IT HAS TO BE YOU《JACKSON YI》E...

By mami_anci

13.9K 1.5K 112

Jatuh cinta itu apa? Ya jatuh.... Jatuh begitu saja. 17+ untuk beberapa kata kasar dan eksplisit More

[PART 1] Alvino Putra Rizaldi Hamidjoyo
STORY ABOUT THE PAST #1
[PART 2] 宿敵
STORY ABOUT THE PAST #2
[PART 3] There Is No Way Back
STORY ABOUT THE PAST #3
[PART 4] PERASAAN YANG BELUM BERUBAH
STORY ABOUT THE PAST #4
[PART 5] A SECOND CHANCE
STORY ABOUT THE PAST #5
STORY ABOUT THE PAST #6
[PART 7]
STORY ABOUT THE PAST #7
IHTBY
[PART 8]
[PART 9]
[PART 10]
[Part 11]
[Part 12]
[Part 13]
[Part 14]
[Part 15]
[Part 16]
[Part 17]
[Part 18] Arkana Putra Rizaldi Hamidjoyo
[Epilog] What Love Has Taught Us
GALERI FOTO BERBAGAI SUMBER

[PART 6] SORRY

365 47 0
By mami_anci

Tanggapan ibunya tak sesinis bayangan Kevin. Oke.... Perempuan itu memang bersikap sinis tapi you know... Bagaimana mengatakannya? Ibunya tidak meledak-ledak seperti yang ia pikirkan. Alea, seperti yang sudah diduganya, tetap bersikap menyebalkan. Dia ikut membantu Natasha didapur. Potongan sayurnya dianggap salah. Dia mengelak dengan bilang 'saya kuliah di Amerika bukan jurusan tata boga, ibu'. Kevin hampir tertawa kalau saja ia tak melihat wajah ibunya yang menahan kesal.

Natasha Tanudjaya masih merupakan keturunan asli Tionghua. Dalam keluarganya, membantah ucapan orangtua adalah sebuah kesalahan. Mereka terbiasa dengan hierarki sejak masih didalam perut, jika boleh dibilang. Dia menikah dengan Airlangga Hamidjoyo yang keturunan Jawa-Tionghua, setelah jauh sebelumnya memeluk Islam saat masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas.

Bisa dibayangkan bukan? Tionghua dan Jawa. Kevin tertawa. Dia tidak bermaksud rasis. Tapi dua etnis itu hampir semuanya menilai seseorang dari berbagai aspek. Pembangkang dan suka menyahuti ucapan orangtua jelas bukan ibunya sama sekali.

"Kenapa kamu?" Ibunya mendelik. Kevin mengatupkan bibirnya dan menggeleng. "Sana bawa mantan istrimu ini jauh-jauh dari dapur. Kacau masakan mama sama mbak Sri kalau dia ikut disini."

"Ibu..." Alea merengut. "Saya begini begini cukup pinter masak lho."

"Apanya yang pinter tho? Lihat itu sawinya terlalu lebar. Aduh... Mama pusing. Sana bawa sana..." Natasha mendorong Alea kearah Kevin. "Bawa bawa.... Mending urusin anak kalian. Nanti mama panggil kalau udah mateng."

Kevin tertawa geli. Dan tawa itu membuat Alea terpukau. Dia tidak pernah melihat Kevin tertawa selepas itu. Bahkan dulu saat mereka tinggal dirumah kecil itu, Kevin hanya cengengesan memamerkan giginya. Itu karena kamu tidak pernah memberinya alasan untuk tertawa. Kamu selalu marahin dia, Alea. Dia menggigit bibir.

"Ayo sana...." Natasha kembali mengusir mereka berdua.

Kevin memasukkan tangannya kesaku celana dan melangkah lebih dulu. Ia menapaki anak tangga tanpa bicara pada Alea. Sementara wanita itu kebingungan sendiri. Tasnya dibawakan oleh mbok Yem tadi. Dia tidak tahu dimana kamarnya. Akhirnya ia menyusul Kevin keatas. Ikut masuk kedalam kamar yang dimasuki pria itu.

"Kenapa kamu mengikutiku?" Kevin menatapnya tak suka.

"Aku tidak tahu dimana kamarku." Alea mengangkat bahu sekilas.

"Kamar tamu ada dibawah, berseberangan dengan ruang makan." Kevin menarik kaosnya. "Kenapa masih disini?"

Alea tergagap, menelan ludah karena Kevin sudah mengangkat kaos yang ia kenakan sampai separuh dadanya. Membuat otot-otot perut pria itu muncul tanpa malu-malu. Aduh, Le.... Kenapa kamu jadi gatel si?

"Aku tanya kenapa masih disini?"

"Anu...."

"Ah." Kevin berjengit kesal. Ia melanjutkan lagi urusan melepas kaosnya yang sempat tertunda. "Terserah kamu mau disini atau dimana saja. By the way... Kamu banyak berubah." Alis Alea terangkat. "Apa memang begini pergaulanmu di Amerika? Bebas dengan pria mana pun?"

Alea cemberut. Dia ingin mengucapkan kalimat-kalimat jahat untuk mengungkapkan kekesalannya tapi.... Hei... Dia melirik pintu. Menghitung estimasi waktu sampai seseorang, siapapun itu, memanggil mereka untuk makan malam.

"Kamu mau mandi?"

Kevin menoleh penuh curiga. Alea tidak meragukan insting pria tampan ini. "Kamu mau ikut?" Kevin menyeringai menantang.

"Kalau kamu oke. Kenapa gak?"

Kali ini Kevin sudah mundur dengan waspada. Otaknya memerintahkan dia untuk pergi karena yang akan terjadi setelah ini bukanlah hal yang ia harapkan. Atau... Malah sangat diharapkan? Sisi mesum dalam dirinya justru berharap mereka akan mandi berdua lalu... Stop it you f*cking brain!!

Tapi terlambat. Alea sudah mendorongnya hingga terduduk dikasur. Dan wanita itu naik keatas pangkuannya. Membuat bagian bawah tubuh mereka bergesekan.

"Al.... No." Kevin mendorongnya tapi tidak cukup keras.

"Kamu tanya apa aku begini disana, jawabannya enggak. Tapi..." Perempuan itu membuka kancing kemejanya. "Kalau dengan begini aku bisa balik sama kamu..." Dia tersenyum penuh muslihat. "Aku bisa."

"Jangan harap, Alea. Sekarang turun!" Kevin mendorongnya lagi dengan sisa-sisa kewarasan dalam kepalanya.

"Vin...." Alea menggerakkan pinggangnya. "Kamu tegang."

Shit!

Kevin ingin memaki sekaligus menghempaskan perempuan ini kekasurnya. Jangan, gila! Otaknya masih bekerja sedikit benar. Meskipun yang ada dalam kepalanya sekarang justru Alea yang terengah dibawahnya tanpa pakaian. Ya Tuhan... Ya, Tuhan... Ya, Tuhan... Ia memejamkan mata seraya mengulang-ulang nama Tuhan didalam hatinya. Namun saat ia membuka mata, kancing baju Alea sudah terbuka sepenuhnya. Memamerkan belahan dadanya yang menggoda dengan bra hitam. Dan sial! Kevin mengepalkan tangannya. Apa ukuran wanita ini bertambah?

Ditengah pergolakan batin itu Alea justru mendekapnya, menempelkan dada mereka yang hanya dibatasi oleh bra.  Alea mendesah lalu memberikan kecupan-kecupan ringan dileher dan pundak Kevin.

"Sialan, Al! Berhenti!!"

"Aku mau kamu, Vin. Sekarang. Disini." Wanita itu menggerakan pinggulnya. Merasakan bagian bawah tubuh Kevin yang mengeras. Sumpah. Alea merasa seperti perempuan murahan sekarang. Dia harus segila ini untuk bisa kembali pada suaminya sendiri. Ia terengah dalam usahanya mengendalikan diri. Sial! Kok belum ada yang manggil sih?

Alea merasa tubuhnya dibalik dengan cepat. Kali ini ia sudah terhempas dikasur dengan Kevin diatasnya. Pria itu memandanginya intens. Membuat sekujur tubuh Alea merinding. Alea sebenarnya trauma disentuh lelaki. Pertama dan terakhir kalinya adalah saat Kevin menidurinya secara paksa tujuh tahun lalu. Dia takut, tapi juga penasaran. Dia menghujat dirinya sendiri karena sudah berpikir seperti itu.

Tangan Kevin mengusap kulit perutnya lalu naik keatas, menarik turun penutup dadanya. Sialan. Alea tidak pernah segugup ini. Dulu dia takut. Tapi perasaannya dulu dengan saat ini adalah dua hal yang berbeda. Ia melenguh pelan saat merasakan lidah Kevin dipayudaranya. Ditahannya kepala pria itu, membuat Kevin semakin gencar menghisap dan menggigit putingnya. Alea menarik tubuh pria itu keatas dan menyambut lumatan bibirnya dengan gigitan kecil.

"Kevin, Alea, ayo siap-siap makan ma- ASTAGA!!! PAPPAAAAAAA!!!!! ASTAGHFIRULLAAAHHH....!!"

Kevin segera bangkit dari atas tubuh Alea dan menutupinya dengan selimut.

"Papaaaaa...... Panggil penghuluuuu!!!"

"Maaaa...." Kevin membalikkan badan dengan frustasi. Ayahnya sudah muncul ditengah pintu.

"Kenapa, ma?"

"Anakmu, pa.... Aduuuhh.... Ora nguati...."

Airlangga memberikan tatapan oh-astaga-nak-apa-yang-kau-lakukan pada Kevin namun senyuman jahil terbit disudut bibirnya. "Ini artinya kita memang mesti panggil penghulu, ma."

"Duh, Gusti...." Natasha mengipas-ngipas wajahnya. "Mama ndak kuat, pa." Dia pergi.

"Kalian, kita perlu bicara." Airlangga menyusul istrinya setelah menunjuk Alea dan Kevin bergantian.

Tatapan Kevin begitu mengintimidasi sepeninggal kedua orangtuanya. "Kamu sengaja kan?"

"Tapi kamu suka, kan?" Jawab Alea tengil. "Besok kita lanjutin kalau kamu sudah nikahin aku lagi ya, sayangku."

Kevin mendengus. Apa selama di Amerika Alea pernah mengalami kecelakaan sehingga dia jadi setengah gila? Tanyanya dalam hati. Ia menarik handuk dari atas kursi. "Jangan, harap!"

"Ah, begitu juga doyan." Alea keluar dari selimut tanpa mempedulikan penampilannya yang berantakan. Payudaranya yang mencuat keluar, kemeja tak terkancing, rambut kusut. "Apa?" Dia membentak Kevin. "Mandi sana. Nanti aku kasih kalau sudah ijab kabul ulang."

Kevin menggeleng-gelengkan kepalanya. Positif! Alea jadi gila sepulang dari Amerika.

***

Alea sumringah, Kevin cemberut. Natasha memelototi keduanya bergantian. Airlangga mengetuk-ngetuk layar tablet dipangkuannya. "Papa sudah menghubungi salah satu penghulu kenalan papa."

Eh buset... Segala kenalan penghulu pun ada.

Alea tersenyum semakin lebar.

"Kalian hanya perlu ijab kabul lagi karena tidak pernah terjadi pembatalan pernikahan."

"Pa... Itu tadi cuma kesalahan sesaat."

"Kesalahan sesaat??" Natasha melotot. "Mama hampir mikir kalau kamu itu selingkuhannya Seth."

"Bwhahahahahahahhh....." Alea terbahak. Membuat semua mata beralih padanya.

"Kenapa kamu?"

"Maaf, bu...."

"Mama apa-apaan. Jelas-jelas Seth itu suami Riana."

"Zaman sekarang apa sih yang normal? Kalian berdua juga ndak normal!" Dia menunjuk wajah anak dan menantunya dengan emosi. "Aduh mama harus bilang apa pada Vania dan keluarganya...."

Kevin memijit pelipisnya.

"Siapa Vania?" Tanya Alea.

"Calon istri Kevin sebelum kamu datang."

"Mama...." Airlangga menegur istrinya. "Sudah sudah.... Intinya, besok pagi penghulu akan datang kesini untuk menikahkan kalian lagi. Supaya kalian bisa sah tinggal serumah dan bebas bersenang-senang."

"Pa, tunggu..."

"Apalagi sih, Vin? Bukannya ini yang kamu mau? Selama bertahun-tahun kamu menolak menikah dan dengan bodohnya terus menunggu perempuan ini." Ibunya kembali emosi.

Aduh.... Tidak perlu disebut, mamaku sayang.... Kevin yakin Alea akan semakin besar kepala. Lihat saja wanita itu sekarang sedang tersenyum puas. Keinginannya akan terkabul sebentar lagi. Sedangkan Kevin akan menderita sampai mati pelan-pelan karena perasaan yang tak berbalas.

Tangan Alea menggenggam jemarinya. "Kamu senang kan?" Dan Kevin menggeleng.

***

Alvin bangun dengan kebingungan tersirat jelas diwajah imutnya. Dia merentangkan tangan, meminta Kevin menggendongnya. Kondisinya sudah cukup sehat setelah dokter Fadli memberikan suntikan juga beberapa obat yang harus diminum semalam.

"Sama eyang aja. Papamu sudah rapi itu. Nanti bajunya berantakan kalau difoto." Natasha mencolek pipi cucunya.

"Kenapa, nainai?"

"Eeemm...." Didesaknya Alvin kearah Kevin. "Jelasin tuh buat anakmu."

Ah, mama....

"Begini...." Kevin menepuk pundak Alvin. "Karena mamamu sudah lama gak pulang-"

"Tante Alea maksud papa?"

Kevin melenguh. "Iya. Tante Alea. Papa sama dia.... Harus mengucapkan janji nikah emh... Lagi."

Aduh. Kevin tak menyangka akan sesulit ini menjelaskan hal yang sederhana. Andai Alvin lebih kecil sedikit, semua akan lebih mudah, setidaknya. Tapi anak ini terlalu cerdas untuk usianya. Seperti sekarang. Wajahnya sudah penuh tanda tanya.

"Maksud papa menikah lagi? Bukannya sudah ya?"

"Sudah...."

Alea terkikik tak jauh dari tempat Kevin berjongkok serius dengan Alvin. Dua laki-laki itu terlihat persis. Tak ada yang bisa meragukan bahwa mereka adalah ayah dan anak. Suami dan putranya. Alea tersenyum bahagia.

"Daripada tertawa saja sebaiknya bantu aku menjelaskan." Kevin gusar.

Alea berpindah meski sedikit kesulitan karena kebaya pinjaman dari tante Lin menyusahkannya untuk bergerak. "Sini...." Dia melambai pada Alvin agar duduk didekatnya. "Ih... Belum mandi. Jangan ditiru papamu yang malas mandi."

Kevin menatap Alea dengan aneh. Bolehkah ia merasa GR alias gede rasa? Alea masih ingat kalau Kevin malas mandi jika sedang tidak ada kegiatan diluar. Dia betah berjam-jam tidak mandi sampai tengah hari. Kembali ke porosmu hei, otak.

"Jadi gini... Mam-... Eerh... Tante...." Hatinya pedih karena dia bahkan tidak bisa menyebut dirinya sendiri sebagai ibu. Inikah balasan untuk sikapnya enam tahun lalu? "Tante dan papamu dulu memang sudah menikah. Tapi karena tante pergi lama sekali tanpa pernah pulang, kami harus menikah lagi karena..." Alea beralih pada Kevin. "Kamu tidak mengajarinya pengetahuan agama!" Tuduhnya cepat.

"Astaga! Alea.... Apa yang kamu harapkan dari anak kecil? Aku memberikannya guru ngaji, belum saatnya Alvin belajar soal aturan pernikahan didalam hukum agama. Pikir!" Kevin menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.

Alea menghela napas. "Mmm... Intinya, sebuah pernikahan tidak akan sah jika dua orang sudah lama berjauhan tanpa saling bertemu dan menafkahi secara finansial dan..." Mendadak Alea merasa bodoh. Untuk apa ia menjelaskan ini semua pada anak kelas 1 sekolah dasar? "Yang jelas papamu harus menikahi tante hari ini agar kita bisa tinggal bersama," tegasnya.

Ya... Kevin mengangguk sendirian. Hanya itu. Yang diinginkannya hanya itu. Dia bisa tinggal dirumah, bertemu Alvin setiap hari.

"Jadi... Alvin mesti panggil mama?"

"Buyao!!" Jawaban Kevin lebih cepat daripada yang disangka. Dia mengibaskan tangannya berkali-kali.

Alea mencibir kesal. "Terserah kamu... Mau panggil apa aja boleh kok, sayang."

"Oke." Anak itu turun dari kursi. "Alvin mandi dulu ya, tante..."

Tante.... Alea tersenyum masam. "Kamu... Tidak akan membiarkan aku ada diantara kalian, kan?" Tak ada jawaban. "Aku meminta kembali bukan hanya demi dia, Vin." Kali ini dia menatap pria itu. "Aku mau memperbaiki semuanya. Kamu, aku, dan Alvin."

"Kamu pikir aku bisa percaya?"

Alea berdiri, menyamakan posisi mereka. "Kamu bisa. Kalau kamu mau."

***

Perasaan khawatir dan harap-harap cemas itu masih ada. Namun Alea tidak lagi menangis tersedu-sedu seperti dulu. Dia melirik Kevin yang baru saja selesai mengucapkan ijab kabul diiringi seruan sah heboh padahal hanya ada beberapa orang yang hadir. Kedua mertuanya, lalu Evelin Tanudjaya beserta suaminya, asisten rumah tangga, beberapa tetangga terdekat dari rumah, juga si kecil Alvin.

Alea mencium tangan Kevin dengan takzim. Hari dimana dia memutuskan untuk menemui pria itu, dia sudah memilih. Apapun yang terjadi, dia akan mempertahankan pernikahannya. Dia ingin berdamai, memulai lembaran baru. Tapi tampaknya itu tidak semudah yang dia mau. Kalimat-kalimat yang bertentangan justru keluar dari bibirnya. Sekarang, bagaimana ia bisa meyakinkan pria ini?

Kevin hanya mencium keningnya sekilas. Alea ingat dulu pria itu mencium keningnya cukup lama dengan mata berkaca-kaca setelahnya. Merasa bersalahkah? Atau terlalu terharu? Kenapa Alea baru memikirkan fakta itu sekarang? Mungkin karena dulu dia terlalu marah.

"Yang lamaan dikit dong, Vin. Ndak sempat kefoto ini... Mama kan mesti kirim ke grup," protes ibu mertuanya.

Alea sempat mendengar Kevin menggumamkan kata tidak usah namun ibunya keburu mengatur posisi mereka.

"Ayo sekali lagi yang lamaan dikit."

Alea menggigit bibirnya melihat keengganan Kevin. Ia sudah ingin bicara agar tidak perlu mengambil foto itu tapi Kevin justru mendekatkan tubuhnya. Memberikan satu ciuman cukup lama dikening Alea.

"Naah... Ini kan bagus buat dishare ke grup."

"Apaan sih, ma? Orang kan tahunya aku sudah lama menikah."

"Ya mama tinggal bilang aja ini foto lama baru lihat lagi filenya."

Drama queen. Kevin menjauh dengan cepat. Membuat Alea merasa kehilangan karena jarak diantara mereka.

***

"Kamu puas???? Kamu senang sekarang???" Kevin tak bisa lagi menahan kekesalannya karena setelah ijab kabul yang dilakukan Alea hanyalah menguntitnya kemana pun ia pergi. Dan kali ini adalah kesempatannya memarahi perempuan itu karena mereka sedang berada didapur, berdua.

"Aku..."

"Alea! Aku tahu aku salah! Dosaku tidak akan bisa terhapus, itu akan selalu menghantuiku sampai kapanpun! Tapi apa belum cukup?? Apa belum cukup selama ini, Al? Aku menerima caci-maki dan kemarahanmu setiap saat. Kamu pergi meninggalkan kami. Lalu kamu kembali begitu saja seolah tak terjadi apa-apa." Kevin tampak begitu terluka dan marah.

"Vin... Dengar... Ak-..."

"Kamu bahkan tidak tahu kalau Alvin hampir meninggal karena sakit. Enam tahun, Alea. Enam tahun. Masa-masa emas pertumbuhan anak itu sudah lewat. Untuk apa lagi kamu kembali? Masih belum puas atas penebusan dosaku? Katakan saja apa! Kamu mau aku mati? Bilang!"

Alea menahan tangisnya. Apakah begitu sulit bagi mereka untuk bicara baik-baik?

"Kamu ingin tinggal dirumahku? Oke. Tapi tolong, Alea... Jangan berusaha ada diantara aku dan putraku. Kami sudah cukup bahagia seperti ini. Dan aku yakin kamu juga sudah bahagia karena lepas dan bebas dari kami berdua. Please.... Kami tidak butuh kamu karena kami berdua saja sudah cukup."

"Kevin!" Natasha merengkuh Alea yang menangis tanpa suara. "Kamu kok begitu sama istrimu?" Dia sudah cukup lama berdiri tak jauh dari situ karena tanpa sengaja mendengar bentakan Kevin.

"Mama kok jadi belain dia?"

Natasha melotot marah. "Mama ndak suka caramu memperlakukan perempuan. Mama ndak pernah ngajarin kamu begitu."

Kevin mengabaikan rasa sakit didadanya saat melihat Alea menangis. Perempuan itu harus tahu, dia sudah tidak memiliki tempat lagi dalam kehidupan Kevin dan putranya. Perempuan itu sudah lama menghilang. Harusnya dia sudah mati didalam hati Kevin. Seharusnya.

Continue Reading

You'll Also Like

Eunbi Ft Boys By De Gazh

General Fiction

4.1K 463 12
All about Eunbi ft boys Start : Sen, 13 Sep 2021 End : Sampai tangan author patah (ngk) Dukung cerita lainnya : 1. Lucas ( Lucas & SinB ) 2. The Real...
VARSHA By theakim_01

Teen Fiction

1.1K 982 19
⚠️ MINIMAL FOLLOW DULU SEBELUM BACA " Dengerin gua dan simak kata - kata yang gua lontarin " bentak Mahen " Yang pertama, gua nggak butuh kata penga...
927 81 77
Saling menyiksa dengannya itu... Menyenangkan.
1.2M 58.1K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...