She's (Namakamu) ✅

By Echa-by

1.1M 72.4K 5.7K

[REVISI] Apapun yang terjadi, ingatlah satu hal; bahwa aku akan selalu ada di samping kamu. [Highest rank #10... More

8. Jeder
9. Bullying
10. Kencan?
11. Keluarga Iqbaal
12. Tentang (Namakamu)
13. Dianty?
Gapenting. Gosah dibaca.
14. Tugas Kelompok
15. Gara-gara Iqbaal
16. Drama Queen
17. Keputusannya
18. Bimbang
19. Break
20. Ariqbaal
21. Bersama Irzan
22. Gagal
23. Fix
24. Sorry
25. Seperti Semula
26. Ide
27. Dare
28. Kecewa dan Berubah
29. Dianty Dianty Dianty
30. Nasim?
31. Putus
32. Masih Sama
33. Orang Gila
34. Kenyataan
35. Berbaikkan
36. Terakhir
37. Kehilangan
38. Papa Faiq?
39. Kehilangan (2)
40. Papa! Mama!
41. Graduation
42. LDR (Lelah Disiksa Rindu)
Extra Part (1/3): Istri Iqbaal
Extra Part (2/3): Bidadari Kedua
saran & respon, please
Fix (PLIS BACA)
Monster Sitter & Entity
Dibaca, ok👌
Again and Again
REVISI + CERITA BARU

Extra Part (3/3): Super Daddy

24.9K 1.7K 116
By Echa-by

Author POV

Hari minggu, hari yang ditunggu-tunggu bagi siapa pun. Tidak terkecuali oleh keluarga kecil ini.

"AYAHHHHH!! BANGUN!!" Suara melengking nan cempreng itu sangat pas masuk di telinga Iqbaal.

Iqbaal hanya menggeliat tak merespon, membuat anak perempuan 3 tahun itu merengut lalu naik ke atas perut ayahnya.

"Bangun. Bangun. Bangunnnn." Sang anak terus menaik turunkan tubuhnya sambil memencet-mencet hidung ayahnya. Bermaksud agar cepat bangun.

"Aduh.. Alula, ada apa sih? Hm?" Iqbaal bangun dan bersandar di kepala ranjang, dengan Alula yang masih duduk di perutnya.

Dengan masih mengantuk, ditatapnya anak pertamanya, Alula Farzana Ayunindya, kini ini tengah tertawa riang.

"Ayah! Ayah! Lula mau dikuncirin sama ayah!" Kata Alula riang.

"Kan sekarang ada bunda, mending kamu minta kuncirin sama bunda gih." Jawab Iqbaal masih dengan kantuk.

Alula cemberut, "Gak mau. Kunciran bunda jelek."

"Terbalik kali La, kunciran ayah yang jelek."

"Enggak! Kunciran ayah bagus. Pokoknya Lula maunya dikuncirin sama ayah!" Alula menaik turunkan tubuhnya kembali.

"Iya, iya. Yuk ayah kuncirin." Iqbaal bangkit dari ranjangnya, tapi langsung ditahan oleh Alula.

"Mandi dulu ayah!" Suara cempreng itu lagi. "Lula gak mau dikuncirin sama orang yang bau!"

Iqbaal menghela nafas, mencoba bersabar dan menuruti apa perkataan anaknya.

"Ayah! Kok diem aja sih? Ayah marah ya sama Lula?" Alula dengan muka yang ingin menangis menatap Iqbaal yang baru saja mengalungkan handuk di lehernya.

"Ya ampun, enggak Lula cantik. Ayah gak marah kok. Tunggu sebentar yah, Ayah mau mandi dulu, biar wangi." Kata Iqbaal mencoba bahagia.

"Nah gitu dong!"

Dan sebelum masuk kamar mandi, Iqbaal mengusap wajahnya kasar mendapat perlakuan seperti itu.

•••

Dengan langkah lebar, Iqbaal menuju ruang keluarga dengan Alula digendongannya.

"Bundaaaa!" Alula berontak turun dari Iqbaal lalu memeluk (namakamu).

(Namakamu) hanya tersenyum melihat anak pertamanya berlari lalu melingkarkan tangannya di leher. Dengan sengaja Alula menggoyangkan kepalanya agar kunciran karya Iqbaal terlihat jelas.

"Bagus gak Bunda?"

"Bagus sayang, siapa yang buat?"

"Ayah!"

(Namakamu) tersenyum memandang Iqbaal, yang langsung duduk dan membawa putranya dalam gendongan.

Azam berontak tidak mau digendong oleh Iqbaal.

"Ndaa.."

"Sama Ayah aja." Iqbaal dengan gemas mencium pipi Azam.

"Ndaa.. huaaaa.."

"Huwaaa.." Azka yang ada di gendongan (namakamu) ikut menangis. Tangannya bergerak tidak bisa diam yang tidak sengaja mengenai Alula, membuatnya ikut menangis juga.

"Huwaaaa.. Ayah. Dedek Azka kok galak sih sama Lula." Alula meneriakki Iqbaal, namun pegangannya makin erat pada (namakamu).

Membuat si kembar yang baru berumur 11 bulan kesal, merasa Bundanya diambil oleh si Kakak.

Azam Syauqi Ramadhan.
Azka Tsabiq Ramadhan.

Itulah nama mereka, si kembar putra kedua (namakamu) dan Iqbaal yang lahir di bulan ramadhan.

"Baal, Azam sama aku aja sini." Kata (namakamu) setelah menidurkan Azka di pangkuan pahanya. Walau masih menangis.

"Ayahhh.." Alula semakin teriak manja.

"Iya sayang." Buru-buru Iqbaal menggendong Alula. "Jangan nangis dong princess aurora-nya Ayah."

Alula mengangguk. "Tapi main masak-masakkan ya, Yah. Pokoknya Ayah harus makan, masakkan aku." Kata Alula tanpa ada penolakkan.

"Eh?"

Tapi kan Alula kalo main masak-masakkan pake daun dan tanah, juga air mentah. Gimana mungkin, gue makan itu?!

***

(Namakamu) menatap kedua putranya yang kini tengah anteng main mobil-mobilan dan robotannya. Sedangkan ia beristirahat sejenak setelah setengah jam si kembar baru berhenti menangis.

"Blemmm.." Azka menarik mobilnya membuatnya bergerak kencang.

"Tatata.." Terlihat Azam terpesona melihat itu, dan langsung ia merangkak mengambil mobil-mobilan Azka.

Azka yang melihat mobilnya akan diambil, ikut merangkak menghampiri kakaknya. Yang lahir 3 menit lebih dulu darinya.

"Aaaaaa.. kuuu." Teriak Azka, Azam terus memainkannya asik.

"Aaaaaa.." Sekali lagi ia berteriak. Kali ini diikuti dengan tarikkan pada rambut Azam.

"Huwaaa." Azam berteriak, memukul-mukulkan mobilan milik Azka pada wajah Azka.

"Huwaaaa, nda. Ndaaaa."

"Ndaaa, huwaaa.."

(Namakamu) yang baru saja berniat ingin tidur langsung bangun menghampiri putranya.

"Aduh sayang, lepasin dong rambut abangnya." (Namakamu) mengelus lembut tangan mungil Azka.

"Bill.. nda. Mbil!" Azka masih tak terima, mobilannya diambil.

"Oh, mobil Azka ya?" Katanya pada Azka. "Sayang, balikkin mobil adiknya ya. Itu mobilan Azam ada disitu." Lanjut (namakamu) ke Azam.

"Huwaaaaa.. nda. Kitt.." Kata Azam sedih.

"Sayang kamu kan cowok, masa mainnya jambakkan sih?" (Namakamu) merengut. "Makanya, Lepasin dulu mobilan Azka ya, sayang."

"Ndaa.." Dengan kesal Azam melempar mobilan itu tepat dimuka Azka. Membuat wajah Azka sedikit bengkak walaupun mobilan itu terbuat dari plastik namun ukurannya cukup besar.

"Huwaaaa.." Azka semakin kejer. Tangisannya pecah. Mencoba memeluk Bundanya, meminta digendong oleh (namakamu).

"Ya Allah, Azam. Gak boleh gitu ah." Dengan sabar, (namakamu) menggendong Azka dan berdiri, menenangkannya dengan ditimang.

Azam sedih. Bundanya lebih memperhatikan adiknya. Masih berlinang air mata, ia merangkak mengikuti (namakamu), menarik-narik daster panjang yang dikenakan (namakamu).

"Ndaa.." Tangan mungil Azam mengangkat ke udara. Wajahnya yang unyu dicampur melas, menambah kesan imut.

(Namakamu) menghela nafas, memegang erat Azka yang tengah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher (namakamu), lalu menggendong Azam. Yang langsung, menyembunyikan wajahnya juga di ceruk lehernya.

(Namakamu) tersenyum. Walau rasanya sangat berat menggendong sekaligus. Tapi, ia merasa beban itu hilang saat kedua putranya terasa makin kompak.

***

"Ndaaa.."

"NDA."

"Iya sayang. Bunda lagi buatin bubur buat kalian." Katanya sembari mengaduk bubur bayi buatannya di panci.

"Bur!"

Kedua anaknya meloncatkan tubuhnya pada kursi kecil khusus untuk bayi makan dengan riang.

Azam dan Azka memang sangat suka dengan bubur. Tiap hari, mereka begitu semangat saat mendengar Bundanya akan memberinya bubur.

"Heum. Bunda masak apa nih, wangi banget. Pasti enak." Kata Iqbaal yang baru masuk, dari halaman belakang bersama Alula.

"Ayah, kalo tadi, masakkan Lula wangi gak?" Tanya Alula yang masih nempel di gendongan Iqbaal.

"Nggak tuh."

"Huwaaa, berarti masakkan Lula gak enak dong, gak kayak Bunda. Huwaaaa, Ayah jahat!"

Iqbaal merasa tercekik, saat Alula meneriakkinya jahat, namun pelukannya pada lehernya makin kencang.

"Iya Lula, maafin Ayah. Masakkan Lula enak kok."

"Bohong!"

"Ayah gak bohong, bohong itu kan dosa."

"Lula juga tau, bohong itu dosa. Emang Lula masih anak kecil."

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, mendengar perdebatan Ayah dan Anak itu. Ditambah lagi, Azam dan Azka memiringkan kepalanya lucu sembari memperhatikan kejadian Ayah dan Kakaknya.

"Selesai." (Namakamu) mengangkat mangkok bayi berukuran cukup besar, Azam dan Azka beralih fokus pada sang Bunda.

Matanya yang kecil, membulat sempurna. Tak sabar ingin memakan bubur buatan Bundanya.

Sama seperti Azam dan Azka, Iqbaal dan Alula pun berhenti berdebat, Alula jadi lapar.

"Bundaaa, itu apa?" Tanya Alula penasaran.

(Namakamu) mengulurkan mangkoknya. "Ini bubur buat adek."

"Mauuu!"

"Eh? Mending Lula makan nasi aja ya."

"Gak mau! Maunya bubur!" Alula kesal pada (namakamu). Menatap Iqbaal. "Ayahhh. Mau bubur."

Iqbaal menghela nafas melihat puppy eyes Alula, well, Iqbaal paling gak bisa tidak menuruti kemauan Alula. Bisa dibilang terlalu memanjakan Alula.

"(Nam)? Buburnya masih ada sisa?" Tanya Iqbaal.

"Gak ada Baal." (Namakamu) menggeleng. "Aku buatnya pas-pasan, buat si kembar, tapi ini juga lumayan banyak sih, lebih dari porsi yang biasanya."

"Yaudah, kalo gitu aku aja yang nyuapin mereka." Iqbaal mengambil mangkok itu. Dan mendudukan Alula di dekat si kembar.

"Kamu mending masak makanan buat kita." Iqbaal memberikan gagasannya.

"Oke deh." Kebetulan (namakamu) juga sudah lapar.

"Eh, tapi Baal, persediaan makanan kita udah abis." Kata (namakamu) mengingat kulkasnya sudah kosong.

"Yaudah, kamu ke pasar aja, biar anak-anak aku yang jaga."

"Bener, gak papa?"

"Iya,"

(Namakamu) mengangkat bahunya, sekali-kali ia membiarkan Iqbaal menjaga anak-anaknya, tidak apa-apa.

Sementara, Iqbaal mengaduk-ngaduk bubur sayuran itu, ada beberapa potong wortel dan brokoli di dalam sana.

Pertama, ia menyuapi Azam yang terlihat sangat lapar, lalu Azka dan Alula, walau Alula sempat kesal mendapat yang terakhir, namun ekspresinya menjadi senang saat merasakan bubur itu sangat enak. Pantas, adiknya sangat suka. Bundanya pintar memasak.

Iqbaal yang jahil sengaja mengaduk-aduk bubur dengan sangat lama. Membuat si kembar melongo, melihat apa yang dilakukan Ayahnya dengan bubur favoritnya itu.

"Yaaaahh!"

"Burrl."

Kekehan Iqbaal makin terdengar geli. Lagi, ia mengulurkan sendoknya pada si kembar, namun ia malah memberinya pada Alula.

Alula ikut tertawa bersama Iqbaal, terlebih melihat raut wajah Azka dan Azam yang melas.

Dengan gemas, Iqbaal menyuapi Azam dan Azka kembali, sampai tak terasa bubur itu sudah habis. Menyodorkan gelas berbentuk botol khusus untuk bayi pada keduanya.

Setelah selesai, Azam dan Azka bertepuk tangan riang. Merasa sudah terisi kembali. Sekali lagi, Iqbaal menciumi si kembar. Lalu beralih pada Alula yang ternyata sudah tertidur.

"Tunggu sebentar ya jagoan." Kata Iqbaal pada Azka dan Azam saat menggendong Alula, menidurkannya di kamarnya yang bernuansa pink-biru muda.

Sesaat kembali pada Azka dan Azam, "Kalian gak mau ikut tidur kayak Kak Lula?"

Seakan mengerti, Azam dan Azka menggeleng, telunjuk mungilnya serentak menunjuk rak buku. Keduanya tertarik dengan warna warni buku milik Alula.

"Kalian mau baca? Iya?" Iqbaal tersenyum, masih membersihkan belepotan bubur dan air di wajah kedua putranya.

Azam dan Azka hanya berloncat ria. Iqbaal pun mengambil dua buku bergambar tentang penjelasan macam-macam huruf dan angka.

"Nih." Selanjutnya, Iqbaal meletakkan Azam dan Azka tengkurap, dengan buku dihadapannya.

Azka dan Azam menepuk-nepuk buku itu, lalu Iqbaal ikut tengkurap dan membuka lembaran pertamanya.

Azam terkesima melihat satu gajah pada lembaran tersebut tentang angka. Semakin mendekat melihat gajah itu, lalu kembali menjauhkannya dan tertawa ala bayi. Riang dan tanpa beban.

Sedangkan Azka sedikit bingung, karena yang ia lihat, baginya tidak jelas tentang huruf. Lalu menepuk buku itu, dan Iqbaal langsung membuka lembaran kedua.

Lagi-lagi Azam senang, melihat dua burung pada bukunya. Tapi Azka semakin bingung, melihat gambar buku di dalam buku?

Dengan penasaran karena mendengar suara riang Azam, langsung Azka menarik buku itu, dan ikut senang melihat ada burung disana. Ini yang ia cari.

Mata Azam sudah berkaca-kaca. Miliknya diambil.

"Yah." Adunya pada Iqbaal yang asik menonton TV.

"Iya jagoan?"

Azam hanya menunjuk bukunya yang diambil Azka yang merasakan senang dengan buku Azam.

"Ini punya Azam, jagoan." Iqbaal menarik perlahan buku itu, "Ini baru punya kamu." Katanya mengulurkan buku tentang huruf tadi pada Azka. Huft, Azka bosan melihat gambar yang ada didalam sana.

Azka memproutkan bibirnya, memohon pada Iqbaal. Karena ia juga ingin melihat buku milik Azam.

Iqbaal menghela nafas, menggendongnya dan memberikan mobilan milik Azka, yang langsung dilempar oleh Azka. Ia tak ingin mobilan, ia ingin buku milik Azam!

"Huwaaaa.." Merasa permintaannya tidak terturuti, membuat Azka menangis.

Lagi-lagi Iqbaal menghela nafas, mulai saat ini, ia akan membelikan apapun itu pada Azam dan Azka yang sama.

***

Alula dan Iqbaal semakin lengket tiap hari, tiap harinya Alula selalu menangis saat Iqbaal akan berangkat ke kantor.

Seperti pagi ini, (namakamu) terlihat kewalahan menghadapi keberontakkan Alula digendongannya.

"Lula, mau ikut Ayah!" Katanya diiringi teriakkan dan tangisan kencang. (Namakamu) mencoba menenangkannya, mengusap air matanya lembut.

"Ayah kan mau kerja sayang, nanti malam baru main lagi ya sama Ayah." Kata (namakamu) mencoba memberi pengertian.

"Gak mau! Gak mau! Gak mau! Mau sama Ayahhhh!"

Iqbaal pun langsung mengambil Alula dalam gendongannya, mengusap lembut punggung putrinya itu.

Merasa telah tenang, Iqbaal memberikan Alula pada (namakamu), namun sepertinya Alula sudah mengeratkan lingkarannya pada leher Iqbaal.

Semakin berusaha, semakin Alula mengencangkan dan sesenggukkan.

Pada akhirnya mereka mengalah, mengalah pada putrinya yang keras kepala, dan membiarkannya ikut ke kantor bersama Iqbaal.

***

Di kantor Iqbaal, banyak sekali yang memperhatikan Iqbaal. Tepatnya Alula. Karena Iqbaal baru kali ini membawa anaknya ke kantor.

Di ruangan Iqbaal pun Alula hanya asik main boneka di atas sofanya. Seakan memberi Iqbaal waktu untuk menyelesaikan tugasnya.

'Tok. Tok. Tok.'

Seorang perempuan cantik--tidak secantik (namakamu)--dan cukup seksi karena pakaiannya yang kekurangan jahitan, melangkah masuk sambil membawa sebuah dokumen.

"Pak Iqbaal," Kata perempuan itu mendayu.

"Ya, Jesiska? Ada apa?" Tanya Iqbaal tanpa mengalihkan pandangannya pada laptop.

Alula sedari tadi menatap sinis Jesiska, seakan ia tau Jesiska itu tipe perempuan seperti apa.

"Tante, ngapain disini?" Alula bertanya sinis, Jesiska menaikkan alisnya. Lalu ber'oh' ria saat ia ingat, siapa anak ini. Ya, anak Pak Iqbaal, kepala bagiannya.

"Hai manis, kamu lagi apa?" Jesiska melangkah pada Alula, setelah meletakkan dokumen yang harus ditanda tangani oleh Iqbaal di meja.

"Lagi main." Jawabnya cuek.

"Main apa? Main sama Tante yuk. Cantik."

"Nama aku Alula, bukan Cantik atau Manis!"

"Ups, sorry Alula. Nama yang cantik dan orang yang cantik, manis pula." Kata Jesiska merayu Alula, siapa tau--

"Iyalah aku emang cantik." Balas Alula. "Tapi lebih cantik dan manis lagi itu Bunda aku!" Alula segera berdiri dan mendorong tubuh Jesiska untuk segera keluar dari ruangannya Ayahnya.

"Silahkan keluar Jesiska, ini dokumennya." Kata Iqbaal dingin.

Jesiska hanya menatap Ayah dan Anak itu bingung.

"Sana Tante Jelek!"

"Hey, nama aku Je-siska, bukan Je-lek!"

"Jesiska, tolong keluar, atau anda lupa pintu keluarnya?" Iqbaal menaikkan sebelah alisnya. "Kalo iya, itu tepat di belakang anda."

Dengan perasaan kesal, ditambah Alula masih setia mendorongnya. Jesiska keluar diikuti hentakkan kakinya sebal.

Alula terkikik menghampiri Ayahnya. Lalu bertos ria.

"Sayang Ayah!"

"Sayang Alula!"

[The--real--End]

A/n; BENER BENER UDAH SELESAI YHA, SHE IS-NYA!

GAK NYANGKA GILA, SHE IS UDA 40K VOTE DAN MASIH SETIA DI #10 FANFICTION🎉

AAAAAAA.. SAYANG KALIAN😍

(Untuk cerita baru, next part bakal gue kasi tau ceritanya apa, tp sblmnya minta saran dulu, hehe😂)

KEH. BHAY SAYANG-SAYANG💋

Btw, happy weekend! Buat yg uda selesai uts, ilangin asep ngebul dr otak kita dg nntn acds yuk. HAHAHA.

Yg askot depok, boleh kali ajak gue nonton ACDS di detos😋atau ada yg dr menteng, jakpus? Boleh kali ajak gue nonton di TIM😛

/gakmodalbgt👅/

Continue Reading

You'll Also Like

108K 9.1K 45
"Lo gantung aja terus kayak jemuran,bentar lagi kayak ikan teri" "Karena lo sama dia juga temen"
10K 404 13
Di selingkuhi saat hamil besar membuat Aqila terluka. Dia berusaha keras membiayai kelima anaknya, karena mantan suami tak mau membiayai hidup anak-a...
57K 4.6K 51
Keluarga kecil yang bahagia milik lelaki bernama Min Yoongi dan wanita cantik bernama Son Seungwan serta buah hati cantik mereka bernama Min Aera sho...
12.9K 1.6K 71
Apa jadinya jika murid kelas pembunuh tiba-tiba memiliki quirk? Dan Koro-sensei dapat kembali ke bentuk manusia? Apa jadinya jika murid kelas pembunu...