My Best Brother

By tokohutama

58.1K 2.8K 40

"We are brother and sister connected by heart" Rena Arthalia. "Kita memang tidak sedarah tapi kita lebih dar... More

Satu : Prolog
Dua : Sekelebat Ingatan
Tiga : Who is he?
Empat : Maksudnya?
Lima : Kepo
Enam: Jangan Ganggu Dia
Tujuh: Mulai Suka
Delapan : Sebentar Lagi
Sembilan : Bromance
Sepuluh : Rumah Sakit
Sebelas : Penjelasan
Dua Belas : Kenyataan pahit
Tiga Belas : Merindukan Dia
Empat Belas : Diary.
Enam Belas : Terjadi
Bonus Part
Tujuh Belas: Berbeda
Sembilan Belas : Epilog
Extra Part
i n f o | Read please!
(ga)Penting!

Lima Belas : Tidak sengaja

2K 115 0
By tokohutama

Setelah dirawat di rumah sakit kurang lebih 2 minggu, Rendi memutuskan untuk pulang. Ia ingin rawat jalan supaya bisa kembali beraktivitas. Menurutnya tubuhnya itu sudah sehat, kembali seperti semula.

Rendi pergi kesekolah bersama Richard. Mobil sport Richard memasuki pelataran sekolahnya.
Jika hari biasanya membawa motor, Mulai hari ini Richard akan memebawa mobil untuk Rendi.

Rendi menghampiri Irfan dan Gaung yang sedang bermain basket.

"Wihh! Bagus ya Gue nggak di ajak!" Teriak Rendi sambil menghampiri mereka yang membuat aktivitas kedua temannya itu berhenti seketika.

"Anjing lo Ren! Main aja sendiri!" Jawab temanya sewot.

Irfan dan Gaung pun memilih untuk beristirahat, duduk di tribun lapangan basket.

"Lo kenapa huh?" Tanya Rendi.

"Nggak usah sok peduli! Selama ini lo nggak pernah anggep kita temen kan? Lo cuman anggep Richard sebagai temen lo!" Jawab Gaung.

"Gue nggak ngerti sama kalian" jawab Rendi.

"Cuma karena kita baru kenal pas masuk SMA, lo nggak percaya sama kita? Kenapa lo nggak bilang kalau lo sakit?" Jawab Irfan.

"Gue nggak maksud gitu. Gue cuman nggak mau kalian kepikiran" jawab Rendi dengan tenang.

"Goblok!" Umpat Gaung.

"Sorry" kata Rendi.

Tiba-tiba Richard datang. Ia menghampiri ketiga temanya itu.

"Kenapa sih kok melow gini?" Tanya nya bingung.

"Mau tau ajaaa kamuuu" kata Rendi yang berhasil membuat suasana cair kembali.

****

Bel sekolah sudah berbunyi sedari tadi. Rendi belum juga pulang. Begitupun dengan Richard.

"Gue nanti pulang sendiri" kata Rendi.

"Nggak, jangan"

"Lo bukan nyokap gue ya, nggak usah sok ngelarang"

"Terserah"

Jika Rendi sudah bilang seperti itu, Richard hanya bisa diam. Memang dia tidak punya hak apapun atas Rendi. Jadi jika ia ingin menjaga sahabatnya itu, ia harus menjaga nya dari kejauhan. Tempat yang tidak bisa dilihat oleh siapapun.

Rendi keluar dari sekolah tersebut. Ia berjalan ke arah rumahnya. Tiba-tiba ia ingin mengunjungi sebuah danau dan taman yang ada di belakang SMP nya dulu. Taman yang sudah sangat lama tak pernah ia kunjungi.

Ia memutar arahnya. Tidak jauh dari tempatnya berada sekarang. Lima menit kemudian, ia sudah sampai di sana.

Sepi. Tidak ada seorangpun. Memang taman ini tidak begitu banyak pengunjung. Karena memang tidak banyak yang tahu.

Rendi? Ia hanya kebetulan tahu karena waktu itu ia sedang bermain futsal dan bolanya terlempar ke arah ini. Setelah itu, ia sering mengajak Alma pergi ke taman dekat danau ini.

Rendi duduk di bangku yang berada di taman itu. Ia terpikirkan oleh seorang gadis yang dulu selalu mengisi hatinya.

Tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya. Bukan memanggil, seperti ada yang meneriakkan namanya. Sekali, Rendi pikir ia salah dengar. dua kali dia pikir bukan namanya yang diteriakkan. Ketiga, ia sangat yakin ketika melihat ada seorang cewek yang berdiri di tepi danau.

Alma. Benarkah itu Alma? Rendi berjalan mendekati cewek itu. Ketika sudah dekat ia mencoba memanggilnya.

"Alma?" Tanya Rendi.

Cewek itu sangat terkejut hingga hampir mencebur ke danau jika Rendi tidak menahannya.

"Rendi?"

Rendi mengangguk. Alma langsung memeluk Rendi erat. Rendi membalas pelukan Alma. Alma membenamkan kepalanya di dada bidang Rendi.Alma cantik. Semakin cantik.

"Kamu? Kemana aja?" Tanya Rendi.

"Kamu nyariin aku? Bukannya kamu yang bikin aku pergi?"

Alma menjawab pertanyaan Rendi dengan pertanyaan yang berhasil membuat Rendi speechless.

Rendi membawa Alma ke sebuah cafe yang berada tak jauh dari taman itu. Ia menaiki mobil yang dibawa Alma.

"Gimana? Enak di Amerika?" Tanya Rendi untuk memulai obrolan.

"Enggak" jawab Alma singkat.

"Kok bisa?"

"Ya nggak enak lah. Sakit tau, rasanya jauh dari sang pemilik hati"

"Lebay"

Alma tersenyum. Rendi membalas senyuman itu.

"Kamu nggak berubah. Masih ganteng kayak yang dulu" kata Alma.

"Kamu juga. Masih cantik. Semakin cantik" kata Rendi hanya lewat batinya.

Rendi tidak tahu bahwa kata-kata itu sangat di tunggu oleh Alma.

"Kak Aldi, apa kabar?"

Pertanyaan itu membuat Rendi bingung.

"kamu, kesini bukan Aldi yang minta?"

"Bukan. Aku sering pulang ke sini, tapi aku nggak pernah ke rumah. Paling ke danau kayak tadi"

"Dan dengan tidak disengaja aku ketemu kamu. Kamu tahu betapa bahagianya aku?" Lanjut Alma dengan sok mendramatisir.

"Berarti kamu bakal balik lagi ke Amerika?"

"Iya, lusa"

Hati Rendi sakit ketika mendengar jawaban itu. Rasa Rindunya belum terobati tapi obat itu akan segera pergi, lagi.

"Aldi baik, nggak mau ketemu dia dulu?" Kata Aldi sambil menjawab pertanyaan Alma yang tadi.

"Enggak. Aku nggak mau"

"Waktu itu aku pikir kamu pergi karena perasaan kamu masih labil. Namanya juga masih 14 tahun. Tapi sekarang kamu udah 16 tahun. Nggak masuk akal kalo kamu nggak mau ketemu Aldi dengan alasan yang dulu" kata Rendi.

"Itu kamu  tahu, kalau nggak masuk akal berarti ada alasan lain dong"

"Maksudnya?"

"Nggak, kamu kan pinter. Pasti tahu lah"

"jangan bikin bingung"

Alma tersenyum. "Pulang yuk"

Mereka berdua pun pulang dari cafe tersebut.

"Mobilnya biar aku yang bawa" kata Rendi.

Alma mengangguk dan memberikan kunci mobilnya kepada Rendi. Rendi mengantar Alma ke apartmennya.

Ketika sudah sampai, Rendi turun dari mobil Alma. Begitu pula dengan Alma.

"Makasih, kamu udah mau anterin aku, sama nemenin aku seharian ini" kata Rendi.

"Iya, aku harap kamu mau menemui Aldi"

"Anytime, kalau aku siap"

"Yaudah aku pulang dulu"

Rendi pamit pulang. Ia membalikkan tubuhnya. Tiba-tiba, tangan Rendi ditarik oleh Alma.

Cup!

Ada sebuah benda basah yang menyentuh bibirnya itu. Alma mencium Rendi. Lama. Entah apa yang Alma pikirkan hingga ia dengan berani melakukan ini semua.

Rendi, bukannya menolak ciuman itu, ia malah mebalasnya. Jangan pikir Rendi seorang yang brengsek, tapi memang itu yang Rendi mau. Alma memejamkan matanya. Begitu juga Rendi. Bibirnya masih saling menaut.

Bukan ciuman yang penuh nafsu yang mereka lakukan tetapi Ciuman penuh kerinduan. Kerinduan yang tidak mampu diucapkan dengan kata-kata. Berharap dengan ciuman itu masing-masing bisa menghilangkan rasa rindu yang lama berada di dalam dada.

mereka melepaskan ciumannya ketika sudah hampir kehabisan nafas. Alma hendak mencium Rendi lagi, tapi kali ini Rendi menolak. Ia menahan semua itu. Ia takut akan menyakiti Alma untuk kedua kali.

****

Mengungkapkan cinta itu bukan tugas seorang pria. Siapapun bisa melakukannya, sekalipun dia wanita.

Kamu lambat. Makanya aku gerak cepat. Karena aku takut jika hanya terus menunggu, aku akan kehilangan kamu, lagi. -Alma

-MY BEST BROTHER
PART 15

Continue Reading

You'll Also Like

36.1K 2.8K 25
Impian yang dipaksa berhenti sebab tak pernah punya kekuatan apa-apa.
11.3K 1.3K 31
End [CERITA SUDAH DIBERHENTIKAN] Sebuah sekolah dengan nama Groner School adalah sebuah sekolah elite yang berada di Tokyo. Banyak yang mengetahui se...
Lens Mind By Fhleocz

Teen Fiction

123 115 27
"Bily, seorang siswa SMA yang cerdas namun dijauhi oleh banyak teman karena kecerdasannya yang membuat iri, mengalami insiden yang mengubah hidupnya...
337 92 12
Seorang pemuda bernama Nami. Sudah lelah hidup di bawah organisasi bayangan. Tanpa ia sadari, bulan diam-diam menyambut kehadirannya. Menanti dengan...