apadaya dirinya yang kini jadi tumbuhan kering tanpa tenaga.

"Aku hanya akan istirahat," gumam Ayay seraya menyingkirkan mangku bubur dan kembali tergelam dalam dunia mimpinya.

Leon yang sudah berada di kamarnya, memandang kesal cermin.

"Kali ini aku akan membiarkanmu," ucap Leon pada cermin.

"Kau bahkan tak akan sadar saat aku mengambil alih dirimu," sebuah suara menggema. Tak menyambung dengan apa yang Leon ucapkan.

"Jiwa mati yang Arogan," ejek Leon.

"Selagi aku bisa mengambil alihmu maka aku akan mengambilnya, walaupun... hanya untuk beberapa detik," sebuah suara kembali bergema diruang kamarnya.

"Cih..." decis Leon. "Akan aku tahan kau," ucap Leon penuh penekanan lalu pergi dengan hentakan kaki keras seolah udara adalah lawannya saat ini.

******

Tok tok tok

"Masuk."

Seorang wanita bersetelan rok ketat putih berjalan pelan memasuki ruangnnya. Kepalanya merunduk memberi hormat. Wanita itu adalah sekertaris depan ruangnnya.

"Pak, seseorang dari Amberti Art menghubungi anda. Mereka bilang mau membicarakan kesepakatan anda dengan mereka."

Kerutan-kerutan halus seketika menghias dahinya. Isi kepalanya secara otomatis berpikir namun tak menemukan titik terang.

"Sambungkan teleponnya padaku," ujar Leon yang disahut anggukan oleh sekertarisnya.

Tak berselang lama kepergian sekertatisnya, telepon diruangannya berdering.

"Iya, saya Leon."

"Selamat pagi pak, maaf menggangu waktunya. Saya menelepon ke kantor karna saya tidak memiliki info kontak pribadi anda."

"Sebutkan saja inti permasalahannya."

"Oh iya, maaf terlalu berbasa-basi. Begini, saya sangat merasa kagum pada anda yang dengan berani memarahi kepala penanggung jawab karya karna telah merusak karna istri anda itu sangat keren."

"Apa maksudmu?"

" Oh, maaf bukan itu intinya. Uhuk... Saya mau bertanya, apa anda jadi melakukan donasi untuk pegelaran karya museum? Saat anda dan saya tidak sengaja bertemu disana, anda bilang akan memberikan donasi untuk penggelaran pameran berikutnya."

"Kapan saya mengatakannya? Dan siapa yang saya marahi?"

"Eh, maaf. Apa anda lupa semuanya pak?"

Leon terdiam sejenak. Pikirannya berkecambuk menjadi satu, seolah serpihan puzzel berhamburan diatas kepalanya.

'Apa ini? Kapan aku memarahi orang? Untuk apa aku memarahi orang? Dan kesepakatan apa yang pria ini maksud?' Leon menggumam dalam hati.

Lama berpikir, Leon akhirnya menemukan kemungkinan jawaban yang paling tepat. 'Sial, pasti dia yang sudah mengambil alih tubuhku!' Leon menghentakan kepalan tangannya di atas meja dengan keras.

Kilas balik perkataan pria itu kembali terngiang diatas kepalanya 'Kau bahkan tak akan sadar saat aku mengambil alih dirimu'.

"Permisi, apa anda masih ditempat pak?"

Mendengar gemaan telepon, Leon kembali teringat kalau sambungan teleponnya masih menyambung.

"Hubungi saja sekertaris saya. Dia akan mengurus semua."

Setelah menyelesaikan ucapnnya Leon segera mematikan teleponnya. Sendi-sendinya menegang. Tak ingin gila, Leon memilih pergi meninggalkan ruang kerjanya.

Mobil merah spot kesayangannya nampak berkilau diarea parkir, memonopoli mobil-mobil kecil di sekitarnya. Tanpa berpikir lagi, leon langsung menuju mobilnya.

Leon sesosok pria tua berjalan mendekat padannya. Pak tua itu terus menatapnnya, membuat Leon merasakan ketidaknyamanan.

Ditekannya tombol mobil dan hendak masuk. Namun, sebelum benar-benar masuk kedalam mobil, pria itu bicara, "Ini takdir, kau dan adikmu memang harus berbagi".

Sontak Leon menoleh kearah pria tua itu, namun nihil, pria tua itu sudah hilang seolah sosoknya hanya ilusi semata.

******

Gerakan-gerakan tangan memonopoli wajahnya. Itu adalah tangan Nei yang tengah memeriksa keadaannya. keduanya tengah duduk santai di cafe museum di lantai bawah seraya menyerup kopi dan teh pagi hari. Setelah beberapa hari beristirahat, Ayay sudah merasa cukup untuk kembali ke Amberti Art dan sahabatnya yang autis ini sudah memenuhi wajahnya dengan tangannya yang antara cemas atau tengah menggodannya.

"Syukurlah, kau sepertinya sudah sehatan," yakin Nei setelah makeup Ayay sudah hampir berantakan karnanya.

"Aku sudah mengatakannya, tapi kau tak percaya," kesal Ayay.

"hmmm... kau tadi bilang apa? Oh iya, sikap Leon yang sering berubah-ubahkan."

Ayay mengangguk membenarkan ucapan Nei.

"Ada 2 kemungkinan. Mungkin dia itu kerasukan atau dia punya kepribadian ganda."

"Jangan membuat option sesukamu," kesal Ayay.

"Kau sendiri yang mengatakan kalau dia itu berubah-ubah dan option kemungkinan yang pas itu, menurutku kedua itu. Kalau aku bilang dia Power Ranger karna berubah-ubah baru kau memarahiku."

Ayay membuang muka dari sahabatnya yang mulai bicara tidak jelas. Bukan membantunya menemukan jalan keluar, Nei justru membuatnya pusing.

"Permisi?" tiba-tiba seseorang memecah ketegangan keduanya.

Ayay menungak dan mendapati seorang gadis cantik berambut coklat dengan bola mata hitam pekat tengah tersenyum padanya dan Nei.

"Iya, ada apa?" jawab Nei.

"Begini, saya disini ingin bertemu prof.Roy dibagian penelitian karya seni."

"Oh, kau pasti Krystal yang baru datang dari London itukan? "

"Iya benar. Sepertinya berita disini cepat menyebar," ujar Krystal terkekeh.

"Tidak seperti itu," bantah Nei. "Aku akan menunjukan ruangannya".

"Terima kasih," jawab Krystal.
Nei menyenggol pundak Ayay, "Kau akan ikut?"

Ayay menggeleng, menolak tawaran Nei. Lebih baik dirinya disini seraya menyerup teh hangat beraroma mawar yang menyebar ketenangan daripada bertemu pria tua berkacamata yang bisa saja membentaknya karna bolos mengajar beberapa hari lalu.

Sepeninggalan Nei, Ayay kembali tersudut akan pikirannya. Sebenarnya Ayay tidak terlalu memikirkan perubahan prilaku Leon karna dirinya tau Leon mungkin masih butuh waktu menyesuaikan diri. Tapi ini berbeda, aura Leon hampir seperdetiknya berubah-ubah seolah sedang ada 2 aura yang sedang bertarung.

Memang tidak berdampak besar tapi Ayay bisa merasakan salah satu aura yang semakin menjadi kuat saat Leon membawa wanita malam itu. Aura aneh seperti adanya makhluk halus yang haus akan raga seseorang.

"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan dariku?"

Note: ini bukan masalah kepribadianmu tapi ini masalah siapa yang mengendalikan kepribadianmu.

Continue Reading

You'll Also Like

31.2K 4.6K 52
♡ || FOLLOW SEBELUM BACA || ♡ ⏳Update setiap hari Jumat & Sabtu. Menceritakan tentang Xiao Zhan, seorang kultivator tingkat leluhur bertransmigrasi k...
247K 35.3K 19
[A DAN Z UNIVERSE] Dibaca berurutan: A dan Z, ATHARRAZKA, ATHARRAZKA 2: Aryan, ATHARRAZKA 3: Zyana. Zyana Falisha Atharrazka, anak perempuan semata w...
53.4K 1.2K 46
Pernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namu...
290K 26.4K 69
Spin-off Takdirku Kamu 1 & 2 | Romance - Islami Shabira Deiren Umzey, dia berhasil memenangkan pria yang dicintainya meski dengan intrik perjodohan...