Aliandra | END

Shineeminka tarafından

13.7M 466K 21.3K

Sudah tersedia dalam versi book & ebook | Ia telah berlari jauh selama dua puluh tahun, meninggalkan segala k... Daha Fazla

Prolog
Satu : Roda Kehidupan
Dua : Gadis Penghafal Quran
Tiga : Gadis Pilihan
Empat : Melabuhkan Hati
Lima : Melarikan Diri
Enam : Masjid Beribu Kenangan
Tujuh : Perhatian Tersirat
Delapan : Jangan Merangkai Kebohongan
Sembilan : Aku Ingin Pulang
Sepuluh : Harapan Yang Semu
Sebelas : Wasiat Ayah
Dua Belas : Cinta Seorang Ayah
Tiga Belas : Merengkuh Masa Lalu
Empat Belas : Merangkai Ayat Demi Ayat
Lima Belas : Lamaran Kedua
Delapan Belas : Cinta di Sepertiga Malam
Sembilan Belas : Memutus Rangkaian Dosa
Dua Puluh : Cinta Lama Yang Kembali
Dua Puluh Satu : Masihkah Kau Mencintainya?
Dua Puluh Dua : Maafkan Aku
Dua Puluh Tiga : Kehilangan Yang Menyakitkan
Dua Puluh Empat : Semuanya Berakhir
Vote Cover | Mohon Bantu Pilih
Open PO 🕊 Aliandra 🕊
PO Aliandra Diskon 40 %

Enam Belas : Pernikahan

381K 19.5K 1.2K
Shineeminka tarafından


"Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya dengan kasih & sayang dan isterinya juga memandang suaminya dengan kasih & sayang, maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya dengan kasih & sayang maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya"

(HR. Abu Sa'id)

🍁🍁🍁

Alka tiba di bandara jam lima lewat sepuluh menit. Langit masih terlihat gelap.

"Maaf aku terlambat," ucap Alka saat memasuki pesawat jet pribadi miliknya.

Radit yang sudah duduk manis di bangku penumpang langsung berdiri saat melihat Alka, "Aku tahu banyak yang harus kau selesaikan di kantor, tapi hari ini adalah hari yang sangat penting untukmu, Al. Masa kau telat sih di hari pernikahanmu sendiri. Kau tahu aku, Lili dan Teungku Yusuf beserta keluarganya sudah mendekam di dalam pesawat ini selama lebih dari setengah jam menunggu kedatangamu."

Alka menepuk bahu Radit, "Maaf telah membuatmu menunggu. Pekerjaan di kantor tidak bisa aku tunda lagi. Harus segera aku selesaikan dan kau tahu aku baru dapat menyelesaikannya sepuluh menit sebelum adzan subuh. Sekali lagi aku minta maaf."

"Aku tidak peduli. Cepatlah ke ruang kokpit. Agar si gila Haikal segera menerbangkan pesawat ini. Liliku ingin melihat sunrise di atas ketinggian tiga puluh lima ribu kaki."

Alka menggelengkan kepalanya. Ia kira Radit menggerutu karena takut mereka tidak sampai tepat waktu di kediaman Aliandra, namun ternyata terkaannya salah. Radit menggerutu karena takut melewati keindahan sunrise dari ketinggian tiga puluh lima ribu kaki. Benar-benar keterlaluan.

Sebelum masuk ke ruang kokpit. Alka menghampiri Teungku Yusuf yang tengah membaca Al Quran.

"Assalamualaikum, paman," Alka mencium punggung tangan Teungku Yusuf, "Maaf aku telat."

Tidak ada rentetan gerutuan yang keluar dari bibir Teungku Yusuf, ia hanya tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa. Setelahnya Alka langsung memasuki ruang kokpit.

"Maaf aku terlambat, Haikal," ucap Alka kepada pilot yang sudah duduk manis di ruang kokpit.

"Tidak apa-apa. Anda kaptennya untuk penerbangan kali ini," Haikal menjawab sopan.

"Jangan terlalu sopan. Itu membuatku tidak nyaman," ucap Alka. Ia memasang alat komunikasi, memeriksa panel-panel yang ada di hadapannya, "Semuanya sudah siap?"

"Sudah dari satu jam yang lalu. Malah saking siapnya Radit sedari tadi sudah gatal ingin menerbangkan pesawat ini. Meninggalkan calon mempelai lelaki di bandara hanya untuk memperlihatkan keindahan sunrise kepada calon istrinya."

"Dia benar-benar sahabat yang kejam," timpal Alka.

"Tapi kau menyayanginyakan?"

Alka terkekeh. Tentu, walaupun Radit menyebalkan tetap Raditlah sahabat terbaiknya. Suka dan duka selalu ia lewati bersama Radit.

Tangan Alka menekan tombol-tombol persiapan berangkat, secara otomatis pintu pesawat di tutup.

Lima belas detik menunggu, lampu hijau menyala di layar panel. Alka menggerakkan tuas kemudi, di sebelahnya Haikal sedang berbicara dengan petugas yang berjaga di menara pengawas melaui alat komunikasi. Memberitahu pesawat akan segera lepas landas.

Pesawat jet mulai bergerak menuju runaway. Haikal mengonfirmasi untuk terakhir kalinya kepada menara pengawas. Izin take off diberikan, persis saat petugas menara menjawab Clear.

Alka kembali menekan tombol panel yang ada di hadapannya. Mesin jet mulai menggerung. Lantas meluncur cepat di atas aspal. Tiba di kecepatan tertentu, tangan Alka perlahan menggerakkan tuas. Moncong pesawat mulai naik dan tiga detik berikutnya pesawat jet belambang A.N.H sudah melesat ke angkasa.

Pesawat jet melakukan manuver kecil sebelum masuk ke dalam lintasan. Stabil di atas ketinggian tiga puluh lima kaki.

"Pemandangan yang indah," Haikal memandang pemandangan kota Jakarta yang masih bermandikan cahaya di waktu subuh.

Alka mengangguk.

"Akan sangat romantis kalau nanti kau mengajak istrimu memandang pemandangan indah ini, Al. Aku jamin istrimu akan sangat suka melihat pemandangan ini."

"Itu memang sudah aku rencanakan. Aku akan mengajaknya melihat indahnya sunrise dan sunset di atas ketinggian. Dia pasti akan senang melihatnya."

Tidak tahu kenapa dari semalam Alka selalu teringat Aliandra. Saat tumpukkan berkas memenuhi meja kerjanya tetap Aliandra yang malah memenuhi pikirannya. Bahkan sekarang, di saat ia berada di dalam ruang kokpit memandang keindahan cahaya mentari yang mulai menyapa bumi dengan bias-bias cahaya kekuningan. Yang terlukis di atas langit malah wajah Aliandra yang tengah tersenyum.

Sepertinya Alka sudah mulai menaruh hati pada Aliandra. Sesuatu hal yang patut di syukuri.

※※※

Di saat mentari masih tertidur di singgah sananya, bulan masih menggantung di atas langit yang gelap, dan suara kokok ayam masih saling bersahutan hendak menyapa datangnya pagi dan berlalunya waktu subuh. Aliandra sudah duduk manis di depan seorang penata rias pengantin. Wajahnya akan di poles habis-habisan. Satu pesannya pada penata rias yang hendak mendandaninya. Jangan mencukur alisnya dan jangan pakaikan ia bulu mata palsu. Hanya itu. Selebihnya terserah wajahnya mau di apakan yang penting hasilnya halus pangling.

Aluna seperti mandor yang tengah mengawasi setiap gerak-gerik tangan penata rias yang dengan cekatan memoleskan berbagai make up ke wajah kakaknya. Dari dulu ia memang paling suka memperhatikan para calon pengantin yang dirias. Setiap ada tetangga dekat rumah yang hendak menikah ia pasti akan selalu menyempatkan diri untuk melihat si calon pengantinnya di dandani, tapi anehnya dia sendiri tidak suka di dandani. Ia selalu merasa gerah saat berbagai jenis make up dari foundation hingga blash On menempel di kulit wajahnya, kalau saja ibunya tidak cerewet selalu menyuruhnya untuk menggunakan bedak tabur agar kulit wajahnya tidak kering, ia malas memakainya.

"Aluna kemari. Sekarang giliranmu yang didandani," salah satu asisten penata rias yang bertugas mendadani para pagar Ayu dan pagar bagus memanggil Aluna.

Aluna langsung menggeleng, ia sudah hendak pergi menjauh namun tidak jadi saat Aliandra menahan tangannya.

"Kamu tidak mau jadi pagar ayu di pernikahan kakak?"

"Bukan kak. Aku mau kok jadi pagar Ayu. Tapi tidak usah didandani segala. Aku mah udah cantik tanpa di dandani juga. Kalau aku di dandani nanti kak Alin kalah cantiknya. Tidak enak jugakan kalau pagar Ayunya lebih cantik dibanding pengantinnya," cerocos Aluna panjang lebar, berharap alasan konyolnya dapat diterima.

Aliandra dan penata rias yang mendengarkan perkataan Aluna langsung tertawa.

※※※

Jam delapan lewat dua puluh lima menit pengantin lelaki dan keluarganya belum kunjung datang. Padahal seharusnya akad sudah berlangsung dari dua puluh lima menit yang lalu.

Aliandra yang menunggu di kamar sudah mulai gelisah. Pikiran-pikiran yang seharusnya tidak memenuhi kepalanya malah silih berganti tanpa henti berdatangan.

Bagaimana kalau terjadi sesuatu hal yang buruk pada Alka? Atau jangan-jangan Alka kembali membatalkan niat untuk menikahinya?

Aluna yang senantiasa menemani Aliandra di kamar malah asik bermain dengan ponselnya. Ia tidak sadar kalau kakaknya sedang gegana. Galau gelisah merana menunggu calon suaminya yang tidak kunjung datang.

Ponsel yang ada di tangan Aluna hampir saja terjatuh saat tiba-tiba terdengar suara petasan yang sangat kencang. Tanda kalau besan (mempelai lelaki dan keluarganya) telah tiba di kediaman mempelai perempuan.

Aliandra langsung mengucapkan Alhamdulillah. Akhirnya yang di tunggu datang juga.

Aluna membrenggut kesal, "Ih kak Alin jahat, masa hp aku mau jatuh kakak malah ngucapin Alhamdulillah sih," gerutu Aluna, "Si Entong kurang ajar katanya mau ngajakin aku kalau mau nyalain petasannya. Tapi dia malah nyalain duluan," Aluna langsung beranjak dari samping Aliandra hendak membuat perhitungan dengan si Entong karena telah melanggar kesepakatan yang telah dibuat.

※※※

Alka dan keluarganya sudah memasuki tenda pernikahan, disana akad nikah akan berlangsung. Istri Teungku Yusuf mewakili ibu Alka memberikan seserahan secara simbolis kepada ibu Aliandra.

Setelahnya baru Lili dan dua putri Teungku Yusuf pun menyerahkan barang-barang seserahan yang mereka bawa kepada para pagar ayu. Tidak banyak hanya seperangkat alat shalat, make up, sepatu, tas dan satu set perhiasan. Semuanya Lili yang menyiapkannya.

Acara selanjutnya penyambutan calon pengantin lelaki. Ibu Aliandra mengalungkan bunga melati di leher Alka. Kemudian barulah Alka di ijinkan duduk di meja ijab qabul. Disana sudah ada bapak penghulu dan Kiai Dahlan beserta wali hakim. Ayah Aliandra hidup sebatang kara. Sudah tidak memiliki sanak saudara oleh karena itu yang menjadi wali untuk menikahkan Aliandra adalah wali hakim.

Sebelum acara ijab qabul di mulai Alka di persilahkan untuk membaca ayat suci Al Quran. Alka hanya membaca dua ayat dalam Al Quran, ayat pertama dari surah An-Nisa dan ayat ke dua puluh satu dari surah Ar Ruum,

يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَآءً وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."

(Q.S. An-Nisa ayat 1)

وَمِنْ اٰيٰتِهٖۤ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْۤا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً اِنَّ فِيْ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)

Setelah pembacaan ayat suci Al Quran. Berlanjut kepada proses ijab qabul.

Alka menjabat tangan Wali hakim. Jantung Alka berdetak dengan sangat kencang saat Wali hakim mulai mengucapkan bismillah sebelum mengucap kalimat ijab.

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Aliandra Rafaila Findria binti Muhammad Ishaq Zulkarnaen alal mahri mushaf alquran wa alatil 'ibadah haalan," Wali Hakim mengucapkan kalimat ijab itu dengan tegas dan lantang, tangannya menjabat tangan Alka dengan mantap.

"Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahril madz-kuur wa Radhiitu bihi, Wallahu waliyut Taufiq," Alka menjawab qabul dengan tegas. Hanya dengan satu tarikkan nafas.

Penghulu mengucapkan kata Sah, dan para saksi pun mengucapkan demikian. Para keluarga dan tetangga yang menyaksikan proses akad nikah berlangsung mengucapkan Alhamdulillah.

Aluna di temani oleh Lili menjemput Aliandra.

"Selamat yah Aliandra. Akhirnya kau resmi menjadi nyonya Hendrato," Lili memeluk Aliandra.

Aliandra membalas pelukkan Lili, ia mengucapkan terima kasih.

Setelah Lili gantian Aluna yang memeluk Aliandra sambil menangis. Tangis yang sudah mampu Aliandra hentikan kembali pecah tidak tertahan. Semenjak lantunan ayat suci yang Alka bacakan tangisnya sudah tidak bisa ia bendung, dan tangisnya benar-benar pecah saat kata ijab diucapkan oleh Wali hakim, bukannya seharusnya kalimat itu diucapkan oleh ayahnya tersayang. Harusnya ayahnya yang menjabat tangan Alka dan mengucapkan rangkaian kalimat itu. Tapi Allah telah terlebih dulu memanggil ayahnya.

"Kak Alin..," Aluna berucap lirih di sela isak tangisnya, "Bukan ayah yang menjabat.. tangan kak Alka. Bukannya dulu ayah pernah berkata pada kita kalau ayah sendiri yang akan menjabat tangan calon suami kita."

Aliandra mengeratkan pelukkannya di bahu sempit Aluna yang bergetar, "Sudah menjadi takdir Allah, Na," Aliandra menjawab pelan. Tangannya membelai pucuk kepala Aluna yang tertutup jilbab berwarna ungu.

Aluna mengangguk kaku. Sakit yang dulu ia rasakan karena harus kehilangan sosok ayahnya kembali terasa sakit saat moment bahagia muncul.

Suka dan duka, kebahagia dan kesedihan adalah dua sisi kehidupan yang saling berdampingan tidak akan dapat dipisahkan. Ketika bahagia itu muncul tidak jarang kesedihan ikut muncul bersama kebahagian tersebut. Itulah yang dirasakan oleh Aliandra dan Aluna.

Lili dan penata rias yang sedari tadi menemani Aliandra ikut meneteskan air mata saat mendengar kalimat menyedihkan yang di ucapkan oleh Aluna.

"Sebelum menemui suamimu. Biar saya perbaiki dulu make upnya."

Aliandra mengangguk. Tidak sampai lima menit semuanya telah selesai. Riasan wajah Aliandra telah dirapikan.

Dengan langkah pelan diapit oleh Aluna dan Lili, Aliandra dibawa menemui Alka yang sudah sedari tadi menunggunya.

"Lama sekali. Aku kira kalian membawanya kabur," Alka berucap pelan kepada Lili dan Aluna.

Lili dan Aluna langsung mendelik sedangkan Aliandra masih betah menunduk, malu.

"Kak jangan nunduk mulu. Lagi nyari uang bukan?" ledek Aluna tidak tanggung-tanggung.

Aliandra langsung mengangkat kepalanya. Wajahnya merah merona. Malu sekali mendengar ledekkan Aluna.

"Kau membuat istriku malu, Aluna."

Saat kata istriku terucap dari bibir Alka itu malah membuat wajah Aliandra semakin memerah.

Saling ledek antara kakak ipar dan adik ipar tidak berlangsung lama. Alka dan Aliandra harus segera menandatangani surat nikah dan beberapa berkas lainnya yang akan di bawa oleh bapak penghulu. Setelah semuanya beres ditanda tangani tangan kanana Alka menyentuh kepala Aliandra sedangkan tangan kirinya menengadah ke atas. Sebuah doa Alka panjatkan tepat di depan orang banyak. Membuat Aluna dan Lili bukan main bapernya.

"Allahumma Innii Asaluka Min Khoiriha wa Khoiri Ma Jabaltaha Alaihi. Wa Audzu bika Min Syarri wa Syarri Ma Jabaltaha Alaih," doa Alka diamini oleh Aliandra.

Dengan tangan gemetar Aliandra meraih tangan Alka untuk ia cium sebagai simbol kalau ia akan menghormati Alka yang telah resmi menjadi pendamping hidupnya.

Alka tidak mau kalah setelah Aliandra mencium punggung tangannya, ia pun mencium kening Aliandra membuat para tamu mendesah iri terutama Radit dan Lili.

"Kita buat pesta nikahannya sederhana aja kaya gini. Nanti kamu harus baca Al Quran sama kaya Alka, terus bacain juga doa sambil megang kepala aku," pinta Lili. Tangannya merangkul tangan Radit.

"Iya sayang. Apa sih yang nggak buat kamu," Radit membelai pucuk kepala Lili.

"Ekhm," deheman keras dari Teungku Yusuf membuat Lili dan Radit langsung menjaga jarak, "Segera dihalalin yah Nak Radit."

Radit dan Lili bukan main malunya. Ini untuk ketiga kalinya mereka berdua mendapatkan kata-kata segera halalin dari Teungku Yusuf. Yang pertama saat di kediaman Kiai Dahlan, yang kedua saat di pesawat dan yang ketiga barusan. Kalau sekali lagi mereka berdua mendapatkan kata-kata segera halalin dari Teungku Yusuf, bisa-bisa mereka mendapatkan piring cantik sebagai hadiah.

※※※

Lima belas menit menjelang waktu dzuhur saat semua proses akad nikah dari menyambut kedatangan besan sampai sungkeman telah dilakukan, Aliandra berbisik pelan tepat di samping telinga Alka.

"Apa kamu sudah makan?" Bisikkan itu adalah kata-kata pertama yang Aliandra ucapkan pada Alka.

Alka menggenggam tangan Aliandra, "Sudah tadi malam."

Meski malu Aliandra tetap membalas genggaman tangan Alka, "Tadi pagi kamu sudah makan belum? Bukan tadi malam."

"Belum. Kamu sudah makan?" Alka balik bertanya. Ini kali pertama Alka memanggil Aliandra dengan sebutan kamu.

Aluna yang berada tidak jauh dari kursi pelaminan terkekeh geli saat mendengar percakapan antara Alka dan Aliandra.

"Ih kak Alin sama kak Alka kok kaya anak ABG yang baru pedekate," guman Aluna sambil tertawa.

"Apa yang kamu ketawain, Alu?" Lili sudah mendapatkan panggilan yang cocok untuk Aluna yang pecicilan. Beda sekali dengan Aliandra yang anggun. Aluna dan Aliandra seperti Mentari dan Bulan. Aluna yang ceria seperti sinar mentari sedangkan Aliandra seperti sinar rembulan yang menenangkan.

"Kak Alin sama Kak Alka gaya percakapannya kaya anak ABG yang lagi pedekate. Iyuh banget Kak Li."

"Memangnya tadi Aliandra nanya apa sama Alka?"

"Apa kamu sudah makan?" Aluna menirukan suara Aliandra yang bertanya dengan nada malu-malu, "Eh kak Alka malah balas nanya dengan pertanyaan yang sama."

Lili langsung tertawa. Matanya menatap geli ke arah Alka dan Aliandra yang tengah saling melempar senyuman. Benar-benar terlihat seperti anak ABG yang sedang menjalani proses pedekate.

Alka benar-benar menjadi sosok yang berbeda hari ini. Wajahnya yang biasanya selalu terlihat dingin, khusus hari ini terlihat ramah. Senyuman yang biasanya sangat mahal harganya hari ini Alka obral murah. Hampir ke setiap tamu ia tersenyum. Bahkan ia membalas pelukkan para tamu yang sebenarnya sama sekali tidak ia kenal. Sepertinya pernikahan akan membuat Alka banyak berubah. Lebih ramah dan bersahaja.

※※※

Jerman, 28 Juli 2017

Disaat kau tersenyum aku menangis. Bukan aku membenci kebahagianmu. Aku ikut bahagia disaat kau bahagia. Namun aku menangis karena bukan aku lagi yang menjadi alasanmu untuk tersenyum.

Ingatkah engkau, bukannya dulu kau pernah berjanji akan selalu menungguku meskipun aku meninggalkanmu begitu lama. Namun kenapa kau mengingkari janjimu?

Disini aku akan selalu mencintaimu. Tidak peduli meskipun kau melupakan cintaku.

Kau boleh mengingkari janjimu padaku, namun aku tidak akan pernah mengingkari janjiku kepadamu.

Suka atau tidak suka aku akan kembali kepadamu, menemanimu hingga maut menjemputku. Itu janjiku padamu.

Untukmu yang akan selalu aku cintai.

Nb : Al aku menulis surat ini di hari pernikahanmu, tepatnya satu jam setelah aku mendapatkan kabar kalau kau telah menikah dari Radit. Hatiku hancur.. bahkan kata hancur sepertinya tidak akan mampu untuk menggambarkan seberapa hancur hatiku saat menulis surat ini. Kenapa kau begitu jahat padaku?

"Kau harus banyak istirahat sayang," seorang wanita paruh baya membelai lembut pucuk kepala putrinya yang baru saja selesai menulis surat untuk seseorang yang dia cintai.

"Bagaimana aku bisa istirahat? Hatiku terasa sangat sakit, mama." Ia berucap begitu pelan, "Alka tidak menepati janjinya Ma, Alka telah menikah. Alka meninggalkanku...apa yang harus aku lakukan? Aku sungguh mencintainya. Selama ini aku berusaha untuk melawan penyakit ini hanya demi dirinya," isak tangis lolos dari bibir mungilnya yang pucat pasi, "aku ingin pulang Ma. Bawa aku pulang.. aku ingin bertemu dengan Alka. Akan aku jelaskan semuanya pada Alka," dengan tangan gemetar ia melepas segala peralatan rumah sakit yang membelenggu tubuhnya.

"Lisha sayang, Mama mohon tenangkan dirimu. Mama janji setelah keadaanmu membaik Mama akan membawamu pulang. Percayalah pada Mama, Alka pasti akan kembali padamu. Dia sangat mencintaimu sayang," wanita paruh baya itu memeluk erat tubuh bergetar putrinya.

"Benarkah Alka masih mencintaiku? Tapi kenapa Alka menikahi gadis itu?" jari telunjuk Lisha menunjuk ke arah ponselnya yang tengah menampilkan potret Alka yang tengah memeluk Aliandra, "KENAPA MA? KENAPA?" emosi Lisha semakin tidak terkontrol. Dia menjerit histeris.

Rasa sakit yang telah mendera tubuhnya selama lima tahun lebih tanpa henti tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan rasa sakit yang kini mendera hatinya.

Orang yang sangat dicintainya menikah dengan wanita lain. Itu sungguh sangat menyakitkan.

Bogor, 8 Dhu Al-Qada 1438H

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

7.5K 1K 44
Satu cerita yang selalu ia dengar dari sahabatnya selama enam tahun ini, berhasil membuatnya tertarik dan penasaran pada tokoh utama dalam cerita ter...
1K 273 27
Dia Hasya Islamiyah Sanskara, seorang perempuan yang terjebak dalam sebuah cinta. Ia terjebak dalam sebuah cinta yang mempertaruhkan antara cinta dan...
13.4K 216 34
Sekilas curhatan dari lubuk hati terdalam seorang mahasiswi generasi akhir, haha~ Peringkat #2 Sidang (23 Oktober 2019) #2 Toga (23 Oktober 2019) #2...
868K 47.5K 143
Dari Berbagai Sumber.