"Sekarang dimana Jane?" tanya Julian khawatir.
"Tadi aku pamit ke kamar mandi, dan saat kembali dia..." Anne menunduk, "Jane sudah tidak berada disini."
Bersama lain, Julian mencari keberadaan gadis tersebut di seluruh puri.
Gadis yang mengambil perhatian, dan kepeduliannya.
Gadis yang membuatnya jatuh hati.
Dan untuk sekarang, khawatir dan takut kehilangan merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan hatinya untuk saat ini.
Sekarang.
'Jane sudah tidak berada disini.' Jawaban adiknya yang terakhir berulang kali berada dipikirannya, di otaknya.
"Jane, kau dimana?" Gumam Anne pelan sambil membantu mencari keberadaan Jane untuk saat ini.
Gumaman Anne yang sekarang, menjadi pertanyaan dipikiran Julian yang berada didepan Anne. berkecamuk pikiran disaat ini, pada diri Julian dan lainnya.
"Apa dia sedang bersembunyi?" gumam Anne sambil melangkah tak pasti. "Apa dia sedang menakuti kita sekarang?" lanjut Anne sudah mengalirkan air mata tanpa suara.
Dick tersenyum pada adiknya, "Tidak untuk sekarang, Anne. Tetapi, sekarang bukan saatnya berpikir tidak-tidak." Katanya menenangkan.
Pencarian yang tidak membuahkan hasil tersebut membuat mereka kembali ke Perpustakaan. Keberadaan Jane yang entah kemana membuat Mr. Ednan membatalkan pertemuan rapatnya dikantor dan memilih untuk tidak masuk sementara.
Lagipula dia merasa bersalah atas keberadaan Jane yang entah kemana, membuat salah satu anggota Eight Detectives tersebut ikut terlibat dalam kasus yang dihadapi.
Tetapi, ketika Anne hendak duduk disudut sofa dekat rak Perpustakaan yang besar diujung tersebut merasa salah satu kakinya menginjak sesuatu.
Dia mundur dan menurunkan kaki ke bawah untuk mengambil sesuatu yang dilihatnya sebuah buku yang sedikit tebal menurutnya, mungkin sekitar seratusan halaman jika menurut dugaannya.
Sesudah mengambil, Anne melihat judul buku tersebut tertulis Peristiwa Tragedi Kecelakaan.
"Buku apa itu, Anne?" Tanya Mr. Ednan pada Anne yang masih memandang buku itu tanpa membukanya.
Anne memandang sosok yang menanyainya, "Peristiwa Tragedi Kecelakaan, Mr. Ednan."
Mrs. Nadia yang mendengar jawaban Anne perlahan melebarkan mata, terlihat kaget. Karena dia mengetahui apa isi dari buku tersebut.
Sangat mengetahui isinya.
Sangat.
"Jane diculik dan disekap." Katanya pelan.
"Apakah maksud anda?" Tanya Bob langsung.
Mrs. Nadia menatap Bob dengan serius, "Jane sudah diculik dan disekap."
"Sudah? Tidak mungkin... Itu mustahil!" Singgah Julian.
Jupiter menatap Julian tenang, "Itu bisa menjadi tidak mustahil jika Jane benar-benar disekap, Julian."
"Impossible!" seru Anne, "Kalian jangan sembarangan berbicara jika dia disekap sekarang!"
"Tenangkan dirimu, Anne." Ucap Dick.
"Tidak mungkin dia tidak ada, pasti dia berada disekitar sini. dia hanya bersembunyi. Iya kan?" Kata Anne tertawa pelan, mungkin sudah stress_-
"Jika dia seperti yang kau katakan, pasti sudah ketemu! Maybe, dari awal kita mencari!" seru Julian bernada kesal. mendengar hal yang adiknya ucapkan, tidak sesuai pikirannya.
🔶🔶🔷🔶🔶
"Jane menghilang karena aku! seharusnya aku bersama dia..." Ucapnya dengan menunduk.
"Kau jangan menyalahkan dirimu, pasti dia masih berada disini." Kata Bob menenangkan.
"Aku bersependapat denganmu, Bob. Aku.. juga merasa dia masih disini, di puri ini." Lalu Anne yang menunduk, mengangkat kepalanya.
"Aku harus mencarinya lagi." katanya berdiri dan hendak melangkah.
Tetapi, Bob menahan lengannya, "Tidak, Anne. Tenangkan dirimu dahulu."
"Bagaimana aku harus diam, jika Jane dalam bahaya!" seru Anne.
"Trust me, she will be fine. you must thinking positive." Kata Bob menenangkan.
Anne yang melihatnya dengan tatapan sejuk dikedua pancaran mata violet Bob membuatnya luluh.
Dia yang seperti tersihir akan tatapan itu pun langsung memeluk Bob, membuat yang dipeluknya tersenyum tipis dan membalas pelukannya.
Cie-cie.. Ehm 😅😂
🌸🌸🌸
Jane membuka matanya, awalnya samar-samar menjadi jelas.
Dia memperhatikan keadaan sekitarnya yang penuh kardus, kayu serta perabotan rumah yang sudah berdebu.
Tetapi, ketika dia menoleh ke arah kiri dirinya mendapati sesosok manusia yang sudah terbujur kaku dilantai. Untunglah dia menahan mulutnya dengan kedua tangan.
Dia memeriksa suhu dari napas pada hidung dan merasakan detak jantung di dada kiri sosok tersebut.
Tetapi, hasilnya nihil!
Tidak ada hembusan ataupun detak jantung sama sekali, seorang manusia tersebut sudah meninggal.
Dia bingung apa yang harus dilakukan. Berpikir pada handphone yang diletakkan disaku celananya, dia mengambilnya dan mengecek apa masih hidup atau tidak.
Sinar menyala! Dia pun dengan cepat mengirim email pada seseorang tentang keberadaannya.
Mendengar suara langkah, dia dengan cepat menaruh disakunya kembali dan kembali pada posisi semula.
Pingsan.
"Kau tidak perlu berpura-pura pingsan atau aku akan menginjakmu." Ancam sang pelaku padanya.
Dia merasa mendengar suara tersebut. Jane pun menghela napas dan duduk. Dia tidak dapat melihat pelakunya, karena suasana ruangan gelap yang dirasanya pengap.
Pelaku pun menyalakan lampu saklar dan membuat Jane dapat melihatnya dengan jelas.
"Kenapa, kaget? Tidak menyangka, ya?" Kata pelaku tersebut tersenyum miring.
"Kenapa kau melakukannya Calil, membunuh sosok disampingku?"
Chart tertawa renyah, "Kau seorang detective, bukan? seharusnya kau tahu."
Lalu dia melangkah mendekati Jane, berjongkok dan meletakkan tangan kanan dibahu Jane. "Lagipula kenapa kau tidak mengkhawatirkan dirimu sendiri?"
Jane menyingkirkan tangan itu dari bahunya, "Jangan kau coba-coba denganku." Desisnya.
"Hoh, kau berani juga rupanya, Jane."
"Jangan memanggil nama depanku!" Seru Jane.
Chart tersenyum tipis dan menutup mata, "Why? Kau tidak perlu melarangku, gadis kecil." jawaban itu membuat Jane tertawa sarkastik dan menoleh kearah lain.
⚫⚫⚫
Dering handphone Julian berbunyi, segera dia menyalakan layar dan membaca new email yang tertera di handphone miliknya.
Jane.
'Aku sekarang berada digudang Puri Hallican, terlihat kardus-kardus, dan perabotan berdebunya.'
"Dia sekarang masih berada di Puri ini!" Seru Julian dengan semangat.
"Maksudmu Jane?" Tanya Jupiter yang dijawab hanya dengan anggukan.
"Dimana dia sekarang?" Tanya Mrs. Nadia cepat.
"Gudang. Bisa ditunjukkan letaknya?" Tanya Julian.
"Tentu saja. Ayo kita temukan dia." Jawab Mr. Ednan dengan segera.
Sesampainya, Mr. Ednan mencoba membuka. Tetapi, pintu dikunci dari dalam, membuat Mr. Ednan dan Julian mendobrak dengan sekali sentakan.
Mr. Ednan yang pertama masuk diikuti Julian dan yang lainnya, seketika melihat Jane dengan keadaan terikat membuatnya langsung mendekatinya untuk melepaskan.
"Jane, kau baik-baik saja? Kau tidak terluka?" Tanya Julian khawatir.
Jane menggeleng, "Aku baik-baik saja dan tidak terluka." ucapnya pelan dan langsung memeluknya, "Kenapa kau tidak cepat datang, bodoh!"
"Maafkan aku, suara handphone aku non-aktifkan."
"Kau tidak tahu betapa takutnya aku. Tetapi, aku senang kau datang."
"Lalu siapa yang mengurungmu begini?" Tanya Julian seraya melepas pelukan.
Pertanyaan Julian membuatnya bungkam dan tidak dijawab. Entah dia harus menjawab apa.
"Kenapa kau tidak menjawab?" Tanya Julian.
"Lebih baik kita tenangkan dia, biarkan dia beristirahat dahulu." saran Mr. Ednan.
Malamnya, Jane tidur ditemani Anne. Anne tidak bertanya kepadanya, walaupun banyak pertanyaan diotaknya. Namun, karena tatapan Jane yang masih berat untuk menjawab pertanyaan pun membuat Anne tidur lebih awal. Dan Jane sebelum jatuh kedalam mimpi, dia masih memikirkan apa yang terjadi sebelumnya.
🌸🌸🌸
Pada chapter 5 yang telah direvisi ini mungkin berbeda dengan versi sebelumnya. Author sengaja menghilangkan unsur yang kearah melenceng-lah pokoknya. Demi kebaikan dan menyesuaikan umur para readers-nya. Juga karena dari saran teman karibku putri_yuli
Semoga para readers menyukainya, pada cerita yang mungkin masih ada kekurangan ini.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
Sayonara,
Salam SriTaurus5
Revisi 09/04/2017