sleep with the devil ;

Von velrynn

104K 5.3K 564

"- evil or an angel?.." Mehr

ㅡ🌙1
ㅡ🌙3
ㅡ🌙4
ㅡ🌙5
ㅡ🌙6
ㅡ🌙7
ㅡ🌙8
ㅡ🌙9
ㅡ🌙10
ㅡ🌙11
ㅡ🌙12
important 🐒
mau nanya

ㅡ🌙2

9.6K 458 41
Von velrynn


Perjalanan itu terasa menyiksa dan panjang. Tubuh Yoona dilempar begitu saja dengan kasar oleh bodyguard Sehun ke bagasi dan dikunci dari luar.

Yoona berusaha menendang, berteriak, meronta, tetapi pada akhirnya dia kelelahan dan kehabisan oksigen. Menyadari bahwa ruang bagasi ini begitu sempit dan pengap dengan asupan oksigen yang makin menipis, Yoona terdiam. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras, campur aduk antara rasa takut dan ingin tahu, akan dibawa kemanakah dirinya ?

Lama sekali Yoonamenunggu, sampai akhirnya mobil itu melambat. Terdengar suara pintu gerbang yang berat dibuka, lalu mobil itu melaju lagi, melambat, dan kemudian berhenti. Suara pintu mobil dibanting. Dan syukurlah, ada gerakan membuka bagasi. Yoona bersiap melompat dan menyerang siapa saja yang membuka pintu bagasi itu, lalu kabur. Ah ya Tuhan, semoga semudah itu.

Pintu bagasi terbuka sedikit dan secercah cahaya masuk melalui celah yang hanya dibuka sempit.

"Yoona," itu suara Sehun dan lelaki itu memanggil namanya. Wajah Yoona langsung pucat pasi. Lelaki itu sejak awal sudah mengetahui penyamarannya!

"Aku akan membuka pintu bagasi ini, tapi kau harus berjanji untuk bersikap tenang dan tidak memberontak," Ada seberkas senyum di suara Sehun. Kurang ajar. Lelaki itu pasti dari tadi sudah menertawakan kebodohannya!, "Kau ada di rumahku, dan perlu kau tahu, para pengawalku sangat tidak ramah. Kusarankan kau turun dengan sikap penurut dan tenang, demi dirimu sendiri, karena para pengawalku mungkin akan melukaimu kalau kau bertindak bodoh" Rumah Sehun. Yoona memejamkan matanya frustrasi. Dari informasi yang dia dapatkan, rumah Sehun yang terletak di atas tanah begitu luas di kawasan elite pinggiran kota.

Rumah itu dipagari dengan pagar tinggi di sekelilingnya dan setiap akses masuk dijaga oleh pengawal-pengawal Sehun. Tidak ada seorangpun yang bisa masuk ke area rumah ini tanpa sepengetahuan Sehun. Begitupun, tidak akan ada orang yang bisa keluar dari rumah ini tanpa seizin Sehun.

"Bagaimana Yoona? Apakah kau berjanji untuk bersikap baik, dan aku akan mengeluarkanmu secara manusiawi. Atau kau memilih bertindak bodoh lalu mungkin aku akan mengikatmu dalam karung dan kusekap di gudang," suara Sehun di luar menyadarkan Yoona dari lamunannya.

"Kenapa kau membawaku kemari?," gumam Yoona penuh keberanian.

Terdengar suara Sehun terkekeh di luar sana,

"Menurutmu kenapa Yoona-ah? Apa kau pikir aku semudah itu diracuni di tempat umum? Apa kau pikir aku tidak tahu kalau kau selama ini mengendus-endus mencari kesempatan untuk membalaskan dendammu?" Suara sehun terdengar dekat,

"Kau sudah bermain api," bisiknya, "Sekarang saatnya kau untuk terbakar."

Pintu bagasi itu terbuka tiba-tiba dan Yoona belum siap meronta. Lagipula, percuma meronta. Di belakang Sehun yang berdiri dengan pongahnya, ada beberapa bodyguard dengan tubuh kekar bertampang seperti batu. Dan melihat tampang dan penampilan mereka, Yoona tahu, mereka tidak akan segan-segan melukainya kalau Yoona berbuat sesuatu yang sekiranya akan mencelakakan majikan mereka.

Sehun mundur selangkah, lalu mengulurkan tangannya setengah membungkuk,

"Silahkan tuan puteri, biarkan aku membantumu keluar," gumamnya mengejek.

Yoona menatap tangan itu lalu menggeram marah. Kurang ajar sekali iblis yang satu ini!

Dengan marah, ditepiskannya tangan Sehun dan dia berusaha keluar sendiri dari bagasi sempit itu meskipun sedikit kesulitan karena kaki dan tangannya kaku dilipat di ruangan sempit dan menempuh perjalanan entah berapa puluh kilo.

Akhirnya Yoona berhasil berdiri keluar dari bagasi, dengan sepenuh harga dirinya.

Sehun mengamati Yoona dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan melecehkan, lalu senyum muncul lagi di sudut bibirnya,

"Mari, silahkan masuk. Selamat datang di rumahku,"

setengah memaksa lelaki itu mencengkeram lengan Yoona yang kaku lalu membawanya masuk ke dalam rumahnya. Bagian depan ruang tamu Sehun sangat megah, dengan arsitektur gaya lama yang entah kenapa bisa tampak modern. Lantai marmernya berkilauan dengan warna gading, dan pilar-pilar besar di ruang tamu dengan warna serupa begitu menjulang tinggi, dipadukan dengan nuansa warna merah dan emas.

Sehun membawa yoona menuju ke sebuah tangga besar melingkar berwarna putih dan sekali lagi setengah menyeretnya menaiki tangga.

Mereka berdua berhenti di depan sebuah pintu besar berwarna putih,

"Kau akan tinggal di kamar ini mulai sekarang," gumam Sehun datar.

Yoona membelalakkan mata, marah pada Sehun, "Atas dasar apa kau memutuskan aku harus tinggal di mana. Aku mau pulang"

Bibir Sehun masih menyiratkan senyum, tapi matanya tidak. Mata itu bersinar dengan tatapan tajam dan dingin, "Kau tidak bisa pulang. Sekarang, ini adalah rumahmu. Bersamaku"

Dengan cepat lelaki itu merengkuh pundak Yoona, dan detik itu Yoona menyadari bahwa lelaki itu akan menciumnya. Secepat mungkin dia memalingkan muka, mencoba memberontak, hingga bibir Sehun hanya mendarat di pelipisnya.

Cengkeraman Sehun di pundaknya makin kuat sehingga terasa menyakitkan,

"Aku sudah memutuskan untuk memilikimu. Dan satusatunya cara kau lepas dariku adalah ketika aku memutuskan untuk melepaskanmu, atau ketika kau... Mati," dengan kalimat penutupnya yang begitu kejam, Sehun membuka pintu putih itu, dan mendorong Yoona masuk. Lalu menguncinya dari luar, meninggalkan Yoona yang menggedorgedor dan menendang-nendang pintu itu dari dalam dengan histeris.

***

"Menurutmu apakah dia sudah siap untukku?," Sehun mengenakan jubah tidurnya, sutera hitam, dan duduk di sofa di dalam kamarnya. Hidangan lengkap tersedia untuknya di meja. Dengan tenang, lelaki itu menyesap anggurnya, lalu menatap Xiumin, pengawal pribadinya sekaligus orang kepercayaannya yang berdiri di depannya dengan wajah khasnya yang tanpa ekspresi.

"Saya pikir dia sudah siap, bukan untuk menyerah kepada Anda, tetapi siap membunuh anda. Tatapan matanya adalah tatapan pembunuh yang penuh kebencian"

Sehun tersenyum tipis mendengar jawaban Xiumin itu,

"Ya, tatapan matanya membakar, penuh kebencian.," Sehun menyesap anggurnya lagi, memejamkan matanya, "Tapi kau tahu bagaimana aku sangat ingin memilikinya malam ini"

"Ya saya tahu," jawab Xiumin tenang, "Apakah Anda akan memaksanya...?"

"Aku tidak suka memaksa perempuan, kau tentu tahu"

Sehun terbiasa dikelilingi perempuan yang menyerahkan diri padanya. Tidak ada seorang perempuanpun yang mampu menolak pesona Oh Sehun. Dengan rambut hitam legam yang sedikit panjang mengena kerah, mata cokelat pucat dan wajah aristrokatnya hampir bisa dikatakan sempurna seperti malaikat.. Kalau saja matanya tidak begitu dingin, tanpa perasaan dan menyimpan kebencian mendalam, menakutkan. Sehun bagaikan iblis yang terperangkap dalam raga malaikat.

"Aku ingin dia menyerahkan dirinya padaku dengan sukarela"

Tentu saja. Gumam Xiumin dalam hati. Kata-kata Sehun bagaikan perintah baginya.

***

Obat ini sangat keras, dan tidak bisa digunakan untuk main-main. Xiumin mengamati bubuk putih dalam wadah kecil di depannya. Sangat keras, sekaligus sangat efektif. Dan kalau perempuan itu meminumnya, maka perempuan itu akan menyerah pada Sehun, dan menyenangkan tuannya.

Dengan gerakan pelan penuh perhitungan, Xiumin mencampurkan bubuk putih tanpa rasa itu ke dalam minuman Yoona.

Obat ini akan membuat perempuan tersiksa, meminta dipuaskan. Kalau tidak ada yang memuaskannya, perempuan itu akan merasa seluruh tubuhnya terbakar, kesakitan. Dan Xiumin yakin, Yoona akan meminta, bahkan memohon-mohon pada tuannya malam ini.

Malam ini perempuan itu akan menyerah dalam tanganmu, Tuanku.

Xiumin tersenyum dalam hati, menanti apa yang akan terjadi.

***

Sudah hampir satu jam Yoona dikurung di dalam kamar ini, kamar mewah bernuansa putih, di karpet, di ranjang, di semua furniture-nya. Kamar ini dibuat untuk perempuan, dan Yoona merasa jijik membayangkan bahwa mungkin kekasihkekasih Sehun yang sebelumnya juga ditempatkan di ruangan ini.

Salah seorang pengawal Sehun yang bertampang paling dingin, setengah jam yang lalu masuk, membawa nampan makanan, meletakkannya di meja. Lalu tanpa berkata apaapa pergi dan mengunci kembali pintu itu dari luar.

Dan selama setengah jam yang panjang itu pula, Yoona mencoba setengah mati untuk tidak melirik pada nampan yang sangat menggoda itu.

Perutnya keroncongan, dan dia merasa haus. Dia belum makan dari siang karena terlalu gugup merencanakan pembalasan dendamnya pada Sehun, dan sekarang dia kena batunya.

Aroma makanan itu terasa begitu menggoda, aroma manis dan gurih masakan yang masih panas.

Mungkin jika aku mengintip sedikit apa makanannya.....tidak!

Yoona menghardik dirinya sendiri dalam hati. Dia tidak akan makan, lebih baik dia mati kelaparan daripada harus menyerah pada kekuasaan Sehun.

Tapi jika hanya minum mungkin tidak apa-apa. Yoona melirik haus pada minuman di nampan itu. Sari jeruk segar yang tampak begitu menggoda.

Akhirnya Yoona menyerah. Dia haus sampai terasa mau pingsan, dan dia harus minum, kalau tidak dia mungkin akan benar-benar pingsan. Yoona tidak boleh pingsan, dia harus mencari cara untuk melarikan diri dari kamar ini, dari rumah ini.

Dengan cepat disambarnya gelas itu, diminumnya langsung berteguk-teguk karena begitu hausnya. Aliran dingin air itu terasa begitu segar ketika membasahi kerongkongannya. Tanpa sadar segelas minuman itu tandas sudah, Yoona meletakkan gelas itu dengan pelan, sedikit merasa bersalah.

Tapi bagaimanapun juga dia tidak menyesal. Dia merasa lebih baik. Sekarang dia bisa memikirkan cara untuk kabur dari rumah ini,

Mata Yoona berputar, ke sekeliling ruangan, mencari cara untuk melarikan diri. Ada jendela besar di ujung sana, yang dilapisi gorden berwarna putih, mungkin Yoona bisa mencari cara keluar dari sana.

Dengan hati-hati Yoona melangkah ke arah jendela itu untuk memeriksanya, tetapi seketika itu juga hatinya kecewa. Jendela itu sudah dilapisi kaca tebal, dan penuh dengan teralis besi yang sangat kuat. Lagipula Yoona baru menyadari bahwa dia ada di lantai dua, kalaupun dia bisa membuka jendela itu, dia harus mencari cara agar bisa turun dari lantai dua dengan selamat.

Yoona mencoba berpikir, dia belum memeriksa kamar mandi yang ada di ujung kamar, mungkin ada jalan keluar dari sana yang lolos dari pengawasan. Dengan cepat dia melangkah ke kamar mandi, tetapi langkahnya terhuyung. Entah kenapa kepalanya terasa pening, dan seluruh tubuhnya

menggelenya.. Kepanasan..

Ada apa ini? Yoona meraba dahinya sendiri, terasa panas, Apakah dia demam? Napas Yoona terengah, semuanya terasa panas..... terasa panas... Yoona sangat butuh....

***

Sehun membuka pintu kamar tempat Yoona dikurung dengan pelan. Sudah larut malam, dan Sehun tidak mengharapkan Yoona masih bangun.

Kamar itu gelap dan remang-remang, tapi mata Sehun menangkap nampan makanan yang masih utuh, hanya minumannya yang habis.

Gadis keras kepala. Geram Sehun dalam hati, dia pikir dia bisa mengancam Sehun dengan membiarkan dirinya sendiri kelaparan. Dia tidak tahu bahwa Sehun akan menggunakan segala cara untuk membuat Yoona menyerah padanya...

Gerakan gemerisik di ranjang membuat Yoona menoleh waspada. Dalam keremangan kamar itu, Sehun melihat Yoona terbaring di sana, gelisah. Perempuan itu belum tidur rupanya.... Dan dia tampak... tidak tenang.

Ingin tahu, Sehun mendekat, dan menemukan Yoona berbaring disana dengan tatapan mata tersiksa. Tubuhnya menggeliat di atas ranjang berseprei satin putih itu seperti kepanasan,

"Tolong...panas....," suara Yoona mendesah, serak seperti kesakitan.

Mengernyitkan keningnya, Sehun duduk di tepi ranjang, dan menyentuhkan jemarinya ke dahi Yoona, suhunya normal, dia tidak demam. Kerutan di kening Sehun makin dalam, lalu kenapa perempuan ini bilang kalau dia kepanasan?

"Kau mau minum?," dengan cekatan Sehun mengambil gelas air di meja pinggir ranjang, "Sini, aku bantu kau minum."

Sehun bangkit dan mengangkat tubuh Yoona, lalu mencoba membuatnya berdiri. Tubuh Yoona menggayut lemah di lengannya, dan napas perempuan itu terengah,

"Panas.. Tolong.. panas sekali..," Sekali lagi Yoona mendesahkan suara itu, suara kepanasan, seperti tersiksa.

Sehun meminumkan air itu kepada Yoona, dan dengan rakus Yoona menghirup air itu. Tetapi napasnya tetap terengah, dan dia masih tampak tersiksa oleh rasa panas yang mendera tubuhnya.

Pasti ada sesuatu.. Jangan-jangan....

Sehun memundurkan tubuh Yoona yang bersandar padanya, supaya dia bisa mengamati Yoona dengan jelas. Wajah Yoona merona kemerahan, napasnya terengah, dan matanya sedikit tidak fokus, dia selalu mengeluh

kepanasan.... Jangan-jangan...

Dengan cepat Sehun membaringkan Yoona di ranjang, dan melangkah keluar dari kamar bernuansa putih itu, membanting pintunya, dan berteriak,

"Xiumin!"

Sekejap, tanpa suara seolah menggunakan sihir, Xiumin muncul di depan Sehun,

"Ya Tuan"

"Kau campurkan apa di minuman Yoona?"

Xiumin sedikit membungkukkan tubuhnya, wajahnya tanpa ekspresi, "Saya mencampurkan obat milik saya, Tuan tahu itu obat apa"

Wajah Sehun mengeras, "Ya. Aku tahu itu obat apa. Dan aku menolak memperalat wanita dalam pengaruh obat. Kau melakukan sendiri tanpa meminta izinku, kau tahu kalau aku marah aku bisa menghukummu"

Xiumin tampak tidak terpengaruh dengan kata-kata Sehun,

"Anda memerintahkan saya untuk membuat perempuan itu menyerah. Dia sangat membenci anda, dan pasti akan berontak mati-matian. Obat itulah satu-satunya cara membuat dia menyerah," Xiumin menatap mata Sehun,

"Anda bisa meninggalkan kamar ini kalau anda tidak ingin memanfaatkannya"

"Dia kesakitan, kau tahu itu," geram Sehun marah.

Xiumin mengangkat bahunya, "Anda bisa meredakan sakitnya. Dan besok, setelah Anda memilikinya, mungkin dia akan menjadi lebih penurut"

"Berapa banyak obat yang kau berikan padanya?"

"Dosis biasa tuan, tetapi efeknya berbeda-beda tergantung orangnya"

"Jadi ini bisa berlangsung selama berjam-jam atau bisa juga sepanjang malam?"

"Ini bisa berlangsung selama Anda ingin bersenang-senang, Tuan"

Sehun terdiam. Kata-kata Xiumin terasa begitu menggoda.

***

Sehun kembali masuk ke dalam kamar, didorong perasaan yang kuat untuk melihat Yoona kembali.

Yoona masih menggeliat dan mengerang-erang di atas ranjang, ketika Sehun duduk di ranjang. Yoona menatap Sehun dengan mata berkabut, seolah tidak mengenalinya.

"Aku sakit....tubuhku... panas..."

Sehun tersenyum dengan kelembutan yang aneh. Yoona benar-benar tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya, bahwa hanya ada satu cara untuk menyembuhkan Yoona dari kesakitannya. Dan Yoona membutuhkan Sehun untuk itu.

Sehun mencondongkan tubuhnya dan menyapu lembut bibir Yoona, mendapati mata Yoona membelalak kaget. Sehun tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum. Sungguh luar biasa, perpaduan antara kepolosan dan gairah yang kuat sungguhsungguh menggodanya.

"Kau tidak menyukainya?," bisik Sehun lembut.

Yoona menatap Sehun, atau setidaknya mencoba menatap dengan matanya yang sulit fokus,

"Aku... apa yang terjadi pada diriku?"

Sehun mengulurkan jemarinya, dan menyapukannya di pipi Inju, membuat tubuh Yoona bergetar.

"Anak buahku mengambil keputusan sendiri dan mencampurkan obat di minumanmu..."

"Obat...? Apakah aku diracuni?"

"Itu bukan racun Yoona, obat itu akan merangsangmu sampai hasratmu tak terkendali, dan kau akan kesakitan jika dirimu tidak dipuaskan"

Yoona butuh waktu sesaat untuk mencerna, sampai kemudian menyadari arti kata-kata Sehun, sedikit kesadarannya meneriakkan peringatan akan bahaya. Dan tubuhnya langsung beringsut, susah payah mencoba menjauhi Sehun.

Tetapi Sehun merengkuh Yoona lagi dan berbisik lembut di telinga Yoona,

"Aku bisa membantumu menyembuhkan rasa sakitmu," sambil berbicara, tangannya yang bebas turun ke dada Yoona. Erangan Yoona ketika merasakan jemari Sehun menyentuhnya terdengar begitu menderita, "Terlalu sensitif, sayang? Kau membutuhkan pelampiasan dengan segera bukan?," Tangan Sehun bergerak ke pusat gairah Yoona.

"Tidak!," yoona mencoba berteriak dan mencengkeram lengan Sehun, "Jangan! Kau tidak boleh melakukannya!"

"Ini satu-satunya cara agar kau tidak kesakitan lagi, Sayang," suara Sehun terdengar sedikit parau, "Biarkan aku membantumu"

Yoona mengerang ketika denyutan itu meningkat seiring dengan sentuhan Sehun. Otaknya memberontak atas apa yang dilakukan pria itu dengan jari-jarinya, tapi tubuhnya tak kuasa menolaknya. Yoona membutuhkan jemari Sehun itu....

Ia membutuhkan....

"Aku akan menolongmu Yoona ah, tapi kau juga harus menolongku. Aku juga butuh pelepasan sendiri. Lihat aku Yoona, lihatlah tubuhku"

Sehun membuka jubah sutra hitamnya, dan tubuhnya telanjang di balik jubah itu. Dan napas Yoona tercekat ketika melihat bukti gairah Sehun begitu keras.

"Gunakan diriku Yoona- ah, biarkan aku merasakan tubuhku ada di dalam dirimu dan menyembuhkanmu,"

Kata-kata itu adalah satu-satunya kata yang mirip dengan permintaan yang pernah Sehun gunakan pada perempuan, dan hanya dia lakukan kepada Yoona. Sehun melakukannya karena dia sangat bergairah kepada Yoona, dia amat sangat bergairah, dan Yoona tidak dalam kondisi untuk menolak gairahnya.

Tubuh Sehun sudah menindih Yoona, dan perempuan itu menggodanya dengan pinggulnya yang menggeliat dan mengundang. Sehun menyangga tubuhnya dengan siku, menjaga agar dadanya yang keras tidak menindih tubuh Yoona. Sehun menunduk dan mencicipi bibir Yoona yang begitu menggoda dan menggairahkan, bibir itu begitu manis dan menggoda,

"Tenang sayang, aku mungkin akan menyakitimu," Sehun menahan pinggul Yoona dengan tangannya, karena pinggul itu bergerak-gerak mendesaknya dengan mengundang. Yoona sudah sepenuhnya ada di bawah pengaruh obat itu, "Tapi aku berjanji, setelah rasa sakit itu, kau akan merasakan kenikmatan"

Detik itu juga Sehun mendesakkan dirinya ke dalam tubuh Yoona. Hati-Hati. Sehun menggertakkan giginya, mencoba menahan gairahnya yang begitu kuat, mencoba meredakan dorongan untuk menerjang dan menenggelamkan tubuhnya dalam-dalam ke dasar balutan sutera panas milik Yoona.

Hati-hati, perempuan ini masih perawan. Sehun mencoba mengingatkan dirinya lagi. Penghalang itu ada, seolah mencoba menahan Sehun memasukinya, dan Sehun mendesak maju, mengklaim apa yang menjadi miliknya.

Yoona adalah miliknya!

***



"Sakit!!,"

Yoona menjerit, berusaha mendorong tubuh Sehun. Tubuhnya berteriak antara kesakitan dan keinginan untuk dipenuhi gairahnya. Sebutir air mata menetes dari sudut matanya, sisa-sisa dari kesadarannya yang tertinggal. Sehun mendesakkan dirinya sedalam mungkin, akhirnya berhasil menembus penghalang itu, mengabaikan jeritan kesakitan Yoona.

Ketika akhirnya jeritan Yoona mereda. Sehun mengangkat kepalanya, dan mengecup lembut bibir Yoona yang terbuka dan terengah-engah,

"Setelah ini.... Aku akan mengajarkanmu bagaimana memuaskanku," ucapan itu menggema di dalam ruangan, bagaikan janji dari sang kegelapan. Dan Yoona, sudah benar-benar kehilangan kesadarannya, tubuhnya menggeliat merasakan kenikmatan yang menggelenyar ketika rasa sakit itu akhirnya menghilang. Berganti dengan kenikmatan panas yang membagikan gelenyar menyiksa ke seluruh tubuhnya.

Sehun merasakan gerakan pinggul Yoona, merasakan denyutannya yang menggenggam panas tubuhnya, yang tertanam jauh di dalam tubuh Yoona. Mendesak dengan berani, menarik Sehun lebih dan lebih dekat lagi.

Sehun menggertakkan gigi, menahan diri, membiarkan Sehun menggerakkan pinggulnya, mencari kenikmatannya sendiri dengan sesuka hati. Dan tidak butuh waktu lama ketika akhirnya perempuan itu mencapai pemenuhan kepuasannya,

"Oh... oh ... Astaga...," Yoona memejamkan mata ketika kenikmatan itu meledak dan membanjiri tubuhnya dengan rasa panas yang tak tertahankan. Dan walaupun Sehun bisa memperpanjang kenikmatannyasendiri, pemandangan akan orgasme Yoona dan denyutan Yoona yang meremas dirinya, jauh di dalam sana, membuatnya tidak bisa menahan diri lagi. Detik itu pula, Sehun meledakkan gairahnya bergabung dengan Yoona dalam gairah yang melemahkan.

***

Entah apa yang membuat Yoona terbangun dari tidurnya yang lelap, rasa sakit yang aneh di badannya, ataukah cahaya terang yang mendadak muncul entah dari mana. Yoona membuka matanya. Sekilas pandangannya terasa kabur, dan dia mencoba untuk memfokuskan dirinya.

Kamar itu, dengan nuansa putih yang feminim....

Kilasan-kilasan ingatan berkelebat di benaknya, dia masih di sekap di sini, di dalam kamar di rumah Sehun yang jahat. Dengan panik Yoona terduduk dari ranjangnya, dan selimutnya melorot hampir jatuh menutupi dadanya, melorot?

Yoona menundukkan kepalanya, dan menyadari kalau dia telanjang bulat di balik selimutnya, apa yang.....

"Selamat Pagi"

Suara maskulin itu terdengar dekat sekali dan Yoona menolehkan kepalanya kaget, Pemandangan di hadapannya membuat jantungnya bergejolak. Sehun ada di sana, di ranjangnya, mereka ada dalam selimut yang sama, dan menilik kepada selimut Sehun yang hampir saja melorot di pinggulnya, mereka sama-sama telanjang!

Yoona masih terperangah menatap pemandangan di depannya. Sehun berbaring dengan angkuhnya, jelas-jelas telanjang bulat di balik selimutnya, dan menatapnya dengan tatapan berhasrat yang memiliki. Dengan panik Yoona menarik selimutnya hampir untuk menutupi seluruh dadanya, tetapi gerakannya itu malahan membuat selimut Sehun melorot dan hampir memperlihatkan kejantanannya. Dengan malu Yoona memalingkan kepalanya dan disambut dengan senyuman jahat Sehun.

Keberanian dan kemarahan Yoona langsung muncul ketika menyadari rasa pedih di antara ke dua pahanya. Lelaki ini memperkosanya! Entah apa yang terjadi semalam, Yoona tidak ingat sama sekali. Tapi yang pasti, dia sudah dinodai oleh iblis berhati kejam ini.

"Kau sungguh iblis yang tidak bermoral, mengambil keuntungan dari perempuan yang sangat membencimu!," desis Yoona menahan marah, masih tidak mau menatap Sehun.

Sehun terkekeh mendengar suara geram Yoona,

"Membenciku?," dengan santai lelaki itu berdiri, tak malu dengan tubuh telanjangnya yang berotot, "Lihat aku Yoona, kau meninggalkan tanda-tanda di tubuhku, kau sangat bergairah semalam, seperti Kucing betina yang mencakar di sana sini untuk dipuaskan.... Dan atas gairahmu semalam, aku tidak yakin kalau kau membenciku"

Yoona melirik sekilas ke tubuh telanjang Sehun yang berdiri di samping ranjang, mukanya merah padam karena malu.

Bekas-bekas itu ada, tanda-tanda merah di dada, di pinggul Sehun, di dekat kejantanannya.... Apakah dia yang melakukannya??

"Ya. Kau yang melakukannya." Ada senyum di suara Sehun,

"Dengan sangat bergairah dan lapar. Aku cuma berbaring di sana dan kau menyantapku bulat-bulat, sepanjang malam"

Kelebatan ingatan akan percintaan yang panas muncul di ingatan Yoona, samar-samar dan tidak jelas. Tapi dia tidak mampu mengingat semuanya, kenapa dia tidak mampu mengingat semuanya?

Yoona teringat minuman yang di berikan Xiumin semalam, dan rasa muaknya memuncak ketika menyadari ada sesuatu yang dicampurkan di situ, dengan mata menyala-nyala. Dikuasai oleh kemarahan yang campur aduk menjadi satu, Yoona menantang tatapan Sehun, mencoba tidak mempedulikan ketelanjangan Sehun.

"Aku selalu mendengar kau jahat dan licik, tapi aku sungguh tak menyangka kau serendah itu, menggunakan obat untuk memaksa perempuan yang jijik kepadamu supaya mau melayanimu!"

Sepertinya kata-kata Yoona mengena di hati Sehun karena rahang lelaki itu tampak mengeras, marah.

Dengan kasar, Sehun menyambar jubah sutra hitamnya dan mengenakannya. Lalu dengan gerakan tiba-tiba, naik ke atas ranjang dan mencengkeram rahang Yoona dengan sebelah tangannya.

Cengkeraman itu terasa keras dan menyakitkan sehingga Yoona mengernyit. Tetapi Yoona menahan diri untuk tidak mengaduh, dia tidak mau memberikan kepuasan kepada lelaki itu.

"Apapun yang kau katakan, satu hal yang pasti, kau sudah menjadi milikku. Dan seperti yang kubilang, segala sesuatu yang menjadi milik Oh Sehun tidak akan pernah bisa lepas, kecuali aku melepaskanmu.. atau aku membunuhmu!"

Dengan kasar Sehun melepaskan cengkeramannya di rahang Yoona, membuat tubuh Yoona terdorong lagi ke ranjang. Lalu dengan langkah tegas, Sehun melangkah keluar kamar sambil membanting pintu di belakangnya.

***

Yoona masih termangu di ranjang, lalu kilasan rasa sakit di antara pahanya menyadarkannya. Noda darah itu tampak mencolok di seprai putih itu, tampak menertawakannya. Sungguh ironis, keperawanannya terenggut oleh bajingan berhati iblis yang ingin dibunuhnya. Tubuh Yoona gemetar, dipenuhi oleh rasa campur aduk yang menyesakkan ketika dia mencoba berdiri.

Noda merah di ranjang itu sangat mengganggunya, hingga dengan kasar Yoona merenggut seprai itu dan membantingnya ke lantai. Napas Yoona terengah-engah dan entah kenapa kemudian tubuhnya ambruk ke lantai, menangis penuh emosi.

Ingatannya melayang kepada ayah dan ibunya, kepada dendamnya yang belum terbalaskan, dan kepada nasibnya yang membuatnya terperangkap di sini, dalam cengkeraman musuh besarnya.

Kini dia terpuruk di sini, dalam cengkeraman Sehun, dan yang sangat menyakitkan dia tidak berdaya menghadapi lelaki itu. Yoona mengusap air matanya tiba-tiba. Tidak! Dia sudah cukup menangis, dia harus melawan, dengan segala cara!

Dengan pelan Yoona melangkah ke kamar mandi, dia harus mandi dan menghapus semua jejak dan noda yang ditinggalkan Sehun di tubuhnya. Sehun boleh saja menodainya, tetapi bukan berarti lelaki itu memilikinya. Yoona wanita bebas, wanita bebas yang bertekad untuk menghancurkan Sehun. Tunggu saja, dia hanya belum punya kesempatan.

***

Yoona hanya duduk di kursi putih itu putus asa sebab setelah sekian lama berkeliling ruangan, memeriksa setiap sudut di kamar mandi dan jendela, tetap benar-benar tidak ada celah yang bisa digunakan sebagai jalannya untuk melarikan diri.

Putus asa, Yoona duduk sambil memeluk lututnya, Kalau begini, bagaimana caranya dia bisa keluar dari rumah ini?

Sedangkan keluar dari kamar ini saja dia tidak mampu. Matanya melirik ke pintu kamar. Pintu yang terkunci itu satusatunya jalan.

Tetapi yang bisa keluar masuk dari pintu itu hanya Sehun, dan juga seorang lelaki bertampang dingin bernama Xiumin, yang selalu ada di sebelah Sehun setiap ada kesempatan.

Lelaki bertampang dingin itu sepertinya ditugaskan untuk mengantarkan makanannya.

Pikirannya berputar... memang rasanya tidak mungkin, jika tidak dicoba dia tidak akan tahu...

Seperti sudah diatur, pintu kamar itu terbuka, dan Yoona langsung terduduk tegak waspada, menanti siapapun yang akan masuk. Xiumin muncul di sana membawa nampan makanan, wajahnya datar tanpa ekspresi seperti biasa. Dan Yoona langsung sengaja memasang wajah kesakitan,

"Aku minta tolong....," rintihnya sesakit mungkin.

Xiumin mengernyit dan mendekat,

"Ada apa nona?'

"Aku... aku mau muntah... tolong aku," Yoona meremas perutnya, berusaha semeyakinkan mungkin.

Dan sepertinya Xiumin tidak curiga, lelaki itu mendekat, dan menatap Yoona,

"Kau mau dibantu ke kamar mandi?"

Yoona mengangguk lemah.

Dengan tangan kuatnya, Xiumin membantu Yoona berdiri dan memapah tubuh Yoona yang lunglai ke kamar mandi. Ketika Xiumin membuka pintu kamar mandi, Yoona berakting seolah-olah muntahnya akan keluar, hingga Xiumin langsung bergegas membawanya ke kamar mandi, Di wastafel, Yoona menundukkan kepalanya seolah-olah akan muntah hebat,

"Handuk... tolong....," gumam Yoona lemah, melirik ke arah lemari handuk yang ada di ujung ruangan kamar mandi, Masih tanpa curiga, Xiumin melangkah ke arah lemari handuk. Saat itulah dengan secepat kilal Yoona melompat dan berlari ke arah pintu keluar kamar mandi.

Xiumin menyadari kalau dia ditipu ketika melihat kelebatan langkah cepat Yoona. Dia berusaha mengejar tapi terlambat, Yoona yang melompat gesit sudah keluar dari kamar mandi dan membanting pintunya dari luar, lalu menguncinya rapatrapat.

Dengan napas terengah karena pacuan adrenalin, Yoona menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mandi, memejamkan mata, tak peduli akan gedoran-gedoran marah Xiumin dari dalam,

"Kau tidak akan bisa melarikan diri," ancam Xiumin, berteriak dari dalam, "Tuan Sehun pasti akan menemukanmu, dan aku bersumpah, kalau kau sampai membuat Tuan Sehun marah, kau akan menyesalinya"

Teriakan-teriakan Xiumin makin keras dibarengi dengan gedoran-gedorannya di pintu, Kata-kata Xiumin sempat membuat hati Yoona kecut, tapi dia menggelengkan kepalanya, Sehun memang lelaki kejam, tetapi Yoona tidak boleh takut. Dia harus berani menantang Sehun, menunjukkan pada lelaki itu kalau dia bukanlah perempuan yang bisa ditundukkan dengan begitu mudahnya.

Dengan langkah hati-hati, Yoona membuka pintu putih yang tak terkunci itu, matanya mengintip sedikit keluar, khawatir kalau-kalau ada penjaga yang menjaga di pintu. Tetapi rupanya Sehun beranggapan Yoona terlalu lemah sehingga tidak perlu menempatkan penjaga di pintu. Lorong itu kosong. Dengan hati-hati Yoona melangkah keluar. Suara gedoran-gedoran pintu kamar mandi dan teriakan Xiumin masih terdengar ketika Yoona keluar, tetapi ketika Yoona menutup pintu putih besar itu, suara itu lenyap dan menjadi senyap. Rupanya ruangan putih tempatnya dikurung itu kedap suara.

Yoona melangkah lagi melewati lorong itu. Tidak ada pintu lain di lorong itu, arahnya langsung ke tangga spiral yang besar menuju ke pintu depan. Dengan hati-hati, Yoona mengintip dari ujung tangga ke arah bawah. Kosong. Kemanakah para penjaga yang dia lihat kemarin?

Pelan dan waspada, Yoona melangkah menuruni tangga. Dia sudah berhasil menyeberangi ruangan dan memegang handle pintu besar itu, ketika suara dingin yang mulai dikenalnya terdengar tepat di belakangnya,

"Kau pikir kau akan kemana?"

Terlonjak kaget, Yoona membalikkan badan dan hampir menabrak dada bidang Sehun.

Lelaki itu berdiri dekat sekali di belakangnya, dan menekannya ke pintu, tatapannya menyala penuh kemarahan, seperti iblis yang siap membakar musuh-musuhnya.

"Berani sekali kau mempermalukan Xiumin seperti itu, dan berani sekali kau mencoba melarikan diri dari rumahku," Tangan besar Sehun mencengkeram lengan Yoona dengan kasar lalu menyeret Yoona yang tidak bersedia.

Yoona meronta-ronta, mencoba bertahan, tetapi Sehun tidak peduli, tetap menyeret Yoona dengan kekuatan besarnya. Hingga Yoona mau tidak mau harus terseret-seret mengikuti daripada tangannya putus. Sehun menyeret Yoona menaiki tangga dan kembali menuju kamar putih tempat Yoona tadi dikurung.

Di sana beberapa pengawal Sehun berkumpul, dan Xiumin berdiri di sana. Rupanya dia berhasil menghubungi Sehun dan dibebaskan dari kamar mandi.

Yoona mengernyit dalam hati, seharusnya tadi dia lebih cepat, atau mungkin dia pukul kepala Xiumin dengan sesuatu sehingga lelaki itu pingsan dan tidak bisa menghubungi teman-temannya dengan segera.

Sehun melepaskan cengkeramannya lalu mendorong Yoona ke depan dengan kasar, "Kau lihat Xiumin? Perempuan kecil seperti ini, dan kau, pengawalku yang sudah bertahun-tahun lamanya bisabisanya dibodohi seperti ini"

Xiumin hanya terdiam, menatap Sehun dengan muka datar, sepenuhnya mengabaikan keberadaan Yoona. Hingga Yoona mengernyit, apakah lelaki ini memang tidak punya ekspresi?

"Dan kau Yoona," Sehun melepas jasnya dan menggulung lengan kemejanya, "Ini adalah peringatan untukmu. Kalau kau membodohi salah satu pegawaiku lagi untuk melarikan diri, kau akan membuang satu nyawa, karena aku akan langsung membunuh pegawaiku,"

Tanpa dinyana, Sehun menghantam Xiumin dengan satu pukulan telak hingga kepala Xiumin mundur ke belakang, darah menetes dari sudut bibirnya. Yoona terkesiap mundur dan makin terkesiap ketika Sehun menghajar Xiumin, lagi dan lagi tanpa perlawanan hingga lelaki itu jatuh berlutut dengan memar dan bibir berdarah yang mengotori kemejanya.

Sehun mundur satu langkah ketika Xiumin terjatuh, dia menoleh dan menatap Yoona, "Kalu lihat itu Yoona? Setiap kau mencoba melarikan diri, aku bersumpah akan ada nyawa yang berkorban untukmu. Mereka semua yang lengah hingga memberi kesempatan padamu untuk lari, akan kubunuh!,"

Dengan kejam Sehun mengarahkan pukulannya sekali lagi kearah Xiumin. Yoona berteriak, spontan mencengkram lengan Sehun yang terayun, mencegah Sehun menghabisi Xiumin, "Jangan.... ! Jangan ! Aku yang salah, aku yang salah! Jangan bunuh dia! Aku yang salah ! ", teriaknya panik.

Sehun terdiam dan mematung, ketika akhirnya dia menatap Yoona, matanya sedingin es. Lelaki itu tampak amat sangat marah kepada Yoona.

"Jadi kau mengaku salah..," Sehun mundur lagi dan Yoona merasa lega luar biasa karena lelaki itu tidak jadi melampiaskan kemarahannya kepada Xiumin yang sudah berlutut tak berdaya di lantai.

"Aku hanya ingin keluar dari tempat ini," teriak Yoona marah, frustrasi karena sehun menggunakan ancaman licik untuk mencegahnya melarikan diri.

"Kau milikku, dan tidak ada milikku yang bisa keluar dari sini tanpa seizinku"

"Atas dasar apa??," Yoona berteriak marah, "Aku bukan milik siapa-siapa, apalagi lelaki jahat sepertimu. Aku cuma mau keluar dari sini, aku muak terhadapmu, muak atas semua yang ada di sini....Aku cuma mau keluarr!!!!

"Kau mau keluar hah??," Sehun mencengkeram lengan Yoona lagi, di tempat yang sama hingga Yoona merasa lengannya memar,

"Mari kita keluar!"

***

Tak ada yang berani menolong ketika Yoona berteriak-teriak dalam seretan Sehun. Sepertinya kemarahan Sehun adalah hal biasa di rumah ini dan tidak ada satupun yang berani melawan laki-laki itu.

Sehun membawa Yoona ke ujung lorong, ke jendela kaca lantai dua yang mengarah langsung ke balkon.

Dengan kasar Sehun mendorong Yoona keluar lalu mendesaknya ke ujung balkon, hingga kepala Yoona mengarah ke bawah dan menatap ngeri ke kolam renang yang sangat luas di bawahnya.

Kolam itu tampak sangat bening dan dalam. Yoona bergidik. Dia tidak bisa berenang, apakah Sehun akan mendorongnya ke bawah?

Sehun benar-benar mendesak tubuh Yoona sampai ke ujung balkon, membuat kepalanya terbungkuk ke bawah, sementara tangannya di kekang oleh Sehun di belakangnya, "Kau lihat itu? Salah sedikit aku melemparmu ke bawah, kepalamu bisa pecah terkena ubin pinggiran kolam," napas Sehun sedikit terengah oleh kemarahan, "Kau perempuan tak tahu diuntung, harusnya kau bersyukur atas kebaikan hatiku padamu dan keluargamu, hingga kau masih bisa hidup sampai sekarang.... Tahukah kau kalau aku bisa dengan mudah mencabut nyawamu kapanpun aku mau"

"Tuhan yang berhak mencabut nyawaku, bukan iblis seperti kau." Yoona berteriak berusaha menantang meski jantungnya makin berpacu kencang diliputi ketakutan luar biasa.

"Perempuan tidak tahu terima kasih," Sehun mendorong Yoona lagi sampai ke ujung, "Ada kata-kata terakhir?"

Yoona memalingkan kepalanya sehingga tatapan matanya yang penuh kebencian bertemu dengan mata dingin Sehun, "Terima kasih karena sudah membebaskanku"

Lalu tubuh Yoona terlempar, melayang di udara kemudian meluncur ke bawah, ke kolam renang yang dalam itu.

Setidaknya kalau aku mati, aku sudah mencoba membalaskan dendam kita, Ayah....

Sedetik kemudian, tubuh Yoona terbanting menembus permukaan kolam lalu tenggelam. Yoona tidak berusaha menyelamatkan diri, membiarkan tubuhnya makin tenggelam dalam kolam itu.

Matanya menggelap dan memejam, dan entah berapa banyak air kolam yang tertelan olehnya. Napasnya terasa sesak dan paru-parunya terasa mau pecah.

Oh Tuhan... aku akan mati....

***

Ketika Yoona sudah sampai di titik akan kehilangan kesadarannya, terdengar ceburan lain yang tak kalah kerasnya di kolam.

Tak lama kemudian, sebuah lengan yang kuat merengkuhnya dan mengangkat tubuhnya, lalu membawanya ke permukaan. Tubuh lemas Yoona dibaringkan di lantai di pinggiran kolam, lalu dia merasakan perutnya di tekan dengan ahli hingga aliran air yang tertelan keluar.

Yoona memuntahkan banyak air dan terbatuk-batuk kesakitan. Paru-parunya masih terasa begitu sakit dan nyeri.

Siapakah penolongnya? Apakah dia memang belum diizinkan mati?

Tangan kuat itu terus menekan hingga seluruh cairan terpompa keluar dari perut Yoona. Mata Yoona mulai buram, kesadarannya semakin hilang, ketika suara itu terdengar tenang di atasnya,

"Panggil Dokter"

Itu suara Sehun. Apakah Sehun yang menyelamatkannya? Lagipula... kenapa lelaki itu menyelamatkannya?

TBC

kali ini author pengen panjang yekan, soalnya udah lama kaga update. Enjoyy ya. maaf kalo ada typo:)

leave comment ya💕

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

3.4M 143K 60
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
417K 25.3K 20
𝐒𝐡𝐢𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐱 𝐑𝐮𝐝𝐫𝐚𝐤𝐬𝐡 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 ~By 𝐊𝐚𝐣𝐮ꨄ︎...
3.1M 252K 96
RANKED #1 CUTE #1 COMEDY-ROMANCE #2 YOUNG ADULT #2 BOLLYWOOD #2 LOVE AT FIRST SIGHT #3 PASSION #7 COMEDY-DRAMA #9 LOVE P.S - Do let me know if you...
762K 46.4K 49
𝐈𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐥𝐞𝐝 𝐰𝐞𝐛𝐬 𝐨𝐟 𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐬, 𝐚𝐧𝐝 𝐩𝐮𝐫𝐬𝐮𝐢𝐭 𝐨𝐟 𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡𝐬, 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐞𝐚𝐯𝐞𝐬 𝐢𝐭𝐬 𝐦𝐞𝐬𝐦𝐞𝐫𝐢𝐳𝐢𝐧𝐠 �...