Married Not Dating - Minchae...

By fairyhyeol_

82.6K 5.7K 647

Kim Mingyu yang bahkan tidak mengenal Jung Chaeyeon dan keduanya harus menikah karena perjodohan yang kedua... More

00. Project
01. What?
03. Say bye and hi?
04. The Night
05. D-Day?
06. The Night (2)
[ ATTENTION ]
07. Beginning?
08. I Don't Know
09. You Don't Know
10. Why?
11. This Feeling
12. About
13. Heartbeat
14. With You
15. Begin
16. A New Day
17. You and Me (Special Chapter)
18. Love Story (End)

02. Problem

5.4K 388 13
By fairyhyeol_


– M A R R I E D  N O T  D A T I N G –
...

*maaf jika chap ini lebih banyak moment wonchaenya dulu

Saat ini, mereka –gadis yang bernama Jung Chaeyeon dan pemuda yang bernama Jung Jaehyun itu tengah berada di taman belakang kampus tempat mereka menempuh pendidikan itu.

Jung Jaehyun sudah duduk di hamparan rumput, sedangkan Chaeyeon masih berdiri sibuk menyeruput minuman yang tadi pemuda itu berikan padanya.

"Ayo, sini duduklah," Jaehyun menepuk-nepuk hamparan rumput hijau itu, menyuruh Chaeyeon untuk segera duduk. Tak lama gadis itupun menurutinya, Ia duduk bersila.

Sembari menyeruput minuman yang ada ditangannya, Chaeyeon memandang langit yang berwarna biru muda tanpa awan itu. Tak sadar, sedari tadi pemuda yang bersamanya itu terus memandanginya sambil tersenyum.

Sadar strawberry lattenya itu sudah habis, ia berhenti menyuruputnya lalu ia taruh wadahnya itu disebelahnya – lalu embali memandang ke arah langit yang berhasil menenangkan sedikit pikirannya.

Ia kini memejamkan matanya merasakan angin menerpa wajah dan rambut yang sengaja Ia gerai itu, sembari berusaha melupakan apa yang telah terjadi beberapa menit lalu.

"Jangan selalu menatapku seperti itu Jae," gumamnya. Ia sudah menyadari pandangan yang Jaehyun tujukan padanya.

Si pemuda yang ditujunya kini malah semakin melebarkan senyumnya, Ia juga sedikit terkekeh.

"Kenapa memangya? Bukannya sudah biasa jika aku selalu seperti ini?" Ia tak memudarkan senyuman manisnya itu hingga meperlihatkan lesung pipi yang merupakan sebuah seni di wajahnya.

Ia terdiam. Gadis itu memutuskan untuk membuka matanya, lalu meluruskan pandangannya – memandang hamparan rumput yang berada di depannya.

"Heol," Chaeyeon menghembuskan napasnya kasar. "Iya tapi saat ini moodku sedang buruk kau tahu,"

Gadis itu kini meluruskan kakinya lalu menjatuhkan tubuh kecilnya itu ke hamparan rumput. Tak hanya Chaeyeon, Jaehyun mengikutinya untuk merebahkan tubuhnya disana.

"Ya... yaa... Aku tahu," ujar Jaehyun yang kini menyilangkan tangannya di bawah kepalanya untuk menjadikan itu sebuah bantal.

"Kau memikirkan Jeon Wonwoo yang tidak mau menikahimu. Benar?" Tanya pria itu, Chaeyeon hanya menghembuskan napas kasarnya disela-sela matanya masih terpejam.

"Uuuhhh, dia lebih memilih buku-bukunya itu dari pada kau, hidupmu miris sekali ya," ucap Jaehyun yang terdengar jelas seperti sebuah ejekan ditelingan gadis disampinya itu.

"Diamlah jika tidak ingin mati," ketus Chaeyeon.

"Uuhhh aku takut sekali–aaahhh yaakk!" Jaehyun berteriak karena ia merasakan kesakitan di tubuhnya karena ada yang mencubitnya. Siapa lagi? Jelas itu Chaeyeon.

"Dasar gadis kasar... kenapa ya Wonwoo mau denganmu, Aku her-"

"Kubilang diam,"

Jaehyun hanya terkekeh. Ia kini bangkit dari posisinya untuk berdiri. Chaeyeon masih terpejam disana, Ia masih menikmati angin yang berhembus menerpa wajah cantiknya dan berharap apa yang diinginkannya terjadi.

"Aku akan pergi dulu, sebentar lagi ada kelas daahh!" ucap ucap pemuda Jung itu yang pergi begitu saja karena Ia lupa jika ada kelas, yang membuat mata Chaeyeon terbuka sekarang.

"Menyebalkan sekali, dia yang mengajakku kesini tapi dia juga yang meninggalkanku," ucapnya sebentar lalu ia pejamkan matanya lagi, kini gadis itu berniat untuk tidur sebentar karena matanya lelah sekali. Keputusan orangtuanya untuk menikahkannya membuat Ia berpikir penuh semalaman sampai dirinya sulit untuk tidur.

"Limabelas menit cukup,"

...

Kini dua orang yang tengah berada di lingkaran cinta itu tengah berjalan sambil bergandengan tangan menyusuri jalanan Seoul. Mereka adalah Mingyu dan kekasihnya– Joo Kyulkyung.

"Kau mau kesana?" Tanya Mingyu pada gadis disampingnya. Ia mengangguk setuju membuat sebuah senyuman terpancar dari wajahnya. Merekapun berjalan pergi ke toko aksesoris.

"Sayang, ayo kita beli gantungan ini" ucap Kyulkyung menunjukan gantungan berbentuk beruang yang ada ditangannya.

Mingyu mengambil gantungan beruang yang berwarna merah muda itu, lalu mensejajarkan benda kecil itu telat disamping wajah Kyulkyung.

"Kau mirip dengan ini, lihat bibirnya tipis dan berwarna merah," canda pemuda itu hingga membuat Joo Kyulkyung tersenyum.

"Ah benarkah? Lucunya, oh! lihat-lihat, apa aku cocok?" Tanya Kyulkyung, ia memakai bando yang bertelinga kelinci di kepalanya membuatnya semakin terlihat imut saja.

"Kau lucu," ujar Mingyu tersenyum. Tak lama Kyulkyung mengambil bando yang terdapat pita merah muda besar disana, ia memakaikannya untuk Mingyu

"yak kau lebih lucuu ahahah," gadis itu terkekeh. Dan bukannya kesal, Mingyu malah mengangkat lalu membuka kedua tangannya, Ia meletakan itu dibawah dagunya.

"Apa aku juga terlihat cantik?" ia berlagat seperti wanita, yang membuat Kyulkyung makin terkekeh melihatnya. Mingyu hanya tersenyum, lalu ia menatapnya kosong. Ia tahu dibalik tawa itu ada rasa kekhawatiran dalam diri Kyulkyung. Menyadari itu, senyuman gadis dihadapannya mulai memudar.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya yang membuat Mingyu kembali tersenyum, pria itu menggelengkan kepalanya lalu menarik lengan kecil milik gadis dihadapannya. "Ayo kita kesana saja,"

Tak sadar, sedari tadi ada yang memperhatikan mereka dan memotret kebersamaan mereka.

...

Ini sudah memasuki sore hari. Dan dua jam telah berlalu begitu saja, namun Chaeyeon masih terlelap di atas hamparan rumput hijau itu. Disebelahnya, ada seorang pemuda yang tengah memandanginya. Ia sedari tadi tersenyum memperhatikan wajah kekasihnya itu yang tengah larut dalam mimpi.

Ia sudah disana sejak duapuluh menit yang lalu.

"Kenapa kau sangat cantik," gumam pemuda itu yang tak lain adalah Jeon Wonwoo – pemuda yang telah membuat mood seorang Jung Chaeyeon hari ini lebih buruk.

Telinga gadis itu menangkap suaranya, membuat Ia dengan perlahan membuka matanya. menyadari ada seseorang yang berbaring disebelahnya dan tengah menatapnya, Ia langsung menoleh ke arah orang itu.

Wonwoo tersenyum lebar sampai menampakkan gigi putihnya.

"Selamat sore tuan putri," ucapnya.

Chaeyeon mendelik. Ia bangkit dari posisinya dan langsung berdiri, tak lupa mengambil tasnya. Namun tasnya ditahan oleh Wonwoo yang saat ini tengah duduk.

"Lepaskan," titah Chaeyeon dengan nada sinis. Namun Wonwoo tak melepaskannya begitu saja, Iapun ikut berdiri.

"Ayo,"  pemuda itu malah menggenggam lengan Chaeyeon, tapi gadis itu dengan cepat menghempaskannya.

"Tidak mau, kembalikan tasku!" Teriaknya. Wonwoo menatap kekasihnya itu dalam.

"Ayo kita pergi makan, aku tahu kau belum makan tadi siang," ujarnya dengan tenang.

"Siapa yang peduli? Hubungan kita sudah berkhir jadi kau tak usah menemuiku lagi," ucap Chaeyeon dingin yang malah membuat pemuda dihadapannya tersenyum miring.

"Berakhir? Kapan kita memutuskan untuk berakhir?"

"Sejak tadi siang, cepat kembalikan tasku," Chaeyeon mencoba mengambil tas itu dari tangan Wonwoo tapi pemuda itu malah mengangkat tas itu dengan tangannya setinggi mungkin sehingga gadis dihadapannya tak bisa menggapainya.

"Aku tidak menyutujuinya, lagi pula itu keputusan secara sepihak jadi tidak sah," ujar Wonwoo. Chaeyeon sibuk melompat-lompat untuk menggapai tasnya itu dan mengabaikan tatapan yang pemida itu berikan.

"Siapa yang peduli itu sah-atau-tidak," ujarnya ditengah lompatannya itu, Ia kecapean dan memutuskan untuk berhenti.

"Yakk! Jeon Wonwoo kembalikan tas kuuuu!" Teriakannya kali ini dua kali lipat lebih kencang membuat Wonwoo menutup telinganya. Alhasil,  benda di tangan pemuda itu bisa digapainya, Ia pun segera berlari meninggalkan Wonwoo disana.

Wonwoo tertunduk, pria itu mengacak rambutnya kasar. Sungguh, Ia tidak bisa mencari jalan keluar.

Sementara itu, disebuah ruangan kerja yang cukup luas terdapat pria paruh baya yang tengah duduk di kursi sambil menatap ke jendela. Di mejanya terdapat tanda nama 'Presdir Kim Minjoon'. Yah, Kim Minjoon namanya. Ia merupakan Presiden Direktur dari salah satu perusahaan properti terbesar di korea selatan.

"Ini Pak," ucap seseorang yang ada di ruangan itu juga, Ia adalah sekertaris sang Direktur.

Minjoon beralih pada benda yang diletakan si sekertaris di mejanya. Ia mengangkat benda yang merupakan sebuah foto itu.

"Terimakasih, kerjamu bagus sekertaris Jang," ujarnya saat melihat foto dua orang yang sedang jalan bersama, dan salah satunya merupakan anak kandungnya sendiri. Ia memiringkan senyumannya.

"Pak Direktur, sebelum saya kesini, putra  anda masuk kedalam sebuah Bar. Tapi kulihat dia tidak bersama gadis itu," ujar sekertaris Jang.

Minjoon hanya menarik napasnya dalam, lalu mengusap wajahnya kasar.

"Kau boleh keluar, akan aku transfer dua kali lipat gajimu sesuai janjiku," ujar Minjoon menatap kembali jendela.

"Baik, Pak. Terimakasih," Sekertaris itu membungkuk sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu.

...

Malam sudah tiba, langit sudah berubah menjadi gelap semenjak beberapa jam yang lalu. Ia kini tengah berjalan menikmati udara dingin di atas jembatan yang dibawahnya terdapat sungai han.

Gadis itu –Jung Chaeyeon, Ia hanya melangkah menatap kedepan, sembari tangannya Ia silangkan di depan perutnya. Chaeyeon kedinginan, bagaimana tidak? Saat ini hanya menggunakan kemeja putih dan celana jeans yang ia pakai saat tadi pergi ke kampusnya dan belum mengganti pakaiannya. Bukannya pulang kerumah saat larut malam, Ia memilih pergi ke sungai han hanya untuk sekedar menenangkan sedikit pikirannya.

"Auhh, kenapa udaranya dingin sekali... tidak seperti biasanya," ucapnya sembari tangannya ia gesekkan pada tangan yang satunya, berharap setidaknya tubuhnya sedikit menghangat.

Drrrttt... drrrttt..

Ponselnya bergetar, dengan cepat Ia mengodok saku jeansnya untuk mengambil benda persegi panjang itu. Saat dilihat, ada beberapa pesan masuk dan juga sederet panggilan dari beberapa orang yang Ia kenal. Diantaranya ialah Ibunya, Wonwoo, dan juga Jaehyun.

Lupakan tentang siapa yang menelfon, Ia membuka pesan teratas yang baru saja sahabatnya Jaehyun kirimkan kepadanya.

– aku datang kerumahmu untuk menghantarkan makanan kesukaanmu, tapi Ibumu bilang kau belum pulang. Kukira kau pergi bersama Wonwoo tapi saat aku menghubunginya, katanya kau tidak sedang bersamanya. Jika bersama Sejeong temanmu, kupikir tidak mungkin karena Ia sedang liburan bersama Seungcheol hyung ke Busan jadi aku yakin kau sedang berada di atas jembatan sungai han.
Cepatlah pulang, Ibumu sangat khawatir. Udara malam ini sangat dingin jadi kau jangan berlama-lama disana, cepatlah pulang gadis nakal

Itulah sederet kalimat-kalimat panjang yang jaehyun kirimkan kepadanya. Chaeyeon hanya tersenyum setelahnya, ia lalu menatap ke atas. Diatas sana banyak bintang bertebaran yang sedang berkelap-kelip, membuat bibir gadis itu kembali menciptakan lengkungan indah.

"Kumohon salah satu dari kalian akan jatuh lalu mengabulkan permintaanku," ujarnya tanpa menghilangkan lengkungan itu.

"Yaaaaakkkk!" Teriakan yang kencang membuat Chaeyeon kaget tak main, karena teriakan itu cukup keras. Mencari sumber suara, kepalanya Ia hadapkan kekiri dan kekanan. Namun nihil tak ada seseorang. Ia berpikir jika yang berteriak itu adalah orang yang sedang mengendarai mobilnya saat melewati dirinya.

"Yaaisshh! kenapa kalian melakukan ini padaku! Aarrrrggghhhh!" Terdengar ada teriakan lagi. Ia menyadari bahwa suara itu berada di belakangnya, gadis itupun berbalik karena penasaran.

Dan tepat, ternyata disebrang sana ada seseorang. Dia tengah menatap ke bawah sambil tubuhnya ia dempetkan pada tembok pembatas. "Yaakk! Aaaaa! akhhhahaa.. arghh," suaranya semakin kesini semakin lirih.

Chaeyeon menyipitkan matanya melihat baik-baik orang itu.

"Dia sedang mabuk," pikirnya saat gadis itu melihat sebuah botol yang berada di tangan kanan orang itu.

Tak lama, ada sebuah mobil yang berhenti di dekat orang tadi. Lalu dua pria berjas hitam tiba-tiba keluar dari mobil itu, mendekatinya lalu menarik orang yang tadi berteriak yang diketahui Chaeyeon adalah seorang pria. Pria itu nampak menolak dan meronta-ronta tapi ia berhasil diseret kedalam mobil karena terlihat dua orang berjas itu bertubuh besar.

"Apakah itu penculikan? Kurasa bukan, yang tadi itu terlihat jelas seperti seorang bodyguard," Gumam Chaeyeon sembari memperhatikan mobil tadi yang kini mulai melaju.

"Benar sekali kau ada disini," ucap seseorang membuat Chaeyeon kembali terkejut. Saat menyadari suara itu dari mana, Ia langsung berbalik kesana. Namun, Ia cukup tercengang karena orang itu sudah berada di sebelahnya.

"Akh! Buat kaget saja!" Rutuk Chaeyeon.

"Apa kau sedang kabur? Ini sudah malam dan kau masih berkeliaran diluar," ucap seseorang itu yang diketahuinya adalah Jeon Wonwoo. Gadis itu memutar bola matanya malas.

"Kenapa kau disini sih," ucapnya sebelum kembali berjalan.

"Wah, kau masih marah padaku ya," ujar Wonwoo sembari mengekori gadis itu.

"Diamlah," ketus gadis itu. Wonwoo hanya mengangkat bahunya, lalu  berusaha menyamakan posisinya dengan Chaeyeon. Gadis itu berusaha untuk tidak peduli, dan Wonwoo hanya tersenyum.

Beberapa menit berlalu, kini dua orang itu telah sampai di halte bus terdekat, sebentar lagi bus terakhir akan segera tiba.

Disepanjang perjalanan tadi tidak ada satupun dari keduanya yang membuka suara. Yang satu hanya terdiam dan berusaha tidak mempedulikan pemuda yang sudah menyamai langkah kakinya itu, dan yang satu lagi terus menerus tersenyum sambil sesekali ia melirik ke arah gadis disebelahnya itu.

Buspun akhirnya datang, Chaeyeon segera melangkahkan kakinya untuk menaiki bus itu namun tangannya ditahan oleh Wonwoo dan membuat gadis itu berbalik. Dengan cepat Wonwoo melepaskan jaket yang ia kenakan dan menggantungkannya di bahunya. Dan gadis itu hendak melepas kembali jaketnya, sebelum sebuah tangan menahannya kembali.

"Pakai saja, aku tahu kau sangat kedinginan, cepat masuklah." ucap Wonwoo yang menatap gadis dihadapannya cukup dalam.

Tak mengeluarkan suaranya, Chaeyeon langsung begitu saja menaiki bus lalu duduk di kursi penumpang tanpa mempedulikan Wonwoo yang masih terdiam disana.

"Maaf Tuan, kau tidak akan naik?" Tanya supir bus, Wonwoo menggelengkan kepalanya.

"Silahkan pak" ucap pemuda itu. Pintu buspun tertutup.

Sadar jika Wonwoo belum naik, Ia langsung melihat kearah jendela. Dilihatnya wonwoo tengah menatapnya sambil tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya. Gadis itu kebingungan hingga buspun melaju meninggalkan Jeon Wonwoo yang kini sudah hilang dari pandangannya.

Sebuah pesan masuk tertera di ponselnya. Ia dengan cepat membuka itu, diatasnya terdapat nama kontak si pengirim. Jeon Wonwoo,

– kau sedari tadi cemberut saja. Apa aku membuat moodmu benar-benar buruk hari ini? Aku sungguh minta maaf

Itu adalah kalimat yang dikirim oleh wonwoo. Dengan cepat, Chaeyeon mengetikkan balasannya untuk dikirim kepada pemuda itu.

'Apa kau sudah gila? Ini adalah bus terakhir, bagaimana kau pulang? Apa kau membawa mobilmu? Bukannya mobilmu sedang di pinjam oleh Ayahmu? Tak ada taksi di sekitar sana,'

Begitulah isi balasan yang Chaeyeon sudah ketik. Tinggal mengirim, namun Chaeyeon terdiam sebentar. Lalu dengan tiba-tiba menghapus itu semua dan memasukkan ponselnya itu ke dalam tasnya. Ia berusaha untuk tidak peduli, meski jauh didalam sana, ia sangat khawatir pada Wonwoo.

"Akhhh aku bisa gila" gumamnya, ia mengacak rambutnya kesal.

...

Saat ini sebuah keluarga kecil tengah berkumpul di ruang makan untuk menyantap sarapan pagi yang telah disiapkan para pelayan di rumah itu.

"Kenapa kau tidak masuk kelas satupun kemarin?" Tanya Ibunya dengan lembut. Sebelumnya, anak satu-satunya itu tidak pernah begitu.

"Ng? Apa dosenku yang memberi tahumu Bu? Akh kemarin badanku sakit, jadi aku beristirahat di rumah temanku," Ujar seorang pemuda bernama Kim Mingyu itu.

"Ohh.. begitu ya, lalu..." Pria paruh baya itu mengeluarkan suatu benda dari dalam sakunya, itu adalah foto yang diberikan sekertarisnya kemarin siang.

"Bisakah kau jelaskan ini," Ia letakkan foto-foto itu di hadapan Mingyu membuat pria itu terdiam saat melihatnya.

Tuukkk.

Mingyu menjatuhkan sendok dan garpunya. Ia berdiri, menghela napasnya lalu memiringkan senyumannya.

"Hhh.. apa Ayah memberiku seorang penguntit? Tsk, Lucu sekali," ucap Mingyu tersenyum sinis. Membuat Ayahnya, Kim Minjoon ikut berdiri.

"Aku sudah kenyang, terimakasih makanannya," Iapun berbalik hendak meninggalkan mereka.

Namun sebelum itu, "Pikirkan posisi yang sangat kau inginkan nak," ujar ayahnya lalu ia segera berjalan menuju ruang kerjanya meninggalkan istri dan putra tunggalnya tersebut.

Mingyu menarik napasnya kasar, Ibunya mengusap kepala pemuda itu – berusaha menenenangkannya.

"Sudahlah, lebih baik kau pergi kekamarmu dan beristirahatlah," ucapnya lembut. Mendengar itu Mingyu langsung menghadap Ibunya tersebut lalu memeluknya erat.

"Bu, kenapa aku harus seperti ini," lirih pemuda itu. Ibunya menutup matanya, ia sangat tahu jika keadaan ini sangat sulit untuk anak satu-satunya itu.

"Dengarlah, terkadang hal yang kita sangat inginkan membuat kita harus mengorbankan sesuatu, meskipun pengorbanan tersebut sangat sulit untukmu, tapi kau tak harus menyerah. Mungkin pilihan itu bisa jadi lebih baik untukmu Nak," ujar ibunya itu sembari menepuk punggung Mingyu.

-To be Continued-

Yeayy chap 2 akhirnya selesaii 😣
Aku panjangin nihh hehe

Untuk loving u dikesampingkan dulu. Karena aku ngetiknya di laptop dan laptop itu sekarang lagi gk ada dirumah, jadi.. ya begitu.

Yasudah silahkan review dan vommentnya yaaa
Biar aku nambah semangat buat lanjut

Continue Reading

You'll Also Like

159K 25.6K 47
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
281K 26K 68
[ 전원우 ] Jeon Wonwoo✔ 'Saya ingin kamu menikahi Seungwoo, Gaeun-ah' Ny.Jeon 'Tapi bagaimana dengan Hana eonni eommanim?' Gaeun 'Tidak ada pernikahan a...
3.9K 244 14
Memiliki suami yang sempurna luar dalam merupakan ketakutan terbesar-ku. Tidak pernah ada niat untuk menikah karena trauma besar yang kumiliki tetap...
49.5K 5.3K 40
When someone enters your life unexpectedly "Jadi, kita beneran satu Universitas- eh, maksud gua satu fakultas?" "Iya..? Wow. Gua juga gak nyangka.."...