Hanya Kamu

By rivera14pambudi

25.3K 1.5K 187

Sampai kapan pun, aku cuma cinta kamu. Dan Hanya kamu ~ More

Episode 1
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 9
Episide 10
Episode 11
FINAL WAVE
Info penting dan harus di baca!!
Batavia High School : BELIEVE

Episode 12

1.6K 104 5
By rivera14pambudi


Setelah menunggu cukup lama, akhirnya terdengar seseorang membuka pintu pagar rumah Vernando dan terdengar suara deru mobil di garasinya. Mendengar itu sang empunya rumah pun langsung berlalu segera membukakan pintu untuk menyambut si tamu.

Tak lama Vernando pun telah kembali bersama seseorang di sebelahnya. Seluruh mata pun langsung mengarah pada orang itu, orang yang selalu menjadi kambing hitam masalah yang sedang mereka bahas. Hanya Vino seorang diri yang telah menundukkan kepalanya tak melihat ke orang itu lagi, sementara yang lain tetap terkaget-kaget dengan datangnya orang itu. Maul benar-benar datang memenuhi sebuah undangan dari Vino untuk ikut bergabung dalam perbincangan mereka, perbincangan untuk segera membongkar masalah yang mereka semua sedang hadapi.

Tergambar jelas di mata Vino yang sedang memandang ke arah lain namun sorot matanya jelas suatu sorot mata ke tidak sukaan pada Maul. Sementara Shani sang tokoh utama pun hanya diam mematung tanpa berkata apapun melihat Maul yang tengah menatap matanya. Boby, Deva, Yono pun sedang menatap dengan tatapan siaga untuk mengantisipasi jika suatu hal yang tidak di inginkan terjadi. Maul sendiri pun terlihat sangat tenang setelah mendapat berbagai macam tatapan yang ada di sana. Sementara Vernando hanya diam menunduk dan sesekali menatap Naomi dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Duduk dulu Ul biar ngobrolnya enak." Ajak Vernando memecahkan keheningan di sana.

Sebelum duduk Maul sempat menyalami semua yang ada di sana mulai dari Deva, Sinka, Boby, Shanju, Yono, Naomi, Gracia yang duduk di sebelah Shani, kemudian Shani yang sama sekali tidak mau menatap wajah Maul, dan yang terakhir di kursi paling ujung ada Vino. Maul sempat menghentikan sejenak langkahnya sebelum beralih menuju tempat Vino duduk hingga akhirnya ia melangkah ke depan tempat Vino duduk yang berada di sebelah Shani, dengan tenangnya Maul pun menjulurkan tangannya ke arah Vino. Tak ada sedikitpun pergerakan dari Vino yang tetap menatap ke arah lain, cukup lama Maul menunggu dan semua orang yang ada di sana pun langsung mengarahkan matanya pada kedua orang yang sekarang tengah berhadapan tapi lebih tepatnya Maul lah yang menghadap ke arah Vino.

Setelah di rasa tenang, Vino pun menghembuskan nafas pelan dan langsung menjabat tangan Maul dengan tetap memasang ekspresi datarnya. Maul pun langsung duduk di kursi paling Ujung berdua dengan Vernando.

"Sorry ganggu kegiatan lu dengan ngundang lu ke sini." Yono yang memulai perbincangan.

"Iya tenang aja gw lagi nganggur kok di rumah tadi." Jawab Maul dengan tenang dan santai.

"Mau bicarain apa kita memang?" lanjut Maul bertanya.

"Tentang masalah lu, Gw, dan Shani." Vino menjawab pertanyaan Maul yang membuat semua sontak melihat ke arah Vino yang akhirnya membuka suara.

"Oh masalah itu, ya sudah ayo kita bahas. Mulai dari mana?" tanya Maul.

"Sebelum ke masalah sekarang, sebenernya gw mau denger penjelasan dari sudut pandang lu soal kejadian lu, Shani, sama Vernando dulu." jawab Yono to the point yang seperti berperan sebagai penengah di sini.

"eumm,,, Masalah itu ya? Oke, sebelumnya gw mau bilang ke kalian semua. Semua yang akan gw ceritain sekarang ini semuanya adalah kejujuran, ga ada yang gw rubah atau gw lebih-lebihkan apalagi gw kurangin." berhenti Maul sejenak menghela nafas.

"Hal yang pertama kali gw rasain pas ketemu Shani dulu adalah,,,, Cantik. Cuma itu aja ga ada yang lain, tapi semakin lama gw lihat dia gw rasa gw punya perasaan yang lebih sama dia dari pada cuma rasa kagum." lanjut Maul.

"Perasaan apa?" tanya Boby.

"Gw sayang sama Shani." jawab Maul dengan tatapan yang langsung terarah pada Shani dan Vino.

"Tapi kenapa lu mau hancurin Shani dulu??!!" teriak Vino dengan nada keras.

"Tolong tenangin temen lu yang satu itu kalau mau gw lanjutin cerita gw." kata Maul santai.

Mendengar itu pun Yono mengangguk ke arah Vino seolah berkata agar Vino tenang terlebih dahulu, Shani yang berada di sebelah Vino pun langsung memeluk lengan Vino karna takut Vino akan lebih emosi nantinya. Vino yang mengerti akhirnya pun menarik nafas dan berusaha tetap tenang mendengarkan penjelasan Maul sampai akhir nanti.

"Tapi pada saat itu gw tau kalau sahabat gw, temen gw, sekaligus adik kelas gw yang namanya Vernando ini juga punya perasaan yang sama kaya gw ke Shani. Gw ga mau hancurin persahabatan gw, maka dari itu gw buat taruhan itu. Karna kalau ga gitu pasti beda jadinya, dan kalau gw ajak taruhan biasa pasti Vernando selalu nolak. Maka dari itu gw buat taruhan yang ga biasa supaya dia mau," jelas Maul setelah melihat Vino yang sudah sedikit tenang.

"Oiya Ver, lu udah ceritakan taruhan yang sebenarnya apa?" hanya anggukan yang di tunjukan Vernando pada Maul. "Ya jadi itu yang sebenarnya, cerita yang tersebar selama ini cuma cerita yang di lebih-lebihkan aja."

"Tapi...."

"tolong jangan di potong dulu sorry." potong Maul sebelum Deva menyeselaikan pertanyaannya.

"Oke-oke lanjut."

"Singkat cerita gw bisa beberapa langkah di depan dari Vernando buat dapetin Shani, dan akhirnya gw mutusin untuk langsung nembak Shani. Gw di terima Shani dan Vernando tetep biasa aja sama gw sebagai temen, itulah tujuan gw dan yang gw harapkan dari awal ajakan taruhan gw sama Ver. Merasa semua sudah berhasil dan berjalan sesuai rencana, gw selalu nunda dan ga akan ngelakuin apa yang jadi taruhan gw. Karna kalau gw lakuin berarti gw harus putusin Shani dong? gw ga mau dan selalu beralasan 'sedang proses' kalau Ver nanya." Jeda Maul sejenak.

"Tapi di hari 'itu' entah apa yang gw lakuin. Gw jujur sama Shani kalau nyokap gw minta dia di kenalin sama Shani, denger hal itu gw seneng karna merasa gw udah di beri ijin walau masih duduk di bangku kelas 9 smp. bla bla bla bla sampai akhirnya gw sama Shani udah sampai di rumah gw dan gw udah markirin motor di garasi, tapi pas gw masuk tiba-tiba nyokap gw lagi pergi dan pulang sedikit malam. Gw putusin buat nganter  Shani pulang, tapi dia bilang mau tunggu aja sampai nyokap gw pulang."

Mendengar itu Vino pun langsung menatap Shani dengan tatapan bertanya mengenai kebenaran apa yang di ceritakan oleh Maul tadi, hanya anggukan pelan dari Shani sebagai jawaban 'Iya' mengenai cerita Maul tadi. Melihat itu semua pun kembali menatap Maul menunggu kelanjutan penjelasan darinya.

"Ya selanjutnya kita ngobrol biasa seperti layaknya orang pacaran, mesra-mesraan dan lain-lain. Entah apa yang bikin gw berfikir aneh-aneh saat itu, di situ gw berniat buat cium bibirnya perlahan. Dengan tegas dia nolak dan belum mau gw cium dia, di situ gw sedikit kesel dan dengan sendirinya muncul niat jahat itu. Selanjutnya ya,,,,,, gw tau kalian sudah tau kejadian selanjutnya." jelas Maul dengan tenangnya.

Melihat sikap Maul yang tetap tenang tanpa sedikit pun merasa bersalah langsung membuat Vino geram, dengan cepat dia sudah mencengkram kerah baju Maul. Untung saja Vernando sigap menahan Vino dan Shani juga masih dengan erat memeluk lengan kanan Vino. Sementara Maul yang mendapat perlakuan seperti itu tetap tenang tak bergeming, bahkan menatap Vino dengan tatapan meremehkan.

Tanpa di minta, tiba-tiba saja Maul melanjutkan ceritanya. "Di saat itu gw bener-bener down, gw kehilangan Shani, gw kehilangan sahabat gw. Gw menyesal saat itu juga, gw langsung berubah dari Maul yang pendiem sok cool jadi Maul yang suka ngelawak, suka bercanda cuma buat nutupin semua rasa penyesalan gw. Sampai tiba-tiba saat SMA, gw tetep jadi Maul yang seperti itu tapi dengan tempramen yang lebih tinggi. Saat kedatangan adik kelas baru di tahun ajaran baru, gw langsung sadar ada dua orang yang ga asing buat gw. Di saat itu juga sifat gw berubah jadi seperti sekarang lu pada lihat buat nutupin gengsi penyesalan gw di masa lalu pada dua orang itu yang kalian tau siapa mereka."

"Boleh gw tanya sama lu?" tiba-tiba Shania mengeluarkan suaranya.

"SIlahkan kalau memang perlu."

"Kalau lu bener sayang sama Shani, kenapa lu nyelakain Shani kaya gini? sebenci atau sekeselnya elu, elu tuh pernah sayang sama dia dan harusnya lu ga akan ngelakuin hal yang mengancam nyawa Shani dong." ucap Shania pada Maul dengan nada sedikit emosi.

"Jadi kalian semua udah yakin kalau penyebab Shani kaya gitu adalah gw? bukan karna kecelakaan atau kecerobohan dia sendiri?" jawab Maul yang malah balik bertanya.

"Temen gw emang sedikit ceroboh, tapi secerobohnya dia tuh dia ga akan yang namanya jatuh dari tangga atau nyebrang jalan dengan sembarangan kaya gitu." ketus Gracia.

"Lu bener yakin kaya gitu? yakin Bukan orang di sebelah gw yang ngelakuin hal itu?" tanya Maul yang sontak membuat semua mata tertuju pada Vernando sekarang.

"Gw yakin Vernando ga akan ngelakuin hal sebodoh itu." potong Vino yang membuat perhatian kembali teralihkan kepadanya.

"Apa yang buat lu yakin?" tanya Maul dengan santai.

"Karna Vernando masih sayang sama Shani." jawab Vino yang sontak mengejutkan semua teman-temannya termasuk Naomi

Melihat Naomi yang tertunduk, Shani pun langsung duduk di sebelah Naomi kemudian memeluknya karna merasa bersalah. Walau Naomi coba menjelaskan bahwa tidak apa-apa dengan isyarat gerak tubuhnya, tetap saja Shani memeluk Naomi dan mulai menitihkan air mata. Merasakan bahwa orang yang sedang berada di pelukannya menangis, Naomi pun langsung membalas pelukan Shani agar orang yang di pelukannya sekarang tenang.

"Maaf kak Naomi." ujar Vino karna merasa bersalah karna berkata seperti tadi.

"Udah Vin ga apa kok, ga usah mikirin aku dulu. Yang terpenting sekarang semua clear, aku ga kenapa-kenapa." kata Naomi dengan memberikan senyum agar meyakinkan semua bahwa dia tidak apa-apa walau di dalam hatinya adalah kebalikan dari senyumnya itu.

"Maaf Mi." lirih Vernando pelan, walau tetap saja Naomi dan teman-temannya bisa mendengar itu.

Naomi yang mendengar itu pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tetap memeluk Shani, Ia seakan memberi tahu Vernando bahwa tidak perlu mengkhawatirkan dirinya sekarang ini. Karna ada hal lain yang harus segera di selesaikan.

"jadi gitu Ver? Diem-diem lu masih suka sama Shani walau sekarang lu udah punya cwe" tanya Maul dengan nada sedikit meledek.

"Lu diem aja kalau ga tau apa-apa Maul!!" teriak Vernando yang langsung mencengkram kerah Maul.

"Apa yang gw ga tau? Lu pikir gw ga tau lu selalu merhatiin Shani dari jauh hah?? Apa itu lu pikir bukan rasa suka?" remeh Maul pada Ver dengan mendorong tubuh Vernando agar menjauh darinya.

Melihat Vernando yang biasa bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu, teman-temannya pun kini menahan Vernando dan Maul karna Vernando sudah sangat tidak bisa mengontrol emosinya. Kini Vernando telah di tarik menjauh dari Maul oleh Yono, sementara Maul sudah di tahan oleh Deva.

"Asal lu tau Maul!! Gw kaya gitu karna gw berusaha menebus kesalahan gw di masa lalu. Gw ga mau jadi cwo brengsek ga tau diri kaya lu. Udah berani-berani nyakitin Shani, masih beraninya coba buat dia balik lagi sama lu!" kata Vernando tertawa remeh. "Ga akan Maul!! Ga akan terjadi hal itu!" teriak Vernando dengan masih di tahan oleh Yono.

"Mending lu diem aja Ver kalau lu sendiri juga sama salahnya sama gw." jawab Maul dengan tersenyum meremehkan.

"Udah lu diem Ver ini urusan gw! Dan lu Maul, apa maksud lu coba nyelakain Shani?" potong Vino di antara perdebatan Maul dan Vernando.

"Jadi lu masih nuduh gw nih ceritanya? hahaha... oke-oke biar cepet selesai gw bilang iya aja gimana? hahaha.." jawab Maul dengan entengnya.

"Bangsat lu!!" teriak Vino yang langsung menerjang Maul yang sedang di tahan Deva hingga mengakibatkan darah keluar di ujung bibir Maul karna terkena pukulan Vino.

"Hahaha... Lu marah? Lu lupa dengan apa yang gw bilang? lu ga bakal tenang kalau berani deket sama Shani." tawa Maul karna perlakuan Vino barusan. "Asal lu tau, Apa yang di bilang Vernando bener. Gw memang masih sayang sama Shani dan coba jelasin sama dia, tapi dia sama sekali ga mau dengerin perkataan gw. Itu yang bikin gw kaya gini, kalau gw ga bisa deketin dia ya oke. Berarti ga ada juga orang yang bisa deket sama dia." jelas Maul pada Vino yang sekarang sedang di jepit di tembok oleh Boby.

"Tapi Kenapa lu nyelakain dia bukan gw, bajingan!!" teriak Vino.

"Hahaha buat apa? Kalau gw ngelakuin itu sama lu, ga akan berpengaruh apa-apa. Coba lu pikir baik-baik, kalau memang ada cwo yang bener sayang sama Shani dan ga mau ngelihat Shani celaka. Mending jauh-jauh dari dia hahaha.." jawab Maul dengan santainya. "Atau polisi? silahkan saja, itu ga akan ada pengaruhnya apa-apa buat gw." lanjut Maul.

"Bangsat!!"

Bughh bughh bughh...

Beberapa kali Maul menerima pukulan dari Deva yang sedang menahannya. Melihat hal itu dan merasa Vernando kini sudah tenang, Yono pun segera bergerak cepat untung menahan Deva agar tidak terpancing emosi dan menambah masalah baru nantinya. Shani yang sama sekali tidak berani melihat pemandangan itu sedari tadi pun terus memeluk Naomi dengan erat, dengan teman-temannya telah berada di dekat dirinya dan juga Naomi. Shania yang melihat pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan Shani, begitu pun Sinka dan juga Gracia yang hanya bisa diam di dekat Shani dan Naomi.

"Maul.."

Semua pun menoleh ke suara lirih seseorang, suara yang sangat pelan karna orang itu mengucapkannya sambil coba menahan tangisnya. Ya, Shani lah yang baru saja memanggil Maul dan telah berdiri menghadap ke arah para lelaki di depannya.

"Aku mohon.. Kalau memang kamu ga bisa terima dengan sikap aku ke kamu, aku minta maaf sama kamu. Tapi, aku juga minta sama kamu untuk pergi dari sini sekarang juga." jeda Shani menahan air matanya yang sudah berada di ujung kelopak matanya, menahan sakit yang di rasakan karna harus mengingat-ingat kembali masa-masa yang sama sekali tidak ingin dia bayangkan.

"Aku rasa cukup penjelasan kamu ke kita semua, aku ucapin terima kasih sama kamu karna udah jujur. Aku juga ga akan maksa kamu untuk biarin aku hidup tenang karna itu akan percuma. Jadi sekali lagi, aku mohon Maul. Kamu mengalah untuk kali ini aja dan pergi dari sini." lanjut Shani dengan suara yang lirih, karna air mata yang telah membanjiri pipinya.

Maul yang mendengar itu pun hanya diam dan menjawab semua perkataan Shani dengan anggukan, perlahan ia pun menghampiri Shani. Melihat itu Vino dan yang lain pun langsung berdiri coba menahan Maul, tapi dengan cepat Shani mengangkat tangan memberti tanda untuk membiarkan Maul mendekatinya. Setelah berada di dekat Shani, senyum tulus pun tiba-tiba keluar dari wajah putih pucat Maul yang membuat semua menatap bingung ke arahnya sekarang. Perlahan ia pun merentangkan tangannya tanda ia ingin memeluk Shani, melihat tanda itu Shani hanya mengangguk tanda bahwa ia mengizinkan. Akhirnya maul pun memeluk Shani, setelah beberapa saat Shani pun ikut membalas pelukannya.

"Makasih udah izinin aku meluk kamu, walau sepertinya ini yang terakhir kalinya karna esok dan seterusnya kamu pasti ga akan izinin aku meluk kamu lagi. Aku minta maaf udah nyakitin kamu, udah bikin penderitaan yang cukup besar buat kamu. Tapi aku mohon maaf dan beribu-ribu maaf Shani, Aku tetep ga akan biarin liat kamu bahagia sama laki-laki lain selama kita masih 'dekat' aku mohon kamu ingat itu." bisik Maul perlahan dan penuh ketulusan pada Shani.

Setelah hal itu, Maul pun melepaskan pelukannya dan langsung menatap Shani menunggu jawaban. Hanya anggukan yang di berikan Shani sebagai jawaban, melihat itu Maul pun hanya tersenyum dan segera melangkah keluar dari rumah Vernando.

Setelah perginya Maul, hanya ada kesunyian di rumah Vernando. Yono hanya bisa terdiam duduk di lantai dengan bersandar pada paha Gracia yang duduk di kursi. Sementara Boby hanya bisa memandangi teman-temannya dengan duduk di samping Shanjunya itu. Deva yang hanya memandangi teman-temannya dengan bersandar pada tembok. Naomi yang kali ini sudah di peluk oleh Sinka dengan Vernando yang hanya memandanginya dari samping Deva tanpa berani menghampiri Naomi. Sementara Vino yang sudah menghampiri Shani langsung menyeka air mata yang keluar dari kelopak mata indah milik Shani.

Hanya ada senyum tulus yang keluar dari bibir Vino yang sedang menatap wajah indah sang kekasih. Shani yang mendapat perlakuan seperti itu pun langsung menubruk tubuh Vino dan langsung memeluknya dengan erat.

***

Beberapa hari kemudian setelah kejadian di rumah Vernando, keseharian Vino, Shani dan teman-temannya pun menjadi tak biasa. Shani dan teman-temannya pun menyadari ada yang aneh dari Vino, ia selalu berusaha sedikit menghindar dari Shani. Bahkan di rasakan oleh Yono bahwa Vino menjadi sedikit pendiam dan sering melamun saat pelajaran dan saat sedang kumpul dengan teman-temannya. Teror yang di rasakan Shani pun juga terus berlanjut walau hanya dalam sekala kecil dan berupa ancaman-ancaman kosong semata, tapi sepertinya hal itu juga yang mempengaruhi sikap Vino akhir-akhir ini. Hingga puncaknya beberapa minggu setelah itu, Shani yang baru saja kembali dari istirahatnya mendapati chat dari seseorang yang sangat berarti baginya.

From : My Vin

Aku minta tolong sama kamu,,
Tolong setelah pulang sekolah temuin aku,,
Aku tunggu kamu di taman tempat biasa kita sering berdua,,

Membaca chat itu, Shani hanya bisa menduga-duga. Apa yang akan di sampaikan oleh Vino. Tiba-tiba saja guru pelajaran pun masuk dan dengan segera Shani menyimpan handphonenya kemudian kembali memfokuskan diri pada pelajaran walau pun hal itu sangat sulit.

Bel pertanda seluruh aktivitas belajar di sekolah selesai untuk hari itu berbunyi, Shani pun dengan cepat membereskan peralatan tulis dan buku-buku miliknya. Setelah pamit dengan terburu-buru kepada Gracia dan Shania, ia pun segera bergegas menuju taman yang berada di belakang sekolah. Dengan langkah yang cepat Shani pun menerobos barisan murid-murid lain yang juga sedang berjalan di koridor, tak jarang tatapan dan teriakan teguran ia dapatkan. Namun ia tak mempedulikan hal itu karna yang terpenting untuk sekarang ini ia ingin bertemu Vino segera, ia merasa firasatnya mengatakan ada suatu yang tidak beres pada saat ini.

Shani pun telah sampai di taman belakang sekolah yang sangat sepi, hanya ada hamparan tanaman dan bunyi gemericik dari air kolam ikan yang ada di sana. Dengan segera Shani pun melangkahkan kakinya menuju pohon besar tempat biasa Vino dan dirinya menghabiskan waktu berdua. setelah cukup dekat, Shani melihat seseorang laki-laki tengah duduk tertunduk di bangku taman yang ada di bawah pohon itu.

"Kamu dari tadi di sini? Kamu ga masuk kelas dari tadi?" tanya Shani yang cukup mengejutkan Vino.

Tak ada jawaban dari Vino, hanya ada ukiran senyum di bibirnya. Vino pun menepuk tempat duduk yang berada di sebelahnya menandakan agar Shani duduk terlebih dahulu.

"Kamu ga mau jawab?"

Masih tetap tak ada jawaban yang di berikan oleh Vino, hanya ada gerakan tangan yang merogoh kantong jaket yang ada di sebelah kirinya. Terlihat Vino mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dan langsung membukanya. Mata Shani membulat melihat isinya, ada sebuah kalung berwarna perak berbandul huruf 'S' yang memiliki berlian-berlian kecil di bagian depannya. Karna melihat Shani yang hanya diam menatap Vino dan kalung itu bergantian, akhirnya Vino pun mengambil kalung di dalam kotak itu kemudian memberi isyarat pada Shani agar berbalik badan dan menyeka rambutnya. Shani hanya bisa menuruti perintah Vino, hingga akhirnya ia merasa ada sesuatu telah menempel pada lehernya. Sebuah kalung spesial pemberian sang kekasih. Setelah selesai Shani pun membalikan badannya dan memeluk Vino erat, masih hening di sana dan tak ada satu pun kata yang terucap. Setelah cukup lama akhirnya Vino pun melepas pelukannya dan mencium kening Shani dengan lembut.

"Selamat ulang tahun ke 17 sayang." ucap Vino dengan senyum tulus pada Shani.

"Kamu terlalu banyak berfikir tertang hubungan kita Shan, sampai-sampai kamu lupa sama ulang tahun kamu sendiri." lanjut Vino yang kali ini sambil menyeka air mata haru yang keluar dari mata Shani.

"Makasih.." hanya suara lirih yang terdengar dari mulut Shani.

"Jujur aku bungung harus apa dengan kondisi kita sekarang, aku ga tega harus lihat kamu kaya gini. Aku mau segera mengakhiri ini semua, supaya kamu bisa hidup normal dan bahagia lagi Shan."

"Caranya? aku harus apa?"

"Aku mau kita akhiri hubungan kita sekarang ini Shan..."

"Maksud kamu?" ucap Shani terhentak tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Aku udah menyiapkan mental aku berminggu-minggu buat bilang ini sama kamu.." jeda Vino.

"Aku ingin, Sekarang kita putus Shan..........."

Bersambung...

Halo semua apa kabar? masih banyak yang nunggu kan ya?? Sebagai gantinya langsung saya bablas yang harusnya 2 episode jadi 1 hehehe...
Maaf ya kemaren-kemaren sibuk ga sempet nulis, sempetnya baca doang hehehe..
Oiya kalau tidak ada halangan dan rintangan mungkin sekitar 1 atau 2 part lagi sudah tamat hehehe... bukan gara-gara di buru-buru, tapi emang udah rancangan dari awal begitu. Saya orangnnya cepet bosen jadi ga mau banyak-banyak part dari pada nanti terbengkalai hehehe.. Terus sebagai gantinya juga udah bikin cerita baru, judulnya REGU INTAI 1 YANKEE BRAVO. tentang zombie gitu deh dan pemerannya juga tetep member-member kesayangan saya hehehe baru prolog dan sudah bisa di lihat di profil saya udah ada, nanti publish part 1 nya pas cerita ini udah tamat. kalau mau ada yang minta epilog cerita ini juga mungkin bakal saya bikin dengan syarat ngasih alur nya juga mau gimana, ntar kalau saya pikir nyambung dan bagus, baru saya bikin hehehee...

Terima kasih, sampai jumpa Next episode.
Jangan lupa di tunggu juga curhatan kalian mengenai cerita ini hehehe..

Continue Reading

You'll Also Like

209K 4.3K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
126K 5.4K 52
β₯β₯β₯ [BNHA x Fem!Reader] ❛❛𝔸𝕝𝕝 π•₯𝕙𝕖 π•£π•šπ•”π•™π•–π•€ 𝕓𝕒𝕓π•ͺ, π•Žπ• π•Ÿ'π•₯ π•žπ•–π•’π•Ÿ π•’π•Ÿπ•ͺπ•₯π•™π•šπ•Ÿπ•˜, 𝔸𝕝𝕝 π•₯𝕙𝕖 π•£π•šπ•”π•™π•–π•€ 𝕓𝕒𝕓π•ͺ...
109K 3.3K 31
"she does not remind me of anything, everything reminds me of her." lando norris x femoc! social media x real life 2023 racing season
228K 7.9K 98
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...