New Journey [Greyson Chance]

By sekartiktik

17.9K 1.8K 624

Book two of The Journey. "Mungkin kau hanya ditakdirkan untuk menjadi penyemangatku, bukan untuk menjadi pen... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 18
Part 19

Part 17

920 75 34
By sekartiktik

Author's POV

Matahari kala siang itu tidak memancarkan sinarnya, Zachary berjalan menelusuri trotoar bersama Greyson. Mereka sedang menikmati suasana musim dingin, meskipun salju belum menyelimuti kota itu. Dengan kaki mungilnya, Zachary melompat-lompat seraya tertawa bersama, "Dad, apa aku boleh memakan salju?" Greyson memicingkan matanya mendengar pertanyaan yang di lontarkan Zachary, "Tidak," jawabnya sambil mengayunkan jari telunjuk. Zachary mengerucutkan bibirnya, tanda kecewa.

Niall seperti tidak mau mengikuti jejak Greyson yang memakan waktu cukup lama untuk menemukan tambatan hati baru. Setelah putus dengan Olivia, Niall sudah menemukan gadis baru. Niall nampak sedang bercumbu mesra dengan kekasih barunya di dalam kelas yang sedang kosong. Mereka begitu terikat, seperti tidak ada orang lain selain mereka di dunia ini.

Greyson tiba di sekolah musiknya, mengecek beberapa jadwal mengajarnya hari ini sambil mengajak Zachary keruangannya. Ia tidak langsung mencari sosok Niall yang biasa duduk di meja resepsionis karena memang jam operasi sekolah itu belum di mulai. Tangan kanan Greyson menggenggam jemari Zach, sementara tangan kirinya membaca jadwal mengajarnya pada selembaran kertas folio. Hanya derap langkah kaki mereka saja yang terdengar di sepanjang lorong menuju ruangan Greyson.

"Dad, aku haus," Greyson menoleh kebawah, "Aku punya jus apel," jawab Greyson. Zachary menyengir, tak sabar ingin masuk. Ia berlari ke arah lemari es kecil milik Greyson, mengambil sekotak jus apel lalu meminumnya.

"Duduk lah di sana sembari menunggu teman-teman mu datang," perintah Greyson sambil mengacungkan telunjuknya pada sofa di sudut ruangan. Zachary menurut, ia duduk sambil menyedot jus apel miliknya. Kaki kecilnya berayun-ayun, bersenandung, memperhatikan Greyson yang mulai membuka laptopnya. Zachary diam tidak banyak bicara, namun hal itu tidak bertahan lama. Ia tetaplah anak kecil yang suasana hatinya dapat berubah-ubah dalam waktu yang singkat.

"Daddy, aku mau pipis," Ia memegangi celananya di hadapan Greyson. Kedua mata Greyson masih menatap layar namun kepalanya lebih condong mengarah kearah Zachary, "Tunggu sebentar, Nak. Biar Dad antar,"

Zachary menggeleng, "Tidak usah, aku sudah besar." Tanpa menunggu jawaban dari Greyson, ia sudah berlari keluar menuju toilet. Mendorong kuat pintu kamar mandi, Zachary memilih bilik toilet mana yang ingin dia gunakan. Sebelum masuk, ia menarik kursi kecil yang sudah di sediakan di dalam toilet. Menempatkan kursi kecil pada posisi yang ia inginkan, ia mulai melepaskan panggilan alamnya.

Sekembalinya dari toilet, Zachary tidak langsung kembali keruangan Greyson. Ia berjalan melihat-lihat satu persatu kelas yang kosong, sampai akhirnya ia memasuki kelas dimana ada Niall dan kekasihnya. Zachary diam memperhatikan mereka berdua yang sedang duduk sambil bermesraan, memanggil nama masing-masing dengan panggilan aneh. Raut wajah Zachary membentuk sebuah kengerian ketika mendengar Niall memanggil kekasihnya dengan sebutan buah-buahan. Lalu saling mencium satu sama lain. Entah apa yang anak itu sedang pikirkan, raut wajahnya mendadak cemas, tak butuh waktu lama untuk menyaksikan pemandangan itu, ia segera berlari kembali kedalam ruangan Ayahnya. Greyson kebingungan ketika melihat putranya merengek, bergurau dengan kata-kata yang tidak jelas.

"Dad, tidak boleh.... aku tidak..... menggelikan," Zachary mulai menangis

"Sshh....sshhh hey hey, ada apa?" tanyanya berusaha menenangkan. Greyson menggiring Zachary ke sofa dan perlahan mengusap-usap puncak kepalanya, "Apa yang terjadi?"

Sudut bibir Zachary tertarik kebawah, "Dad tidak boleh punya pacar," Kedua mata Greyson melebar, "Zach tidak mau Dad seperti Niall,"

"Ada apa dengannya?"

"Ia dan kekasihnya memanggil nama mereka dengan sebutan buah-buahan. Aku tidak mau Dad memanggil Sansa dengan sebutan sayuran. Itu menjijikan," ujarnya dengan tersedu-sedu. Greyson tak bisa menahan tawanya. Tawanya meledak di hadapan Zachary, namun sesaat kemudian ia menahannya, karena air mata Zachary semakin deras. Greyson menarik Zachary kedalam pelukannya dan menciuminya berkali-kali, "Dengar, Dad bukan tipe pria seperti itu," Zachary mengusap air matanya, "Dad tipe pria seperti apa?" Greyson bergumam, hendak berpikir, "Hmm..." Matanya menatap kearah manik mata Zachary, "Dad tipe pria klasik yang tidak suka hal seperti itu,"

"Apa itu klasik?"

"Klasik itu simpel,"

"Apa itu simpel?"

"Tidak suka yang aneh-aneh,"

Zachary mengangguk paham, "Aku juga mau menjadi pria klasik," ujarnya. Greyson memeluk erat Zachary sambil tertawa, "Tahu kah kau, Nak? Ibu mu sangat menyayangimu, ia ingin kau tumbuh menjadi pria yang bijaksana. Jadi, jangan kecewakan Ibumu," Zachary mengangguk lagi didalam dekapan Greyson, "Aku ingin dengar cerita Mommy,"

"Ibu mu adalah wanita kuat, Ia pantang menyerah, cerdas dan cantik. Ia pernah kecewa pada dirinya sendiri ketika sedang belajar memasak pie apel, pienya hangus. Alhasil, kencan kami pun gagal," Zachary tergelak mendengar kisahnya, "Pertama kali Dad bertemu dengannya itu ketika Dad sedang mengantar roti. Itu adalah momen yang tidak pernah Dad lupakan," Greyson tersenyum pada dirinya sendiri. Ia menoleh kearah Zach yang ternyata sudah terlelap. Dengan hati-hati, Greyson merebahkan tubuh Zach diatas sofa lalu menyelimutinya dengan mantel milik Greyson.

-GREYSON'S POV-

Aku kembali duduk di kursi dan mulai kembali bekerja. Di sela-sela kesibukan jemariku mengetik, perkataan Zachary tadi terngiang didalam pikiranku. Aku baru sadar ketika Zachary menyebut jika aku dan Sansa berpacaran. Apakah ia mengharapkan hubungan ku dan Sansa seperti itu?

Ku gelengkan kepala ku sesaat lalu kembali bekerja. Aku berusaha keras mempromosikan sekolah musik ku dengan membagikan brosur di sepanjang jalan. Memang memulai usaha itu tidaklah mudah, namun jika di kerjakan dengan sungguh-sungguh, kau akan memetik hasilnya.

Pukul tiga lewat tiga puluh menit, kelas ku sudah di penuhi dengan anak-anak yang ingin mengikuti kelas musikku. Sementara Zachary sedang berada di kelas Leroy dan ya anak itu tidak tertarik bermain piano melainkan gitar. Aku sedikit kecewa namun dengan ia mau belajar bermain musik saja sudah membuat ku bersyukur.

"Selamat sore," sapaku pada mereka. Senyuman merekah langsung terpampang diwajah mereka, "Selamat sore Mr. Chance," aku membuka buku musik ku, sambil bersandar pada piano, "Masih ingat pelajaran kita kemarin? Mari kita ulangi agar tidak lupa," perintahku pada mereka.

~~****~~

-SANSA'S POV-

Aku berniat mengunjungi Greyson, dan saat ini aku sedang berada di sekolah musiknya. Ketika memasuki gedung, aku di sambut oleh pria berambut pirang yang ku tak ingat siapa namanya, "Selamat sore, kau?... Sansa?" ucapnya sembari mengangkat jari telunjuknya kearahku, aku menunduk malu, "Ya dan kau?..." ada jeda yang cukup panjang karena aku berusaha keras mengingat namanya, "Niall... Niall Horan. Senang bertemu dengan mu lagi," ujarnya seraya menjabat tanganku, "Apa keperluan mu kesini?" tanyanya. Aku menegakkan posisi tubuhku seraya menatapnya, "Aku ingin bertemu dengan Greyson, apa ia ada?"

Niall mengangguk, "Ya, namun saat ini ia sedang mengajar. Kau bisa menunggunya disini atau jika kau ingin melihatnya mengajar, ia ada di kelas piano di ujung koridor sana," tunjuk Niall pada arah yang akan ku tuju.

"Oh baiklah. Aku mungkin hanya ingin mengintip sedikit," ujarku lalu pamit ingin melihat Greyson. Ada kaca persegi yang cukup besar pada setiap pintu kelasnya, ini memudahkan ku untuk menemukan di mana letak kelas Greyson karena di sana ada dua kelas piano.

Aku menemukan kelasnya. Aku bisa melihatnya yang sedang memakai kaus putih dan duduk di balik grand piano Murid-murid didalam kelas ini sedang sibuk menulis sesuatu. Aku menyilangkan kedua tanganku didepan tubuh sambil tetap memandangi Greyson yang sedang bermain piano. Wajahnya nampak sangat menikmati setiap nada yang ia mainkan. Baru pertama kalinya aku melihat ia bermain dan ini sangat menakjubkan. Aku merasa.....sedang jatuh hati ketika melihat permainannya. Sungguh alunan nada yang indah yang baru ku dengar. Mungkin ia sedang memainkan salah satu lagunya.

Setelah ia selesai bermain, aku memberanikan diri mengetuk pintu. Ia menoleh kearahku lalu tersenyum. Greyson menghampiri ku, membuka pintu lalu melepas kacamatanya, "Kau disini," sapanya.

"Aku hanya ingin melihatmu mengajar," jawabku.

"Oh, ku pikir kau ingin ku ajari bermain musik," ujarnya pura-pura kecewa. Aku tergelak karena ekspresi wajahnya yang lucu.

"Kau sudah selesai?"

"Hmm..." ia mengecek arlojinya, "Lima belas menit lagi. Apa kau keberatan menunggu?"

"Tentu tidak. Aku akan menunggumu disana," jawabku, menunjuk kearah ruang tunggu.

"Okeee," ia menyengir dan kembali masuk kedalam kelasnya.

Aku bertemu dengan Zachary yang baru saja selesai mengikut kelasnya. Ia nampak senang melihat kehadiranku disini, "Hey, Zachary!" Sapaku padanya. Ia langsung berlari kearahku, "Sansa? Kau datang untuk bertemu dengan ku??" tanyanya penuh antusias. Aku tak kuasa menahan senyuman dan segera mencubit gemas kedua pipinya, "Tentu saja. Aku merindukanmu, bagaimana kabarmu?" ia berpindah posisi duduk di sebelah ku, "Kabarku baik. Bagaimana kabarmu?"

"Sama denganmu. Apa sekolah mu lancar?"

Ia mengangguk, "Ma'am Ashley tidak memberiku PR minggu ini,"

"Wah kabar yang sangat bagus," Zachary menyengir, "Dimana Quinn? Ia tidak ikut denganmu?"

"Jadwal belajar Quinn bukan hari ini, lagi pula saat ini ia sedang sibuk membeli baju bersama Elena," kedua alisku terangkat keatas, "Siapa Elena?"

"Elena itu sahabat Mommy. Ia baik dan juga cantik, ia memiliki gaya bicara yang unik,"

"Ohh," aku mengangguk pelan.

"Sansa," Zach memanggil, aku menjawabnya dengan ekspresi wajahku, "Apa kau sudah makan?"

Aku menggeleng, "Belum. Kau?"

"Belum. Ayo kita makan bersama," Belum sempat aku menjawab ajakannya, Greyson muncul di belakangku.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanyanya penasaran, "Maaf membuat mu lama menunggu," ujarnya.

"Hanya percakapan kecil, Dad." Jawab Zachary.

Mulut Greyson membulat, "Ayo Zach, Dad antar pulang setelah itu baru kita pergi," ia menatapku sejenak.

Tiba-tiba Zachary mengacungkan jari telunjuknya keudara, "Tunggu dulu Dad. Aku sudah terlebih dahulu mengajak Sansa berkencan. Dad harus mengantri,"

Aku terbahak sedang kan Greyson tersenyum ironi. Aku baru tahu kalau Zachary lebih agresif di bandingkan Greyson

Continue Reading

You'll Also Like

433K 34.6K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
71.4K 3.2K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
232K 34.8K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
48.4K 4.1K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...