Smile

By ShimJaeCho

97.4K 7.4K 418

Jaejoong akan melakukan apapun agar bisa dekat dengan Yunho. Romance, School Life, Hurt/Comfort, Friendship... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Sekuel A
Sekuel B
Sekuel C
Sekuel D
Special Chapter

End

9.8K 696 88
By ShimJaeCho

"Joongie ah, kenapa masih di kamar?"

Jaejoong menoleh tidak semangat pada Song ahjumma yang tadi membuka pintu kamarnya dan duduk disampingnya, dipinggir tempat tidur.

"Ne?"

"Kenapa masih disini eoh? Kenapa belum berangkat"

"Joongie... Malas"


Song ahjumma tersenyum mengerti kenapa Jaejoong menjadi tidak bersemangat pagi ini, Jaejoong yang hendak turun mendengar pembicaraan kedua orangtuanya dimana sang appa ternyata akan kembali ke kampung halamannya minggu depan dan eommanya hanya menyetujuinya.

Hati Jaejoong sakit melihatnya sehingga dia tidak jadi turun keruang makan dan tetap di kamarnya, sang appa tadi sudah mengetuk pintu namun Jaejoong berkata akan pergi sendiri kesekolah hari ini.

"Semua akan baik – baik saja Joongie ah..." Lirih Song ahjumma

"Semua tidak sedang baik – baik saja ahjumma. Mereka hanya memikirkan kebahagiaan mereka tanpa memikirkanku"

Song ahjumma menyentuh pundak Jaejoong.

"Kau masih terlalu muda untuk mengerti ini semua Joongie, tapi yang harus kau tahu adalah bahwa mereka menyayangimu walaupun berpisah. Dan soal appamu... Ada yang harus kau tahu..."


Jaaejoong mengerutkan keningnya kemudian menatap Song ahjumma sampai akhirnya airmata Jaejoong keluar saat mendengar cerita Song ahjumma tentang sang appa.
.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa kau terlambat Joongie?"

"Eng? Tidak ada apa – apa Suie"

Junsu mencoba memberikan semangat pada Jaejoong yang datang saat pelajaran kedua dimulai dengan senyuman. Jaejoong membalas senyuman Junsu tapi Junsu tahu Jaejoong tidak benar – benar tersenyum.


"Kenapa hmm?"

Jam pelajaran sebelum istirahat kosong karena guru mereka tidak masuk, hal itu dimanfaatkan Junsu dan Kyuhyun untuk berbincang dengan Jaejoong.

"Tidak apa – apa Suie, hanya saja tadi aku bangun kesiangan. Dan aku berangkat sendiri hari ini" Ucap Jaejoong

"Ck, kau ini. Jangan membuatku khawatir arasseo?"

"Ne Suie cerewet"

"Huh... Aku khawatir tahu!"

"Ne, maafkan aku Suie... Aku tidak akan membuatmu khawatir lagi"

"Janji?" Junsu mengacungkan jari kelingkingnya membuat Jaejoong terkekeh

"Ne, janji" Ucap Jaejoong menyambut kelingking Junsu


Junsu senang mendengarnya lalu dia menoleh kearah Kyuhyun yang ternyata tengah sibuk dengan game dalam ponselnya.

"Ckckckckc... Aku heran bagaimana kau bisa pandai sementara kau hanya bermain game saja"

"Eoh? Aku jenius hyung. Tidak seperti dirimu" Jawab Kyuhyun seadaanya

" YAK!"

Plakk


Dengan gemas Junsu memukul belakang kepala Kyuhyun hingga namja itu berteriak sakit namun Junsu masih menyerangnya dengan memukul lengan Kyuhyun. Jaejoong tertawa melihat kedua temannya itu, mereka sungguh lucu, dia berterima kasih pada Tuhan karena menghadirkan mereka berdua dalam hidupnya.
.
.
.
.
.
Jaejoong berjalan kearah atap sekolah dengan pelan, dia sebenarnya ragu untuk naik ke atas tapi... Apa boleh buat. Dia ingin melakukan hal ini.


CEKLEK

Jaejoong membuka pintu dan melihat Yunho sudah duduk ditempat biasa, Jaejoong menghampiri Yunho dan duduk dihadapan namja itu. Dia meletakkan kotak bekalnya didepan Yunho dan berdiam diri.



"Kau sudah datang"

"Ne" Jaejoong hanya menjawab dengan seadanya, dia membuka tas bekalnya dan memberikan kotak bekal makan siangnya pada Yunho



Yunho menerima kotak itu dan membukanya, tteokbokki sesuai yang dia inginkan. Yunho mengambil garpu dan menusuk tteokbokki kemudian memakannya. Yunho mengunyahnya dengan pelan, Jaejoong memperhatikan bagaimana reaksi Yunho sembari memakan bekal makan siangnya.


"Bukan buatanmu"

Jaejoong mengerutkan keningnya dan menatap Yunho.

"Ini bukan buatanmu" Ucap Yunho masih dengan nada datarnya

"Oh ne. Ahjumma yang merawatku sejak kecil yang memasakkannya. Aku... Kesiangan" Ucap Jaejoong sedikit ragu dengan ucapannya

"Kesiangan?"

"Ya"


Yunho menatap wajah Jaejoong dan dia menyadari satu hal, kenapa Jaejoong berwajah pucat beberapa hari ini. Bahkan pipinya sedikit menirus, ada apa dengannya? Yunho tersentak saat melihat mata Jaejoong yang terlihat sedikit sembab dan agak menghitam.


"Kau menangis lagi"


Jaejoong langsung mengalihkan pandangannya, bagaimana bisa Yunho menyadarinya lagi? Ini sudah kedua kalinya Yunho menyadari bahwa dia tengah menangis. Jaejoong tetap bungkam dan menggelengkan kepalanya.


"Aku... Tidak apa – apa"


Yunho tetap memperhatikan wajah Jaejoong yang jauh berbeda dari beberapa minggu yang lalu, Jaejoong seakan tengah menanggung beban yang sangat berat. Jaejoong yang sadar sedang diperhatikan hanya bisa mengalihkan pandangannya saja, bagaimanapun ini semua sudah cukup bagi Jaejoong.

Bisa duduk bersama dengan Yunho, makan bersama dengan Yunho, melihat bagaimana Yunho melahap bekal buatannya yang asin atau kadang memberikan senyum tipisnya untuk Jaejoong. Semua sudah cukup membuat Jaejoong bahagia bisa melihat ini semua, perasaannya menghangat seketika.

Ya...
Tidak apa – apa jika harus seperti ini, yang penting dia bisa ada disamping Yunho walaupun tidak ada seorang pun yang tahu. Tapi Jaejoong harus tahu bahwa cinta kadang tidak harus memiliki.


"Wae?"

"Eh?"


Jaejoong tersadar dari lamunannya kemudian menatap Yunho dengan gugup.


"N-ne?"

"Kenapa menatapku?" Tanya Yunho

BLUSH


Jaejoong menundukkan kepalanya kemudian menggeleng, hal yang cukup imut dimata Yunho. Dia tersenyum tanpa jaejoong sadari dan kembali memakan tteokbokki yang dia inginkan walaupun bukan Jaejoong yang memasaknya.

Ah!
Jaejoong jadi ingat sesuatu. Dia mengambil ponsel yang ada didalam kantong celananya dan mengetikkan sebuah pesan disana.


'To : Uri Appa
Appa, jangan lupa makan siang? Ayo pergi hari ini? Chu~~'

Jaejoong menaruh begitu saja ponselnya di samping dia duduk dan kembali memakan makanannya namun tak lama berselang ponselnya bergetar dan Jaejoong segera mengambilnya, dia membaca pesan itu dan tersenyum melihat pesan yang didapatnya.

Yunho memperhatikan ekspresi Jaejoong yang tiba – tiba ceria itu, Yunho menjadi sebal karena Jaejoong akhirnya sibuk dengan ponselnya dan tidak menganggapnya ada. Apa Jaejoong tengah berkirim pesan dengan Junsu, Changmin atau malah Hyun Joong?

"Selesaikan makanmu baru pegang ponselmu"


Jaejoong menatap Yunho sembari memegang ponselnya, dia mengerutkan keningnya dan seakan mengerti dia menaruh ponselnya dan menutup kotak bekal makan siangnya dan kembali sibuk dengan ponselnya.

Yunho merengut kesal, bagaimana bisa Jaejoong langsung menutup saja bekalnya tanpa menghabiskan isinya? Bahkan Yunho lihat bekal Jaejoong masih lebih dari setengahnya. Jaejoong lebih memilih sibuk dengan ponselnya daripada menghabiskan makan siangnya terlebih jaejoong tersenyum saat membaca pesan masuk kedalam ponselnya.

TAK


Jaejoong mendongak dan melihat Yunho menutup bekal makan siangnya, apa Yunho sudah menyelesaikan makannya?


"Apa kau sudah selesai?" Tanya Jaejoong

"Hum" Gumam Yunho kemudian membuka kaleng jus strawberry yang dibelinya untuk dirinya dan Jaejoong


Jaejoong mengambil kotak makan Yunho dan membukanya, masih tersisa beberapa potong tteokbokki di dalamnya.


"Tidak dihabiskan?" Tanya Jaejoong

"Tidak" Yunho kemudian duduk bersandar dan memejamkan matanya

"Hmm... Apa aku boleh ke kelas?"

"Duduklah disini sampai jam berbunyi. Minumlah jus strawberry itu" Jawab Yunho dengan mata tertutup



Jaejoong tidak berkata – kata lagi, dia duduk disamping Yunho setelah membereskan kotak bekal makan siang mereka. Jaejoong mengambil jus yang dibeli oleh Yunho dan meminumnya perlahan namun dia tersedak saat menerima pesan dari appa hingga membuat Jaejoong terbatuk – batuk. Yunho membuka matanya dan langsung menepuk pelan punggung Jaejoong hingga namja cantik itu berhenti batuk.



"Tidak bisakah kau menjauhkan ponselmu dulu! Lihat sekarang apa yang terjadi bukan? Sudah ku bilang dari awal selesaikan semua makan dan minummu baru pegang ponselmu!"


Jaejoong hanya diam memandang Yunho tidak percaya, ini kata – kata terpanjang yang Jaejoong terima selama ini dari Yunho. Jaejoong jadi bertanya – tanya ada apa dengan namja di depannya ini?


"Kenapa diam?!"

"E-eh? An-ani..." Ucap Jaejoong tergagap dengan menyentuh bagian mulutnya untuk membersihkan jus yang menempel pada mulut dan dagunya


Yunho mengambil saputangan dari kantong celananya, dengan lembut dia membersihkan daerah bibir dan dagu Jaejoong, dia juga membersihkan seragam Jaejoong yang terkena jus itu. Jaejoong? Jangan ditanya lagi bagaimana perasaannya yang tengah bercampur aduk didalam hatinya.

Tubuhnya gemetar karena sentuhan Yunho walaupun Yunho menyentuhnya dengan tidak langsung. Pikiran Jaejoong kosong dan tatapannya mengarah pada wajah Yunho yang sedang serius membersihkan dagunya.

"Hati – hatilah!" Bentak Yunho yang menyadarkan kekosongan otrak Jaejoong barusan

"N-ne"

Yunho menyodorkan saputangannya pada Jaejoong dan Jaejoong menerimanya, membekapnya pelan didaerah dagu dan tercium aroma maskulin yang sering Jaejoong cium jika ada di dekat Yunho.


"Terima kasih..." Cicit Jaejoong

TRRIIIINNGGG~~~~


"Bel sudah berbunyi" Ucap Yunho kemudian berdiri


Jaejoong segera berdiri dan dia berhadapan dengan Yunho tapi dia menundukkan kepalanya, Yunho mengerutkan keningnya.


"Kau ingin makan apa besok Yun?"

"Besok libur kan?"


Jaejoong menepuk keningnya kencang, kenapa dia lupa jika besok adalah hari sabtu dan itu berarti dia tidak akan bertemu dengan Yunho!


"Eh... Aku lupa"

"Baiklah"


Yunho hendak berjalan meninggalkan Jaejoong, namun Jaejoong menarik seragam Yunho hingga namja itu berhenti dan menghadapnya.


"Kenapa?"


Jaejoong menggigit bibir bawahnya, Ugh... Kenapa perasaan melambung seperti ini lagi sih? Tapi...

SRETT

Jaejoong menarik dasi Yunho, mengecup pipi namja itu dan segera kabur dari sana dengan perasaannya yang berdebar namun menyenangkan. Senyum tidak hilang dari wajahnya sampai dia bertemu dengan Junsu dikelas dan langsung memeluk namja gempal itu.


"Yahh! Kenapa kau tertawa seperti itu eoh?" Tanya Junsu dengan bingung

"Hahahahaha... Ani, aku senang sekali Suie!" Jawab Jaejoong masih dengan memeluk Junsu dan memutar tubuhnya hingga Junsu terpekik karena pusing

"YAK!"


Kyuhyun tersenyum dan diam – diam mengirimkan pesan pada Changmin, teman – teman sekelas Jaejoong pun tersenyum karena melihat senyum Jaejoong kembali lagi hari ini.

Sementara itu, Yunho yang ditinggal Jaejoong mengembangkan senyumnya, dia menyentuh pipinya yang tadi dikecup oleh Jaejoong dan mengusapnya pelan. Sungguh manis kelakuan Jaejoong siang ini tapi dia masih cukup kesal dengan ponsel Jaejoong yang membuat jaejoong tidak menganggap Yunho ada.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku langsung ya Suie ya" Pamit Jaejoong setelah bel pulang berbunyi

"Kau mau kemana?" Tanya Junsu

"Pergi dengan appaku"

"Oh baiklah, sampaikan salamku pada ahjusshi"

"Oke, bye Suie... Kyunie"

"Ne"

"Sampai besok hyung"


Jaejoong segera berlari keluar kelasnya karena sang appa sudah ada di depan gerbang sekolahnya. Dan Jaejoong melewati ruang guru dimana Yunho baru saja menutup pintu ruangan itu, Yunho melihat Jaejoong berlari kearahnya dengan tersenyum lebar dan dia mengira bahwa Jaejoong hendak menyapanya. Namun Jaejoong berlari begitu saja, sepertinya dia tidak sadar jika Yunho ada di depan pintu ruang guru.

Yunho mengerutkan keningnya saat Jaejoong berlari menjauh darinya, dia bertenya – tanya dalam hati mau pergi kemana Jaejoong sampai berlari cepat seperti itu?

Yunho berjalan kearah jendela yang ada tak jauh dari tempatnya berdiri, dia melihat kearah gerbang sekolah dan menunggu Jaejoong terlihat dari sana. Dan tak seberapa lama Yunho melihat Jaejoong berlari menuju gerbang dan berlari kesamping gerbang, dia melihat Jaejoong memeluk seorang namja paruh baya dan masuk kedalam sebuah mobil sedan berwarna hitam.


"Dia akan pergi dengan appanya hari ini"

Yunho tersentak dan menoleh, dia melihat Kyuhyun telah berdiri disampingnya.


"Oh?"

"Kajja hyung, Chwang pasti sudah menunggu"

"Ne"


Yunho menoleh kembali kearah jendela namun dia sudah tidak menemukan Jaejoong disana, apa itu sebabnya Jaejoong tidak berhenti tersenyum siang ini? Hanya karena dia akan pergi dengan appanya?


"Ayo hyung"

"Ne"


Yunho pun akhirnya pergi ke kelas untuk menjemput Changmin dan Ahra yang memang sudah menunggunya di kelas.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kau senang?"


Jaejoong menoleh kesamping, dia menatap Hyun Joong kemudian tersenyum dan mengangguk. Hari sabtu ini Jaejoong memutuskan untuk pergi bersama Hyun Joong ke mall untuk menemani Hyun Joong. Awalnya Jaejoong memang ingin pergi ke mall dan akan mengajak Junsu namun namja itu tengah pergi dengan keluarganya.

Akhirnya Jaejoong mengajak Hyun Joong yang sebenarnya memang akan pergi ke mall untuk membeli beberapa pakaian dan sepatu. Akhirnya Hyun Joong menjemput Jaejoong dirumahnya dan pergi bersama hari ini.


"Bagaimana kemarin? Kau pergi kemana dengan appamu?" Tanya Hyun Joong

"Hanya jalan – jalan di kebun binatang dan makan bersama setelah berfoto dengan gajah, lihat ini?" Jaejoong menunjukkan fotonya dimana Jaejoong memeluk belalai seekor gajah

"Hahahaha kau ini... "


Hyun Joong mengacak rambut Jaejoong hingga membuat jaejoong mengerucutkan bibirnya. Setelahnya Hyun Joong mengulurkan tangan dan Jaejoong menyambut uluran tangan itu setelah menaruh ponselnya pada kantong celananya.

Jaejoong jadi berimajinasi jika saja hari ini dia berani mengajak Yunho dan namja itu mau diajak keluar olehnya, berjalan di mall yang ramai, menunjukkan fotonya bersama binatang kesukaannya kemudian dia mengacak rambut Jaejoong dengan sayang dan menggandeng tangannya seperti yang Hyun Joong lakukan padanya hari ini. Pasti Jaejoong sangat senang, tapi itu semua hanya imajinasinya dan tidak akan terjadi bukan?

Sementara itu seorang namja tinggi mengamati Jaejoong dari lantai atas, pada kaca pembatas. Namja itu menatap Jaejoong penuh amarah saat Hyun Joong mengacak surai halus Jaejoong dan Jaejoong menyambut uluran tangan Hyun Joong. Belum lagi mereka saling bercanda dan tertawa bersama, membuat namja itu makin mendengus kesal.


"Yun, sedang apa?"


Nama tinggi itu –Yunho– menoleh, dia melihat Ahra tengah mengertukan keningnya bingung karena Yunho terlihat kesal.


"Tidak" Jawab Yunho datar, jujur saja moodnya rusak saat ini

"Kajja, aku harus membeli hadiah untuk Il Woo"

"Ne"


Ahra mengalungkan tangannya pada lengan Yunho kemudian mereka berjalan bersama menuju tempat yang Ahra maksud.
.
.
.
.
.
Yunho menatap datar pada pasangan yang sedang memilih baju jauh dari tempatnya berdiri, dia melihat Jaejoong tengah menempelkan sebuah kemeja pada tubuh Hyun Joong dan berbicara seakan memberikan pendapatnya. Kemudian mengganti lagi dengan model yang lain dan memberikan komentarnya.

Yunho merasa bodoh karena bisa terpaku dengan pemandangan di depannya, dia mengalihkan pendangannya dan melihat Ahra pun tengah memilih kaos dan kemeja untuk hyungnya.


"Apa Il Woo akan menyukainya?" Tanya Ahra

"Hmm? Tentu saja, dia akan menyukai apa yang tunangannya berikan bukan?"

Tangan Ahra berhenti bergerak kemudian menatap Yunho.


"Dia.. Sudah tidak seperti dulu Yun. Tapi, aku harap dengan memberikan kejutan ini dia akan menyukainya dan menjadi Il Woo yang aku kenal"

"Ya, semoga saja"


Ahra tersenyum kemudian melanjutkan acara memilihnya, dia kemudian berjalan kesana kemari diikuti oleh Yunho yang dengan setia ada dibelakangnya.


"Eoh?"


Ahra mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang tidak asing untuknya, dia melihat seorang namja yang tengah tertawa dan berbincang dengan namja disampingnya. Ahra tiba – tiba memunculkan smirk-nya tanpa Yunho tahu.


"Yunho yah!"


DEG


Jaejoong langsung menoleh kearah sumber suara, dia melihat Ahra tengah berjalan kearah namja tinggi yang bisa melambungkan sekaligus menghancurkan hatinya, Yunho. Kemudian Ahra menempelkan sebuah kemeja pada tubuh Yunho dan memujinya.

Jaejoong membeku saat Yunho memberikan tatapan lembut dan tersenyum manis pada Ahra, hey! Dia saja yang setiap hari membuatkan makan siang untuk Yunho sangat jarang melihat senyum itu tapi Ahra...?

'Memang kau siapanya Joongie? Kau hanya...'


Jaejoong tersetak dengan pemikirannya, dia jadi berpikir selama ini Yunho menganggapnya apa? Yunho tidak mengatakan bahwa dia akan berteman dengannya atau sejenisnya, lalu?


'Sebenarnya, aku ini apa untukmu Yun?'


"Gwaenchana?" Tanya Hyun Joong memecah kesunyian, namja itu tahu apa yang membuat senyum Jaejoong menghilang seketika

"Hum" Jaejoong mengangguk pelan

"Tidak usah dipikirkan, angkat kepalamu Joongie ah"


Jaejoong menuruti keinginan Hyun Joong padahal matanya sudah berkaca – kaca saat ini.

"Apa tujuan kita hari ini eoh?" Tanya Hyun Joong dengan senyum menempel pada wajahnya

"..."


Jaejoong tidak menjawab pertanyaan Hyun Joong, dia menatap wajah sang sahabat selema beebrapa detik kemudian tersenyum lembut.


"Arasseo... Kajja!" Ucap Jaejoong dengan semangat

"Tidak ada yang boleh membuatmu sedih dihari libur yang indah ini Joongie ah"

"Ne, aku tahu! Kajja Hyunie... Bukankah kau ingin mentraktirku es krim?"

"Ne, kajja"

"Tapi, ayo pilih dulu kemeja untukmu Hyunie ah"

"Benar tidak apa – apa?"

"Apa yang kau khawatirkan eoh? Aku baik – baik saja, aku sudah kebal dengan semua ini"

"Bagus" Hyun Joong mengacak kembali rambut Jaejoong


Hyun Joong tidak lagi menggenggam tangan Jaejoong namun menautkan jari – jarinya pada jemari lembut Jaejoong. Hyun Joong kemudian membawa Jaejoong memilih beberapa kemeja untuk dibelinya hari ini.

Yunho melihat itu semua, dia tidak bodoh saat Ahra memanggilnya. Yunho tahu bahwa Ahra sengaja melakukannya. Yunho hanya mengikuti keinginan Ahra, ingin tahu juga bagaimana reaksi Jaejoong. Awalnya dia memang senang dengan reaksi Jaejoong yang seakan kecewa tapi selanjutnya Yunho tidak menyangka jika Jaejoong malah tersenyum dan bersemangat.



'Semua sama saja, tidak ada yang tulus' Yunho menekankan kalimat itu pada hatinya
.
.
.
.
.
.
.
"Kau bertindak diluar dugaan hari ini Joongie ah"

"Hum?

Jaejoong mengerutkan keningnya, mereka sedang dalam perjalanan pulang dengan Hyun Joong yang tengah menyetir.


"Maksudmu?" Tanya Jaejoong

"Ya... Aku kira kau akan menangis saat melihat namja itu bermesraan dengan yeoja gila itu?"

"Hey, namanya Ahra"

"Terserah"

"Hmm... Kau tahu Hyunie" Jaejoong menatap keluar jendela "Aku hampir menangis jika kau tidak menyemangatiku tadi, terima kasih Hyunie"

"Aigo... Aku jadi terharu dan ingin menciummu"

"Mwo?! YA!"

"Hahahahahaha, bercanda Joongie sayang..."

"Hentikan panggilan sayangmu itu, ck mengerikan!"

"Aigoo..."


Jaejoong berharap dia akan terus bisa tertawa seperti ini, dia ingin bebannya hilang dan hanya ada kebahagiaan dalam hidupnya, apa semua itu hal yang sangat muluk dan sulit untuknya?
.
.
.
.
.
.
.
Tapi kebahagiaan Jaejoong tidak berlangsung lama, besok paginya saat turun ke lantai bawah untuk sarapan dia melihat sang appa menarik sebuah koper.



"Appa?"

"Oh Joongie, pagi baby" Sapa sang appa

"Pagi appa" Jaejoong mendekat untuk mencium pipi sang appa "Apa mau pergi kemana?"

"Appa tidak kemana – mana"

"Lalu koper itu?"

"Ah... Appa hanya membereskan beberapa pakaian appa"


Mood Jaejoong menjadi mendung kembali, dia lupa bahwa sang appa akan pergi diakhir minggu ini. Ya, Jaejoong memutuskan untuk tetap tinggal di Korea. Karena apa? Yunho.

Namja itu membuatnya ingin tetap bertahan dari kehidupan pahitnya, asal bisa ada disamping Yunho tanpa ada status yang jelas tidak mengapa bagi Jaejoong. Yunho adalah semangat hidupnya saat ini, dia akan tetap berdiri asal ada Yunho dalam hidupnya.


"Appa..." Lirih Jaejoong

"Hmm? Kenapa wajahmu seperti itu Joongie ah?"

"Maafkan Joongie"

"Tidak ada yang perlu dimaafkan karena kau tidak salah Joongie, kau berhak memilih dimana kau tinggal"


GREP



Jaejoong memeluk appanya dengan erat, sang appa hanya bisa membalas pelukan itu dengan lembut penuh kasih sayang. Dan terlihat, dari atas tangga seseorang menatap mereka dengan sendu tapi dia mempertahankan egonya.



'Jaejoong memang lebih baik tinggal bersamaku dari pada denganmu Hanie... Kau tidak akan mampu memberikan yang dia mau'
.
.
.
.
.
.
.
Jaejoong menatap gerbang sekolah yang ada tak jauh dari tempatnya berdiri dengan datar, dia malas sekali datang ke sekolah hari ini. Mood paginya benar – benar buruk saat melihat appanya berkemas juga sikap masa bodo yang eommanya tunjukkan pada sang appa membuat moodnya makin memburuk.

"Ottoke?"


Jaejoong berdiam diri, dia sungguh malas ke sekolah hari ini. Jadi?

Dengan langkah cepat Jaejoong meninggalkan lingkungan sekolahnya, dia langsung menaiki sebuah bus di halte tanpa tahu kemana tujuan bus itu dan seseorang melihatnya namun tidak berusaha menghentikannya karena ada orang lain didalam mobilnya.

Namja itu adalah Yunho yang tengah berada di dalam mobilnya saat melihat Jaejoong naik kedalam sebuah bus. Ego Yunho terlalu tinggi untuk sekedar memanggil nama Jaejoong sehingga membiarkan Jaejoong begitu saja.

Yang Yunho tahu, Changmin memberitahukan padanya saat jam pelajaran pertama dimulai bahwa Jaejoong tidak masuk dikarenakan sakit. Sakit? Yunho mengerutkan keningnya saat mengingat kembali wajah Jaejoong tadi. Namja itu tidaklah pucat hanya saat tatapannya terlihat kosong.


"Kesepian hyung?"


Yunho menoleh saat ketenangannya terganggu, saat ini jam istirahat dan Yunho tengah duduk di atap sekolah sendirian. Tidak sendirian, dia ditemani sebungkus roti strawberry dan susu vanilla kesukaan Jaejoong. Oh? Sejak kapan dia tahu bahwa vanilla adalah kesukaan Jaejoong?


"Ada apa?" Tanya Yunho


Namja yang tak lain adalah adik dari Yunho itu mendekat dan duduk disamping Yunho, menyandarkan tubuhnya pada dinding dan menatap langit yang cukup cerah diatas mereka.


"Aku tahu kau tadi melihat Joongie hyung naik ke bus hyung" Jawab Changmin

"Jangan memanggilnya seakrab itu" Ucap Yunho tidak senang

"Kenapa? Joongie hyung saja mengizinkannya"

"Membuatku mual"

"Mual? Atau kau merasa cemburu karena aku bisa memanggilnya seakrab itu"

"Hentikan omong kosongmu Min" Desis Yunho

"Omong kosong apa eoh? Aku hanya membicarakan hal yang sebenarnya hyung. Kau cemburu karena aku bisa memanggilnya dengan Joongie hyung"

"Tutup mulutmu itu"

"Arasseo... Jadi... Kau melihatnya kan hyung?"

"Lalu?"

"Apa kau tahu kenapa Jaejoong hyung bolos sekolah?"

"Buka urusanku"

"Bukan urusanmu?" Changmin memberikan senyum penuh ejekan pada Yunho "Kau tidak tahu? Aigo.. Aku kira kalian sudah dekat makanya bisa makan siang bersama selama ini"


Yunho melebarkan matanya, tahu darimana Changmin tentang hal itu?


"Tidak usah heran hyung, kau selalu menghilang saat makan siang dan kami tahu semuanya. Jadi... Kau tidak dekat dengannya bukan?"

"Apa maumu?"

"Aku ingin Joongie hyung"

Yunho mengerutkan keningnya.


"Menjadi milikku"

Yunho cukup terkejut dengan pernyataan Changmin tapi...


"Bukankah kau sudah bersama Kyuhyun?"

"Aku dan Kyunie tidak ada hubungan apa – apa" Jawab Changmin jujur

"Tapi... Kalian..."

"Kami hanya saling memanfaatkan satu sama lain selama ini. Jadi... Jika aku merebut Joongie hyung darimu tidak masalah bukan?"

"..."


Changmin tersenyum kemudian berdiri dari tempatnya duduk, dia menatap sinis hyung kandungnya dan membuka mulutnya.



"Kau tidak bisa menjawabnya hyung? Jadi... Dia itu apa untukmu? Dia bukan barang yang bisa kau hempaskan begitu saja setiap saat, dia juga bukan mainan yang kau mainkan saat kau senang dan kau tinggalkan saat kau bosan. Dia memiliki hati seperti kaca yang jika rusak akan sulit memperbaikinya. Pikirkanlah hyung, aku tidak mau kau menyesal karena tidak melihat siapa yang benar – benar tulus menyayangi dan mencintaimu" Ucap Changmin kemudian beranjak dari sana


Yunho memalingkan wajahnya dari Changmin, perkataan Changmin merasuk kedalam dirinya, dia juga bingung apa yang dia rasakan saat ini. Dulu Jaejoong memang pengganggu baginya karena dengan seenaknya melakukan apa yang dia suka terhadapnya.

Tapi...
Jaejoong berubah, semua itu berubah saat dia menghancurkan hati Jaejoong saat namja cantik itu memberikannya coklat dan dia membuangnya begitu saja di depan wajah Jaejoong.



"Kenapa jadi seperti ini..."
.
.
.
.
.
.
.
.
Jaejoong menaiki bus hari ini, dia ingin bisa mandiri mulai saat ini. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan melakukan semua dengan mandiri dan langsung bekerja untuk membiayai kuliahnya nanti. Dia tidak mau lagi bergantung pada kedua orangtuanya terutama sang eomma. Dia akan membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi manusia yang lebih baik dari sekarang. Jadi dengan semangat dia berdesak – desakkan di dalam bus pagi ini.

Saat turun dari bus dan berjalan kearah sekolahnya, dia melihat punggung seorang namja yang dia kenal. Yunho. Namja itu berjalan dengan menundukkan kepalanya, Jaejoong jadi berpikir kenapa namja itu berjalan menuju sekolah. Apa Yunho naik bus juga pagi ini?

Tanpa Jaejoong sadari, dia mengikuti saja langkah kaki Yunho karena memang arahnya sama api dia mengikuti langkah kaki Yunho yang pelan dipagi ini. Biasanya Yunho akan berjalan penuh percaya diri seakan tidak ada orang yang bisa menandinginya namun pagi hari yang sepi ini Yunho terlihat sedikit hmmm... Lemah?

Yunho berjalan tanpa menyadari bahwa lampu lalu lintas sudah menunjukkan warna hijau utnuk mobil melaju, dia tetap melangkah dan Jaejoong berteriak saat sebuah mobil datang dari jau dengan sangat cepat.

Bagi Jaejoong kejadian itu bergerak lambat saat dirinya berlari dan mendorong Yunho agar namja itu tidak tertabrak tapi baginya...



"YUUNNHOOO YAAHHH!"



CKIIITTT

BRRAAAKKK



Yunho mengumpulkan semua tenaga dan ingatannya, dia sedang mengulangi apa yang baru saja terjadi. Yunho tadi menyebrang kearah sekolahnya begitu saja sampai dia mendengar suara klakson dan seseorang mendorong. Seseorang mendorongnya!

Yunho langsung bangkit dan duduk, beberapa orang yang melihat langsung membantu Yunho untuk berdiri. Dia tidak mengalami luka parah mungkin hanya tergores saja tapi... Yunho menolehkan kepalanya kearah tempat kejadian, sudah banyak orang yang mengelilingi tempat itu dan terdengar teriakan orang lain menyuruh memanggil ambulan.

Yunho berjalan mendekat dengan memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, dia ingat seseorang memanggilnya tadi... Dia tahu suara itu, suara yang biasanya lembut terdengar berteriak memanggil namanya tadi

Yunho melihat sebuah tas bekal makan siang yang tidak asing baginya, tas bekal itu mencuat begitu saja dari dalam sebuah tas. Dia mengenal kotak bekal makan siang itu, kepala beruang.


DEGH


Jantung Yunho berdetak tidak karuan, dia mengenal tas bekal dan kotak makan itu. Yunho berjalan kearah kerumunan dan memasuki kerumunan itu. Dia membelalakkan matanya saat melihat seseorang tergeletak dengan bersimbah darah.

Brukk


Yunho menjatuhkan tubuhnya disamping namja yang terbaring lemah itu, disamping namja itu beberapa orang tengah menolongnya.


"Yun... Ho... Gwanchanahh?"



Suara itu terdengar bergetar. Jaejoong, namja itu terlihat sulit sekali mengabil nafasnya tapi kenapa masih mengkhawatirkan dirinya?



"Kau pas... Ti.. Tidak melihat lampu lalu lintas bukan...? Eoh..."

"...."

"Hati – hatilah Yun... Nyawamu itu... Sangat berharga"

"Wae?"

Jaejoong dengan sulit mengerutkan keningnya.


"Wae?!"


Yunho hanya bisa melihat senyuman itu mengembang dari wajah Jaejoong sebelum akhirnya namja cantik itu memejamkan matanya dan suara ambulan mulai tertengar di telinganya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terdengar langkah kaki berlari menyusuri lorong rumah sakit, seorang namja paruh baya berlari untuk menemukan tempat anaknya berada. Dia berhenti berlari saat melihat sahabat sang anak.



"Ahjusshi!"

"Junsu ya! Jaejoong bagaimana?"

"Dia masih tidur karena pengaruh obat biusnya"

"Keadaannya?"

"Tulang kaki kanannya patah dan ada retak pada pergelangan tangannya serta luka pada kepalanya hingga Jaejoong harus diperban"


Namja paruh baya itu memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya frustasi, namja itu adalah ayah dari Jaejoong, Mr. Kim. Dia langsung saja datang ke rumah sakit saat menerima panggilan dari Jaejoong yang ternyata adalah Junsu yang berbicara.

Meninggalkan meeting terakhirnya yang penting, tidak memperdulikan apapun Mr. Kim keluar dari ruang meeting untuk segera menemui anaknya. Sedangkan Mrs. Kim masih dalam perjalan dari Gwangju menuju Seoul.

Junsu menuntun Mr. Kim untuk duduk, disebelahnya duduklah Kyuhyun yang membantu saat digerbang sekolah tadi. Sedangkan Changmin tengah menemani Yunho untuk memeriksakan keadaannya yang memang mengalami luka namun tidak parah. Mr. Kim mengusap kasar wajahnya, tidak habis pikir kenapa semua ini harus terjadi padahal tiga hari lagi dia harus sudah pergi dari Korea.



"Ahjusshi akan masuk melihat Joongie" Ucap Mr. Kim

"Ne ahjusshi"



Mr. Kim bangkit setelah berhasil mengatur nafasnya dan memasuki kamar rumakh sakit berwarna putih itu. Dia mendekat dan melihat anaknya tengah memejamkan matanya. Mr. Kim mendekat untuk melihat seberapa parah luka anaknya dan dia sangat terkejut dengan semua perban yang terlilit pada tubuh anaknya. Mr. Kim menggenggam tangan anaknya dengan erat.



"Bukankah kau tidak suka bau rumah sakit hmm? Bangun dan lihatlah appa ada disini Joongie ah... Bagaimana bisa appa meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini? Seharusnya appa tidak membiarkanmu berangkat dengan bus pagi ini, maafkan appa" Lirihnya



Mr. Kim mengusap lembut rambut Jaejoong dan mencium kening Jaejoong yang sudah dililit oleh perban, dia kemudian keluar untuk berterima kasih pada Junsu yang sudah menolong anaknya. Akhirnya Junsu pulang sebelum Jaejoong sadar sedangkan Kyuhyun pergi untuk menemui Changmin yang masih menemani Yunho.


"Puas kau hyung?"

"...."

"Memangnya kau tidak bisa merasakan ketulusannya saat menolongmu?"

"...."

"Kau benar – benar breng-"

"Chwang"


Changmin menoleh dan tidak bisa meneruskan kata – kata kasar yang akan keluar dari mulutnya karena melihat Kyuhyun sudah berdiri dibelakang mereka. Changmin dan Yunho kini sudah berada ditaman rumah sakit, Changmin memarahinya habis – habisan sedangkan Yunho hanya diam menatap pergelangan tangannya yang diperban sampai telapak tangannya. Hanya luka ringan jika dibandingkan dengan Jaejoong yang belum sadar sampai siang ini dia dirawat.



"Chwang" Panggil Kyuhyun kemudian menggelengkan kepalanya pelan dan Changmin mengerti apa artinya itu

"Bagaimana Joongie hyung?" Tanya Changmin

"Masih belum sadar tapi dia sudah ditemani oleh appanya sekarang" Jawab Kyuhyun

"Hum" Changmin menganggukkan kepalanya

"Apa kau sudah mengambil obat Yunho hyung?"

"Belum"

"Ambilah, aku akan menemani Yunho hyung disini"

"Ne"



Changmin berdiri dan meninggalkan Kyuhyun serta Yunho yang masih diam saja, Kyuhyun yang melihat Changmin menjauh duduk disamping Yunho dan tersenyum lembut walaupun Yunho tidak melihatnya.



"Yunho hyung..." Panggil Kyuhyun

"..."

"Kau sudah seperti hyungku sendiri, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kalian berdua tapi... Jangan sakiti Joongie hyung lebih jauh"

"Wae?"

"Ne?"

"Kenapa kau dan Changmin membelanya?" Tanya Yunho dengan nada datar

"Aku... Pernah melihat seseorang yang seperti itu hyung, bahkan lebih parah"



Yunho menolehkan kepalanya kearah Kyuhyun dengan mengerutkan keningnya.



"Dan aku tidak ingin Joongie hyung sama seperti orang yang ku kenal itu hyung"

"Aku mengenal orang itu?" Tanya Yunho ragu, entahlah saat Kyuhyun mengatakan hal itu Yunho seakan mengenal orang yang sedang Kyuhyun ceritakan

Kyuhyun tersenyum dan mengangguk pelan, membuat Yunho sedikit terkejut tapi kemudian dia bisa mengendalikan lagi ekspresi wajahnya namun dalam hati bertanya – tanya siapa orang yang dimaksud oleh Kyuhyun.

"Mau menemui Joongie hyung?" Tanya Kyuhyun

"Eh?"

"Kajja"


Kyuhyun menuntun Yunho menuju ruangan dimana Jaejoong dirawat, dia menyuruh Yunho untuk masuk dan mereka tidak menemukan appa dari Jaejoong. Menurut suster yang berjaga Mr. Kim keluar untuk membeli makan. Kyuhyun meninggalkan Yunho berada didalam kamar rawat Jaejoong sedangkan dia menunggu di koridor sembari mengirimkan pesan pada Changmin.

Yunho mendekat, dia akhirnya melihat sendiri bagaimana luka yang Jaejoong peroleh. Perban dikepala, lengan serta kakinya. Yang Yunho tidak habis pikir, bagaimana bisa Jaejoong masih mengkhawatirkannya setelah dia tertabrak.

"Kau bodoh sekali" Ucap Yunho datar


Yunho mendekatkan wajahnya pada wajah Jaejoong dan mengecup kening namja yang tengah memejamkan matanya itu. Yunho merasakan bagaimana jantungnya berdetak hebat saat mencium kening Jaejoong. Bertanya dalam hati apakah yang dirasakan Jaejoong saat ini, tak lama Yunho menjauhkan wajahnya dan pergi dari ruangan itu dengan tenang
.
.
.
.
.
.
.
"Nghh..."

"Joongie?"



Mr. Kim mendekat kearah ranjang rawat Jaejoong saat mendengar erangan dari mulut anak tersayanganya. Tak kalah cepat, Mrs. Kim yang sudah datang sejak tadi bersama Hongki ikut mendekat untuk melihat keadaan anaknya.


"Ap...Pa"

"Oh Tuhan syukurlah kau sadar nak! Appa disini, sebentar ya? Appa akan memanggil dokter"

Jaejoong mengangguk pelan, Mr. Kim mengecup kening Jaejoong dan segera keluar untuk mencari dokter. Sedangkan Mrs. Kim tersenyuh karena Jaejoong memanggil appanya terlebih dahulu dibandingkan memanggil dirinya yang notabennya adalah ibunya.


"Eomma disini Joongie"


Mata sayu Jaejoong menatap Mrs. Kim, eommanya itu menunjukkan raut wajah penuh kekhawatian namun Jaejoong tdak merasakan apa – apa pada eommanya. Bahkan rasa senang karena eommanya ada disini pun tidak. Hanya rasa sakit yang tiba – tiba muncul apalagi mengingat cerita Song ahjumma tentang appanya beberapa hari yang lalu.


"Mana yang sakit?" Tanya Mrs. Kim menyentuh kening Jaejoong

"Gwaenchana eomma..." Lirih Jaejoong dan menggelengkan kepalanya pelan


Mrs. Kim menatap sendu anaknya, bagaimana dia bisa menjelaskan semuanya pada sang anak yang sudah dia lahirkan, besarkan dan dia sayang selama ini? Rasa bersalah tentu ada tapi sebagai manusia dia juga ingin merasakan kebahgiaannya sendiri sekarang. Dia tidak egois bukan?

Mr. Kim datang bersama dokter dan seorang suster yang langsung memeriksa keadaannya, Jaejoong sendiri bergedik ngeri melihat luka – luka yang ada ditubuhnya, rasa sakitnya hilang saat dia mengingat satu orang namja yang dia selamatkan.


"Yunho...?"

"Dia hanya luka ringan dan sudah pulang siang ini, lebih baik kau pikirkan dirimu dulu ya?" Ucap sang dokter

"Ne"


Sang dokter menatap Mr. Kim dan memberikan senyumnya pada ayah dari Jaejoong itu.


"Anak anda baik – baik saja meski banyak mengalami luka" Jelas sang dokter

"Terima kasih dokter, tolong lakukan yang terbaik untuk anakku"

"Pasti, nah Jaejoong ah. Kau lebih baik minum obatmu dan beristirahat agar bisa cepat pulang"

"Ne dokter" Jawab Jaejoong dengan lirih



Sang dokter mengangguk kemudian dia pamit setelah selesai memberikan obat untuk Jaejoong, kedua orangtua Jaejoong saling berpandangan. Sedangkan Hongki pergi karena Mrs. Kim memintanya untuk pulang karena hari sudah sangat larut. Jaejoong memejamkan matanya, bayangan saat dia mendorong Yunho kembali masuk kedalam pikirannya.

Jaejoong ingat Yunho datang ketempatnya dan dia bertanya dengah tertatih apakah Yunho baik – baik saja karena dia melihat ada darah pada kening Yunho. Dia ingat bagaimana Yunho berteriak 'kenapa' padanya. Dia ingat bagaimana tubuhnya menjadi lemas dan memejamkan matanya karena sudah merasa sangat lelah.

Dan disinilah dia berada dengan banyak luka, kakinya, tangannya serta keningnya menjadi korban karena menyelamatnya namja yang dicintainya dan Jaejoong tidak pernah menyesal dengan semuanya.


"Joongie sudah tidur?"


Jaejoong tidak jadi membuka matanya saat seseorang yang dia kenal membuka suara, eommanya.


"Sepertinya dia tertidur karena obat yang diberikan dokter"

"Oh... Hmm... Kau jadi kembali ke China minggu ini?"


Rasanya Jaejoong ingin marah saat sang eomma malah bertanya hal itu pada appanya, tidak bisakah sang eomma mengundur pertanyaan itu? Apalagi saat dia dirawat di rumah sakit?


"Aku tidak bisa meninggalkan Joongie dalam keadaan seperti ini"

"Aku bisa merawatnya"

"Merawatnya? Bukankah kau sendiri yang bilang akan pergi ke Paris besok malam dan baru ada disini dua minggu lagi? Kau yang merawatnya atau Song ahjumma yang merawatnya?"

"Aku bisa mengundurkan jadwalku"

"Kau akan meninggalkannya disaat dia butuh orang untuk menemaninya, kau pikir Joongie itu apa? Dia memiliki hati yang bisa kau hancurkan kapan saja dengan sikapmu Heechul ah"


Jaejoong mencoba memendam rasa kesalnya tapi membenarkan apa yang appanya katakan, eommanya tidak akan ada disampingnya, dia hanya akan memundurkan jadwalnya dan akan tetap sibuk dengan pekerjaannya walaupun ada di rumah. Selama ini, Song ahjumma dan para pelayan yang menemaninya dirumah.

Dan apa itu? Sang appa tidak lagi memanggil eommanya dengan sebutan manis, sayang atau apapun itu yang membuat Mrs. Kim senang. Sang appa memanggil eommanya dengan namanya, oh... Jaejoong hampir saja lupa bahwa mereka berdua akan bercerai.


"Aku..."

"Aku tahu aku tidak memiliki apapun, aku bahkan tidak merebut Joongie darimu walaupun aku mau. Aku membiarkannya hidup bersamamu karena aku tahu aku tidak bisa memberikan apapun untuknya nanti jadi tolong perlakukan dia dengan baik, dia anakmu, berikan kasih sayangmu sebagai seorang ibu agar dia tidak kesepian"


Ingin sekali Jaejoong menangis mendengar perkataan appanya, dia ingin memeluk appanya saat ini. Tapi dia tidak mungkin melakukannya. Appa...
.
.
.
.
.
.
.
Jaejoong tersenyum melihat kelakuan Junsu yang lucu, sudah seminggu ini Junsu dan Hyun Joong datang kekamar rawatnya, menceritakan kejadian yang terjadi di sekolah dan hari ini Junsu membawa teman – teman sekolah yang mengkhawatirkan keadaan Jaejoong.

Kamar rawatnya sungguh ramai dan membuat Jaejoong senang, teman – temannya memberikan semangat pada Jaejoong. Mereka semua tahu kenapa Jaejoong masuk rumah sakit, jika Jaejoong tidak menyelamatkan Yunho maka tidak akan seperti ini jadinya.


"Sudahlah, kalian berlebihan. Semua bukan salah Yunho sepenuhnya, aku melakukannya atas dasar keinginanku sendiri" Jaejoong akhirnya jengah karena teman – temannya terus membahas Yunho

"Lihat dirimu Jaejoong ah, ugh... ingin rasanya menghajar si es itu" Ucap Sunny

"Sudahlah kalian ini! Aku tidak apa – apa sekarang jadi tidak usah khawatir ne? Terima kasih sudah datang hari, aku sangat senang" Ucap Jaejoong

"Kami akan senang jika kau sudah masuk lagi ke sekolah Jaejoong ah"

"Ne, aku akan cepat sembuh dan masuk sekolah secepatnya"


Junsu, Hyun Joong dan Kyuhyun tetap didalam ruang rawat Jaejoong setelah semua teman mereka pulang, Kyuhyun sendiri tengah menunggu Changmin menjemputnya. Saat ini Changmin sedang ke toko buku untuk membeli beberapa keperluan mereka berdua.

Kyuhyun selalu saja bergantung pada Changmin, dia selalu ingat usai insiden itu dia tidak berani mendekati namja lain dengan alasan takut. Hanya Changmin yang bisa membuatnya tenang namun dia masih belum memberikan kepastian pada Changmin. Hanya kata – kata 'tetaplah disampingku', 'jangan tinggalkan aku', kata – kata dimana Changmin tidak boleh meninggalkannya. Changmin memang ada disisinya sekarang.

Tapi...
Kyuhyun melirik kearah Jaejoong yang sedang bertukar cerita dengan Junsu dan Hyun Joong, Kyuhyun ragu untuk melanjutkan ini semua atau tidak. Melihat Jaejoong, dia seakan melihat diri Changmin disana. Merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan hati seorang namja yang kita sukai tapi Jaejoong belum menyerah. Mungkin belum saatnya...



"Kyu?"



Junsu memanggil Kyuhyun yang saat ini tengah menatap Jaejoong dengan pandangan kosong, Junsu jadi bingung kenapa Kyuhyun menampakkan wajah seperti itu didepan mereka.



"Eh? Ne... Maaf aku melamun"

"Waeyo? Kenapa kau seperti itu? Memikirkan siapa eoh?" Tanya Junsu

"Ani..."

"Dia sedang memikirkan Changmin pasti" Jawab Hyun Joong

"Changmin akan segera datang untuk menjemputmu bukan?" Tanya Junsu

"Ne..."

"Ah~~~ pasti menyenangkan jika serumah dengan kekasihmu" Goda Jaejoong

"Hyung..." Panggil Kyuhyun dengan lirih "Aku dengan Changmin bukanlah sepasang kekasih" Lanjutnya dengan menatap sendu pada Junsu dan Jaejoong

"Eoh?" Jaejoong melihat ada rasa kepdihan saat mata Kyuhyun menatapnya seperti itu "Kyu..."


CEKLEK



Kyuhyun menoleh, Changmin masuk sendiri membawa beberapa plastik berisi buku dan alat tulis yang mereka butuhkan.


"Joongie hyung otte?" Tanya Changmin kemudian mendekat

"Aku baik Minnie ah" Jawab Jaejoong

"Baguslah, kapan kau bisa pulang?"

"Dokter berkata kalau aku rutin meminum obat, minggu depan aku bisa pulang"

"Baguslah" Changmin kini beralih menatap Kyuhyun "Kajja pulang, eomma sudah menunggu"

"Ne"


Kyuhyun pun berdiri dan mendekat kearah Jaejoong yang sedang duduk ditemani Junsu serta Hyun Joong.

"Aku pulang ne hyung, aku akan datang lagi secepatnya" Pamit Kyuhyun kemudian memeluk pelan Jaejoong

"Ne, datang saja kalau kau tidak repot"

"Pasti hyung"

"Kami pulang hyung" Kali ini Changmin yang berbicara, mereka membungkukkan tubuhnya kemudian mereka keluar dari ruangan itu



Kyuhyun membiarkan Changmin berjalan terlebih dahulu, melihat punggung namja itu merupakan obat penenang tersendiri bagi Kyuhyun. Dalam hatinya dia bertanya – tanya apakah Changmin akan menyerah tentangnya atau tidak. Bagaimana jika akhirnya Changmin menyerah dan memilih orang lain untuk hidupnya?

Kyuhyun berhenti berjalan dan menyentuh dadanya yang berdetak tidak nyaman, selama ini dia memang tidak memberi kepastian pada Changmin tentang hubungan mereka karena dia tidak bisa memastikan sebenarnya apa yang ada didalam hatinya. Changmin... Apa artinya dia untuk Kyuhyun?


PUK

PUK


Kyuhyun mendongakkan kepalanya dan dia melihat Changmin tersenyum lembut, menghilangkan segala kegundahan yang tadi ada di dalam hatinya. Namja itu baru saja menepuk – nepuk puncak kepalanya dengan pelan dan mengusap pipi Kyuhyun sebelum akhirnya membuka suaranya.


"Ada apa? Ayo pulang, sudah sore" Ucap Changmin lembut kemudian tersenyum



Suara itu membuat Kyuhyun bergetar dan sejak kapan senyum Changmin begitu menyejukkan hatinya? Changmin mengulurkan tangannya dan Kyuhyun menyambut uluran tangan Changmin dengan ragu. Tapi Changmin seakan menghilangkan keraguannya dengan menggenggam erat tangan Kyuhyun dan berjalan dari dalam rumah sakit itu menuju mobilnya.


"Kau membawa mobil?" Tanya Kyuhyun

"Hum, aku meminta ahjusshi pulang terlebih dahulu. Kajja"



Changmin membukakan pintu untuk Kyuhyun yang akhirnya masuk ke dalam mobil Changmin dengan hati mengutuk namja tinggi itu. Bagaimana bisa Changmin membawa mobil tanpa kartu lisensi mengemudi? Changmin kan belum memilikinya! Bagaimana kalau mereka tertangkap polisi lalu lintas?

Tapi Kyuhyun hanya diam karena masih menelusuri apa yang sebenarnya dia rasakan pada Changmin hingga tidak menyadari bahwa Changmin sudah duduk nyaman dan memperhatikan Kyuhyun yang diam saja. Changmin akhirnya berinisiatif untuk memakaikan sefety belt untuk Kyuhyun hingga membuat Kyuhyun sadar jika dia tengah melamun.

Tanpa bisa dicegah tangan Kyuhyun naik dan memeluk Changmin, menaruh kepalanya untuk bersandar pada pundak Changmin dan menghirup harum namja itu sebanyak mungkin. Sedangkan Changmin mengerutkan keningnya, tidak biasanya Kyuhyun seperti ini. Diam dan langsung memeluknya.


"Wae?"

"Aniya..." Kyuhyun makin menenggelamkan kepalanya membuat Changmin makin tidak nyaman dengan posisinya seperti ini

"Hmm... Kau ingin pergi ke suatu tempat?" Changmin berpikir bahwa Kyuhyun membutuhkan tempat untuk bercerita hari ini

"Aniya, aku hanya ingin bersamamu sebentar"

"Arasseo, lepaskan dan aku akan bersamamu seharian ini"

"Hum"



Kyuhyun mengangguk dan membiarkan Changmin untuk duduk dan mengemudikan mobilnya menuju tempat yang nyaman untuk keduanya, kamar Changmin.
.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa Kyuhyun berkata dia bukan kekasih Changmin? Padahal Changmin selalu menatap Kyuhyun dengan pandangan memuja?" Tanya Jaejoong

"Aku juga tidak Joongie ah, aku kira mereka berdua sepasang kekasih?" Jawab Junsu

"Aku pikir juga begitu" Ucap Hyun Joong

"Hmm... Semoga mereka tidak sedang bertengar ne?"

"Hum" Junsu menganggukkan kepalanya "Sekarang kau lebih baik istirahat sembari menunggu appamu, oke?"

"Ya"


Jaejoong kembali berbaring dan menatap jendela disampingnya, appanya... Mr. Kim berjanji mulai besok dia akan menjaga Jaejoong full sampai hari dimana dia pulang ke negaranya dan appanya sedang menyerahkan semua tugas perusahaan Kim pada harabojinya juga eommanya. Jaejoong kembali bersedih mengingat itu tapi dia tidak bisa menampakkan kesedihannya didepan Junsu maupun Hyun Joong karena keduanya tidak tahu jika kedua orangtua Jaejoong akan bercerai.

Jaejoong memejamkan matanya, mencoba rileks dan tenang karena dia tidak boleh banyak berpikir, dia hanya takut akan mengakibtkan kepalanya kembali pusing jika dia banyak berpikir.

Tapi...
Kemana namja itu? Kenapa tidak pernah datang untuk menjenguknya? Apa Yunho tidak merasa bersalah? Atau paling tidak berterima kasih karena sudah menyelamatkannya? Tunggu... Memang Jaejoong berbuat apa hingga Yunho mau berterima kasih padanya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seorang namja tinggi berjalan pelan menuju sebuah ruangan, dia berhenti ketika sampai ditempat yang dia tuju. Membuka sedikit pintu itu dan dia mendapati seorang namja paruh baya tengah duduk pada sofa yang ada diruangan itu.



"Oh, masuklah" Ucap namja paruh baya itu

"Ahjusshi" Namja tinggi itu membungkukkan tubuhnya, dia menoleh kearah ranjang yang ada tak jauh dari sofa itu, melihat seorang namja cantik tengah tertidur dengan nyenyaknya

"Duduklah"

"Terima kasih ahjusshi"

Namja tinggi itu duduk berhadapan dengan namja paruh baya selanjutnya namja tinggi itu menatap kearah ranjang rawat itu terus menerus.

"Joongie sudah membaik, dia akan pulang seminggu lagi"

"Ne?" Namja tinggi itu menghadap kearah namja paruh baya yang dia kenal adalah appa dari orang yang sudah menyelamatkannya, Mr. Kim ayah dari Kim Jaejoong

"Joongie sangat tidak sabar untuk kembali bersekolah, entah apa yang membuatnya semangat seperti itu tapi ahjusshi senang dia bisa bersemangat"

"Ah" Namja tinggi itu menganggukkan kepalanya saja

"Lalu bagaimana lukamu, apa sudah membaik?"


Namja tinggi itu menyentuh keningnya yang masih ditutup oleh plester dan menganggukkan kepalanya.


"Aku tidak apa – apa, jangan khawatir. Yang penting adalah Jaejoong saat ini"

"Ya..." Mr. Kim menatap sendu Jaejoong

"Aku akan pergi"

"Eh? Cepat sekali?"

"Ne ahjusshi, tolong jangan beritahu dia bahwa aku kemari lagi malam ini"

"Baiklah jika itu maumu"

"Terima kasih ahjusshi hmmm... Boleh aku mendekat pada Jaejoong?"

"Silahkan"



Namja tinggi yang tak lain adalah Yunho berjalan mendekat pada ranjang yang ditempati oleh Jaejoong dan menatap wajah Jaejoong, tangannya terulur untuk mengusap helaian rambut Jaejoong, rasanya menyenangkan bisa menemui Jaejoong malam ini walaupun dia tidak bisa berlama – lama disini karena dia tidak izin pada eommanya untuk pergi ke rumah sakit.


"Maaf" Lirih Yunho dalam hati, tidak sanggup mengucapkan kata – kata langsung dari mulutnya


Mr. Kim melihat bagaimana namja itu mengelus rambut anaknya dengan penuh kasih sayang, dia jadi bertanya – tanya ada hubungan apa namja yang sudah ditolong Jaejoong dengan Jaejoong? Belum lagi dia melihat pandangan sendu yang dilayangkan oleh namja tinggi itu untuk anaknya, apa ada yang disembunyikan Jaejoong darinya?


"Ahjusshi, terima kasih sudah memperbolehkanku menjenguknya" Ucap Yunho kemudian membungkukkan tubuhnya

"Gwaenchana, Joongie pasti senang jika kau menemuinya dalam keadaan sadar"



Yunho tesenyum miring, mana mungkin begitu? Semua ini terjadi karena kecerobohannya. Jaejoong pasti membencinya. Bagaimana bisa namja cantik itu tetap menyukainya jika dia sudah mencelakakannya seperti ini? Lebih baik namja cantik itu menghujatnya sama seperti teman – teman sekolahnya lakukan dari pada melihat Jaejoong mengejarnya kembali.
.
.
.
.
.
.
.
Yunho membuka pintu kamarnya dan disana sang eomma sudah menunggu dengan raut wajah khawatir karena anaknya tidak bisa dihubungi. Yunho meminta maaf dan dia meminta untuk tidur dipangkuan sang eomma.

Sang eomma mengabulkannya, Yunho berbaring pada pangkuan sang eomma dan sang eomma mengelus pelan rambut Yunho. Yunho menatap kosong kearah jendela kamarnya, banyak yang dia pikirkan sekarang namun dia belum bisa menceritakan semua pada eommanya.



"Eomma..." Yunho mulai membuka mulutnya

"Hum?"

"Aku menyakiti seseorang..."

"Wae?" Mrs. Jung mengerutkan keningnya

"Aku membuatnya terluka luar dan dalam"

"Apa yang kau rasakan padanya saat ini Yunie ah?"

"Aku... Tidak tahu" Lirih Yunho "Aku terlalu buta untuk melihatnya eomma, aku hanya merasa semua sama dan tidak ada ketulusan dalam hidupku kecuali eomma"

"Kau tidak bisa melihat ketulusan itu secara langsung Yunie ah tapi kau bisa merasakannya, siapa yang sedang kau bicarakan eoh? Penyelamatmu? Kau pergi menemuinya bukan?"

"Eomma..."

"Eomma tahu kau sudah menemuinya seminggu hari ini Yunie ah... Jika dia tidak tulus bagaimana bisa dia mengorbankan dirinya untuk menolongmu? Dia bisa menghilangkan nyawanya sendiri bukan? Tapi dia tidak memperdulikan semua itu dan menolongmu... Apa kau sedang membandingkannya dengan yang dulu?"


Yunho tahu kemana arah ucapan eommanya, Yunho kemudian mengangguk.



"Yang kau rasakan dulu dan sekarang berbeda bukan? Perhatian dan pengorbanan yang diberikan keduanya berbeda... Kenapa kau tidak yakin?"

"Aku hanya takut eomma..."

"Takut?"

"Takut dia meninggalkanku saat aku memberikan semuanya, aku tidak mau itu terjadi lagi... Tidak"

"Jangan keras kepala Yunho yah, tidak semua orang seperti itu"


Yunho terdiam mendengar ucapan eommanya, dia tidak tahu lagi harus bagaimana bersikap. Dia tidak bisa menghancurkan dinding baja yang sudah dibuatnya sejak yeoja itu meninggalkannya, sejak Ahra meninggalkannya dan memilih kakaknya.
.
.
.
.
.
.
.
"Whooaaaa!"



Jaejoong membuka kamar sementaranya yang ada dilantai bawah, selama dia berjalan menggunakan kruk pada tangan kanan kamarnya ada dibawah. Appanya memindahkan semua barang kesayangan Jaejoong ke kamar tamu yang ada dilantai satu.

Jaejoong berjalan dengan susah payah menuju ruang makan yang sudah disambut oleh Song ahjumma dan appanya, sedangkan eommanya berangkat ke Paris kemarin pagi padahal sang eomma baru pulang dari pulau Jeju kemarin lusa dan menemani Jaejoong walaupun sebentar.


"Kenapa tidak memanggil appa?"

"Joongie bisa sendiri kok appa..." Jawab Jaejoong yang sudah dekat dengan kursi dan Song ahjumma membantunya untuk duduk

"Kau semangat sekali hum?"

"Ne, Joongie senang akhirnya bisa mulai sekolah lagi appa, Joongie bosan harus di rumah sakit terus menerus"


Mr. Kim menatap sendu anaknya, anaknya terlihat senang. Dia ikut senang tapi sedih sekaligus karena dia sudah harus pergi dari Korea sore nanti. Kim haraboji sendiri yang menyuruhnya seperti itu, mertuanya masihlah sama angkuh dan dingin padanya, dia memutuskan bahwa Mr. Kim harus pergi dari Korea sore ini dan Mr. Kim tidak bisa menolaknya.

Jaejoong yang melihat tatapan sendu appanya jadi merasa bersalah, kenapa dia bersemangat sekali sampai lupa bahwa sang appa akan pergi sore nanti.


"Appa..."

"Teruslah tersenyum Joongie ah, karena senyummu begitu indah seperti eommamu" Ucap sang appa

"Appa~"

"Jangan biarkan senyum itu hilang apapun yang terjadi"

"Joongie berjanji" Jaejoong menggenggam tangan appanya menggunakan tangan kirinya yang sudah dilepas perbannya "Joongie akan terus tersenyum selama appa tersenyum"

"Appa pegang janjimu baby"

"Pasti" Ucap Jaejoong kemudian tersenyum



Jaejoong tahu pasti apa yang tengah terjadi pada appanya, appa terhebat yang dia miliki. Seorang biasa saja yang akhirnya mengubah marganya agar dapat diakui oleh keluarga Kim. Tapi tetap saja sang haraboji tidak bisa menerima eksistensi dari seorang dari kalangan bawah walaupun appanya sudah memajukan semua perusahan Kim.

Bicara tentang harabojinya, Jaejoong tidak mengerti kenapa sang haraboji masih membenci appanya walaupun sudah memajukan semua perusahaan Kim. Namun, sang haraboji sangat menyayanginya. Menyayangi Jaejoong tapi semua itu tidak cukup bagi Jaejoong karena sang haraboji masih bertindak tidak adil pada appanya.



"Ayo habiskan sarapanmu dan appa antar ke sekolah, bukankah kau ingin berangkat pagi hari ini?"

"Ne appa"
.
.
.
.
.
"Nah, appa akan pergi ke ruang gurumu dulu. Apa kau mau appa antar sampai kelas?"

"Tidak appa, Joongie bisa sendiri"

"Hati – hati baby ah, luka tanganmu belum sembuh benar"

"Ne appa"


CUP


Jaejoong mengecup pipi appanya, Mr. Kim tersenyum dan membantu anaknya untuk turun dari mobil. Dia melihat Jaejoong berjalan menjauh dari mobil dengan sulit tapi Mr. Kim tersenyum. Anaknya sudah dewasa sekarang, sungguh menakjubkan bisa melihat Jaejoong tumbuh hingga seperti ini. Akhirnya Mr. Kim berjalan menuju ruang guru karena harus ada yang dia bicarakan pada wali kelas Jaejoong.

Jaejoong berjalan pelan dan hati – hati menuju kelasnya, dia jadi ingat bahwa kelasnya ada dilantai dua dan itu akan menyulitkannya naik ke tangga bukan?



"Hah..." Jaejoong menghela nafasnya, ternyata dia harus berjuang untuk sampai di kelasnya



Jaejoong menoleh ke kanan dan ke kiri, masih sepi walaupun ada beberapa adik kelas yang menyapanya dan menawarkan bantuan tapi Jaejoong menolaknya dengan halus. Akhirnya Jaejoong berpikir untuk pergi ke kantin dan menunggu Junsu atau Hyun Joong datang saja agar bisa membantunya.

Jaejoong berjalan kearah kantin namun langkahnya terhenti saat mendengar suara yeoja yang dia kenal, dia tengah berbicara pada namja yang sudah dia rindukan sejak ada di rumah sakit.



"Yun..."

"...."

"Kembalilah padaku"


DEG


Jantung Jaejoong berdetak tidak nyaman, kembali? Apa sebelumnya Yunho dan Ahra pernah menjalin hubungan?


"Kenapa tidak menjawab?"

"Ahra yah... Apa yang dilakukan Il Woo hyung sampai kau berkata seperti ini padaku?" Ucap Yunho dengan suara yang terdengar lemas

"Aku... Il Woo... Dia... Tidur dengan yeoja lain hyung"

"Lalu?"

"Aku tidak bisa menahannya lagi! Aku akan memutuskannya"

"Aku... Tidak bisa"

"Wae? Kenapa tidak bisa?"

"Aku tidak bisa"

"Kau sudah tidak mencintaiku? Kau mengatakan bahwa kau akan ada terus disampingku! Kau ingat itu kan?"

"Ne tapi bukan untuk menjadi pengganti hyungku"

"Yun..." Lirih Ahra

"Maaf"

"Ap-apa kau mulai mencintai namja itu?"

"Mwo? Apa maksudmu?"

"Kau mulai mencintai namja menjijikkan itu?"

"Maksudmu Jaejoong?"



Jaejoong menyentuh dada kirinya, rasa menggelitik nan menyakitkan itu seakan meremas kencang dadanya, Jaejoong tidak tahu apa yang membuatnya sakit tapi... Dia memang merasakan hal itu sekarang.


"Ya, memangnya aku tidak tahu jika kau selalu makan siang bersamanya?" Ahra mulai membuka suaranya

"Kau..."

"Kau menyukainya? Menjilat ludahmu sendiri... Dulu kau berkata tidak akan berpaling dariku walaupun banyak yeoja ataupun namja yang mengejarmu... Kau bilang namja itu bukan siapa – siapa untukmu, dia hanya parasit"

DEG


Benarkah yang dikatakan Ahra? Lalu? Apa yang selama ini dilakukan Jaejoong pada Yunho semuanya itu tidak ada artinya?


"Katakan Yun!"

"....."



Jaejoong bisa melihat dari celah jendela, Yunho tengah berdiri membelakanginya sedangkan Ahra berdiri dengan menyedekapkan tangan pada dadanya.



"Katakan kau mencintainya"

"..."


Jaejoong menggigit bibir bawahnya, cinta? Haruskah dia mengharapkan cinta dari namja yang selalu menyakitinya? Selalu menjatuhkannya setelah melambungkan hatinya tinggi keawan? Mata Jaejoong mulai berkaca – kaca namun dia tetap menahan airmatanya agar tidak turun.

Ahra melihat seperti bayangan seseorang didepan ruangan yang sedang ditempati olehnya dan Yunho, dia kemudian menyeringai tipis.



"Katakan kau menyukainya maka aku tidak akan mengganggumu"

"Aku... Tidak mencintainya"


DEG



"Aku bahkan tidak menyukainya, aku tidak pernah menganggapnya ada bahkan jika dia terlihat oleh mataku dia hanyalah sebuah parasit"


PRANG!

TES

TES


Kruk yang menyangga Jaejoong jatuh saat Jaejoong mendengar kata – kata datar yang dikatakan oleh Yunho, belum lagi pertahanannya runtuh saat mendengar kata – kata tajam Yunho. Dengan segera walaupun sulit Jaejoong mengambil kruknya dan berjalan menjauhi area itu.

Yunho terkejut saat mendengar benda jatuh, dia menoleh kebelakang dan perasaannya berkata sesuatu yang buruk tengah terjadi. Dia menoleh kembali pada Ahra, dia melihat jelas bahwa Ahra tengah tersenyum ani.. Menyeringai...



"Kau..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yunho berjalan cepat dari ruangan itu dan benar saja dia melihat Jaejoong berjalan dengan susah payah menggunakan kruk di tangan kanannya. Yunho mengejar Jaejoong, dia menangkap pergelangan tangan kiri Jaejoong hingga namja cantik itu meringis kesakitan.



"Sakit! Lepaskan aku!" Pekik Jaejoong

"Tunggu!"


Jaejoong tidak berontak, mungkin ini sudah saatnya dia berkata apa yang dia rasakan selama ini pada namja bermata musang itu. Tidak ada kata menunggu lagi.



"Kau mau apa lagi?" Tanya Jaejoong


Yunho terlalu kaget untuk menjawab pertanyaan Jaejoong, dia melihat bagaimana mata Jaejoong yang selalu bersinar dan menenangkan itu menatapnya dengan airmata mengalir dan penuh dengan kesakitan serta kekecewaan.


"Tidak cukupkah semua yang aku lakukan untukmu?" Lirih Jaejoong, dia menghapus kasar air matanya

"...."

"Tidak bisa menjawab eoh? Apa aku benar – benar menjijikkan dan memuakkan dimatamu sampai kau berkata seperti itu? Apa aku benar – benar dianggap kasat mata olehmu? Lalu kau pikir apa yang kau lakukan padaku?!"


Yunho hanya bisa menatap Jaejoong, ini memang salahnya.


"Kau melambungkan perasaanku tapi menjatuhkanku dengan cepat!"


Para siswa yang baru datang langsung berhenti untuk melihat apa yang yang terjadi, mereka menatap sedih pada Jaejoong yang banyak luka pada tubuhnya, mungkin bukan hanya tubuhnya yang sakit tapi juga hatinya. Teriris hati mereka melihat kejadian didepan mereka ini.


"Kau bilang apa? Aku tidak terlihat?! Lalu siapa yang mengirimkan pesan padaku untuk membawa bekal siang ke atap? Kau bahkan tidak mengucapkan terima kasih sama sekali"


Para siswa itu kaget, tentu saja mereka kaget. Mereka tidak pernah melihat Yunho dan Jaejoong bertegur sapa setelah Yunho membuang cokelat pemberian Jaejoong dan Jaejoong katakan apa? Mereka makan siang bersama?

Kyuhyun berhenti tak jauh dari kerumanan saat mendengar suara Jaejoong, dia diam ditempatnya sambil mendengarkan apa yang Jaejoong katakan. Cukup senang juga Kyuhyun mendengar apa yang dikatakan pada Yunho barusan.


"Dengar-"


PLAKK



Jaejoong baru saja menampar keras pipi kanan Yunho dengan tangannya yang tidak sakit, menjatuhkan begitu saja kruk penyangganya dan menyentak semua siswa yang melihatnya.



"Kau yang dengarkan aku!" Jaejoong menatap tajam Yunho "Mulai sekarang anggap aku tidak tampak seperti keinginanmu, jangan pernah menyapa atau bahkan melirikku karena aku tidak terlihat olehmu dan selamat! Kau merubah cintaku padamu menjadi benci"


Yunho tersentak kaget saat Jaejoong berkata seperti itu namun dia tidak bergerak, dia menatap mata Jaejoong yang tengah menatapnya tajam, seakan mengintimidasinya walaupun terlihat kepedihan dan kekecewaan dalam tatapannya itu.

Kyuhyun akhirnya maju dan membantu Jaejoong yang hendak mengambil kruk penyangganya, menatap sendu pada Jaejoong dan membantu Jaejoong untuk pergi dari kerumunan itu. Yunho menatap datar punggung Jaejoong dan tak lama dia mendengar bisikkan yang dilayangkan oleh para siswa untuknya.

Jaejoong tidak bisa lagi menahan airmatanya, sepanjang perjalanan dia menangis ditemani oleh Kyuhyun yang mencoba menenangkannya walaupun gagal. Yang Jaejoong tahu sekarang dia ingin menemui appanya.

Dan benar kebetulan sang appa tengah berjalan bersama Changmin dan mereka sedang mengobrol. Jaejoong mempercepat langkahnya walaupun sulit dan Kyuhyun mengejarnya. Mr. Kim yang menoleh dan melihat anaknya sungguh kaget apalagi dia melihat Jaejoong menghampirinya dengan airmata mengalir deras.


GREPP



Jaejoong menjatuhkan kruknya, tidak peduli jika dia jatuh karena dia sudah dalam pelukan nyaman sang appa, Jaejoong menangis, menyembunyikan wajahnya pada dada sang appa dengan sesenggukkan.


"Bawa Joongie hiks... Bawa Joongie pergi dari sini appa! Hiks..."


Changmin menatap Kyuhyun dan Kyuhyun menolehkan kepalanya ke belakang, seketika saja dia tahu apa yang membuat Jaejoong menangis kencang seperti itu.


"Baby ap-"

"Sekarang appa! Sekarang!" Pekik Jaejoong



Mr. Kim yang bingung akhirnya membawa Jaejoong pergi dari sana diikuti Kyuhyun yang membawa kruk penyangga Jaejoong. Sedangkan Changmin? Dia berjalan cepat mencari namja yang sudah pasti menyebabkan Jaejoong menangis.

Junsu mengerutkan keningnya saat turun dari mobilnya, dia baru saja melihat mobil milik Jaejoong pergi dari area sekolah dan dia melihat Kyuhyun berjalan kearahnya.


"Joongie masuk sekolah hari ini?" Tanya Junsu

"Itu..."

"CHANGMIN! HENTIKAN!"



Kyuhyun langsung menoleh saat suara seorang yeoja yang dia kenal berteriak, suara Ahra. Menghentikan siapa? Changmin? Memang apa yang diperbuat oleh Changmin?


"Shit!" Kyuhyun berlari menuju lapangan diikuti Junsu yang ikut berlari tapi dengan raut wajah bingung

"CHANGMIN!"

"Omo! CHWANG!"



Kyuhyun langsung menarik pinggang Changmin yang tadi sedang berlutut memukul seseorang yang ada dibawahnya.


"CHWANG!"

"Lepas!"

"Tenang Chwang! Tenang!"


Junsu menutup mulutnya saat melihat apa yang terjadi, Changmin memukuli Yunho hingga terlihat lebam dan luka pada wajah Yunho, juga darah mengalir dari pinggir bibir Yunho. Sebenarnya apa yang terjadi?


"Akkhh!"

"Puas?" Tanya Yunho yang sudah dibantu berdiri oleh Ahra

"Brengsek!"

"Puas?!"


Changmin menyentak tangan Kyuhyun yang melingkar pada pinggangnya dan beranjak maju untuk memukul Yunho namun Kyuhyun berlari denagn cepat dan...


BUGH


Semua terpaku pada Changmin dan Kyuhyun, Changmin baru saja meninju rahang Kyuhyung hingga namja manis itu tersungkur di depannya. Changmin membeku, dia menatap kaget pada Kyuhyun yang terjatuh karena pukulannya yang sangat kencang itu.


"Kyunie!"



Junsu menghampiri Kyuhyun dan membantu namja itu berdiri, Kyuhyun menatap sendu pada Changmin yang masih juga tidak bergerak dari tempatnya.



'Maafkan aku karena baru sadar akan perasaanku Chwang...' Lirih Kyuhyun dalam hatinya dan kemudian pergi dituntun oleh Junsu


Yunho pun tak luput dari kekagetannya, dia tidak menyangka Kyuhyun akan melindunginya, bagaimana bisa namja itu melindunginya dan kenapa?


"Yun, ayo..."


Yunho menepis kasar yeoja yang memegang lengannya itu, Yunho pergi dari sana. Dia tidak memperdulikan bahwa bel masuk sekolah sudah berbunyi,dia keluar dari gerbang itu entah pergi kemana.


'Maafkan aku...'


Changmin menatap tangannya dengan pandangan datar, bagaimana bisa dia melukai namja yang sepertinya masih dia cintai itu! Bagaimana bisa tangannya melukai namja itu? Namja yang sudah dia puja sepanjang masa dia hidup sampai seseorang mengacaukan hatinya namun dia kembali pada pilihan pertamanya. Tapi...

'Kyunie... Aku lelah...' Batin namja itu dengan memejamkan matanya dan terbayang satu sosok yang dicintainya
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Junsu akhirnya pergi ke rumah Jaejoong usai pulang sekolah bersama Hyun Joong dan Kyuhyun yang pinggir bibirnya terdapat sebuah plester. Junsu tidak tahu bagaimana kelanjutan Kyuhyun dan Changmin kaurena Kyuhyun sendiri memilih menutup mulutnya.

Tapi Kyuhyun bercerita tentang kejadian tadi pagi, membuatnya marah. Mendatangi kelas Yunho namun dia tidak mendapati Yunho dikelas karena Yunho sepertinya tidak masuk ke kelas, dia juga tidak mendapati Changmin disana.

Sehingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi kerumah Jaejoong namun dia malah mendapati Song ahjumma memegang sebuah amplop untuknya. Junsu mengambil amplop itu dan membukanya, dia langsung mendapati tulisan Jaejoong yang sedikit berantakan dari biasanya dan ada tinta yang pudar seperti Jaejoong meneteskan air matanya pada kertas itu.

Junsu pun sama, dia meneteskan air matanya selama membaca pesan itu, dia tidak menyangka banyak sudah cerita yang disembunyikan Jaejoong padanya. Kenapa Jaejoong begitu malang? Kenapa harus Jaejoong yang harus menanggung semua itu? Kenapa...

Kyuhyun memeluk Junsu dari samping, dia merasakan kesedihan yang Junsu rasakan. Mencoba merasakan kesedihan Jaejoong yang menganggap bahwa dia adalah seorang pecundang, selalu kalah pada apapun.



'Suie sayang...
Maafkan aku yang tidak bisa menceritakan semua padamu padahal kau adalah sahabat sematiku sama seperti Hyun Joong dan ah... Kyunie yang sudah menjadi bagian dari kita bertiga beberapa bulan ini.

Maaf karena keterbatasanku yang tidak bisa mengatakan semuanya Suie... Maaf tidak bisa menceritakan semuanya padamu karena aku tidak ingin kau mengasihaniku. Aku sedih dengan semua ini dan tidak tahu harus memulainya dari mana. Semua terjadi begitu cepat dan akhirnya aku memutuskan untuk pindah dengan appaku.

Eomma dan appaku bercerai Suie yah...

Sedih rasanya menerima itu tapi aku tidak bisa menyalahkan keduanya karena mereka pun berhak bahagia, Bahagia...

Sampai saat ini aku tidak tahu bagaimana rasanya benar – benar bahagia dan merasa dicintai kecuali olehmu dan Hyun Joong selain cinta yang aku terima dari appaku tentu saja, terima kasih atas semua keceriaan yang kau berikan Suie.

Aku...
Sangat bersyukur bisa bersahabat denganmu, kau benar – benar orang yang bisa membuatku lupa pada semua masalahku. Senyummu dan tawa Hyun Joong juga kejahilan Kyuhyun membuatku bertahan dalam kelamnya hidupku tapi ini semua sudah sampai batas akhirku Suie...

Kasih sayang yang terbelah, cinta yang tak sampai, membuatku berpikir lebih baik aku pergi dari hadapannya Suie. Aku tidak sanggup jika harus melihatnya, melambungkan hatiku namun menjatuhkannya dengan cepat dan tepat. Bukan salahnya juga jika dia tidak menyukaiku dan menganggapku tidak ada mungkin aku saja yang salah sangka pada semua perhatiannya selama ini padaku.

Aku menyayangimu Suie, menyayangi Hyun Joong juga Kyuhyun dan Changmin. Aku tidak ingin pergi namun aku harus melakukannya, aku sudah sangat lelah Suie yah... Maaf, maafkan aku Suie...

Love, Jaejoong'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
'Maafkan aku Suie... Hyunie... Aku pergi, aku menyayangi kalian, maafkan aku Changmin... Kyunie...'



Namja cantik itu memejamkan mata sembabnya, dia sudah lelah dengan semua yang terjadi belakangan ini. Semua yang dia lakukan selama ini hanya nol besar. Menyesali perbuatannya, kenapa dia tidak menurut saja pada kedua sahabatnya yang sudah melarang dirinya untuk mendekati sang api. Tapi dia melakukannya, melanggar untuk tidak bermain api. Sehingga api itu melukai luar dan dalam dirinya, menyakitkan namun harus tetap dihadapi.


"Semua akan baik – baik saja Joongie..."


GREP


Namja cantik bernama Jaejoong itu merasakan pelukan dari sampinya, keputusannya tidak salah. Dia pergi bersama sang appa dan akan memulai lembaran baru ditempat yang baru tanpa ada yang mengenalnya karena dia akan hidup dengan marga sang appa dan nama yang diberikan appanya.


"Ne... Joongie tahu" Lirih Jaejoong kemudian mengangkat tangannya untuk menyentuh lengan appanya yang memeluk dirinya



Semua akan baik – baik saja, semua akan membaik setelah ini. Jaejoong terus menggumamkan kata – kata penenang yang dia dapat dari sang appa tadi.



'Aku membencimu Yun... Sangat dan aku tidak akan melupakan semua rasa sakit yang kau berikan padaku'
.
.
.
~ End ~

Continue Reading

You'll Also Like

725K 67.7K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
133K 13.3K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
83.9K 8K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
84.3K 8.5K 36
FIKSI