My Best Brother

By tokohutama

58.1K 2.8K 40

"We are brother and sister connected by heart" Rena Arthalia. "Kita memang tidak sedarah tapi kita lebih dar... More

Satu : Prolog
Dua : Sekelebat Ingatan
Tiga : Who is he?
Empat : Maksudnya?
Lima : Kepo
Enam: Jangan Ganggu Dia
Tujuh: Mulai Suka
Delapan : Sebentar Lagi
Sembilan : Bromance
Sepuluh : Rumah Sakit
Sebelas : Penjelasan
Dua Belas : Kenyataan pahit
Tiga Belas : Merindukan Dia
Empat Belas : Diary.
Lima Belas : Tidak sengaja
Enam Belas : Terjadi
Bonus Part
Sembilan Belas : Epilog
Extra Part
i n f o | Read please!
(ga)Penting!

Tujuh Belas: Berbeda

2K 122 4
By tokohutama

Sejak Rendi lumpuh, semuanya berbeda. Mulai dari Rena yang setiap pagi berangkat sekolah bersama Rendi, kini ia berangkat sendiri. Orang tua Rena yang hampir tidak pernah di rumah, kini setiap hari berada di rumah.

Setelah Rendi lumpuh, semuanya menjadi begitu cepat. Keadaanya semakin buruk.

Rendi duduk di kursi rodanya. Menghadap sebuah jendela yang menampakkan pemandangan di luar rumah.

Dia membaca puisi dari buku yang Alma buat. Kini baru Rendi sadari. Alma benar-benar mencintainya. Sampai sekarang, masih belum berubah.

Rendi pikir, Alma hanyalah cinta pertama yang akan dengan mudahnya ia lupakan. Apalagi saat itu Rendi masih SMP. Tetapi, nyatanya tidak.

Rendi tidak bisa melupakan Alma dan Alma masih mencintai Rendi.

****

Hari ini, Rendi berulang tahun ke-18. Rena, Richard dan teman-teman Rendi bermaksud untuk membuat sebuah kejutan untuk Rendi.

Ponsel Rena bergetar.

Richard :
Gue udah siapin, nanti gue kirim sopir buat jemput lo sama Rendi.

Setelah mengirim balasan, Rena menghampiri Rendi.

Sudah dua bulan ini sejak Rendi lumpuh. Awalnya hanya kakinya. Lama kelamaan hampir semuanya. Bahkan saat ini Rendi sudah tidak bisa bicara. Untungnya tangan Rendi masih bisa di gerakkan. Rena dan kedua orang tuanya dengan sabar merawat Rendi.

Ketika sudah sampai di depan kamar Rendi, Rena mengetuk pintunya dengan pelan, lalu masuk ke dalam.

"Bang, jalan-jalan yuk!" Ajak Rena dengan senyum yang mengembang.

Rendi hanya menggeleng.

"Ayo lah bang, gabut nih kalo di rumah aja"

Rendi menulis apa yang akan dia katakan di sebuah buku.

Gue nggak mau! Ribet tau ngajak orang lumpuh kyk gue!

"Nggak, kata siapa?" Jawab Rena tidak menyerah.

Rena langsung mendorong kursi roda Rendi untuk keluar rumah. Disana sudah ada sopir yang dikirim Richard.

Rendi masuk kedalam mobil dengan bantuan papa Rena dan Sopir Richard.

Rendi mengetik sesuatu di handphone nya. Sejak ia tidak bisa berbicara, begitulah salah saru cara untuk berkomunikasi dengannya.

Mau kemana si?

"Udah, ikut aja" jawab Rena dengan senyumnya.

Tidak lama kemudian, Rena sudah sampai di sebuah cafe milik mama Richard.

Richard menyambut kedatangan Rena dan Rendi. Disana sudah ada Richard dan mamanya, Aldi, orangtua Rena, dan teman-teman Rendi dari SMA nya.

Rendi masuk kedalam kafe tersebut. Disana sudah didekorasi yang sangat meriah.

Ketika Rendi masuk, serentak mereka menyanyikan lagu happy birthday untuk Rendi.

Ada sebuah kue dengan lilin angka 18 yang menyala diatas sana. Serta nama Rendi yang menggantung di dinding.

Happy birthday to you!

Happy birthday to you!

Lagu itu menggema di seluruh ruangan kafe.

Rendi tersenyum lebar. Terkesan terpaksa. senyum yang membuat hati semua orang terasa miris ketika melihatnya.

Rendi mengetik di ponselnya.

Makasih. Kalian sudah membuat ulang tahun terakhir gue sangat spesial.

Rendi menghadapkan ponselnya kepada Rena.

"Kata bang Rendi, terima kasih kalian sudah-"

Kata-kata Rena terputus karena ponsel Rendi terjatuh. Tangannya sudah lemas. Perlahan Rendi menutup matanya.

****

Suara ambulan memecah keheningan di jalan. Ambulan yang mebawa Rendi untuk menuju ke rumah sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit, Rendi langsung masuk ke ruang ICU. Rena, Aldi dan Richard ikut menyusul ke rumah sakit.

Lama. mereka semua masih menunggu kabar baik dari dokter yang menangani Rendi.

1jam berlalu. 2 jam. 3 jam. Dokter nasih belum juga keluar. Mama Rena tidak bisa membendung air matanya. Ia menangis sejak tadi. Sedangkan Rena masih terus berdoa. Mungkin saat ini keajaiban Tuhan yang mampu menyelamatkan Rendi.

Dokter Ardhan keluar. Dengan muka yang sangat kusut.

"Gimana Rendi dok?"

"Maaf pak, Rendi tidak bisa di selamatkan. Kanker yang ada di otaknya, kini sudah menyebar hampir di seluruh bagian tubuh" jelas dokter Ardhan.

Kedua orang tuanya menangis seketika. Bahkan, ayahnya yang Rena pikir laki-laki paling kuat air matanya menetes juga.

Rena, entah mengapa ia tidak menangis sama sekali. Mungkin air matanya sudah mengering. Rena hanya diam menerawang. Ia sudah tahu hal ini pasti akan terjadi. Tinggal masalah waktu.

***

Aldi memberitahu Alma tentang apa yang terjadi dengan Rendi. Alma memutuskan untuk segera ke Jakarta.

Rendi di bawa ke rumah. Semua orang yang menggunakan pakaian serba hitam berdatangan. Kakek, nenek, sepupu semuanya datang untuk mengucapkan bela sungkawa.

Rena duduk di sebuah kursi. Tidak jauh dari jenazah Rendi. Ini adalah pemandangan paling buruk yang pernah Rena lihat.

"Rencananya di makamkan jam berapa?" Tanya sepupu Rena.

"Nanti jam 2 sore" jawab kakek Rena.

Ini masih jam 10 pagi. Masih ada waktu 4 jam untuk mengantarkan Rendi di tempat peristirahatan terakhirnya.

Orang-orang berdatangan. Teman-teman Rendi, kerabat dan keluarga.

"Ren, gue turut berduka ya" kata Hilda.

Rena hanya mengangguk.

"Gue tahu, semua orang nantinya bakal mati. Tapi gue nggak nyangka kalau secepat ini, Hil," kata Rena.

Hilari memeluk tubuh Rena dengan erat.

"Jangan sedih, dia nggak pernah mau lihat lo sedih,"

*****

Akhirnya, jam sudah menunjukkan pukul 2 sore. Rendi di berangkatkan menuju tempat pemakaman.

Setelah selesai di makamkan, semua orang berhamburan untuk pulang. Tiba-tiba Alma datang. Ia duduk di samping makam Rendi. Ia menangis histeris.

"Lo jahat Rendi!" Teriaknya.

Aldi sekuat tenaga untuk menenangkan Alma. Tetapi hal itu sia-sia. Alma malah semakin menjadi-jadi.

"Maksud lo apa pergi kayak gini huh?!" Teriak Alma lagi.

"Al, udah. Ayo pulang. Lo nggak boleh kayak gini," kata Aldi dengan sabar.

"Tapi bang, Rendi udah ninggalin gue! Dia jahat!" Kata Alma sebelum akhirnya dia pingsan.

Aldi menggendong adiknya itu sampai ke mobil. Ia membawanya ke rumah Rena. Jarak rumahnya terlalu jauh dari pemakaman jadi ia membawanya ke rumah Rena.

Setelah hampir 2 jam Alma pingsan akhirnya dia sadar juga. Alma masih menangis. Tetapi dia sedikit lebih tenang. Alma menangis dalam pelukan Aldi.

Rena langsung masuk ke dalam kamar. Ia mengurung dirinya. Ia tidak mau menemui semua orang yang datang.

"Gue bakal kangen banget sama lo bang, see you there, jagain gue dari sana ya"

****

Perjuangan seseorang untuk melawan kanker itu sangat luar biasa. Banyak hal yang bisa terjadi. Bisa sembuh, bisa tidak.

MY BEST BROTHER
PART 17

Continue Reading

You'll Also Like

Jiwa Aksa [END]✔ By hiatus

Mystery / Thriller

5.1K 573 22
[Revisi berjalan] Terkadang kata-kata bisa menjadi sangat berbahaya, bahkan bisa membunuh secara perlahan. Mengalami keadaan hal yang berbeda, merupa...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 29K 12
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
11.3K 1.3K 31
End [CERITA SUDAH DIBERHENTIKAN] Sebuah sekolah dengan nama Groner School adalah sebuah sekolah elite yang berada di Tokyo. Banyak yang mengetahui se...
874 355 5
Garviell hanya anak yang ingin berkuasa atas hidupnya, tanpa ada yang menghakiminya. Dia hanya ingin mendapatkan pijakan yang lebih baik tanpa jatuh...