SECRET (Bimil)

By sonyatoho

185K 18.1K 2.8K

Kim Jaejoong harus terpaksa dipenjara karena tuduhan tabrak lari yang sebenarnya sama sekali bukan kesalahann... More

SECRET (Bimil)
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8A
Episode 8C
Episode 9A
Episode 9B
Episode 10A
Episode 10B
Episode 11
Episode 12
Episode 13
Episode14
Episode 15
Episode 16
Episode 17
Episode 18
Episode 19
Extra Part
OPEN PO BUKU UNCOMMITED

Episode 8B

5.5K 627 78
By sonyatoho

Go Sunghee di atas

Happy reading ^^

***

Setelah mendapatkan pemberitahuan dari suster, Jaejoong memutuskan untuk mengunjungi ibunya terlebih dahulu sambil menunggu Yoojung datang.

"Eomma, sekarang kita sudah tidak bisa tinggal di rumah itu lagi. Meski begitu, aku yakin kita akan baik-baik saja, Eomma. Eomma tidak perlu khawatir. Aku pasti akan membereskan kesulitan ini," kata Jaejoong sambil menggenggam erat tangan ibunya. "Eomma, cepatlah sadar dan sembuh."

"Oppa?" Yoojung ternyata sudah tiba. Gadis itu datang masih lengkap dengan seragam dan ranselnya.

"Kau sudah datang?" Yoojung mengangguk dan mengambil duduk di samping kakaknya.

"Oppa, aku menemukan ini saat membereskan barang-barang kita. Apa ini milik Oppa?" Yoojung bertanya sambil menunjukkan sebuah kotak. Gadis itu baru saja tiba di ruang rawat ibunya dan mendapati sang kakak di sana.

"Apa itu?" tanya Jaejoong, memicingkan matanya.

Yoojung pun mengeluarkan isinya. "Sebuah cincin berlian. Darimana Oppa mendapatkannya? Apa Oppa..." Yoojung mengernyit, tatapannya memicing curiga ke arah Jaejoong.

Jaejoong langsung merebut cincin itu. "Ini pemberian seseorang. Jaga ucapanmu."

"Maaf." Yoojung langsung menundukkan kepalanya, merasa bersalah setelah mendapatkan tatapan dan ucapan marah dari kakaknya.

"Ini..." Jaejoong bergumam memandangi cincin berlabelkan Swarovsky tersebut.

...

...

Dengan ragu Jaejoong menyerahkan cincin itu pada seorang penjual perhiasan di pinggir jalan dekat rumahnya. Paman penjual itu meneliti dengan seksama perhiasan tersebut menggunakan kaca pembesar.

"Kondisi perhiasannya benar-benar sempurna. Metode pembuatannya pun terlihat luar biasa. Darimana kau mendapatkan ini? Kenapa kau tidak jual saja kepada penjual aslinya," komentar paman penjual itu.

Alih-alih menjawab, Jaejoong membalas, "Paman, tolong berikan aku sebanyak mungkin uang yang bisa kau berikan untuk perhiasan itu. Aku sangat membutuhkannya."

Jaejoong tidak punya pilihan lain. Ia sudah tidak punya uang lagi untuk membayar perawatan ibunya dan cincin ini, hanya cincin ini yang bisa ia gunakan untuk melunasi biaya rumah sakit. Meskipun ia tidak enak hati menjualnya tanpa seizin pemilik aslinya, tapi ia terpaksa melakukannya. Mungkin nanti jika ia sudah punya uang, ia akan mengganti cincin itu.

Setelah mendapatkan uang dari hasil menjual cincin milik pria itu, Jaejoong kembali ke rumah sakit untuk membayarkan biaya rumah sakit.

"Suster, ini uangnya. Apa cukup?" kata Jaejoong sambil menyerahkan semua uangnya kepada suster yang menagih.

Suster menerima uang itu dan mengetik sesuatu di komputernya. "Ini lebih dari cukup. Aku akan memberikan kembaliannya."

"Tidak usah. Gunakan saja untuk tambahan hari untuk perawatan ibuku. Apa itu bisa?" usul Jaejoong.

Suster menganggukan kepalanya. "Tentu, Tuan. Terima kasih atas kerjasamanya."

Jaejoong kini dapat bernafas lega. Satu masalah teratasi. Namun, kini dengan apa ia harus mengganti uang cincin itu? Ia yakin harga aslinya pasti jauh lebih mahal dari uang yang ia dapatkan dari paman penjual itu.

Jaejoong terduduk lemas di salah satu bangku di lobi rumah sakit, ia memikirkan nasibnya yang tak kunjung membaik.

Tiba-tiba entah dari mana datangnya, tiga orang berpakaian serba hitam muncul di depannya dan tanpa sepatah kata pun langsung menarik Jaejoong.

"Siapa kalian? Turunkan aku! Siapa-" salah seorang dari mereka membungkam mulut Jaejoong dan menyeret pria cantik itu.

...

...

Setelah diculik dari rumah sakit, para pria tadi membawa Jaejoong ke suatu tempat. Yang jelas jika Jaejoong tidak salah, tempat itu adalah perusahaan tempat Jaejoong bekerja tempo lalu. Jaejoong sempat melihat cermin di lobi yang pernah Jaejoong bersihkan sebelum dipecat.

Para pria itu melepaskan tangan Jaejoong dengan kasar saat mereka sudah berada di depan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya.

"Aku memberikan cincin itu untuk calon menantuku. Tapi kenapa bisa berada di tangan seorang pria tidak dikenal sepertimu? Apa kau tahu berapa harga cincin yang kau jual? Kau tidak bisa menjualnya sembarangan karena cincin itu memiliki kode khusus. Apa kau tidak terpikir mencari pemiliknya untuk mencari tahu berapa harganya?" Nyonya itu bahkan langsung berbicara tanpa basa-basi lebih dulu, apalagi menyapa.

Jaejoong memejamkan matanya, bagaimana bisa ia ketahuan menjual cincin orang lain dalam waktu sesingkat ini? Apalagi berhadapan langsung dengan sang pemilik aslinya. Apa seperti ini kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang kaya? Mungkin riwayatnya akan berakhir saat itu juga.

"Maafkan aku, Nyonya." Jaejoong membungkukkan tubuhnya dalam-dalam.

"Apa kau mencurinya?" tuduh Nyonya itu.

Jaejoong langsung mengangkat kepalanya. "Apa?"

"Aku yang memberikan cincin itu!" tiba-tiba seseorang datang di antara mereka.

"Yunho?" ucap Nyonya itu.

Mendengar nama itu disebut, Jaejoong menolehkan kepalanya ke arah pria tampan yang baru saja tiba tersebut.

"Cincin itu... aku yang memberikan padanya. Apa yang Eomma lakukan di sini? Lagipula Eomma memberikan cincin itu untukku dan karena Tiffany menolak, jadi cincin itu otomatis masih menjadi milikku." Setelah berucap demikian, Yunho pun menatap ke arah Jaejoong yang balas menatapnya.

Yunho mendekati Jaejoong dan mencengkram lengannya cukup kuat hingga pria manis itu meringis kesakitan. Yunho langsung menyeret pemuda manis itu untuk mengikutinya, membuat Jaejoong kepayahan mengimbangi langkah kakinya yang besar.

"Apa kau memang hobi mengambil milik orang lain, huh?" ujar Yunho to the point begitu ia membawa Jaejoong ke suatu ruangan.

"Aku berjanji akan mengembalikannya," tutur Jaejoong tanpa berani menatap pria di depannya, ia terus menundukkan kepalanya.

"Dengan apa kau akan mengembalikannya? Bicara saja memang mudah."

"Aku membutuhkannya untuk biaya perawatan ibuku. Maafkan aku, Tuan. Aku tahu itu salah, tapi aku terpaksa melakukannya," ucap Jaejoong menjelaskan.

Yunho tersenyum sinis mendengarnya. "Pasti menyenangkan kau punya alasan."

"Aku minta maaf."

"Jangan meminta maaf. Aku tidak perlu maaf darimu. Kau harus mencoba untuk merasakan kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupmu tanpa kau bisa berbuat apapun. Rasakanlah apa yang kurasakan. Kau juga harus merasakan betapa sengsaranya aku kehilangan orang yang paling berharga bagiku karena ulahmu."

"Maafkan aku."

Rasanya Jaejoong ingin menangis, dadanya terasa sesak. Tetapi ia tidak bisa melakukannya sekarang, tidak jika di hadapan pria itu. Ia harus kuat. Jika memang ini akan menjadi akhir hidupnya, Jaejoong pasrah. Apapun akan ia lakukan untuk keluarganya.

"Kalau begitu, sampai bertemu di kantor polisi." Yunho lantas keluar dari ruangan itu, meninggalkan Jaejoong sendiri di sana.

Namun beberapa saat setelah Yunho keluar dari ruangan tersebut, tiba-tiba saja dari belakang, Jaejoong berlari ke arahnya dan langsung berlutut di dekat kakinya.

"Tolong bantu aku sekali saja. Aku tidak bisa membiarkan ibuku menderita. Jika kau mau membawaku ke kantor polisi, bawalah aku. Aku bersedia di penjara lagi. Aku bersedia di hukum. Kau bisa melakukan apapun padaku. Tapi tolong biarkan aku pergi setelah aku melihat ibuku sembuh. Aku mohon, Tuan. Kali ini saja. Tolong bantu aku." Kali ini Jaejoong bahkan memeluk kaki Yunho.

Yunho melihat ke sekelilingnya yang untungnya tidak ada siapapun. "Lepaskan! Apa kau tidak punya malu?"

Jaejoong menggeleng. "Tidak! Aku tidak malu. Aku bahkan bisa melakukan hal yang lebih gila lagi. Yang membuatku malu adalah apa yang telah kuperbuat pada gadis itu. Aku tidak berpikir bahwa aku sudah membayar dosa-dosaku... seumur hidupku pun aku tidak akan bisa melupakannya. Sampai mati aku akan terus dibayangi oleh kematiannya. Jika kau mau, aku bisa berlutut selamanya untukmu. Kumohon, Tuan." Pria cantik itu bahkan tidak sadar bahwa air mata yang ia tahan-tahan sejak tadi, jatuh begitu saja membasahi wajahnya.

Mendengar Yeji diungkit-ungkit, membuat Yunho naik darah. "Jangan pernah membicarakannya di hadapanku. Jangan sekali-kali." Yunho mendesis di antara giginya. Ia paling tidak suka Yeji disebut-sebut apalagi oleh orang yang telah menghilangkan nyawa gadis itu.

Yunho kemudian berjongkok di depan Jaejoong yang menundukkan kepalanya. "Apa yang akan kau lakukan jika aku menyelamatkan ibumu? Kau tahu sendiri aku punya kekuasaan dan uang yang banyak. Sekali perintah saja, ibumu bisa langsung kembali sehat."

Jaejoong bergeming.

Menunggu Jaejoong menjawab, Yunho melirik ke arah belakang tubuh Jaejoong dimana di sana ada sepupunya Jin Yihan dan Go Sunghee yang datang menghampirinya. Yunho pun menyeringai melihatnya.

Yunho kembali berdiri dan tersenyum ke arah mereka berdua. "Kalian mau kemana?"

"Aku sedang ingin memaki seseorang sekarang," jawab Sunghee ketus.

Di tempatnya, Jaejoong mendengar suara yang tidak asing itu. Ia melebarkan matanya saat ia menyadari suara milik siapa itu.

"Siapa dia?" tanya Yihan pada seseorang yang sedang terduduk di lantai di dekat kaki Yunho.

Tak mau terlibat dengan mereka bertiga apalagi ada Sunghee di sana, Jaejoong pun lekas berdiri. Ia ingin segera pergi dari sana.

Tapi baru saja Jaejoong hendak melangkah, tangannya ditahan oleh Yunho. "Aku ingin memperkenalkan mereka padamu. Ini sepupuku Jin Yihan dan juga... aktris Go Sunghee."

Dalam hati, Yunho menyeringai dengan lebar. Rasanya ia puas sekali melihat wajah pucat Jaejoong dan juga Sunghee saat pemuda itu menoleh ke arah mereka.

Tidak hanya Sunghee, Yihan pun ikut terkejut melihat pemuda itu. Kalau tidak salah ia pernah melihat pemuda itu saat after party di hotel waktu itu. Yihan masih ingat karena mereka pernah bertabrakan saat itu. Ada urusan apa dia dengan Yunho? Tunggu, sepertinya ia pernah melihat pria itu selain di hotel waktu itu.

"Aku pergi duluan," ucap Jaejoong lemah sambil menundukkan kepalanya pada mereka bertiga.

"Ya, aku akan kirim uangnya untukmu." Yunho menepuk bahu Jaejoong dengan senyum lebar.

Jaejoong menghembuskan nafasnya, ia tahu mungkin Yunho sengaja melakukannya untuk mempermalukannya. Apalagi ada Sunghee di sana, ia sungguh tidak mengira akan bertemu Sunghee dalam keadaan seperti itu.

Jaejoong merasa... rendah.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan?" tanya Sunghee begitu Jaejoong sudah menghilang dari hadapan mereka.

Yunho mengangkat bahunya dengan santai. "Tidak ada. Dia hanya meminta bantuan padaku. Aku harus menyelamatkan orang yang perlu diselamatkan meski aku membencinya. Kau tahu kenapa? Karena aku masih mempunyai rasa kemanusiaanku. Tidak seperti seseorang." Yunho menekan kata-kata terakhirnya sambil menatap ke arah Sunghee.

Diam-diam Sunghee mencengkram erat roknya dengan tangan bergetar. Jantungnya berdegup kencang karena gugup di tatap sedemikian rupa oleh Yunho, seolah ia bisa melenyapkannya saat itu juga. Sunghee selalu takut dengan tatapan itu.

Tidak mau terlalu lama terjebak di sana, Sunghee pun memutuskan untuk pergi, meninggalkan Yunho berdua dengan Yihan.

"Kau sungguh seperti laki-laki berengsek , Hyung," ujar Yihan tiba-tiba.

Yunho menoleh. "Kenapa kau masih di sini? Kupikir kau sudah pergi."

Yihan mendengus, mencoba mengabaikan sindiran Yunho. "Aku baru ingat, ternyata pria itu yang menabrak pacarmu kan? Apa kau sedang melancarkan aksi balas dendam padanya?" Yihan tersenyum dingin. "Membuatnya merasakan hal yang sama sepertimu tidak akan membuatmu berbeda darinya. Yang kau lakukan ini sungguh kekanak-kanakan. Kau permainkan hidup seseorang dengan uang dan kekuasaanmu. Justru kaulah yang tidak punya rasa kemanusiaan." Yihan pun ikut meninggalkan Yunho.

Wajah Yunho kini berubah sendu, ia lantas tersenyum pedih. "Aku tahu, aku memang berengsek," gumamnya lirih.

***

TBC
.
.
.

Vote and comment, please :)

Continue Reading

You'll Also Like

817K 59.7K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
YES, DADDY! By

Fanfiction

315K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
371K 22.5K 27
"I'll do everything for you." -Lian ⚠️ mengandung kata kata kasar. Entah kesialan apa yang membuat Lilian Celista terlempar ke dalam novel yang baru...
213K 22.9K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...