AnnaBelle

By styuyun

894 44 7

Anna, adalah dirinya saat ini. Bella, adalah dirinya yang lalu. Anna kehilangan ingatan dalam kecelakaan yang... More

2 : Anna - Belle
3 : Akhir
4 : Kembali ke awal
5: Kehilangan
6 : Kejutan
7: Kebenaran

1 : AnnaBelle

346 12 2
By styuyun

"Anna! Minum susu dulu!"

"Nanti aja Ma, udah telat!"

"Anna!"


"Anna.."

Anna tersentak dari lamunannya dan mengerjapkan mata, melihat dokter Vani yang duduk di sebelahnya. Dokter itu membawa papan dengan penjepit di bagian atasnya. Papan itu menjepit lembaran penilaian kondisi Anna.

Dokter Vani menulis apapun yang dilakukan Anna di lembar penilaian itu. Anna pernah melihat dokter Vani menulis di lembaran itu saat dia tanpa sengaja kelepasan kentut. Anna sangat malu.

"Apa yang terjadi?" tanya dokter Vani

"Saya mengingat saat mama meminta saya minum susu sebelum berangkat sekolah"

Dokter Vani menulis di lembarannya.

"Kamu ingat suasananya seperti apa?"

"Tidak. Saya hanya melihat Mama dan mendengar suaranya. Tapi rasanya tidak familiar."

"Bagaimana suaranya, Anna?"

"Lembut, agak galak tapi penuh sayang."

Dokter Vani memberikan senyum cerah, "Itu bagus, kamu sudah mulai mengalami kemajuan. Konsultasi hari ini sudah cukup. Istirahat dan nikmati hari yang cerah ini"

Anna tersenyum lebar, "Terimakasih Dokter. Hari ini memang sangat cerah. Langitnya sangat biru."

Dokter Vani mengantar Anna sampai ke pintu ruangannya. dia membukakan pintu untuk Anna dan mendapatkan ucapan terimakasih dari seorang lelaki tinggi dan tampan yang berdiri di depan ruangannya. Lelaki itu bukan perawat. Dia terlalu tampan dan bergaya untuk menjadi perawat.

"Terimakasih Dokter"

"Sama - sama Damian."

Damian memberikan senyum singkat yang sopan dan merangkul pundak Anna. Dokter Vani baru bertemu pasangan muda itu sebulan tapi dia tahu Damian sangat mencintai Anna. Demi kesembuhan Anna, lelaki itu selalu meluangkan waktu untuk mengantar dan menemani Anna di setiap sesi.

Dokter Vani tahu, pasti berat saat melihat orang yang di cintai tidak ingat cinta yang telah terpupuk lama. Damian menunggu sampai Anna yang asli kembali. Menunggu cintanya kembali.

.....................................................................

Anna melirik Damian yang sedang berkonsentrasi menyetir. Dokter Vani bukan psikiater pertamanya, sejak terbangun dari tidurnya empat tahun yang lalu dengan ingatan kosong, Anna sudah menemui banyak psikiater. Psikiater dalam negeri maupun luar negeri tapi hasilnya sama, dia tetap Anna, bukan Belle yang di tunggu-tunggu Damian.

Anna berusaha, sungguh-sungguh berusaha. Dia melakukan apapun yang di sarankan. Memaksa dirinya untuk ingatpun sudah dia lakukan tapi hasilnya sama, dia tetap tidak bisa menjadi Belle.

"Damian, bagaimana kalau kita mampir ke Bebek Sultan? Kamu belum makan, kan?"

Damian tersenyum, "Boleh. Pas sekali, aku juga pengen makan di sana"

Anna tersenyum, puas telah menebak dengan benar. Dia selalu memperhatikan Damian. Awalnya dia melakukannya untuk menumbuhkan cinta yang telah hilang. Dia merasa bersalah pada lelaki itu, tidak tega saat melihat lelaki itu menatapnya penuh harap.

Awalnya sangat aneh, harus memaksa dirinya untuk mencintai orang asing tapi perlahan-lahan Anna benar-benar mencintai Damian. Dia lelaki yang sempurna. Tampan, baik, sabar dan pengertian. Meski kadang dia masih sering salah melihat Anna sebagai Belle.

Setelah mereka makan di Bebek Sultan, Damian mengantar Anna kembali ke apartemen. Rumah orang tuanya masih ada, tepat di samping rumah orang tua Damian tapi Anna tidak merasa nyaman di rumah itu. Dia merasa sesak dan beberapa kali pingsan saat berkunjung. Dokter mengatakan, itu trauma berat. Demi kebaikan Anna, lebih baik dia menghindarinya.

.....................................................................

"Huaaaahhhh!!" Damian menguap dan membaringkan tubuhnya di sofa panjang.

Anna tersenyum geli melihat tingkah Damian yang merenggangkan tubuhnya seperti kucing. Dia pergi ke dapur, membuatkan kopi untuk Damian. Lelaki itu paling suka dengan kopi buatan Anna. Kata Damian, lebih enak dan lebih berasa. Anna selalu tertawa setiap kali mengingat gombalan Damian itu.

"Terimakasih, Anna" kata Damian dengan senyum saat Anna meletakkan kopi di meja.

Damian segera bangun dari posisi tiduran dan menyeruput kopi favoritnya. Bergumam nikmat, membawa kikikan geli dari Anna.

"Apa? Memang kopi buatanmu nikmat kok" kata Damian menanggapi tawa Anna.

"Iyaaa.. makasiiih"

Damian tersenyum dan kembali menyesap kopinya. Anna duduk di sebelah Damian, menyalakan TV 21 inchi yang kemudian menampilkan channel movie. Damian meletakkan cangkir kopinya setelah menyesap habis cairan hitam pekat itu. Dia kemudian merengkuh Anna dalam pelukannya. Mereka menonton sambil sesekali saling memberi komentar atau tertawa.

Anna merapat pada Damian saat adegan romantis, membuat lelaki itu menunduk melihatnya karena ini pertama kalinya Anna merasa nyaman berdekatan denganya saat ada adegan romantis. Biasanya wanita itu agak menjauh dengan pipinya yang memerah.

Anna merasakan pandangan Damian, dia mendongak. Mereka saling pandang. Anna merasa tubuhnya panas saat melihat bibir Damian yang seksi. Damian menyadari kemana pandangan Anna, dia mendekat, memiringkan kepalanya. Anna memejamkan mata saat merasakan bibir Damian menyentuh bibirnya. Ciuman Damian lembut, ringan dan hanya beberapa detik. Lelaki itu mencium pipi Anna sebelum menarik diri.

Anna mengerjapkan mata, pipinya memerah karena merasa malu dengan apa yang dia fikirkan. Dia merasa kurang. Ingin lebih. Oh.. betapa mesum dirinya. Damian kembali melihat TV dengan santai. Tangannya terulur memeluk bahu Anna. Anna menyandarkan tubuhnya pada Damian. Itulah kemesraan mereka selama ini.

Damian menghormati Anna, dia tidak pernah meminta lebih dari sebuah ciuman sayang padanya. Anna melirik Damian, lelaki itu pasti tidak hanya melakukan ciuman lembut dengan Belle karena mereka punya lukisan skandal di studio lukis Belle.

Anna masih ingat, seminggu setelah dia sudah bisa normal lepas dari segala macam alat bantu kehidupan, Damian mengajaknya pulang ke rumah. Anna merasa asing tapi juga sesak saat melihat rumahnya, atau lebih tepat rumah Belle. Damian membawanya keliling rumah, memperkenalkan Anna pada kehidupan Belle. Di bagian belakang rumah, ada satu rumah kecil yang di sebut sebagai studio Belle. Di situlah Belle menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melukis.

Anna merasa takjub dengan studio kecil yang memiliki bau khas cat, ruangannya di kelilingi kanvas kosong dan kanvas yang di tutupi kain. Kanvas yang ditutupi kain itu adalah kanvas yang sudah tergores warna. Damian memperlihatkan pada Anna satu persatu karya Belle.

Damian mengatakan Belle adalah seorang pelukis realis. Dia paling suka melukis manusia, karena menurutnya manusia itu adalah aktor paling alami tapi juga aktor paling payah. Anna bisa memahami itu dari setiap lukisan Belle. Ada seorang wanita yang tersenyum tapi gestur tubuh dan matanya memperlihatkan kesedihan. Anna tidak menyangka tangannya bisa membuat karya seindah itu.

"Bagaimana?" tanya Damian dengan penuh harap melihat Anna yang memperhatikan lukisan Belle.

"Bagus banget."

Damian tersenyum kecil. Dia mengambil pallet, menuangkan tiga dasar warna cat minyak ke atas pallet dan mengambil satu kuas ukuran sedang. Dia menyodorkannya ke Anna.

"Cobalah melukis"

Anna melihat dua benda itu, entah kenapa dia tidak ingin menyentuhnya. Tangannya terasa sangat berat, tidak ingin bergerak. Lalu dengingan di kepalanya yang seperti alarm membuatnya mundur.

"Maaf Damian, aku.. aku tidak suka melukis."

Damian melihat raut sakit di wajah Anna dan tidak memaksa lagi. Dia ingat apa yang dikatakan Dokter. Demi kebaikan Anna, tidak boleh ada paksaan atau akan berpengaruh pada fisik atau bahkan akan ada kepribadian lainnya.

Belle tidak mengalami amnesia, setelah bangun dari komanya selama 4 tahun, Belle memiliki kepribadian lain. Hal itu di dukung dengan tes psikologis yang dilakukan rumah sakit. Kepribadian lain Belle bernama Anna. Gaya berpakaiannya, makanan kesukaan, bahkan kebiasaannya yang paling kecil saja, sangat berbeda dari Belle.

Anna merasa bersalah saat melihat raut sedih Damian. Dia mencoba mencari topik lain karena dirinya benar-benar tidak ingin melukis. Dia mungkin menyukai lukisan Belle, tapi hanya standar seperti orang pada umumnya. Dia mengatakan bagus seperti mengatakan mawar itu indah, tidak berarti dalam.

Pandangan Anna akhirnya berhenti di kain putih yang lebih besar dari kain penutup lainnya.

"Damian, yang itu juga lukisan Belle?" tanya Anna sambil menunjuk lukisan besar itu.

Anna tidak pernah memanggil dirinya yang dulu 'aku', dia selalu memanggilnya 'Belle' karena dia tidak pernah merasa menjadi Belle.

Damian tersenyum lebar, senyum penuh arti dan setengah jahil.

"Ini lukisan favoritku dan Belle." Kata Damian sambil berjalan menuju lukisan itu.

Anna mengikutinya, berfikir bahwa mungkin itu lukisan Damian dan Belle yang sedang romantis. Damian menarik penutupnya dan Anna berteriak histeris.

"Ya tuhan!" Anna menutup matanya begitu melihat apa yang dilukis Belle "Damian. Tutupi itu. Oh tuhan. Tutupi itu!"

Damian tidak menutup lukisan itu seperti perintah Anna. Dia memandang lukisan tenjang dirinya dan Belle dengan penuh rindu. Belle yang melukis itu, sama seperti foto saat mereka bayi dulu. Telanjang. Ekstrim memang, tapi itulah Belle dan seninya.

"Oh tuhan!" Anna berteriak lagi saat dia membuka matanya dan masih melihat lukisan vulgar itu.

Anna semakin tidak suka dengan dirinya yang dulu. Bagaimana bisa dia melukis telanjang dirinya sendiri dan Damian. Mereka memang sudah bersama tapi tetap saja. Lukisan itu begitu realis. Anna sangat malu apalagi melihat kejantanan Damian yang dalam posisi tegak. Belle membuka kakinya lebar, memperlihatkan daerah intimnya. Mereka terlihat begitu sensual dan tanpa malu. Apa yang sudah mereka lakukan dulu?!

Damian akhirnya menutupi lukisan itu setelah Anna berulang kali menyebut 'Oh Tuhan' dan 'Tutupi'.

"Sudah?" tanya Anna yang masih menutup rapat matanya dengan tangan.

"Sudah"

Anna mengintip dari celah tangannya dan menghela nafas lega begitu melihat kain putih. Anna bercakak pinggang melihat Damian tidak setuju.

"Itu.. Itu sangat-sangat-sangat tidak ber-etika, Damian. Bagaimana bisa kalian berpose seperti itu dan mengabadikannya. Demi Tuhan! Sebenarnya apa yang sudah kalian lakukan?" Anna terkesiap, "Jangan-jangan kalian sudah.. sudah.. aku sudah.. sudah berdosa tanpa aku tahu? OH tuhan!" Anna berderap keluar dari studio Belle dengan marah dan jijik.

Anna butuh berbulan-bulan untuk menenangkan dirinya dan menerima Belle tidak sama sepertinya. Damian, kedua orang tuanya dan psikolog membantu proses itu.

"Anna..."

Anna mengerjap dan melihat Damian memandangnya khawatir.

"Kamu tidak apa-apa?"

Anna menggeleng, "Tidak. Aku baik-baik saja. Hanya ingat sesuatu"

"Ingat apa?"

Anna langsung menyesal saat melihat ekspresi Damian yang penuh harap.

"Ingat saat pertama ke rumah"

"Oh.."

Anna menggigit bibirnya, memandang Damian yang sudah melihat ke arah lain.

"Damian."

"Hem?"

"Apa... apa kamu tidak bisa mencintai aku sebagai Anna?"

Damian melihat Anna lagi. Tangannya meraih pipi Anna, menyentuhnya lembut.

"Aku mencintaimu, Anna. Aku hanya takut... kamu yang tidak mencintaiku dengan cara yang sama"

Anna menyentuh tangan Damian, "Aku mencintaimu, Damian. Aku tidak tahu bagaimana aku mencintaimu dulu tapi aku sangat mencintaimu sekarang"

Damian terkejut mendengar pengakuan Anna. Ekspresinya berubah-ubah dengan cepat membuat Anna penasaran dengan apa yang difikirkan Damian dengan pernyataan cintanya.

Damian memeluk Anna erat, membuat mereka menempel lekat. Anna bisa merasakan jantung Damian berdetak keras dan cepat. Dia berharap suara itu menunjukkan bahwa Damian bahagia.

Damian tidak mengatakan apapun setelah melepaskanpelukannya. Dia mencium dahi Anna lalu pamit pulang.

Continue Reading

You'll Also Like

158K 10K 22
Akankah kisah tragis terulang kembali? °°° 'Hikayat cinta Sang Iblis', lanjutan dari cerita 'Di bawah naungan Sang Iblis' Cover by Pinterest and Me
391K 43.3K 26
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...
2.3M 105K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
1.3M 82.6K 36
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...