Aliandra | END

By Shineeminka

13.7M 466K 21.3K

Sudah tersedia dalam versi book & ebook | Ia telah berlari jauh selama dua puluh tahun, meninggalkan segala k... More

Prolog
Satu : Roda Kehidupan
Dua : Gadis Penghafal Quran
Tiga : Gadis Pilihan
Empat : Melabuhkan Hati
Lima : Melarikan Diri
Enam : Masjid Beribu Kenangan
Tujuh : Perhatian Tersirat
Delapan : Jangan Merangkai Kebohongan
Sembilan : Aku Ingin Pulang
Sepuluh : Harapan Yang Semu
Sebelas : Wasiat Ayah
Dua Belas : Cinta Seorang Ayah
Tiga Belas : Merengkuh Masa Lalu
Empat Belas : Merangkai Ayat Demi Ayat
Enam Belas : Pernikahan
Delapan Belas : Cinta di Sepertiga Malam
Sembilan Belas : Memutus Rangkaian Dosa
Dua Puluh : Cinta Lama Yang Kembali
Dua Puluh Satu : Masihkah Kau Mencintainya?
Dua Puluh Dua : Maafkan Aku
Dua Puluh Tiga : Kehilangan Yang Menyakitkan
Dua Puluh Empat : Semuanya Berakhir
Vote Cover | Mohon Bantu Pilih
Open PO 🕊 Aliandra 🕊
PO Aliandra Diskon 40 %

Lima Belas : Lamaran Kedua

370K 20.1K 1.3K
By Shineeminka

Wanita dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi." (HR. Bukhari-Muslim)

※※※

Teungku Yusuf duduk di samping Alka yang tengah membaca Al Quran dengan suara yang terpatah-patah.

"Jangan ragu membacanya. Kau masih mengingatnya. Ayat-ayat yang dulu telah kau hafal tidak pernah meninggalkanmu meskipun kau memilih untuk meninggalkannya. Hanya ketakutanlah yang membuat kau sulit untuk membacanya," Teungku Yusuf tersenyum tulus. Ia mulai membingbing Alka untuk kembali membaca tiga surah yang sudah mulai Alka hafal.

Tiga surah yang menjadi alasan terbesar Alka datang kepada pamannya. Al-Kahfi, Ar-Rahman, dan Al-Mulk.

Alka sudah menceritakan semuanya kepada pamannya. Apa alasan ia menghafal tiga surah itu.

"Wanita yang hendak kau nikahi dilindungi oleh tiga surah ini?" Itulah pertanyaan yang pamannya ajukan saat Alka memberitahu kalau ia harus menghafal tiga surah tersebut agar dapat menikahi Aliandra, "Kau sungguh beruntung, Al. Karena kau telah di pertemukan dengannya. Bahkan kau diberi kesempatan untuk dapat meminangnya. Dia yang dilindungi tiga surah ini oleh almarhum ayahnya tentu bukan gadis biasa."

"Dia seorang pelacur, paman."

"Pelacur?" Teungku Yusuf bertanya, memastikan kalau pendengarannya tidak salah dengar.

Alka mengangguk, "Aku menemukannya dimana para pelacur berada."

Teungku Yusuf masih tidak percaya akan apa yang telah ia dengar.

Benarkah gadis yang akan dinikahi oleh keponakkannya adalah seorang pelacur?

"Apa kau telah memastikan kebenaran tentang perihal tersebut?"

Alka menggeleng. Ia tidak punya waktu untuk mencari tahu apa alasan Aliandra berada di tempat terkutuk itu.

"Meski kau bertemu dengannya di tempat pelacuran belum tentu dia adalah seorang pelacur," Teungku Yusuf berpikir positif, "karena bisa jadi dia berada disana bukan atas kemauannya sendiri. Mungkin karena paksaan pihak-pihak tertentu."

"Terpaksa atau tidaknya dia berada di tempat itu tidak akan dapat merubah kenyataan kalau dia memang seorang pelacur, paman."

Teungku Yusuf menggeleng, "Tidak, Al. Bila ia terpaksa berada di tempat itu dia bukan pelacur. Dia hanya seorang gadis yang terdzolimi karena harus berada di tempat laknat itu."

Alka diam. Benarkah Aliandra bukan pelacur?

"Bila memang kau masih berniat untuk menikahinya. Nikahi dia dengan terhormat dan perlakukan dia dengan baik, Al. Siapapun yang kelak akan menjadi istrimu berhak mendapatkan perlakuan baik darimu. Bila kau tidak bisa berlaku baik padanya jangan nikahi dia," itulah pesan pamannya saat ia menceritakan tentang Aliandra, "segeralah batalkan lamaranmu bila memang kau tidak bisa berlaku baik padanya."

Cukup lama Alka terdiam, memikirkan apa yang dikatakan oleh pamannya. Hingga akhirnya Alka mengangguk, "Insya Allah esok sore aku akan menghubungi walinya untuk memberitahu kalau aku membatalkan lamaranku padanya."

Teungku Yusuf menepuk bahu Alka, "Wanita dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Maka kemulianlah yang akan kamu raih dalam suatu ikatan pernikahan. Bila memang kau yakin kalau agamanya baik paman sarankan pertahankan dia, tapi bila memang agamanya tidak baik maka tinggalkanlah dia. Hati-hati dengan rasa benci yang menyelinap di hatimu karena bisa jadi kebencian itu yang membuatmu menjauh dari sesuatu hal yang pada kenyataannya baik untukmu. Setan senang tiasa berusaha mengusai hati manusia karena disaat hati telah dikuasainya segala urusan akan selalu dikendalikan olehnya. Yang baik ia belokkan menjadi buruk dan yang buruk ia patahkan hingga hancur."


***

Larut malam, pukul dua dini hari, Aliandra belum bisa tidur.

Dia menghela nafas kecewa untuk kesekian kalinya. Kabar yang dibawa oleh Kiai Dahlan membuat hatinya dihinggapi rasa sedih.

Alka membatalkan lamarannya secara resmi sore tadi kepada Kiai Dahlan, itulah alasan kedatangan Kiai Dahlan ke rumahnya. Bukan untuk melamarnya tapi untuk menyampaikan kabar tersebut.

Aliandra bingung, kenapa hatinya harus sedih? Bukannya ini kabar baik untuknya. Batalnya pernikahannya dengan Alka itu berarti ia akan terlepas dari perjanjian yang Alka buat, ia tidak perlu kembali ke Jakarta, ia bisa terus bersama ibu dan adiknya.

Bukannya itu menyenangkan?

Sudah saatnya ia melupakan apa yang pernah terjadi di Jakarta, termasuk melupakan Alka. Ia akan kembali menata masa depannya di kampung halamannya bukan di ibu kota yang penuh akan tipu daya.

Sayup-sayup Aliandra mendengar suara ibunya yang tengah membaca Al Quran di mushala milik keluarganya. Sepertinya ibunya sudah bangun untuk shalat malam.

Meski sama sekali tidak mengantuk Aliandra memaksakan dirinya untuk tidur. Jangan sampai malam ini ia melewatkan malam tahajudnya hanya gara-gara urusan dunia yang sangat tidak ada nilainya di mata Allah. Karena bisa jadi ini malam terakhirnya dapat menikmati malam tahajud. Tidak ada yang menjamin esok nyawa masih berada di dalam raga.

Rezeki, jodoh dan ajal seseorang sudah ditulis oleh Allah dalam sebuah kitab bernama Lauhul Mahfudz, 50 ribu tahun sebelum dunia ini diciptakan. Bisa saja disaat merisaukan masalah jodoh dan melupakan tentang kematian, malah kematianlah yang datang lebih awal mengetuk rangakaian kehidupan kita di dunia. Menjadi titik akhir perpisahan kita dengan dunia yang fana.

※※※

Radit menghela nafas lega. Empat hari sama sekali tidak mendapatkan kabar dari Alka akhirnya sore ini Alka memberi kabar kalau ia akan kembali ke Jakarta malam ini juga.

"Kau sudah menghafal tiga surah itu, Al?" Radit bertanya tidak percaya melalui sambungan telephone yang kini tersambung pada Alka.

Bukannya memberi jawaban, disebrang sana Alka malah tertawa.

"Tawamu membuatku bingung dan ragu, Al." gerutu Radit, "tapi tidak mungkin juga kalau kau sudah menghafal tiga surah itu hanya dalam waktu empat hari. Kalau yang kau hafalkan buku bisnis baru aku percaya. Satu hari saja kau mampu menghafal seratus halaman dalam buku bisnis. Tapi yang kau hafalkan itu Al Quran, hurufnya meliuk-liuk indah dengan banyak tanda baca yang membingungkan," Radit terus saja berceloteh ria. Tidak memberi kesempatan Alka untuk bicara di sebrang sana.

Lili yang sedang berada di hadapan Radit ikut ke dalam obrolan dua sahabat itu, "Kau tidak bisa baca Al Quran, Radit?"

"Bisa kok sayang," Radit menjawab cepat.

"Tapi kenapa tadi kamu bilang bingung saat membacanya?"

Lili memang tidak sebaik Aliandra, namun sebagai wanita muslim ia pun menginginkan calon suaminya mampu membaca Al Quran, tidak perlu sebagus bacaan Al Quran Muzammil yang tengah menjadi viral di media, bisa membacanya saja itu sudah cukup bagi Lili.

Alka yang mendengarkan percakapan Lili dan Radit yang tengah membahas tentang bisa tidaknya Radit membaca Al Quran, tertawa geli.

"Tidak sayang, aku bisa kok baca Al Quran," Radit berusaha meyakinkan Lili.

"Coba kamu baca ini," Lili meminta Radit membaca Al Quran yang terdapat di aplikasi ponselnya.

Radit menghela nafas panjang sebelum membacanya. Meski dengan suara pelan dan terpatah-patah Radit ternyata mampu membacanya.

Senyuman lebar menghiasi wajah cantik Lili, "Syukurlah kamu bisa membacanya."

Radit membuka lebar tangannya, "Hadiahnya pelukkan yah, sayang."

Lili menggeleng, "Lebih dari pelukkan, Radit."

Mata Radit berbinar senang, "Kiss," ia menunjuk bibir dan pipinya.

Lagi-lagi Lili menggeleng.

"Terus apa hadiahnya?" Radit sudah mulai penasaran.

Kalau pelukkan bukan, ciumanpun bukan. Lantas apa? Lebih dari itu tidak mungkin. Yang ada kalau Radit memintanya Lili akan langsung pergi meninggalkannya.

"Aku menerima lamaranmu."

Meski Lili mengucapkannya dengan suara yang sangat pelan namun Radit masih dapat mendengarnya.

"Benarkah kau menerima lamaranku? Kau bersedia menikah denganku bulan depan? Walaupun hanya dengan pesta seadanya?" Radit langsung beranjak dari duduknya. Memeluk erat tubuh mungil Lili.

Hanya tiga ayat yang ia baca, tapi efeknya begitu besar. Lili yang biasanya selalu menolak lamarannya dengan alasan terlalu cepat akhirnya mau juga menerima lamarannya.

"Terimakasih sayang. Aku sungguh mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu. Terimakasih telah membawaku keluar dari tempat hina itu dan terimakasih telah mencintaiku meskipun masa laluku begitu kelam," Lili berucap begitu lirih disela isak tangisnya.

Dengan lembut Radit menyeka pipi Lili yang telah basah oleh air mata, "Aku tidak peduli dengan masa lalumu yang kelam yang aku pedulikan adalah masa depan kita yang akan segera kita rangkai bersama."

Dunia serasa milik berdua itulah yang sedang dirasakan oleh Radit dan Lili, hingga mereka berdua melupakan keberadaan Alka disebrang sana yang masih setia mendengarkan percakapan mereka yang penuh dengan kata-kata manis.

"Selamat untuk kalian berdua. Jangan lupa Radit baca emailku siapkan semuanya. Pernikahan tetap akan berlangsung pada hari yang telah ditentukan," ucap Alka sebelum menutup sambungan telephonenya.

※※※

Aliandra dan Aluna berdiri diambang pintu rumah, memperhatikan hiruk pikuk para pekerja yang tengah memasang tenda untuk pernikahan tepat di depan lapang kosong dekat rumah mereka.

"Siapa yang mau menikah, kak? Bukannya kakak bilang kak Alka sudah resmi membatalkan lamarannya dan Kak Malik juga tidak melamar kakak, terus itu tenda pernikahan buat nikahan siapa yah?"

"Kak Mei kali yang mau nikah, bukannya kata kamu tiga minggu yang lalu Kak Mei sudah dilamar sama Kak Borno."

"Nggak mungkin itu tenda buat nikahan Kak Mei. Calon suaminyakan masih ada di Arab Saudi. Kerja jadi TKI."

Aliandra dan Aluna terus saja saling menebak. Kira-kira itu tenda pernikahan milik siapa?

Aliandra dan Aluna langsung beranjak dari ambang pintu saat ibu mereka memanggil dari arah dapur.

"Bu itu tenda pernikahan siapa di depan rumah?" Aluna bertanya penasaran. Mungkin ibunya tahu.

"Tenda pernikahan kakak mu, Na," jawab ibunya sambil tersenyum.

"Pernikahan kak Alin? Sama siapa bu?"

"Sama nak Alka."

Aluna tambah bingung saat mendengar jawaban yang diberikan ibunya, ia langsung menghampiri Aliandra yang sedang mencuci beras di dalam kamar mandi.

"Kak Alin denger nggak tadi ibu bilang apa?"

Aliandra mengangguk kaku. Apa yang dikatakan ibunya membuatnya juga bingung.

Semalam Kiai Dahlan sendiri yang bilang kalau Alka membatalkan lamarannya secara resmi. Tapi kenapa sekarang ibunya malah bilang kalau tenda pernikahan yang tengah dibuat di depan rumahnya itu untuk pernikahannya dengan Alka? Sebenarnya apa yang tengah terjadi?

"Semalam sepertinya kakakmu tidak mendengarkan apa yang Kiai Dahlan sampaikan dengan baik," ibunya menghampiri Aluna yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi yang terbuka, "Kiai Dahlan semalam bilang kalau Nak Alka membatalkan lamarannya yang pertama. Insya Allah ia akan kembali melamar secara resmi bersama keluarganya nanti sore."

Aluna menepuk dahinya. Ia menggeleng tidak percaya. Kenapa kakaknya sampai salah dengar seperti ini. Dia juga salah, kenapa tidak memastikan langsung kepada ibunya? Sia-sia dong air matanya tadi malam. Ia kira kakaknya benar-benar gagal menikah. Namun ternyata tidak.

Aluna langsung memeluk Aliandra. Ia sungguh senang kakaknya jadi menikah dengan Alka.

"Selamat yah kak. Akhirnya jadi nikah juga sama kak Alka. Nggak jadi patah hati dong."

"Alin itu berasnya tumpah," ibu mengiatkan Aliandra yang secara tidak sadar telah menumpahkan beras yang hendak ia cuci.

Aluna tertawa, "Kak Alin shock, bu. Semalaman dia tidak bisa tidur gara-gara mikirin terus kak Alka yang ngebatalin lamaran, eh tahunya kak Alin salah denger," Aluna meledek Aliandra yang masih memilih diam.

Kabar yang Aliandra dapatkan hari ini benar-benar membuat ia terkejut. Semalam ia memang tidak bisa fokus mendengarkan apa yang Kiai Dahlan katakan. Yang bisa ia tangkap hanyalah kata-kata Kiai Dahlan yang mengatakan kalau Alka membatalkan lamarannya. Selebihnya ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Kiai Dahlan, ia terlalu disibukkan dengan perasaannya yang tidak karuan. Sedih kecewa bingung.

※※※

Jam dua siang tenda pernikahan sudah berdiri kokoh. Perpaduan warna putih dan pink membuat tenda pernikahan itu terlihat sangat indah. Beberapa pekerja masih terlihat hilir mudik merapikan semuanya. Para tetangga mulai berdatangan menawarkan bantuan.

Lamaran sendiri akan berlangsung di kediaman Kiai Dahlan. Ibu Aliandra menyerahkan sepenuhnya tentang lamaran kepada Kiai Dahlan. Bila Kiai Dahlan menerima lamaran Alka maka ia pun sebagai orang tua tunggal menerima lamaran tersebut.

Aliandra sudah bersiap-siap dari setengah jam yang lalu. Sebentar lagi ia, Aluna dan ibunya akan pergi ke kediaman Kiai Dahlan diantarkan oleh Jaka, sopir pribadi yang sengaja Alka kirimkan tadi siang untuk membawa keluarga Aliandra ke kediaman Kiai Dahlan.

Alka benar-benar sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat rapi. Dari tenda pernikahan, mobil pribadi plus sopirnya dan segala perlengkapan yang berhubungan dengan pernikahan sudah tersedia.

Bahkan satu jam yang lalu ada asisten perancang terkenal di Bandung yang sengaja datang untuk mengukur tubuh Aliandra. Baju pengantin akan langsung di buat oleh perancang terkenal hanya dalam waktu dua hari.

※※※

Aliandra dan keluarganya sampai di kediaman Kiai Dahlan jam lima sore. Di depan pesantren Kiai Dahlan sudah terparkir dua mobil mewah berplat B. Menandakan kalau Alka beserta keluarganya telah sampai terlebih dulu di bandingkan Aliandra.

Aliandra disambut oleh Nyai Wulan, istri Kiai Dahlan.

"Calon suaminya beserta keluarganya sudah datang dari setengah jam yang lalu. Sekarang Nak Alka sedang membaca Al Quran di masjid," terang Nyai Wulan.

Aliandra tertegun, untuk apa Alka membaca Al Quran? Memangnya Alka bisa baca Al Quran?

"Apa Alin ingin mendengarkan Nak Alka membaca Al Quran?"

"Iya Nyai. Kak Alin pasti mau denger calon suaminya baca Al Quran," jawaban datang dari Aluna.

Nyai Wulan membawa Aliandra ke dalam masjid, namun tidak langsung menghampiri Alka yang tengah membaca Surah Al Kahfi di depan Kiai Dahlan, ditemani oleh Teungku Yusuf, Radit, Malik dan beberapa santri yang dijadikan saksi kalau Alka sudah dapat memenuhi syarat yang ada di dalam surah wasiat. Aliandra di bawa kebagian shaf shalat perempuan, disana ternyata sudah ada Lili, Istri Teungku Yusuf dan dua putri Teungku Yusuf yang seumuran dengan dirinya dan Aluna.

"Assalamualaikum," Aliandra menyapa dengan sopan.

"Ini bibinya Nak Alka," Nyai Wulan memperkenalkan istrinya Teungku Yusuf kepada Aliandra.

Aliandra mencium punggung tangan istri Teungku Yusuf.

"Masya Allah. Pantas saja Alka bela-belain datang ke Aceh buat belajar mengaji ternyata calon istrinya sangat cantik. Terimakasih yah Nak Aliandra berkat kamu Alka kami dapat kembali," dengan penuh rasa sayang istri Teungku Yusuf memeluk Aliandra, ia menyeka ujung matanya yang basah.

Meski tidak terlalu mengerti apa maksud dari perkataan yang di ucapkan oleh istri Teungku Yusuf demi kesopanan Aliandra mengangguk.

Samar-samar Aliandra dapat mendengar suara Alka yang tengah membaca sepuluh ayat terakhir surah Al Kahfi.

"Aku tidak menyangka kalau Alka bisa membaca Al Quran dengan merdu," bisik Lili kepada Aliandra yang kebetulan duduk saling bersampingan.

Aliandra mengangguk setuju. Ia juga sangat tidak menyangka kalau Alka dapat membaca Al Quran dengan suara yang merdu.

Masjid seketika terasa senyap saat Alka menghentikan bacaannya di ayat ke enam belas di surah Al-Mulk.

Tidak ada satupun yang menyuruh Alka untuk melanjutkan bacaannya. Semuanya membiarkan Alka menghentikan bacaannya.

Alka menundukkan wajahnya. Ia tutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tidak melanjutkan bacaannya bukan karena ia lupa akan lanjutan ayatnya. Namun ayat yang akan ia baca mengingatkan ia akan ke sombongannya selama ini kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya.

ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِيْ السَّمَآءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ  الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُ

"Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?"

اَمْ اَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَآءِ اَنْ يُّرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا  ۗ  فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْر

"Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku."

Cukup lama Alka terdiam hingga akhirnya ia kembali melanjutkan bacaannya dengam suara yang parau dan terpatah-patah. Lidahnya seketika terasa kelu.

"Alhamdulillah tiga surah telah Nak Alka bacakan. Sekarang nak Alka tinggal menjawab dua pertanyaan yang ada di dalam surat wasiat."

Alka mengangguk, ia sudah menyediakan jawabannya, "Yang akan menjadi panutan dalam hidup saya adalah Nabi Muhammad Shallallalu'alaihi wassalam. Karena sebaik-baiknya panutan adalah beliau," jawaban itu Alka dapatkan dari Teungku Yusuf.

Teungku Yusuf lah yang menyatakan kalau tidak akan ada yang dapat dijadikan panutan paling baik kecuali nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wassalam. Karena nabi Muhammad adalah manusia paling mulia yang baik akhlaknya. Yang bahkan Allah pun sangat mencintainya.

Kiai Dahlan mengajukan pertanyaan kedua, "Apa arti dari kebahagian sejati menurut nak Alka?"

Apa arti dari kebahagian sejati? Itulah pertanyaan kedua yang terdapat dalam surat wasiat.

"Kebahagian sejati adalah ketenangan hati," Alka menjawabnya dengan jawaban yang sangat singkat.

Ketenangan hati adalah kebahagian sejati bagi Alka. Tidak ada lagi dendam, tidak ada lagi rasa kecewa, dan tidak ada lagi kesakitan yang tersimpan di dalam hatinya.

Tak lama setelah jawaban itu diberikan oleh Alka muadzin sudah bersiap untuk mengumandangkan adzan. Waktu magrib akan segera tiba.

Aluna bertanya penasaran kepada Nyai Wulan, "Apa lamaran kak Alka di terima?"

"Nyai tidak tahu Aluna, keputusan sepenuhnya ada di tangan Kiai Dahlan."

Aluna menghela nafas panjang.

"Insya Allah setelah shalat isya. Kiai Dahlan akan memberi keputusan diterima tidaknya lamaran nak Alka."

"Tapi Nyai tenda pernikahan sudah jadi, para tetangga sudah sibuk masak bahkan kamar kak Alin sudah dihiasi oleh kelambu berwarna putih. Kalau sampai lamaran kak Alka ditolak semuanya mubazir dong? Bilangin yah ke Kiai Dahlan terima saja lamarannya."

Wajah Aliandra merah merona. Adiknya benar-benar membuatnya malu. Yang lainnya hanya terkekeh geli mendengar ucapan Aluna yang sangat polos.

※※※

Setelah shalat isya Keluarga Kiai Dahlan sebagai tuan rumah, Keluarga Aliandra sebagai pihak yang dilamar dan Keluarga Alka sebagai pihak pelamar berkumpul di ruang tamu yang ada di kediaman Kiai Dahlan.

Kiai Dahlan sekilas tersenyum ke arah Alka yang tengah memandang Aliandra yang tengah menundukkan kepalanya disamping ibunya.

"Apa nak Alka mencintai Aliandra?"

Pertanyaan yang diajukan oleh Kiai Dahlan membuat Alka tertegun. Tidak menyangka kalau Kiai Dahlan akan menanyakan hal itu kepdanya di depan orang banyak.

Pertanyaan itu beralih kepada Aliandra, saat Alka telah menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Apa Aliandra mencintai nak Alka?"

Aliandra mengangkat kepalanya. Sekilas memandang ke arah Alka setelahnya ia kembali menunduk. Wajahnya merah merona.

Kiai Dahlan tersenyum, "Alhamdulillah kalau kalian saling mencintai. Mudah-mudahan cinta kalian dapat membawa kalian menuju surga-Nya."

Mendengar ucapan Kiai Dahlan yang artinya kalau lamaran Alka telah di teriama, Teungku Yusuf mengucapkan Alhamdulillah. Ia menjabat tangan Kiai Dahlan lantas memeluk beliau. Ucapan terimakasih berulang kali ia sampaikan.

Aluna berseru senang. Ia memeluk tubuh kakanya, "selamat kak. Semoga cinta kak Alin dan kak Alka bisa seindah cinta yang dimilik oleh Khadijah dan nabi Muhammad," doa seorang adik untuk kakaknya tercinta.

Tidak jauh dari posisi Aliandra yang tengah di peluk Aluna. Alka pun mendapatkan pelukkan dari sahabat baiknya.

"Selamat Al. Aku sungguh bangga padamu. Aku tidak menyangka kalau ternyata kau adalah seorang qori," Radit berulang kali menepuk bahu Alka, "Aku berharap kau benar-benar mencintai Aliandra. Sudah saatnya kau melupakan dia yang telah pergi meninggalkanmu dengan penuh ketidak pastian. Yakinlah kalau Aliandra jauh lebih baik di bandingkan dirinya. Cintailah dia seperti dia yang mencintaimu"

Alka diam tidak menanggapi ucapan Radit. Lembaran masa lalu itu biarlah ia tutup rapat. Ia tidak mau kembali membukanya. Karena disaat ia membukanya segala harapan yang telah ia kubur dalam-dalam akan kembali menguar kepermukaan.

Bogor, Dhu Al-Qa'da 1438
Ika Fitriani.

Assalamualaikum.
Maaf yah baru bisa update hari ini. Dan maaf juga kalau part ini kurang ngena feelnya.

Yang nunggu moment Alka dan Alin jadi pengantin baru insya Allah ada di next part. Karena next partnya berhubungan dengan Pernikahan dan malam pertama maaf bgt yah harus aku private. Agar yang masih polos-polos tidak bisa membacanya dan semoga tidak nekat untuk baca. Aamiin.

Untuk pihak-pihak tertentu yang merasa kurang nyaman akan cerita ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak ada sedikitpun niat saya untuk menjatuhkan pihak-pihak tertentu.

Allah SWT berfirman:

لَـكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْن

"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."
(QS. Al-Kafirun 109: Ayat 6)

Wassalamualaikum,

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com.



Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 385K 144
Takdir tuh nggak kayak bisnis yang perencanaannya selalu lurus dan runut. Akan ada hambatan-hambatan, masalah, atau bahkan kegagalan. Oleh sebab itu...
1K 273 27
Dia Hasya Islamiyah Sanskara, seorang perempuan yang terjebak dalam sebuah cinta. Ia terjebak dalam sebuah cinta yang mempertaruhkan antara cinta dan...
22.3K 177 10
Jaman now! Biasanya orang kan suka bingung tuh update foto pake caption apaa mending pake caption disini lucu2 cutee gitoh kaya acuuu
649K 54.6K 31
Kisah tentang seorang seniman muda, pelukis terkenal yang harus terjebak pada dua pilihan. Rasyid mencintai Melody, perempuan di masa lalunya, namun...