No MarkBam No Life//OS Colect...

By IggySandoro

46.1K 2.7K 881

Buku ini hanya akan berisi cerita pendek OS/TS Markbam. Semoga suka. List; 1. S&M (Special Chap from love an... More

1. S&M (special chap from love and pain by Theiz hesty)
2. DREAM
3. My Tears Choco// part 1
5. Teaser guys
6. Kiss me - by Teru neko
7. My Slave , My Love - Teru neko
8. My Sugar Daddy
9. The One That Got Away
11. An Idea
12. Because B'Chill
13. Instagram
14. Instagram (2)
15. [Ficlet - Sluty Love]
16. Different.
17. Instagram (3)
18. Ficlet; Denting Piano.
20. Ficlet; Sepotong Hati Yang Hilang
21. Ficlet; Present: You
22. Ficlet; Black Umbrella

4. My Tears Choco// part 2

3K 234 77
By IggySandoro

hai Guys aku tau FF ini dah kelamaan gak di update mungkin beberapa dari kalian kebanyakan udah lupa sama jalan ceritanya, so kalo lupa baca ulang aja chapter sebelumnya ne.

satu lagi Spesial thanks to adek gua yang paling gila tapi yeah you know *Peluk*

dia yang udah ngetik sebagian besarnya guys, jadi yah bisa dibilang chapter ini hasil kolaborasi aku sma dia, semoga kalian menikmati. jangan lupa VOTE sebelum baca ne !!

Happy reading^^

________

Author POV

Mengenal Mark beberapa bulan membuat hidup Bambam menjadi sedikit lebih ceria dan berwarna, Mark yang selalau baik dan perhatianpadanya membuatl aki-laki manis itu memiliki perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya 'Inianeh' pikirnya tatkala jantungnya selalu berdebar keti kalaki-laki tampanitu tersenyumkearahnya. Hal itu membuatnya sedikit bingung. Bingung karena ia tak pernah merasa kan perasaan semacam itu.

"Bambam?"

Bambam menoleh dan melihat Mark yang sedang berlari kearahnya, mereka memang telah berjanji untuk bertemu didanau yang berada di belakang sekolah seperti biasa ketika sekolah telah dibubarkan.

"Apa yang kaubawa, hyung?"Tanya Bambam sembari menunju ksebuah kotak makanan yang Mark bawa.

"Ah...ini kue buatan ibuku, dia mengatakan padaku ingin memberikan ini untukmu." Mark menyerahkan bingkisanitu.

"Waahh...benarkah?Bagaimana ibumu bisa mengenalku?"

"Tentu saja aku yang menceritakan nya," Mark mengusap puncak kepala Bambam, "sudahlah, ayo duduk dan makan kuenya, kau pasti menyukainya." Mereka duduk di tepi danau seperti biasa, di atas rumput hijau itu mereka berbagi cerita, kasih sayang, bahkan keluhk esah bersama.

Mark menatap Bambam yang sedang memakan kue disebelah nya, matanya memerhatikan wajah Bambam yang selalu teduh dan menenangkan, namun matanya menangkap sesuatu yang aneh dikening sebelah kanan laki-laki manis itu . "Inikenapa, Bamie?Apa kau habis terjatuh ?" Mark menyentuh kening Bambam yang sedikit membiru dengan khawatir

"Emm... tidak, hyung. Ini...inihan-"

"Apa ibumu yang melakuka nya lagi?" Kini suara Mark mengintimidasi.

"Bu... bukan sepertiitu, hyung..."Bambam menghela napas, melihat Mark yang masih memicingkan Mata tak percaya padanya, "baiklah...eomma kemarin tak sengaja mendorong ku hingga membentur pintu dapur, ini tidak apa-apa, kok."Bambam akhirnya memilih jujur dengan apa yang terjadi pada kening nya.

Mark menangkup kedua pipi Bambam "Maaf, hyung tidak bisa melindungimu jika kau di rumah." Bambam menggeleng. "Tidak. Kau tidak salah,hyung." Mark membawa Bambam ke dalam pelukanya, menyalurkan semua kehangatan yang ia miliki untuk membuat Bambam merasa nyaman.

*****

Bambam melangkah dikori dorsekolah seorang diri, sekolah sudah sepi karena telah dibubarkan beberapa puluh menit yang lalu, ia pulang terlambat karena harus menemui Guru Kim untuk mengumpulkan pekerjaan rumahnya yang sempat tertinggal, Bambam yang merasa sedikit pusing dikepalanya memutuskan untuk membasuh wajahnya di toilet.

Pria manis itu membasuh tanganya di wastefel, tetapi ia merasakan hidungnya mengeluarkancairan yang menetes pada tanganya yang sedang ia basuh, kemudian ia meraba hidungnya dan melihat cairan yang ada ditanganya. 'Darah?'Tanyanya dalam hati. 'Apakah ini sudah semakin parah? 'Lanjutnya.

Ia menatap pantulan wajahnya pada cermin didepanya, wajahnya sedikit memucat dan terlihat sedikit kantung mata yang menghitam disekitar matanya, pipi nya juga semakin kurus, tak segemuk dulu. Hidungnya kembali mengeluarkan darah dan dengan segera ia membasuhnya menggunakan air.

****

Mark baru saja menyelesaikan latihan basketnya, ia membuka loker miliknya dan mengeluarkan pakaian gantinya kemudian menutupnya, namun ia menemukan sebuah kertas kecil berwarna biru muda yang sepertinya di tujukan untuknya.

'Hai Mark hyung
Kau semangat sekali latihanya ya?
Aku selalu menyukai permainan mu
Semangat!!!
karenaaku akan selalu mendukung mu'

Mark sedikit menyunggingkan senyumannya ketika membaca surat semangat itu. 'Pasti Bambam', pikirnya, kemudian ia memasukan kertas itu kedalam saku calananya.

"Hai Mark! Kenapa kau tersenyum sendiri? Apa kau sudah gila?" Temanya, Jackson, mengagetkanya dari belakang dengan mengalungkan lenganya kepundak Mark.

"Kau yang gila, Jack, bukanaku."Mark menyingkirkan tangan Jackson kemudian melangkahkan kakinya untuk meninggalkan temannya itu.

"Jadi kenapa kau tersenyum sendiri, huh?" Jackson bertanya sembari ikut melangkah kan kakinya disamping Mark."Tidak ada."

"Jangan berbohong! Kau selalu tersenyuma khir-akhirini, heum?"Jackson menggoda Mark, ia mencolek dagu temannya itu kemudian tertawa kecil.

"Menurutmu? Bagaimana Bambam?"

"Bambam? Dia anak yang manis," komentar Jackson, "apa kau menyukainya?" Tambahnya. Mark mengangguk dengan santai."Jika kau menyukainya, kau harus cepat menyatakanya."

Mark menoleh dengan serius. "Baiklah! Besok aku akan menyatakan perasaanku padanya, sekarang aku harus pergi, aku harus cepat. Bye." Mark melambaikan tangannya kemudian berlari meninggal kan Jackson yang menatapnya tak mengerti.

*******

Bambam menutup buku tugasnya kemudian meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, ketukan pada pintu kamarnya yang tiba-tiba membuatnya sedikit terkejut. "Masuk!"

Wajah Jinyoung menyembul dari balik pintu, ia kemudian melangkah mendekati adiknya yang sedang duduk dikursi belajar."Bamie, kau belum tidur?"Jinyoung duduk ditempat tidur Bambam.

Bambam bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya untuk duduk disebelah Jinyoung. "Belum, hyung. Ada apa?"

Jinyoung menggelengkan kepalanya. "Tidak. Hyung hanya ingin menanya kan sesuatu."

"Sesuatu? Apa?" Wajah Bambam ia buat sepenasaran mungkin membuat Jinyoung sedikit terkekeh kemudian tersenyum malu."Menurutmu ?Mark Hyung itu seperti apa orangnya?" Deg. Bambam merasakan sesuatu yang sedikit tak nyaman di dalam hatinya.

"Eum... diaorang yang baik 'kan ,hyung?"Jawaban Bambam malah terdengar seperti sebuah pertanyaan..

Jinyoung tersenyum. "Benarkah? Mmh...sudah kuduga, hehe."Bambam merasakan ada yang aneh dengan kakaknya itu memutuskan untuk bertanya, "Memangnya kenapa, hyung?"

Jinyoung terlihat malu-malu. "Mmh...hyung sebenarnya... hyung menyukai Mark Hyung." Bagai ditusuk oleh ribuan jarum, menyebar ke seluruh tubuhnya hingga saling bertemu pada pusatnya, yaitu hatinya, laki-laki manis ini benar-benar merasakan sakityang teramat didalam hatinya.

"Bagaimanamenurutmu, Bamie?"

Bambam terdiam, perasaanya campur aduk.'Apakah aku menyukai Mark Hyung? Lalu bagaimana dengan Jinyoung Hyung yang menyukai Mark Hyung?'Bambam bertanya sendiri pada dirinya kemudian sedikit menggeleng. 'Tidak, aku tidak boleh egois, Jinyoung Hyung adalah orang yang sangat baik, dia pantas bahagia, Mark hyung juga pasti akan lebih bahagia jika bersama dengan Jinyoung Hyung. Yah, itu yang terbaik.'Bambam mengangguk mantap.

"Yah, hyung! Kalian sangat cocok!" Bambam berseru senang, namun terdengar di paksakan.

Jinyoung yang melihat ada perubahan pada ekspresi adiknya itu menatapnya aneh. "Hei...kenapa kau berkaca-kaca? Kau sedih?"Tanyanya lembut.

Bambam menggeleng dengan cepat kemudian menghapus air matanya yang hampir menetes. "Tidak, hyung...tidak...aku menangis karena bahagia. Aku menyayangimu, hyung,"'dan aku mencintai Mark Hyung,'lanjutnya dalam hati.

Jinyoung langsung memeluk Bambam dengan erat "Terimakasih. Hyung juga menyayangimu, Bamie." Bambam mengangguk dibalik pelukanya, dia tak mampu berkata kata, hatinya menjerit sakit untuk mengaku, tapi ia tak bisa. Jinyoung adalah kakaknya, satu-satunya orang yang baik kepadanya selama ini, bahkan sebelum Mark datang di kehidupanya, tentu ia akan melakukan apapun untuk kakaknya itu, bahkan mengorbankan perasaanya pada Mark.

Bambam menghapus air matanya dibalik punggung Jinyoung kemudian tersenyum secerah mungkin. 'Jika aku mati maka akua kan mati dengan tenang hyung, asalkan kalian bahagia.'

******

Mark tidak bisa tidur, matanya tak dapat terpejam, bahkan ia sudah memaksanya. Jantungnya berdebar terlalu cepat memikirkan apa yang akan dia lakukan besok. "Aku harus membuat sesuatu yang romantis?" Kemudian ia menggeleng "Bagaimana jika Bamie tak menyukainya?" Ia menjambak rambutnya sendiri setelah mengucapkan kalimat itu."Argghh apa yang harus ku lakukan?" Pertanyaan itu telah terulang untuk sekian kalinya di dalam otak seorang Mark Tuan, dan itu pula yang membuat nya tak bisa tertidur.

"Ahh... besoka dalah hari valentine, aku baru mengingatnya. Bagaimana jika aku mengajaknya kedanau dan menyatakan cintaku disana?" Ia menganggukkan kepalanya."Ahh baiklah. Itu saja."Kemudian barulah seorang Mark Tuan bisa memejam kan kedua matanya dan tertidur dengan tenang, bukan mati ya.

******

Bambam berjalan dengan Gontai keluar kelasnya , ia baru saja menyelesaikan piket sorang diri karna teman temanya pergi pulang duluan 'aku harus menyelesaikan PR ku Bam' itu kata mereka ketika Bambam Bertanya, memangnya mereka saja yang ingin mengerjakan PR. 'Jika kami, membutuhkan waktu seharian penuh untuk mengerjakanya, jika kau . kau kan pintar, kau hanya perlu satu jam untuk menyelesaikanya' Bambam hanya menghela nafas jika mereka sudah beralasan seperti itu.

Handphone Bambam bergetar. 'Datanglah ke danau seperti Biasa. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu' pesan dari Mark, Bambam sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya 'aku juga ingin menyampaikan sesuati hyung' Balas Bambam dalam hati menjawab pesan Mark.

Bambam segera berlari ke taman belakang sekolahnya untuk menemui Mark di danau taman itu, matanya menangkap Mark yang telah berdiri di sana membelakanginya menghadap Danau berwarna hijau itu, 'sepertinya Mark hyung membawa sesuatu' pikir Bambam.

"Mark hyung?" Bambam memanggil Mark ketika ia sudah berada di belakang Mark

Pria tampan itu sedikit kaget dan langsung menoleh kearah Bambam dengan kedua tangan yang ia sembunyukan di belakang tubuhnya, Bambam hanya menatapnya sedikit heran.

"Hyung? Itu apa yang kau sembunyukan di belakangmu?" Mark mengeluarkan benda itu dari balik punggungnya, Sebuah kotak Coklat. Perasaanya tidak enak

"Bam, jadilah kekasihku." Bambam menatap Mark dengan kedua alis mata yang saling bertaut mendengar ucapan Mark , dugaanya benar 'Mark hyung menyatakan perasaanya', tangannya yang gemetar terangkat untuk meraih sekotak cokelat yang ada di tangan laki-laki tampan itu, ia menatap cokelat itu serta Mark secara bergantian. Ia bisa saja menerima Mark sebagai kekasihnya karena ia juga mencintai laki-laki tampan itu, tapi Jinyoung jauh lebih penting sekarang."Apa kau sedang bergurau?"

"Tidak, Bamie. Aku menyukaimu, lebih tepatnya aku mencintaimu. Aku ingin kau menjadi kekasihku." Mark meraih kedua tangan Bambam dan menggenggam nya dengan cukup erat, ia tersenyum dengan sangat manis, ia yakin jika Bambam akan menerima pernyataan cintanya. Namun, jawaban yang keluar dari bibir penuh itu membuat genggaman tangannya terlepas secara perlahan.

"Aku minta maaf, hyung. Tapi, aku tidak bisa."

"Kenapa?"

Tak ada jawaban, laki-laki manis ini hanya menundukkan kepalanya dalam diam, genggaman tangannya pada sekotak cokelat yang tadi diberikan oleh Mark semakin erat untuk sekedar meredam rasa yang bergejolak di dalam hatinya .

"Hyung, apa kau benar-benar mencintaiku?"

"Tentu saja aku mencintaimu, Bamie. Sangat mencintaimu. Kau meragukanku,?" Bambam menggelengkan kepalanya dengan perlahan, ia mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk untuk menatap ke arah laki-laki tampan yang berdiri di depannya.

"Hyung."

"Ada apa, hm? Apa ada sesuatu yang membuatmu tidak menerima ku?" Bambam memejamkan kedua matanya, menarik napas ya dan menghembuskan nya dengan perlahan.

"Jika kau benar-benar mencintaiku, apa kau akan mengabulkan permintaanku?"hati Bambam menjerit untuk tidak mengatakan itu.

"Tentu saja, memangnya apa permintaanmu? Aku pasti mengabulkannya."

"Sebenarnya aku juga mencintaimu, hyung. Sangat mencintaimu. Aku hanya memiliki satupermintaan, hyung. Dan aku ingin kau mengabulkannya, aku ingin kau bersama dengan Jinyoungie Hyung."Laki-laki tampan itu menautkan kedua alis matanya tatkala ia mendengar permintaan laki-laki manis di depannya ini, ia sempat tertawa kecil dan menganggap semuanya hanya sebuah gurauan, namun wajah serius Bambam membuatnya menatap laki-laki manis itu dengan dalam. "Kenapa aku harus bersama seseorang yang bahkan tidak kucintai?"

"Dia mencintaimu, hyung."Bambam menunduk untuk menahan sakit yang mulai menyerang hatinya.

"Dia yang mencintaiku, tapi aku tidak mencintainya." Mark menggelengkan kepalanya, ia tidak akan bisa menjadi kekasih dari orang yang bahkan sama sekali tak dicintainya, ia hanya ingin Bambam yang menjadi pasangannya, tidak yang lain.

"Hyung, ku mohon... aku tidak ingin mengecewakan Jinyoung Hyung. Aku tidak ingin dia sedih."suara Bambam memelan

"Dan mengorbankan perasaanmu begitu saja? Aku tahu kau adalah orang yang sangat baik, maka dari itu aku menyukaimu. Tapi, jangan mengorbankan perasaanmu seperti ini, Bamie. Aku yakin dia akan mengerti jika kita saling mencintai."

Laki-laki manis itu menatap Mark dengan alis mata yang tertarik ke bawah, kesedihan tergambar dengan jelas di wajahnya. Ia menggeleng, seolah memberi tahu pada Mark bahwa ia tidak ingin menjadi seseorang yang egois, ia akan melakukan apa saja untuk Jinyoung yang sudah sangat baik padanya. Termasuk mengorbankan perasaannya sendiri, ia tidak perduli dengan sakit hati yang ia rasakan, yang terpenting kakaknya itu bahagia dengan seseorang yang dicintainya.

"Bamie, jangan bodoh! Inisama saja seperti kau membunuh dirimu sendiri!" kini suara Mark terdengar lemah

"Jika kau memang mencintaiku, lakukan saja apa yang kukatakan, hyung!" Bambam menaikan suaranya, gejolak yang terus menyakiti hatinya tak dapat ia tahan lagi. Sepertinya ia akan menangis

Mark terdiam mendengar Bambam yang tiba-tiba berteriak, urat leher laki-laki itu menegang, tangannya mengepal dengan kuat hingga buku-buku jarinya terlihat memutih."Hyung, aku hanya ingin membalas semua yang Jinyoung Hyung lakukan padaku, ia sangat baik padaku. Jadi, apa salahnya aku mengorbankan perasaanku?Ku mohon, hyung... mungkin saja ini adalah permintaan terakhir ku." Hancur sudah pertahananya, air matanya lolos dari mata indah itu. Namun dengan cepat ia menghapusnya.

"Tapi, Bam... aku tidak bisa."Mark menarik tangan Bambam ke dalam genggamannya, namun laki-laki manis itu segera menyingkirkannya dan mengembalikan sekotak cokelatyang didapatkannya tadi. Ia menatap Mark sembari tersenyum dengan sangat manis, namun Mark tahu jika senyuman itu hanyalah sebuah senyuman palsu untuk menutupi kesedihan dan rasa sakit yang laki-laki manis itu rasakan.

"Aku mencintaimu, dan aku menyayangi Jinyoung Hyung. Aku tidak ingin mengecewakan nya."

"Kau tidakingin mengecewakan nya, tapi kenapa kau mengecewakanku?" Mark terdengar putus asa

"Tidak seperti itu, hyung. Aku... aku hanya..."Bambam tak dapat melanjutkan kata katanya, dia bingung, dia menyakiti Mark dengan keinginanya, tapi ia juga tidak bisa untuk egois dari kakaknya, ini rumit.

"Baiklah"

Bambam mengangkat wajahnya yang berlinang air mata dengan tak percaya ia menatap Mark yang kini telah berkaca kaca.

"Aku akan melakukanya karna aku mencintaimu bamie.." Hati Bambam bertambah sakit mendengarnya, tapi inilah yang terbaik.

"Terimakasih, hyung." Bambam segera menghambur ke dalam pelukan Mark, mendekapnya dengan sangat erat seolah tidak ingin melepaskannya. Setidaknya sekarang ia bisa membuat seseorang bahagia dengan apa yang ia lakukan, meski secara bersamaan ia juga membuat orang yang mencintai serta dicintainya itu merasakan sakit hati.

"Tapi ijinkan aku melakukan satuhal padamu" Bambam mendongak menatap Mark masih engan memeluknya, Mark mendekatkan wajahnya dan memejamkan Matanya. "Aku mencintaimu Bamie" Kemudian dua pasang bibir itu menyatu, menyalurkan perasaan yang sangat dalam, penuh dengan dara sakit dan kekecewaan 'aku juga mencintaimu hyung' hati Bambam memilih jujur. Ia memejamkan matanya membalas ciuman Mark.

******

Bambam melangkahkan kakinya memasuki rumah, ia menemukan sang ibu yang sedang berdiri dengan tatapan tajam yang terarah kepadanya. Laki-laki manis ini menundukkan kepalanya karena tidak memiliki keberanian yang cukup untuk menatap sang ibu, ia meringis saat wanita paruh baya itu tiba-tiba mencengkram lengannya lalu mendorong tubuhnya hingga menghantam punggung sofa.

"Apa yang kau lakukan di luar sana, huh?! Kau ingin menjual dirimu?! Kalau kau memang ingin melakukan hal itu, tidak perlu kembali lagi ke rumah ini!"Bambam hanya menundukkan kepalanya dalam diam, menerima ucapan kasar dari sang ibu sudah seperti makanan sehari-hari baginya, tubuhnya sudah seperti terbiasa dengan hal itu

Wanita paruh baya itu melangkah menuju sofa, ia duduk pada salah satunya dengan sebelah tangan yang mengurut pelipisnya. Kekesalannya semakin bertambah tatkala ia mengingat kejadian yang menyebabkan dirinya membenci anaknya sendiri, sebenarnya itu bukanlah hal yang patut untuk dipermasalahkan karena Bambam memang masih sangat kecil saat itu, hanya sajawanita paruh baya itu masih mempermasalahkannya.

Flashback On

"Berhentilah untuk menangis." Wanita itu menatap malaikat kecilnya dengan kesal, berbagai cara telah ia lakukan untuk membuat Bambam kecil berhenti menangis, namun tak ada satupun yang berhasil, semua cara yang ia lakukan semakin membuat Bambam kecil menangis lebih nyaring."Diam!"mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah persalinan Bambam satu bulan yang lalu.

"Sudahlah, dia hanya anak kecil yang tak mengetahui apapun." Pria paruh baya yang merupakan suami dari wanita itu berusaha untuk membuat istrinya tidak memarahi anak mereka yang baru saja membuka matanya untuk melihat indahnya dunia ini, sebelah tangannya terangkat untuk mengusap wajah sang anak kemudian tersenyum. "Kau akan membuatnya semakin menangis jika terus memarahinya."

Bambam kecil akhirnya menghentikan tangisannya saat tangan sang ibu mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang, bibirnya bergerak untuk menyanyikan sebuah lagu klasik, berharap agar anaknya itu tertidur. Namun, tak lama setelah itu, Bambam kembali menangis, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Hal itu membuat ibunya berteriak karena kesal, ia telah bersabar untuk menenangkan anaknya itu, tapi malaikat kecil itu sama sekali tak menghiraukannya. Sang ayah berusaha untuk menenangkan anaknya itu, ia berusaha untuk menepikan mobilnya sebelum akhirnya ada sebuah mobil lain yang menabrak mereka dan membuat mobil yang dikendarai mereka berputar di aspal dan menembus pembatas jalan.Kecelakaan itu terjadi sangat cepat, bagaikan sebuah senapan yang menembakkan pelurunya hingga menyebabkan kepala keluarga itu tewas sesaat setelah dilarikan ke rumah sakit.

Flashback Off

******

Ding dong.

Bambam segera berlari kecil untuk membuka pintu utama tatkala ia mendengarseseorang di luar sana membunyikan bel. Tangannya terangkat ke udara untuk menyentuh gagang pintu dan menekannya hingga pintu itu terbuka. Ia terdiam saat melihat siapa yang datang, kakaknya datang bersama dengan Mark, bergelayut Manja di lengan laki laki itu.

Mark hanya menatapnya dengan sebuah tatapan kosong, sangat kosong, seolah dirinya tak bisa melihat apapun yang berada di depan nya.Senyuman bahagia terukir dengan jelas di wajah Jinyoung, membuat laki-laki manis ini juga ikut tersenyum walau sebenarnya ia tak ingin.

"Masuk." Bambam mundur beberapa langkah untuk mempersilakan sepasang kekasih itu masuk, ia kembali menutup pintu dan mengunci nya setelah pasangan manusia yang baru saja menjalin hubungan itu masuk ke dalam dan duduk di sofa.

"Aku ingin ke toilet." Jinyoung mengangguki ucapan sang kekasih, laki-laki tampan itu bangkit dari duduknya dan segera melangkah menuju toilet.

"Bamie, bisa kau buatkan minuman untuknya? Aku ingin mengganti pakaianku."

"Tentu saja, hyung." Bambam kembali menunjukkan senyum palsunya yang terlihat sangat tulus, ia mengambil ponselnya yang ada di atas meja kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur.

Tak memerlukan waktu yang lama, Bambam telah menyelesaikan minumannya, ia meletakkan dua gelas cokelat panas itu ke atas nampan dan mengangkatnya. Ketika laki-laki manis itu membalikkan dirinya, tubuhnya tiba-tiba menegang tatkala ia melihat laki-laki tampan yang telah ia sakiti tempo hari. Mark melangkahkan kakinya mendekati Bambam, ia kemudian berhenti beberapa langkah di depan sang pujaan hati /aseek:v/.bazeeng

"Bukankah aku telah menepati janjiku?" Bagaikan sebuah melodi indah yang disukai oleh orang-orang, suara itu mengalun dengan sangat lembut memasuki telinganya, menyebar dengan sangat cepat hingga menggetarkan hatinya."Percayalah padaku, aku sangat mencintaimu. Dan aku akan selalu mencintaimu, Bamie."

Bambam memejamkan kedua matanya, ia meletakkan nampan berisi cokelatpanas itu di atas meja, ia menatap ke arah Mark sebentar sebelum akhirnya berlari menuju kamarnya. Untuk saat ini, biarkan ia menangis untuk membuang semua kesedihannya.Saat mendengar Mark yang mengatakan jika ia akan selalu mencintainya, laki-laki manis ini merasa bahwa itu lebih sakit dibandingkan saat ia mengorbankan perasaannya demi kebahagian Jinyoung yang selalu berbaik hati padanya.

Bambam menyembunyikan wajahnya dibalik bantal, terus menangis tanpa suara. Sebelah tangannya terangkat untuk menekan dadanya yang terasa nyeri, ia menangis bukan karena menyesal telah memberikan seseorang yang ia cintai untuk sang kakak, namun ia menangis karena ucapan Mark tadi. Suara itu terdengar sangat menyakitkan di telinganya, sampai kapanpun itu hanya akan menjadi sebuah pernyataan yang tak akan pernah berakhir dalam sebuah hubungan. Benar-benar tidak akan pernah.

"Kau harus melupakan perasaanmu itu, hyung..." Bambam bangkit dari posisinya, tangannya terus menahan sesuatu yang tiba-tiba mendesak keluar dari hidungnya, ia segera berlari ke kamar mandi dan membuka keran air pada wasteful, mulai membersihkan darah yang terus keluar dari hidungnya, mengalir melalui dagunya hingga menetes pada pakaian yang ia kenakan. Laki-laki manis itu berusaha menghentikan darah yang keluar dari hidungnya sembari terus menangis.

******

Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa, yang berbeda hanyalah satu, satu hal yang sedikit menyakitkan dan membuat laki-laki manis ini ingin segera menghilang dari dunia ini. Pemandangan saat Jinyoung yang bergandengan tangan bersama dengan Mark benar-benar menjadi makanan sehari-harinya setelah makian sang ibu. Di mana pun ia bertemu dengan pasangan kekasih itu, ia akan selalu bersembunyi agar tak merasa lebih sakit lagi. Ia merasa sedikit kesal karena Mark tidak memperlakukan kakaknya seperti seorang kekasih, laki-laki tampan itu lebih banyak diam dengan tatapan yang kosong. Laki-laki tampan itu pun sangat jarang untuk sekedar menoleh ke arah Jinyoung, hal itu membuat Bambam benar-benar ingin melayangkan tinjuannya dan berteriak, 'Kenapa kau bersikap seperti ini, hyung! Kau membuat Jinyoung Hyung merasa kecewa!' Dan pada akhirnya, ucapan itu hanya tersimpan di dalan hatinya dan tidak akan pernah ia ucapkan.

Drrtt drrttt.

Bambam mengalihkan pandangannya dari Mark serta Jinyoung yang sedang melangkah bersama di koridor, ia meraih ponselnya yang tiba-tiba bergetar kemudian menggeser virtual hijau pada layarnya. Laki-laki manis itu menjawab telepon sembari melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Aku adalah anaknya, kenapa?" Langkah kaki Bambam berangsur pelan saat mendengar penjelasan di seberang sana, ia berbalik dan berlari menghampiri Jinyoung yang menatapnya tak mengerti. "Ada apa? Kau terlihat ketakutan, Bamie."

"Eomma, dia kecelakaan, hyung."

******

"Bagaimana keadaan ibuku?" Jinyoung segera bertanya pada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan, dokter itu membuka maskernya kemudian menatap Bambam, Jinyoung serta Jaebum secara bergantian, ekspresi wajahnya sangat sulit untuk diartikan. "Ibu kalian harus segera mendapatkan donor jantung, jika tidak, ia tidak bisa bertahan lagi. Baiklah, saya permisi."

Tubuh Bambam menegang saat mendengar jawaban dari dokter berparas cantik itu, ia menggelengkan kepalanya tak percaya. Kedua tangannya mengusap wajahnya dengan kasar, ia menjambak rambutnya sendiri kemudian berlari mengejar dokter yang tadi memeriksa keadaan ibunya.

"Uisanim." Dokter Song menghentikan langkahnya, berbalik dan menatap Bambam yang berlari menghampiri nya dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. "Uisanim, biarkan aku mendonorkan jantungku untuk ibuku."

Alis mata Dokter Song saling bertaut, ia menatap Bambam dengan kedua matanya yang menyipit. "Kau yakin? Tapi kau bisa saja kehilangan nyawamu jika melakukan hal itu."

"Aku tak memperdulikan hal itu, yang terpenting sekarang adalah keselamatan ibuku.". Dokter Song berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk, ia mendekati Bambam dan memukul bahunya dengan pelan. "Ibumu pasti senang memiliki anaksepertimu. Jadi, apa yang membuatmu ingin mengorbankan nyawamu?"

"Karena dia adalah ibuku, aku menyayanginya lebih dari diriku sendiri. Aku akan melakukan apapun untuk kesehatannya termasuk mendonorkan jantungku." Dokter Song tersenyum mendengar penjelasan laki-laki manis di depan nya itu"Lagi pula, Hidupku sudah tak akan lama lagi Dokter" dokter cantik itu sedikit heran, namun ia langsung mengerti hanya dengan melihat dari raut wajah Bambam

******

Kini Bambam telah berada di dalam ruangan yang sama dengan ibunya, ia menggenggam tangan wanita paruh baya itu dengan erat, mengecupnya dan meletakkan di wajahnya. Air matanya perlahan menetes saat melihat keadaan ibunya sekarang, kini tak ada lagi wanita yang selalu membentak serta memaki dirinya, wanita itu sekarang sedang terbaring tak berdaya di ruang rumah sakit, berusaha untuk mempertahankan hidupnya dengan cara menunggu seorang malaikat mendonorkan jantung untuknya. Dan malaikat itu adalah anaknya sendiri, seorang laki-laki manis yang selalu tak dianggap kehadirannya olehnya.

"Eomma, aku ingin kau cepat sembuh, hm. Jika kau sembuh, aku akan melakukan apa saja yang kau katakan. Kau bisa memakiku lagi, memarahiku sesukamu, tapi kau harus berjanji padaku. Kau harus sembuh..." Bambam berucap sembari tersenyum kecil, ia kembali mengecup tangan ibunya itu namun sedikit lebih lama.tak terasa air mata nya meluncur, sudah sangat lama ia menginginkan ini, mencium dan membelai ibunya. Yang tak pernah ia dapat.

"Aku minta maaf, eomma. Selama ini aku selalu membuatmu merasa kesal, aku membuat Appa meninggal, aku membuat semua orang menderita. Eomma, kau tahu tidak? Aku telah menyakiti perasaan orang yang mencintaiku, aku harus apa? Aku sebenarnya juga mencintainya, tapi aku tidak ingin membuat Jinyoung Hyung sedih karena cintanya tak terbalaskan oleh Mark Hyung. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang egois, maka dari itu aku rela mengorbankan perasaanku agar Jinyoung Hyung bahagia. Aku tidak salah 'kan, eomma? Eomna, jangan diam saja... kau mendengar ku, 'kan?" Bambam tertawa kecil dengan kepala yang menunduk setelah mengucapkan kalimat itu, kedua tangannya mengepal, ia sangat membenci dirinya yang menangis didepan ibunya. Sebagai seorang laki-laki, dia tak seharusnya melakukan hal ini.

"Ah... aku menangis, eomma. Aku tidak seperti seorang laki-laki ya, haha. Maafkan aku, eomma... aku benar-benar minta maaf. Aku tak bermaksud melakukan semua hal itu, eomma maafkan aku..." kristal bening itu kembali menetes, mengalir dengan perlahan membasahi wajah Bambam. Laki-laki manis itu memeluk tubuh ibunya yang terbaring lemah di atas tempat tidur, ia menenggelamkan kepalanya di dada sang ibu, berusaha mencari kehangatan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Eomma, meski kau selalu kasar padaku, kau selalu mengatakan jika kau membenciku, kau mengatakan jika aku adalah seseorang yang membawa sial. Tapi, aku selalu mencintaimu, eomma... dan aku yakin jauh di dalam hatimu, masih ada sedikit ruang untukku, kau pasti juga mencintaiku 'kan, eomma? Aku yakin itu. Jika kau tidak menyayangiku, kau tidak akan mungkin membiarkanku bertahan hingga sekarang. Aku sangat berterimakasih padamu, eomma. Aku akan melakukan apapun untuk membalas semua kebaikanmu, eomma. Aku benar-benar mencintaimu."

******

"Bagaimana keadaan ibumu?"

"Tidak baik," ucap Bambam, ia menarik napas kemudian menghembuskan nya secara perlahan.

"Semoga dia cepat sembuh, aku tidak ingin melihatmu terus bersed..." ucapan Mark terhenti tatkala laki-laki manis yang sedang bersama dengannyaitu tiba-tiba memeluknya, menyalurkan sebuah kerinduan yang sangat dalam. Kedua tangan Mark terangkat untuk membalas pelukan Bambam, ia mengusap punggung rapuh yang mulai bergetar itu. "Hyung, aku ingin kau bahagia bersama dengan Jinyoungie."

"Tidak, Bamie. Aku tidak bisa. Aku hanya akan bahagia jika kau yang menjadi kekasihku."

"Hyung, ku mohon... ini permintaan terakhirku." Bambam melepaskan pelukannya meski sedikit sulit karena Mark seperti tidak ingin membiarkannya melepaskan pelukan itu, laki-laki manis itu menatap Mark dengan senyuman yang biasa ia tunjukan, terlihat sangat tulus. "Hyung, aku ingin kau bahagia bersama dengan Jinyoung Hyung."

"Kenapa kau selalu memaksaku untuk bersama dengannya?"

"Aku hanya ingin membuatnya bahagia, hyung. Dan aku yakin, kau juga akan bahagia bersama dengannya. Ku mohon,hyung..."

"Apapun itu untukmu, Bamie." Bambam tersenyum mendengar ucapan Mark, ia kembali menghambur ke dalam pelukan Mark yang terasa sangat menghangatkan tubuhnya. Laki-laki manis itu mengangkat kepalanya, sedikit berjinjit(?) untuk memudahkannya mengecup bibir itu.

Ia mulai menggerakkan bibirnya dengan perlahan, membuat Mark yang mendapat ciuman itu membelalak kaget. Namun, laki-laki tampan itu segera menarik pinggang Bambam agar tubuh mereka saling merapat, ia memiringkan kepalanya sembari mengusap tengkuk Bambam dengan lembut. Kedua mata mereka terpejam, bibir mereka saling bergerak dengan lembut, menyalurkan rasa cinta yang ada di dalam hati mereka. Mungkin semuanya akan berakhir tanpa adanya kebahagiaan, namun izinkan mereka untuk membagi cinta mereka saat ini, saat-saat terakhir bagi Bambam yang sebentar lagi akan melakukan operasi.

Mark merasakan pipinya basah akibat kristal bening yang keluar dari kedua mata Bambam, tangannya terangkat mengusap punggung laki-laki manis itu untuk menenangkannya tanpa memiliki keinginan untuk melepaskan tautan bibir mereka.Mungkin saja ini merupakan ciuman terakhir mereka.

******

Penyesalan memang selalu berada di akhir, mereka dengan mudahnya menyia-nyiakan seseorang tanpa ada rasa bersalah. Namun, setelah orang itu benar-benar pergi, ia akan mencarinya dan menangisinya sepanjang hari. Itu adalah hal yang sia-sia, sekeras apapun kalian menangis, orang itutak akan pernah kembali lagi jika ia memang telah pergi ke tempat yang seharusnya.

Wanita paruh baya itu berjongkok di depan sebuah pusara yang selalu ia kunjungi setiap harinya sejak kejadian beberapa bulan yang lalu, tangannya terangkat untuk mengusap batu nisan yang berada di depannya. Ia merenung, mengingat bagaimana kasarnya ia terhadap seorang anak yang benar-benar menyayanginya seperti yang seharusnya. Wanita itu menyesal telah melakukan hal itu terhadap anaknya, jika saja saat itu ia mengetahui keadaannya, ia akan melarang anaknya itu untuk mendonorkan jantungnya.

"Maafkan ibu, Bamie... jika saja kau bisa kembali, ibu tidak akan melakukan hal itu lagi padamu. Ibu benar-benar menyesal telah memperlakukan mu seperti itu..." wanita paruh baya itu mengecup batu nisan sang anak, ia menyunggingkan senyuman nya yang tak pernah ia tunjukan kepada laki-laki manis pemilik nama Bambam itu sebelum akhirnya bangkit untuk meninggalkan pusara yang menyimpan Bambam di dalamnya, ia menarik Jinyoung yang sedari tadi menangis tanpa suara ke dalam rangkulannya.

******

"Dia menderita leukimia, maka dari itu ia memutuskan untuk mendonorkan jantunya pada ibu. Dia pasti berpikir kematiannya akan lebih berarti jika ia melakukan sesuatu yang akan membahagiakan ibunya."Mark menatap lurus ke arah langit-langit kamarnya, mengingat kalimat terakhir Jinyoung yang ia ucapkan saat upacara pemakaman Bambam berlangsung.Apapun yang terjadi di dunia terasa sangat cepat, begitu pula dengan kematian Bambam, tak ada yang mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh laki-laki manis itu kecuali dirinya sendiri.

Mark mengubah posisinya menjadi menyamping, pandanganya jatuh pada sebuah kotak coklat terletak di meja nakas dengan rapih 'Bamiee, ndo joa aniya?' tulisan cantik itu masih melekat disana, pikiran Mark kembali melayang pada saat saat dia pertama bertemu dengan Bambam, Bambam yang sangat dingin, namun siapa sangka jika itu yang akan membawa mark pada perasaan aneh untuk Bambam.

"Bamiee.. ini hampir satu tahun kepergianmu, tapi aku masih sangat mencintaimu"

END....

__________________


huaaa kita butuh koment kalian Guys !! bagus gak kolaborasi kali ini ? kalo bagus mungkin kita bakalan ada kolaborasi selanjutnya selanjutnya , iya gak

Dan diantara kalian ada yang nangis gak ? kalo ada kasih tau di bagian mana yang bikin kalian sedih ? kalo akusi bagian Bam bermonolog sama ibunya yang gak bisa jawab. sekali lagi makasih biat aprill yang udah bantuin aku, jujur pas aku negtik setengah dari ini aku kehilangan FEEL SAD aku, jadi kalo di lanjuti bakalan happy ending jadinya, tapi si april nawarin bantuin yasudalah, dan jadilah, jajajajang. wkwkw

dah ah gak mau banyak omong dah malem. jangan lupa VOTE , annyeong ^^

@IggySandoro and

Continue Reading

You'll Also Like

757K 36.4K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
200K 31K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
41.1K 5.9K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
37.1K 4.7K 26
Gxxod x Bbas There's no END for their love story. Cos their END goes to a singular END. And that END is their unENDing Happiness... Canon... Bittersw...