RACING the Limits [LEONIDAS#1]

By daasa97

2.1M 136K 8.2K

Olivia Allana Jenner, model nomor satu dunia yang terkenal sombong terpaksa harus menjalin hubungan kembali d... More

๐‘๐€๐‚๐ˆ๐๐† ๐ญ๐ก๐ž ๐‹๐ข๐ฆ๐ข๐ญ๐ฌ
๐“๐ซ๐š๐ข๐ฅ๐ž๐ซ & ๐€๐ž๐ฌ๐ญ๐ก๐ž๐ญ๐ข๐œ
RTL | Part 1 - The Interview
RTL | Part 3 - Forced Man
RTL | Part 4 - The Trip
RTL | Part 5 - Be his Girlfriend
RTL | Part 6 - Crazy (Rich) Family
RTL | Part 7 - How Dare You?!
RTL | Part 8 - The Club
RTL | Part 9 - Bad Accident
RTL | Part 10 - Aftertaste
RTL | Part 11- Arranged Marriage
RTL| Part 12 - Like it used to be
RTL | Part 13 - Show me!
RTL | Part 14 - Be Your Pet
RTL | Part 15 - Accept Me, Please
RTL | Part 16 - Over Again
RTL | Part 17 - Think About Us
RTL | Part 18 - Black Magic
RTL | Part 19 - The Wedding
RTL | Part 20 - Catching Feelings
RTL | Part 21 - Realized
RTL | Part 22 - Alvaro
RTL | Part 23 - Bittersweet Memories
RTL | Part 24 -Attention
RTL | Part 25 - The Wound is Still Here
RTL | Part 26 - Sorrow and Regret
RTL | Part 27 - Lowest Point
RTL | Part 28 - No Longer There
RTL | Part 29 - This is My Fault
RTL | Part 30 - I Was the One Who Was Wrong
RTL | Part 31 - Anthony Threat
RTL | Part 32 - The Scandal
RTL | Part 33 - Come Back Home
RTL | Part 34 - Racing the Limits [END]

RTL | Part 2 - The prize is me

105K 6.8K 163
By daasa97

RACING the Limits | Part 2 – The prize is me.


Los Angeles, California—USA. | 7:49 PM

"Kevin Alvaro Leonidas! Apa mau mabuk? Kau—" Nada panggilan terputus menghentikan ucapan Olivia. Olivia segera menatap layar ponselnya, menganga melihat Kevin memutuskan panggilan mereka sepihak.

"Kevin sialan!" umpat Olivia sambil membanting ponselnya ke atas meja rias. Beberapa foundation, lipstick hingga serum berharga mahal berjatuhan karena ulah perempuan berusia dua puluh tiga tahun, berambut coklat karamel dengan warna mata senada itu. Tapi Olivia tidak peduli, jangankan itu semua—Olivia malah sangat ingin menghancurkan dunia ketika melirik layar televisi yang masih menampilkan iklan.

Kevin Leonidas sialan! Bisa-bisanya dia membeberkan kebohongan seperti itu pada dunia?! Olivia menarik napas panjang, berusaha tenang. Tapi sayangnya, ketenangannya tidak bertahan lama ketika asistennya—seorang wanita pirang berusia sepantaran dengannya—masuk dengan tergesa.

"Livy ... Livy! Coba kau lihat ini! Tuhan! Akhirnya kita menemukan jalan keluar untuk skandalmu!" pekik Skyla sembari menunjukkan layar ponselnya.

Olivia segera berbalik. "Apa lagi?! Jangan bilang kau menyuruhku—"

"Kenapa kau tidak berkata, kau kekasih Kevin Leonidas! Kau sudah membuatku pusing dengan skandalmu dengan Mr. Thompson! Tuhan ... kenapa lagi dengan semua make up ini?!" Lagi. Skyla terbelalak melihat beberapa botol-botol makeup dan skin care dengan harga selangit pecah.

"Bereskan saja semuanya. Termasuk soal Kevin Leonidas. Katakan pada wartawan kami tidak berhubungan—lelaki sialan itu hanya berdelusi. Apa pemotretannya sudah bisa dimulai? Mana gaunku?"

Kekagetan Skyla berubah menjadi kebingungan. "Maksudmu? Kenapa aku harus melakukan itu? Itu hanya akan membuat skandal baru untukmu!"

"Karena Kevin Leonidas memang bukan kekasihku. Dia hanya lelaki gila!"

Olivia bangkit berdiri, bersamaan dengan itu beberapa kru masuk sembari membawakan beberapa gaun pengantin dari brand ternama yang akan dia kenakan. Beberapa waktu belakangan, dibandingkan mendapat job pemotretan lingerie atau pakaian dalam—Olivia jadi lebih sering mendapat job pakaian kasual, gaun—bahkan menjadi brand ambassador beberapa merek make up dan sepatu.

Masih dengan pandangan bingung, Skyla memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan bergegas mengambil satu gaun untuk Olivia. "Livy, dengarkan aku ... aku tidak peduli Kevin Leonidas memang benar-benar kekasihmu atau bukan. Tapi yang jelas dia mengakui itu. Bahkan kabarnya Mrs. Thompson akan melakukan konferensi pers untuk meminta maaf—"

"Dia memang seharusnya meminta maaf. Bahkan sebelum Kevin mengatakan—ah, sudahlah. Intinya, aku memang tidak pernah berselingkuh dengan suaminya! Aku hanya sedang makan malam ketika—"

"Baik! Pria tua itu yang mendekatimu. Tapi kau sendiri yang paling tahu, kali ini media dan orang-orang di luar sana tidak akan mendengarkan ucapanmu. Ini bukan kali pertama. Sebelumnya, bukankah kau juga sudah digosipkan menjadi perusak dalam hubungan Jason Stevano?"

Mengembuskan napas berat, Olivia menutup matanya rapat-rapat. Skyla ada benarnya. Dia benar atau salah, orang pasti akan lebih melihat track recordnya. Jason Stevano adalah sepupu Kevin—dan Olivia memang sempat mendekatinya karena beberapa alasan—tapi dia tidak berpikir hal itu akan berdampak sekarang.

"Okay. Jadi apa yang kau ingin aku lakukan?" ucap Olivia pasrah. "Satu lagi. Apa pun isi kepalamu, aku bukan kekasih Kevin Leonidas dan tidak akan pernah menjadi kekasihnya!"

"Kenapa tidak? Bukankah dia terlihat menyukai—"

"Skyla!"

"Okay. Okay. Aku tidak akan ikut campur soal itu. Saranku, sekarang kau cukup diam. Jangan berkomentar. Biarkan saja Kevin yang menyelesaikan skandalmu."

"Haruskah? Dia itu lelaki gila!"

Skyla mengangguk lemah. "Sepertinya memang tidak ada yang bisa kau lakukan. Ini untuk karirmu. Kau tahu betapa imajinatifnya para pemburu berita itu. Bisa-bisa mereka malah menerbitkan berita tentang Olivia Jenner yang lebih memilih menjadi selingkuhan Mr. Thompson daripada—"

Lagi. Olivia mengembuskan napasnya panjang. "Aku mengerti. Sekarang bisakah kita mulai photoshootnya tanpa mengungkit semua nama laki-laki berengsek itu? Makin cepat kita mulai, makin cepat kita selesai."

Skyla tidak mempunyai pilihan lain selain mengangguk, dia buru-buru membantu Olivia mengenakan gaun pengantin berwarna putih dengan ekor panjang. Beberapa crew yang lain juga ikut membantu mereka. Olivia hanya tinggal memakai sarung tangannya ketika terdengar suara pintu diketuk. Ternyata Anthony Ferdinand; fotografer untuk pemotretan kali ini.

"Natasha sudah selesai. Sekarang giliranmu. Apa kau sudah siap, Livy?" tanya Anthony sembari tersenyum.

"Ya. Ayo kita selesaikan dengan cepat," ucap Olivia sambil balas tersenyum paksa. Sayangnya senyum itu langsung menghilang begitu suara Kevin di Televisi terdengar lagi.

God! Apa tidak bisa lelaki itu menghilang dari muka bumi?! geram Olivia dalam hati.

Kevin Leonidas bukan siapa-siapa, hanya orang yang dulu pernah membuatnya jatuh cinta, sekaligus menghancurkan hatinya dalam sekejap mata.


***


Sayangnya harapan Olivia tidak terkabul, dia bahkan melihat Kevin sudah bersandar di kap Lamborghini hitam yang terparkir di sebelah Lexus putihnya. Padahal sudah hampir jam satu pagi. Pemotretan memang baru saja selesai, Olivia jadi menyesal langsung menuju parkiran tanpa menunggu Skyla.

Olivia bukannya tidak melihat lelaki dengan rambut coklat keemasan, dagu terbelah dengan otot-otot memesona di balik kaos polo hitamnya. Kevin Leonidas selalu penuh pesona, membuat wanita selalu menoleh dua kali—tapi tidak Olivia. Dia hanya melengos, melewati Kevin dan langsung berjalan ke mobilnya.

"Oliv!"

Olivia berpura-pura tuli, langsung masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Mobil menyala. Olivia juga bersyukur Kevin tidak mengejarnya seperti biasa. Namun, begitu Olivia ingin melajukan mobilnya, mobil itu tidak bergerak. Sialan. Olivia merengut, merasa aneh. Jelas-jelas mesin mobilnya hidup. Mengembuskan napas keras, Olivia melangkah keluar, bertekad untuk tetap tidak mengacuhkan Kevin seperti tadi.

Sayangnya, begitu Olivia keluar, ia mendapati jika keempat roda mobilnya sudah kempes semua.

"Kau!" Olivia berteriak, menunjuk Kevin yang masih duduk santai.

Kevin menyeringai menyebalkan. "Ya?"

"Kau mengempeskan roda mobilku!" tuduh Olivia langsung.

Kevin menampilkan wajah kesakitan. "Ah! Kenapa kau harus menuduhku sekejam itu?"

"Kevin!"

"Ya, little tigress? Butuh tumpangan?"

Olivia menggeram, memilih mengabaikan Kevin. Gadis itu mengeluarkan ponselnya, berniat menghubungi Skyla, taksi atau apa pun. Semua hal asalkan dia bisa terbebas dari Kevin Leonidas.

Tidak ada nada sambung. Olivia melihat bar ponselnya. Sial. Tidak ada sinyal.

"Apa aku sudah mengatakan gedung ini milikku? Ah, aku lupa ... aku juga sudah menaruh penghalang sinyal." Lagi. Kevin menyeringai begitu menatap wajah kesal Olivia. "Tenang saja. Aku siap mengantarmu."

"Dalam mimpimu. Aku lebih suka meminta salah satu orang di dalam mengantarku pulang!" geram Olivia sembari berjalan menjauhi Kevin.

"Liftnya mati. Percaya saja padaku."

"Tidak akan," ucap Olivia sembari terus berjalan.

"Aku Leonidas. Semuanya aku tahu!" Kevin berteriak. "Bahkan aku juga tahu lampu di basement ini akan mati begitu aku menjentikkan jari," ucap Kevin lagi sembari mempraktekkannya. Dan ... benar! Lampu di basemen itu mendadak mati.

Olivia menjerit panik, langsung berjongkok dan menutup mata. Olivia rabun senja ... dia juga takut hantu. Sialnya si brengsek ini memang tahu.

"Jadi, mau pulang bersamaku?" Olivia masih menutup mata ketika dia mendengar langkah Kevin mendekat.

"Hanya jika aku mati!"

"Kau yakin? Okay, aku akan pergi sekarang."

Olivia bersumpah dia mendengar nada geli dalam suara Kevin. Dia benci itu—tapi dia lebih membenci langkah Kevin yang menjauh.

"Kevin! Okay ... okay! Aku ikut!"

"Apa? Aku tidak dengar?"

"Antarkan aku pulang, sialan!" rutuk Olivia dengan masih menutup mata, menurunkan sedikit harga dirinya.

Sejenak dia bisa mendengar kekehan Kevin, lelaki itu mendekat, lalu menuntunnya ke dalam mobil. Untungnya bagian dalam mobil Kevin cukup terang—Olivia jadi bisa melihat. Di saat yang sama Kevin memakaikannya sabuk pengaman, membuat posisi mereka sangat dekat. Olivia mengalihkan pandangan, berusaha tidak terpengaruh, dia juga menahan napas untuk menghindari aroma tubuh Kevin Leonidas.

Olivia baru menarik napas begitu Kevin menjauh, tapi aroma citrus yang dia kenal ternyata masih bisa Olivia rasakan. Lima menit kemudian, mobil sport itu sudah melaju di jalanan kota Los Angeles. Sudah dini hari, tapi jalanan masih sangat ramai—berkebalikan dengan kesunyian di dalam mobil. Olivia terus mengalihkan pandangannya ke jalan.

"Kosongkan jadwalmu besok," ucap Kevin tiba-tiba.

Olivia menoleh, mengernyit heran. "Apa?"

"Kau mendengarnya. Atau aku yang harus menghubungi Skyla?"

"Kau pikir jadwalku bisa diubah segampang itu?!" ucap Olivia kesal. Ingin sekali Olivia menggigit leher Kevin sampai putus, pria ini memang benar-benar keterlaluan—bossy, arrogant, pemaksa—semuanya ada dalam diri Kevin Leonidas. Yang publik ketahui masih belum semuanya, termasuk betapa brengsek lelaki yang mereka puja-puja. "Lagi pula siapa kau? Kenapa aku harus menurut?"

"Aku dengan mudah bisa membayar penalti mu. Kosongkan karena besok kau harus ikut aku. Lagi pula, semudah aku membereskan skandalmu, semudah itu juga aku bisa mengangkatnya menjadi lebih besar." Kevin terdengar santai, tapi tetap saja membuat Olivia mengepalkan tangan. Sadar, jika saat ini Kevin tengah mengancam.

"Okay. Ke mana?"

"Rumah sakit. Besok Ariana keluar."

Seketika Olivia terkekeh geli. Jadi karena itu Kevin membersihkan skandalnya? Olivia tahu Kevin memuja Ariana—si gadis penyakitan—tapi sayangnya gadis itu lebih memilih Jason Stevano; sepupu Kevin sendiri. Menyedihkan. Dan melihat sikap Jason yang pencemburu, Kevin mungkin sengaja mengajak Olivia agar tetap bisa menemui 'Ana'nya.

"Tidak berminat. Apa untungnya buatku?"

"Kau akan memiliki akses masuk ke semua fasilitasku. Semuanya. Apa yang aku miliki menjadi milikmu."

"Tidak tertarik. Aku bukan orang miskin," dengus Olivia. Di tengah skandalnya, dia masih model nomor satu dunia—harta bukan masalah. Kevin memang lebih kaya, tapi Olivia tidak akan membiarkan lelaki manapun membelinya dengan harta.

Hening beberapa saat hingga Kevin kembali bersuara.

"Apa kau akan mau, jika hadiahnya ... aku?"

"A—apa?" Olivia langsung kehilangan kata.

"Aku. Menjadi milikmu. Sepenuhnya. Apa itu masih kurang bagimu?" Kevin melirik Olivia dengan mata tajamnya, sorotnya menyatakan kesungguhan. "Aku bisa menjadi apa pun yang kau mau. Gantinya, kau hanya perlu ada di sisiku. Menjadi tamengku. Sesederhana itu."

Apa? Tameng katanya? Seperti dulu?

Tawa hambar Olivia mengudara. "Kevin! Dengar—"

"Aku akan keluar dari balapan, mengurus perusahaan kemudian mewarisi harta Daddy-ku. Aku pastikan, tidak akan ada kerugian ketika kau bersamaku." Olivia mencengkeram sabuk pengaman, kemudian membuang pandangan ke jendela mobil. Dia membenci Kevin. Sangat. Tapi mengabaikannya juga bukan hal mudah.

"Pikirkan lagi, Oliv. Bukankah dulu itu yang kau mau?"



TO BE CONTINUED


Continue Reading

You'll Also Like

52.3K 7.9K 46
By Saltedcakes_ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Hanya sebuah kisah singkat antara Kalea, Kaisar dan Dirga. Apakah mereka akan bahagia? Atau bahkan seb...
550 51 9
"Ayo temenan!" "Yakin temenan sama gue?" * "Lo sama aja kaya mereka." "Apa?" "Lo deket sama gue karena harta." * "Kenapa lo egois banget sih?" * "S...
1M 149K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
99.4K 8.2K 66
Kaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di bal...