SIDE (YOU)

By arikasatika

4.7K 803 314

[ UPDATE tersendat batu] Ayay seorang gadis yang siap memulai hidup berumah tangga dengan pacarnya bernama Sa... More

Absen ^-^
2 - Feel
3 - Care
4 - Why
5 - Other
6 - Open Secret

1 - Beginner

1.1K 239 158
By arikasatika

Seorang gadis bergaun putih dengan buket bunga mawar putih ditangannya tampak terduduk gelisah. Bibirnya pink merah muda akibat polesan lipstik sibuk menggigit-gigit jari jempol tangannya yang kala itu tak bisa diam. Matanya berputar-putar, mengitari ruang tunggu penganti.

Cerk, bunyi pintu terbuka.

"Ibu," panggil gadis itu seraya berlari menghampiri ibunya dengan tatapan penuh harap.

Sejenak membisu, wanita paruh baya yang di panggilnya menggelengkan kepalanya. Bagai dedauan kering yang layu gadis berpakaian pengantin itu terduduk lesu di lantai. Wanita paru baya itu tertuduk lesu lalu berjongkok dihadapan putrinya itu.

"Dengar ibu Ayay," ucap ibunya yang bernama Yuni.

Gadis itu mendongak dengan air mata yang bergelinang.

"Kau tau mereka adalah keluarga terpandang, batalnya penikahan akan membuat dampak negatif pada keluarga dan bisnis mereka," Yuni meneguk salivanya, "kau harus tetap menikah."

Kedua bola mata yang memandang lesu kearah Yuni, membuat sebesar kelereng. Mulutnya mengaga tak percaya dengan pendengarannya.

"Apa? bagaimana aku bisa menikah? Ibu bilang Saen tak datang? Apa ibu berbohong? Apa Saen datang dan akan menikah denganku?" tanya Ayay bertubi-tubi seraya menggengam erat bahu Yuni.

"Bukan dengan Saen tapi... Dengan Leon," Jawab Yuni seraya memalingkan wajah, tak sanggup melihat respon Ayay.

Ayay seolah mati kata. Sendi-sendinya mengkaku seketika bersama udara yang hinggap disekitarnya.

Lama terdiam dalam kebisuan Ayay angkat bicara. "Aku tak ingin menikahi kakaknya."

"Kau harus nak, ini adalah ucapan langsung dari ibunya Saen."

"Tidak buk, itu sungguh tak bisa kulakukan."

"Ayay, tidak hanya mereka yang rugi, tapi kita juga. Kau tau bisnis ayahmu sedang anjlok jauh apalagi dia sering jatuh sakit sehingga keluar masuk rumah sakit. Ibu tidak memikirkan uang dari keluarga Saen tapi ibu memikirkan perasaan ayahmu. Bagaimana dia menjalani hidupnya setelah dia mengetahui pernikahan putrinya gagal? Apa dia bisa bertahan dari penyakitnya dengan fakta itu atau justru jatuh sakit karna terkejut? Kumohon dengarkanlah ibu." Yuni menggenggam tangan Ayay erat, " Saen tak datang kepernikahan kalian dan tidak ada satupun yang tau kemana dia. Ibu tidak memaksamu, kau yang tentukan pilihan."

Ayay terdiam, matanya terpejam berharap adanya jalan keluar dari masalahnya ini. Ayay sadar waktu terus berputar dan jam tak pernah mau menunggu dirinya untuk berpikir menentukan pilihan.

Helapan napas berat keluar dari mulutnya. Dibukanya matanya yang terpejam lalu ditatapnya ibu yang sedari tadi menunggu keputusannya.

**********

"Semoga kau selalu bahagia nak," ujar Yuni mencium kedua pipi putrinya diikuti Born, Ayah Ayay.

"Ayah sungguh bahagia," ucap Born setelah mendaratkan ciuman sayang ke pipi putri semata wayangya.

Ayay tersenyum simpul kepada kedua orangtuanya lalu berlahan berjalan pelan kearah benda putih beroda 4 dengan hiasan bunga di setiap sisinya, mobil pernikahan. Tangannya melambai-lambai sebagai tanda perpisahan lalu memasuki mobil yang sudah terparkir untuknya. Di dalam mobil sudah terduduk seorang pria berbadan kekar dengan Tuxedo senada dengannya. Pria itu adalah Leon Brianver yang berstatus sebagai suaminya beberapa jam yang lalu.

Selama perjalanan keduanya hanya membisu. Baik Ayay ataupun Leon tidak ada satupun dari mereka yang memecah kehening bahkan sampai mobil yang ditumpangi mereka sampai ke kediaman Leon. Ayay masuk membelakangi Leon. Gaun pengantin yang berat dan panjang membuatnya kesulitan melangkah dan beberapa kali hampir terjatuh karna menginjak bahan gaunnya. Ayay terus mengikuti Leon sampai pada akhirnya Leon masuk ke dalam kamar dan tanpa berkata apapun langsung menutup pintunya. Hampir saja hidung mancung bagai pelusutan miliknya membentur benda mati datar tersebut jika dirinya tak memiliki refleks yang baik.

'Apa dia membiarkan aku disini?' Ayay bertanya dalam hati. Mata dan tubuhnya bekerjasama berputar-putar mengamati sekitar.

Tak menemukan ide akhirnya Ayay memilih terduduk dilantai, tepat di sisi pintu kamar Leon. Ayay tak tau apa yang harus dilakukannya karna Leon tak memberi petunjuk apapun untuknya.

dibukanya kepalan tangan yang sedari tadi menggenggam secarik kertas. Dibukanya kertas yang ternyata adalah photo dirinya dan Saen. Ditatapnya lekat photo yang menapkan photo keduanya tengah tersenyum lebar lalu berlahan-lahan menyobek photo tersebut hingga menjadi potongan kecil.

"Aku tak boleh memikirkanmu lagi. Aku sudah menikah. Jika aku melupakanmu, itu bukan salahku karna kau yang pergi menghilang dariku."

Ayay meremat kencang serpihan photo yang disobeknya. Tak disadari cairan-cairan bening mengalir dipipinya tanpa permisi. Dipejamkan matanya berharap cairan bening itu tak terus terjun dari sudut matanya. Cukup lama bermain dengan dilema, Ayaypun tertidur dengan tangan yang masih memegang serpihan photo.

******

Cahaya matahari berlomba masuk menerobos masuk melalui celah-celah gordeng sebuah kamar. Seorang gadis yang berada didalamnya tengah tertidur dikasurnya menggeram ringan karna cahaya yang menusuk matanya yang kala itu masih terbawa buaian kasur.

Ayay mengangkat tubuhnya dari kasur dan termenung sejenak. Matanya menatap pakaian yang tengah dikenakannya. Ya, Gaun pengantin masih membalut sempurna ditubuhnya bahkan makeup yang dipakainya masih menempel diwajahnya.

"Apa ini kamar Leon?"

Ayay mengamati sekitar namun tak ada satupun tanda-tanda yang menunjukan ini adalah kamar seorang pria. Dengan pemikiran seadanya Ayay menarik kesimpulan kalo ini adalah kamar lain di rumah ini.

"Apa dia yang menggendongku ke kamar ini?" Tanya Ayay pada dirinya sendiri yang tentunya tak berjawaban.

Digeretnya badannya dari kasur empuk yang membuainya lalu menuju lemari pakaian lalu dibukanya lemari pakaian itu. Dilihatnya sedetail-detailnya pakaian yang ada disana. Semua pakaian itu adalah miliknya dan tak ada satupun pakaian laki-laki didalamnya. Ayay menarik napas pelan lalu menghempaskannya. Satu lagi fakta yang diketahuinya bahwa dirinya dan Leon tidak sekamar. Entah dia harus senang atau sedih, perasaannya campah, tak berasa.

Tak ingin lama berkecambuk dengan pikirannya, Ayay menarik sebuah dress bewarna pink lalu melangkah ke arah meja rias yang sudah Full Set alat kosmetik. Ayay menduduki kursi meja rias lalu menatap kosong pantulan dirinya dicermin, mengamati setiap inci dirinya.

"Saat semua ini terlepas maka aku sudah masuk ke dunia baru tanpamu, Saen," ujar Ayay pada dirinya dicermin lalu mulai menghapus makeup diwajahnya.

Hal penting yang harus dilakukannya adalah menghapus semua makeup dan mengganti gaun pengantin yang sangat menyesak tubuhnya ini.

Setelah selesai dengan dirinya Ayay beranjak turun kebawah. Ya, kamarnya ada dilantai 2, berbeda dengan kamar Leon dilantai dasar dan hal itu baru disadarinya saat dirinya dihadapkan dengan tangga yang kurang lebih memiliki 33 tangga.

Matanya jelalatan mencari makhluk hidup yang sudah bergelar sebagai suaminya kemarin, namun nihil. Tak ada seorangpun dirumah ini padahal ini masih pagi. Pikiran-pikiran liar seketika hinggap di kepalanya, apa Leon sengaja menghindarinya? Atau memang dirinya yang bangun kesiangan untuk ukuran pria itu?

Setiap hari Ayay terus mencoba bangun lebih cepat dari hari sebelumnya karna setiap kali terbangun, Ayay tak pernah bisa bertemu Leon seolah menandakan takdir mereka memang tidak dapat menyatu. Bahkan, dimalam hari dirinya yang sudah berniat menunggu Leon, malah tak sengaja tertidur.

Sampai 5 hari berlalu datar akhirnya Ayay dapat melihat Leon dan mengutarakan apa yang ingin diucapkannya. Ya, pagi ini Ayay menangkap Leon yang kala itu hendak beranjak pergi.

"Aku dan kau tidak bisa terus begini," ujar Ayay pada punggung Leon.

Langkah Leon tersendat seketika mendengar suara Ayay. Meski terkejut, Leon menoleh dengan wajah datar.

"Jangan menghindar dan bersikap seperti biasa saja," ucap Ayay seraya mendekati Leon."Aku tak ingin menjadi beban."

Leon terteguh mendengar perkataan Ayay. Matanya tak sengaja bertemu pandang dengan mata hazel Ayay dan seketika itu juga langsung mengalihkan pandangnya.

"Aku hanya tak ingin merebut pacar adikku," ujar Leon lalu pergi, meninggalkan Ayay yang kini membatu ditempat.

********

Jarum jam menunjukan pukul 12 lewat 48 menit. Ayay menatap jam bewarna coklat di dinding yang terus berputar, seolah menggoga dirinya. Kaki jenjang bergerak ke kanan dan ke kiri tak menentu. Jika seseorang melihatnya, mungkin mereka akan mengira Ayay tengah berlatih menari atau sejenisnya.

Malam ini mata Ayay masih terjaga karna besarnya gejola yang menghantui dirinya. Setelah mendengar kata-kata Leon untuk pertama kalinya, Ayay tak henti-henti berpikir. Bagaimana dia bisa berpikir kalau dirinya masih berstatus pacar adiknya? Padahal Ayay sudah bersusah payah menghapus kata itu dari pikirannya dan siap menatap masa sekarang. Apa semua pria seperti itu?

Dihempaskannya tubuhnya disofa lalu kembali berpikir keras.

Cekrekkk, suara pintu terbuka.

Ayay yang terduduk disofa sontak berdiri dan langsung menatap Leon yang nampak kaget melihatnya yang berdiri tegap menatap kearahnya.

"Izinkan aku memerankan peranku sebagai istri," ucap Ayay langsung membuat Leon kebingungan. " Aku tak butuh cinta ataupun kasih sayangmu. Hanya 3 bulan, setelah itu kita bisa berpisah."

"Apa alasanmu?" tanya Leon akhirnya.

"Aku punya alasan sendiri," jawab Ayay tertunduk lalu kembali menungak. " Dan juga, aku bukan pacar siapapun karna aku sudah menikah."

Penegasan Ayay membuat Leon sedikit terteguh. Dipandanginya seksama Ayay yang kalah itu memandang serius dirinya.

Tiba-tiba senyum simpul mencuat kepermukaan. "Aku sudah memasak, cobalah sedikit masakanku," ujar Ayay mengubah topik lalu beranjak ke dapur.

Leon masih mematung didepan pintu melihat perubahan sikap Ayay lalu entah angin dari mana, Leon mengikuti Ayay kedapur, lebih tepatnya ke meja makan. Leon tak sadar responnya ini menuntunnya masuk ke takdir Ayay.

Note: Cinta mengajarkanmu untuk berani memulai dan berani mengakhiri saat semua berakhir

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 476K 53
- Zona teka-teki 1 - Kalian baca cerita ini siap-siap jadi detektif - Terbit di Hesthetic official "Menikahlah dengan suamiku dan jaga baby Hamzah...
572K 69.6K 19
Lentera Hati - Series keempat Lentera Universe Romansa - Spiritual - Militer "Dejavu paling berat adalah bertemu seseorang yang mirip dengan dia tapi...
213K 11K 39
"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok gadis yang kehilangan kesucian dan berasa...
4.8M 294K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...