You're MINE!

By teh_iis

58.2K 732 70

Hanya cerita biasa. Cinta, rindu dan benci yang begitu dekat, menyatu dan kompak bersarang di hati saat menja... More

Prolog
PENGUMUMAN
Chapt. 4 - Hujan
Chapt. 15 - Terluka
Chapt. 25 - Menyelesaikan yang harus diselesaikan
Chapt. 36 - Kejutan Sialan
Chapt. 38 - Kehidupan Baru
INFO - KABAR GEMBIRA
Pengumuman Unpublish

Chapt. 24 - Lebih Dekat

1.9K 74 2
By teh_iis

Sorry for typo

and

Happy Reading

**********************************

Vitha's POV

"Kak Vitha ya? Pacarnya Mas Yori?" Tanya gadis berkerudung pink yang berdiri di hadapanku.

Aku mendongak dan mengangguk pelan. "Iya" Jawabku. Gadis itu tersenyum kecil lalu duduk mengambil posisi kosong disebelahku. Aku memang sedang duduk di Sofa ruang keluarga masih di rumah Mas Yori.

"Maaf Kak, kemarin aku belum sempat kenalan." Ucap gadis itu sambil mengedarkan pandangan melihat sekeliling entah siapa yang dia cari.

"Abisnya keburu disembur Mas Yori." Bisik gadis itu pelan.

Aku terkekeh sambil terus memperhatikan wajahnya, gadis ini tidak mirip Bu Mira atau Mba Mutia ataupun Mas Yori. Mungkin mirip almarhum ayah Mas Yori. Pikirku.

"Nggak apa-apa. Kamu Ririn kan?"

Ririn mengangguk sedangkan tangannya yang putih terangkat melepas kerudungnya.

"Kenapa kerudungnya dibuka, dek?" Tanya Mas Yori yang tiba-tiba sudah mengambil posisi disebelah kiriku yang kosong.

"Gerah Mas, lagian Kak Vitha perempuan, nggak papa dong. Iya nggak Kak?" Tanya Ririn meminta persetujuanku, dan yang ku jawab dengan anggukan.

"Eh Kak, katanya Kakak kuliah jurusan Bisnis ya?"

"Iya kok tau sih?" Tanyaku penasaran. Padahal bisa ku tebak Mas Yori yang menceritakannya.

"Kemarin Mba Mutia cerita tentang Kakak. Memang jurusan bisnis itu gimana sih kak? Enak ya?"

"Kok enak sih? emangnya makanan?" Kataku. Ririn mengerucutkan bibirnya. Polos banget dia.

"Ihh Kakak maksud aku bukan gitu. Soalnya aku bingung mau ngambil jurusan apa."

"Oh Ririn lulus tahun ini ya?" Tanyaku.

"Iya Kak, tinggal nunggu hasil kelulusan sama cari-cari info kampus."

"Memangnya Ririn mau lanjut kemana?"

"Maunya sih ke Jogja, tapi sama Mas Yori nggak dibolehin." Gerutu Ririn, tanpa sadar dia mengerucutkan bibirnya lagi sambil menatap kesal kakak laki-lakinya. Refleks aku juga menoleh ke arah Mas Yori yang tengah sibuk dengan ponsel pintarnya itu.

Merasa diperhatikan Mas Yori mendongak menatap kami berdua sambil menaikkan satu alisnya. "Apa?"

"Kenapa nggak dibolehin?" Tanyaku pada Mas Yori. lalu beralih menatap Ririn.

"UGM kan Rin?" Ririn mengangguk mengiyakan.

"Di Bandung banyak yang bagus, ngapain cari yang jauh." Ucap Mas Yori singkat dan padat.

"Kan aku mau belajar mandiri, Mas!" Protes Ririn tak mau kalah.

"Untuk belajar mandiri nggak harus jauh dari rumah Rin, kamu mandiri saja dulu dengan hal-hal kecil seperti bangun pagi tanpa dibangunkan, bantu ibu di dapur tanpa disuruh-suruh. Bisa?"

"Mas bukan melarang kamu kuliah jauh, hanya saja banyak yang Mas pertimbangkan, kamu masih labil. Mas khawatir lebih tepatnya, dekat saja kamu masih belum bisa mengendalikan diri kamu sendiri apalagi jauh tanpa pantauan langsung." Tegas Mas Yori. Sepertinya topik ini sudah sering dibahas dan tentu saja Mas Yori tetaplah Mas Yori dengan ketegasannya yang tidak bisa dibantah. Dan selanjutnya aku bisa mendengar Ririn bergumam pelan.

"Tapi aku bisa jaga diri, lagipula apa Mas Lupa kalau aku menguasai teknik bela diri."

"Cukup, kita sudah sering membahas ini. Dan Mas tetap pada keputusan Mas, kamu kuliah di Bandung."

"Ah, kalau debat sama Mas Yori selalu kalah." Gerutu Ririn. Dia berdiri lalu beralih menatapku. "Kak, ke kamar aku aja yuk!"

"Yuk." Jawabku antusias.

Begitu aku akan bangkit dari kursi, Mas Yori menahan pergelangan tanganku hingga aku kembali pada posisi semula.

"Masss!" Pekikku.

"Ngapain ke kamar? Kamu tetap disini!" Intrupsi Mas Yori dingin.

"Ya ampun Mas pinjem Kak Vitha bentar."

"Ngapain?"

"Aku mau tanya-tanya tentang jurusan, ihh.."

Mas Yori menatapku. "Rin, nanti Kakak nyusul deh." Ucapku.

Ririn mendesah pelan. "Ya udah aku tunggu di atas ya Kak."

Aku mengacungkan kedua jempolku tanya mengiyakan lalu Ririn naik ke lantai atas menyisakan aku dan Mas Yori diruang keluarga.

"Biar aku bicara dari hati ke hati deh sama Ririn tentang kuliahnya, kamu tuh bisa nggak sih jangan galak-galak. Takutnya kalau dikekang-kekang nanti malah makin berontak loh."

"Aku bukan galak, Yang. Aku hanya kasih dia ketegasan."

Aku mengetuk kamar yang bersebelahan dengan kamar Mas Yori, terdengar suara kecil yang menyuruhku masuk. Aku membuka pintu dan melihat Ririn sedang bersandar di kepala ranjang sambil memangku laptop di pahanya.

"Masuk Kak!"

Aku berjalan mendekati ranjangnya. "Itu nggak boleh loh laptop ditaro dipaha gitu."

"Eh? Masa kak?"

"Iya, panas akibat radiasinya bahaya loh buat organ reproduksi kita."

Ya, hampir semua barang elektronik menghasilkan radiasi, tak terkecuali dengan laptop. Perangkat ini mampu mengeluarkan sinar radiasi elektromagnetik. Yang aku baca, sinar radiasi tersebut dapat mempengaruhi kesuburan wanita apabila meletakkannya di atas paha dalam kondisi yang panas. Efeknya tidak hanya berdampak pada keseburan wanita, karena radiasi thermal di dalamnya dapat menganggu kesuburan pria juga jika diletakkan di atas alat kelamin pria atau dipangku. Eh aku malah ngomongin itu sih? Tapi nggak apa-apa sih, kan untuk pengetahuan.

Apalagi kehidupan manusia pada jaman modern ini tidak bisa terlepas dengan kecanggihan teknologi, namun harus tetap berhati-hati dan waspada akan dampak buruk yang ditimbulkan. Penting untuk selalu menggunakan barang-barang elektronik dengan cara yang baik dan benar. Itu sih yang selalu Papi nasehatkan.

"Aku sering ditegur Mas Yori sih kalau ketauan mangku laptop gini.. hehe.. tapi akunya bandel Kak."

"Bandel sih kamu.." Kataku dan kami berdua tertawa. Lalu dilanjutkan dengan sesi curhat Ririn dan aku memberikan beberapa saran untuknya. Kali ini aku terlihat berwibawa bukan? haha..

"Kak foto bareng dulu Yuk!"

"Kamu nih ada-ada aja.." Ririn menarik tubuhku dan kami ber-wefie ria dengan berbagai macam ekspresi. Ririn ini sangat menyenangkan.

"Kak diem aku mau foto kakak dulu."

"Loh buat apa?"

"Satu aja buat kenang-kenangan. Senyum dong Kak!"

Dan akupun memberikan senyuman terbaikku sebelum akhirnya Ririn mengabadikan fotoku yang entah untuk apa.

"Bagus Kak. Ihh, Mas Yori pinter banget deh cari pacarnya. Kok mau sih Kak sama Mas Yori." Tanya Ririn yang membuatku bersemu merah.

"Ya maulah, Mas Yori kan ganteng.." Ririn memutar bola matanya yang membuatku tertawa.

Ceklek

Pintu terbuka, kami berdua menoleh dengan sisa tawa kami dan mendapati pria kece nan tampan berbalut kaos hitam dan celana pendek selutut berwarna krem berdiri diambang pintu yang terbuka. Ihh ganteng banget sihhh dia...

"Dek, Ibu udh datang, bantuin gih!" Perintah Mas Yori yang diangguki Ririn dan berjalan keluar kamar, aku mengikutinya namun langkahku terhenti ketika sebuah tangan menahan tanganku.

"Seru banget sih." Kata Mas Yori, aku mengulas senyum sambil mengedipkan mata kepadanya. Dan aku sepertinya akan benar-benar mempunyai adik perempuan yang menyenangkan.

***

Terong

Cumi

Udang

Tempe

Tahu

Pete

Sayur Mayur

Cabe merah

Bawang merah

Dan bumbu-bumbu dapur lainnya yang nggak aku tahu namanya.

Keningku terus berkerut menggeratak bahan masakan dihadapanku yang baru saja Bu Mira beli dari pasar.

"Ini mau masak apa, bu?" Tanyaku pada Ibunya Mas Yori yang saat ini sedang sibuk memasang apron ditubuhnya yang mungil dan sesekali tangannya bergerak merapihkan kerudungnya.

"Hari ini Ibu mau masak Cumi Asam Manis, Tumis Udang dan Balado Terong. Kamu suka kan?"

"Aku pemakan segalanya kok Bu.." Candaku. Ibu dan Ririn tertawa.

"Kakak bisa aja."

"Kakak bisa masak?" Hampir saja aku tersendak mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Ririn. Beruntunglah aku sudah mempersiapkan pertanyaan ini sejak awal. Dan kali ini Bu Mira menatapku sambil tersenyum.

"Uhm?" Aku menggeleng pelan sambil tersenyum kikuk sebagai jawaban.

Bu Mira hanya tersenyum, lalu kembali berfokus mencuci Cumi dan Udang yang diambilnya tadi. "Nggak apa-apa, nanti bisa belajar." Suara khas itu terdengar dari ujung pintu.

"Ciyee dibelain.." Goda Ririn yang membuat wajahku memanas dan Ibu yang mengulum senyum.

"Iya, nanti belajar sama Ibu ya!" Tawar Ibu padaku lalu aku mengangguk mantap.

"Bu......" Panggil Mas Yori dengan suaranya yang sexy.

"Ya?"

"Ada Bude Sinta di depan. Kok beliau ada di Bandung ya? Bukannya Pakde dinas di Depok?"

"Keluarga mereka lagi liburan, tadi Ibu ketemu di Pasar, dia ngajakin makan bubur. Besok pagi kamu sekalian pamit sama mereka, tadi Pakde nanyain kamu!"

"InsyaAllah.."

"Ya udah, Ibu tinggal bentar ya.."

"IYA." Jawabku dan Ririn bersamaan. Kami berdua refleks saling tatap dan kembali tertawa.

"Lama-lama kalian kayak kembar." Ucap Mas Yori sambil berlalu mengikuti Ibu.

***

Jarum jam terus bergerak menunjukkan pukul 3 sore.. Setelah acara makan tadi, aku sempat membantu Ririn mencuci piring kotor. Ya walaupun Ririn, Ibu dan Mas Yori melarangku untuk mencuci piring.

"Kamu kan tamu, masa tamu nyuciin piring.." Kata Ibu.

"Ngapain Yang, nggak usah biar Ririn aja!" Dilanjut Mas Yori yang memprotes.

Ya ampun, nggak percaya banget sih kalau aku juga bisa nyuci piring, lagian masa iya sudah dikasih makan nggak ikut bantu beresin apalagi ini rumah calon mertua kan?

Aku pernah mendengar kalau mau disayang mertua ya harus rajin dirumah mertua, nggak boleh malas-malasan. Eh tapi apa kabarnya Mami? Mami nggak pernah ngerjain pekerjaan rumah, bahkan masak pun nggak tapi Oma sayang banget sama Mami.

Dan setelah itu dilanjut dengan kumpul di ruang keluarga, lama kami berbincang-bincang. Sebagian besar isinya tentang Mas Kecil Mas Yori yang membuatku tertawa dan dilanjutkan dengan obrolan lain seputar kegiatanku.

Rasanya sudah lama aku tidak merasakan suasana seperti ini semenjak Oma Tiara (Ibu dari Mami) sakit-sakitan yang mengharuskan Mami dan Papi bolak balik Palembang dan meninggalkanku dirumah sendiri dengan para asisten rumah tangga atau terkadang mengirim Mas Doni untuk menemaniku.

Tetapi, aku bersyukur.. walaupun Papi sibuk mengurus bisnisnya, namun aku tidak pernah kehilangan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuaku. Papi dan Mami selalu punya cara untuk membuat quality time bersamaku. Papi selalu menyempatkan diri berchatting denganku lewat whatsapp atau sesekali menelpon hanya untuk menanyakan kegiatan yang aku lakukan. Dimanapun dan kapanpun. Begitupun sebaliknya.

Jika di berita banyak anak pengusaha diluar sana yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya sehingga mencari perhatian lain dengan memakai barang-barang haram ataupun berclubing ria, rasanya aku harus banyak-banyak bersyukur karena selain aku mendapatkan materi yang berlimpah aku juga cukup bahkan sangat cukup mendapat perhatian dari kedua orang tuaku yang tercurah penuh dengan kasih sayang.

Duh jadi kangen meluk Mami Papi, sudah tiga hari ini mereka di Palembang.

"Kok ngelamun?" Suara bariton itu membuyarkan lamunanku.

"Eh.. "

"Dibilang jangan suka ngelamun!"

Aku mendongak dan melihat Mas Yori membawa seorang balita lucu dengan rambut ikalnya. Gemesin banget. Mas Yori bergabung denganku duduk dilantai beralaskan karpet karakter hello kitty yang katanya kesukaan Ririn. Aku tadi memang sedang menonton Televisi, Ibu dan Ririn lebih dulu pamit untuk tidur siang dan meninggalkanku sendiri sedangkan Mas Yori entahlah dia habis kemana. Dan disinilah aku sekarang, duduk dilantai sambil menonton acara Katakan Putus.

"Loh, kamu bawa anak siapa Mas?" Tanyaku sambil memainkan pipi balita kecil itu.

"Anak kita lah." Jawab Mas Yori santai. Sesekali dia mencium pipi anak itu.

"Heh?" Aku menatapnya. Apa maksudnya?

"Anak kita? kapan buatnya?" Aku memincingkan mata.

"Kok kamu lupa sih, Yang? Coba kamu ingat-ingat lagi?"

"Nggak ingat, emang gimana buatnya coba?" Pancingku.

Dia menyeringai, Mas Yori merapakan tubuhnya ke arahku.

"Mau aku ingatkan gimana cara buat anak?" Bisiknya tepat ditelingaku yang membuat gelenyar aneh pada tubuhku. Seketika aku mendorongnya.

"Jangan gila."

"Hahaha.. Ya abis pertanyaan kamu mancing aku." Katanya sambil terbahak keras yang membuat balita dalam gendongannya memasang ekspresi ingin menangis.

"Nah kan dia nangis, si Om ketawanya kayak gondoruwo ya, sayang.. Sini sama Onty yaaa.."

Dan dalam hitungan detik balita lucu itupun akhirnya menangis karena Mas Yori masih tertawa. "Masss ih, ketawanya." Omelku.

"Cup..cup..cup .. Jangan nangis sayang, Yuk sama Onty ya." Tanpa di duga-duga balita kecil itu mengulurkan kedua tangannya sehingga aku mengambil dari gendongan Mas Yori dan ajaibnya, anak ini langsung diam.

"Eh dia mau loh sama kamu, tumben kamu nak. Biasanya dia nggak mau kalau sama orang yang baru dia liat."

"Iyalah, Onty nya cantik gini.. Ya nggak sayang." Pujiku pada diri sendiri sambil mencium pipi gembulnya. Sedangkan Mas Yori menjawab sambil mengacak rambutku. "Iya.."

"Namanya siapa Mas?"

"Namanya Abila Humaira Mutiara. Panggilannya Aira. Abila artinya Cantik dan Humaira artinya Pipi yang kemerah-merahan sedangkan Mutiara adalah nama dari Mba Mutia."

"Heh, ini anaknya Mba Mutia? Kok aku baru tau ya kalau Mba Mutia udah punya anak, lucu banget lagi" Tanyaku sangat antusias, Mas Yori menggeleng.

"Iya, tapi anak adopsi." Aku melebarkan mataku sambil bergantian menatap Mas Yori lalu ke Aira. Seakan tau isi kepalaku Mas Yori kembali bersuara.

"Nanti aku ceritain, aku buatkan susu dulu ya.. Kayaknya dia ngantuk." Mas Yori berdiri dan aku mendesah pelan karena harus menelan rasa penasaranku. Baiklah mungkin belum saatnya aku tahu. Aku melirik Aira, dia terus saja menguap dengan matanya yang sudah tinggal 5 watt itu. Tidak lama Mas Yori kembali dengan sebotol susu dia menyerahkannya padaku dan aku langsung memberikan botol susu dan menidurkan Aira disofa dengan posisiku yang menjadi pembatas agar dia tidak jatuh.

"Kamu ngantuk apa haus sih dek?" Aira terus saja meminumnya dengan cepat. Aku mengelus kepala Aira yang membuatnya perlahan terpejam.

"Mas bukain sepatunya." Pintahku, Mas Yori menurut. Kami terlihat seperti keluarga bahagia yang kompak mengurus anak ya.

"Tidur dia?" Aku mengangguk.

"Sekarang aku." Tiba-tiba Mas Yori merebahkan diri dan tidur di pahaku yang menjadi bantalannya.

"Mass, ngapain?"

"Diem, aku juga mau istirahat bentaran." Katanya. Seakan tersihir aku mengelus kepala Mas Yori. Mas Yori tersenyum tapi masih menutup matanya.

"Besok berangkat jam berapa sih?"

"Jam 4 aku harus sudah jalan."

"Ya ampun, pagi banget. Nggak ngantuk nyetirnya? Bahaya loh Mas."

"Harusnya sore ini aku sudah balik, cuma rasanya berat. Nggak kerasa sudah seminggu aja."

"Apa yang buat kamu berat? Ririn?" Tanyaku. Mas Yori membuka matanya.

"Kamu lah."

"Aku berat ninggalin kamu, entah kenapa akhir-akhir ini aku nggak tega ninggalin kamu. Kenapa waktu serasa cepat banget ya kalau kita bersama." Rasanya aku ingin meneteskan air mata mendengar pengakuan dari Mas Yori. Akupun begitu Mas, rasanya aku nggak ingin jauh dari kamu lagi. aku ingin kamu ada disampingku, bersamaku.

"Ya makanya cepat halalin dong biar aku bisa ikut kamu." Kataku jujur. Mas Yori mendongak menatapku, akupun membalas menatapnya. Dia mengulas senyum manisnya yang membuatku semakin terpesona.

"Sabar ya! Aku harus menyelesaikan satu urusanku. Aku janji saat urusan itu selesai aku akan kembali dan melamar kamu." Mas Yori meraih tangan kiriku dan mengecupnya. Aku menunduk dan memberanikan diri.

Cup. Kecupan pelan itu mendarat di kening Mas Yori. Hatiku memuncah bahagia.

***

To be continue.......

Wah aku ga update lama yaa, masih ada nunggu nggak nih?

Maaf ya, untuk nulis akhir2 ini ga sempet mulu, kalau ga mager ya sibuk sana sini.. 

Semoga masih ada yang nunggu dan baca cerita ini, mungkin ini cerita lambat banget ya alurnya? dari awal aku memang niatnya begitu sih.. Bosen ya? huhu jangan dong! sedih aku nanti..

Ohya aku sekalian mau kasih kabar, setelah aku baca ulang kok rada aneh ya ceritanya, oleh karena itu aku berniat untuk MEREVISI cerita ini dari awal. Nggak akan mengubah alur kok, hanya memperbaiki bahasa ataupun tambahan sedikit. 

Aku nggak akan repost hanya mengedit aja, jadi nanti kalau sudah rampung revisian kalian bisa refresh cerita ini dan baca ulang kalau mau sih haha

Jujur aku malu banget pas baca ulang tulisan ku yang abal-abal ini hahaha

Selalu, Vote dan comment selalu aku tunggu, apalagi fansnya mas Yori mana coba? Ayo dong kasih vote dan commentnya, ga boleh pelit-pelit ya, tinggal pencet aja kan nggak susah.. :D hihi

Makasih yaa.... Aku senang jika bisa membuat kalian tersenyum.

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 517K 80
Pembelian Novel Version bisa di shopee momentous.publisher❤ Elbiana Angelista Dewaga, siswi cantik SMA Cendrawasih yang terkenal bersikap dingin dan...
542K 88.4K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
8.6M 526K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
753K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...