Sekuel A

8.7K 701 57
                                    

"Yeeeyyyy! Selesai!"


Seorang namja berkaos putih itu merenggangkan tubuhnya dan berjalan riang menuju kendaraannya, sepeda. Dia kemudian mengemudikan sepedanya dengan pelan dan menikmati pemandangan yang ada dikanan dan kirinya. Sawah – sawah menyapa matanya dengan indah, dia senang sekali melihat pemandangan ini.

"Pagi Jejun"

"Ah pagi Bibi Gou, Bibi Ling"


Namja tampan itu berhenti ketika bebrapa wanita paruh baya menyapanya, para wanita paruh baya itu bekerja di sawah luas ini dan menyapa namja tamoan itu adalah suatu kebiasaan karena dulu sang namja tampan yang menyapa mereka terlebih dahulu.


"Bagaimana kabarmu hari ini?" Tanya salah satu wanita paruh baya itu

"Seperti biasa, melihat bibi – bibi tersenyum, aku bahagia"

"Hahahahaha bagaimana bisa kau menggombal pada wanita tua seperti kami?"

"Bibi belum tua, bahkan masih cantik"

"Ck, berhentilah menggombal Jejun. Kau ini! Ah! Ambil ini, aku membuatkannya khusus untukmu dan papamu"

"Eh?"

Namja bernama Jejun itu mengambil sebuah rantang dua tingkat dari tangan wanita bermarga Gou dan menatapnya dengan bingung.

"Itu ayam kukus buatan kami, kau harus makan bersama papamu"

"Kenapa bibi repot – repot? Ck"

"Sudahlah, kami tidak merasa direpotkan malah kami yang sering meropotkanmu dan papamu bukan? Sudah sana pulang dan sampaikan salam pada papamu"

"Oke, terima kasih bibi – bibi sekalian" Jejun membungkkukan tubuhnya kemudian menaruh rantang yang diterimanya tadi pada keranjang depan sepedanya

Jejun pun melanjutkan perjalanannya, beberapa orang pun menyapanya saat Jejun lewat. Dia memang populer seantero desa karena sifatnya yang tidak sombong dan rendah hati. Jejun menghirup udara segar sekelilingnya, rasanya dia sangat bersyukur bisa ada disini.

Jejun memparkirkan sepedanya di halaman rumah sederhananya malah terbilang cukup kecil. Dia masuk dan langsung melihat sang appa di ruang tengah sedang mengerjakan sesuatu.


"Papa, makan siang dulu. Aku dapat ayam kukus dari para bibi – bibi" Ucap Jejun mendekat dan menaruh rantang pada meja di depan papanya

"Kau sudah pulang? Bagaimana?"

"Pekerjaannya nanti dulu, makan siang dulu"


Jejun menaruh tas selempang yang dia pakai pada sebuah meja dan berjalan menuju dapur. Dia kembali dengan membawa piring serta alat makan dan beberapa lauk yang dia sudah siapkan untuk papanya.


"Selamat makan" Jejun memakan dengan lahap makanan yang ada di depannya


Sedangkan papanya menatap dengan senang saat pipi anaknya menggembung karena memasukkan begitu banyak makanan kedalam mulutnya. Sungguh menggemaskan.


"Makanlah dengan pelan Jaejoong ah..."

"Ugh..."

Jejun menelan makanannya dan segera minum kemudian dia mengerucutkan bibirnya dan menatap sebal pada papanya.


"Aku tidak suka dipanggil seperti itu" Ucapnya merajuk

"Mau bagaimana lagi, kau lahir dengan nama Jaejoong... Sudah jangan merajuk dan bantu appa meyelesaikan pembukuan bulan ini"

SmileWhere stories live. Discover now