(Un)Expected Life

By purpeland

494 36 12

Ini cerita tentang mimpi Salsa, gadis 16 tahun yang baru saja menginjakkan kakinya di kelas 12; dicintai oleh... More

Prolog
Just A Dream
I'm Okay

Between sandwich and a guilty

70 6 2
By purpeland

Hai, guys!!! Dua bulan gak apdet yaaa.. semoga kalian gak pada lupa :v

ENJOY!

                                                                                                       ***

PAGI ini langit terlihat tampak cerah, walaupun tidak secerah hati Salsa. Entah kenapa perasaan tidak enak itu muncul ketika dia masih di rumah. Dengan lesu, cewek berambut hitam sebahu itu berjalan menuju kelasnya. Sesampainya di kelas ia disambut oleh beberapa anak yang sedang mengobrol atau menyalin pr.

Dari semalam, Rally belum juga membalas pesannya. Membuat semakin bete saja.

Salsa menaruh tas di bangkunya, lalu mendudukkan bokongnya ke kursi. Kalau boleh milih, tadinya ia memilih untuk tidak sekolah dengan alasan sedang sakit  dibandingkan harus masuk sekolah dengan perasaan kacau. Tapi, ulangan fisika di hari kamis ini menghambat semuanya.

Salsa menghela nafasnya panjang-panjang, lalu mencoba mengalihkan perhatiannya pada social media miliknya. Dari mulai BBM, Line, Path, Instagram, Snapchat, sampai Ask.fm. Begitu saja terus sampai ia bosan.

Terakhir, ia menutup tabs Ask.fm, lalu beralih ke game di ponselnya. Subway Surfer. Game lama, tapi gak pernah bikin dia bosan.

Hingga bel masuk berbunyi pun, perasaannya belum juga tenang. Walaupun begitu, ia harus tetap fokus belajar karena Bu Risna, selaku guru PKN dan wali kelasnya sudah datang.

                                                                                                       ***

Kriiiiiinnngggg... Kriiiiiinnnngggg...

Bel istirahat berbunyi, hampir seluruh siswa keluar dari kelas. Entah ada yang ke kantin, ke musholla untuk sholat dhuha, duduk di taman sekolah, bahkan sampai ada yang nekat untuk mabal ke mall.

Kali ini, Salsa lebih memilih untuk pergi ke kantin, mengisi perut kosongnya. Biasanya, dengan makan, pikirannya sedikit-sedikit bisa lebih tenang. Aneh memang.

Hingga dia sampai di kantin, perasaan tidak enak itu terjawab dengan munculnya sosok yang tidak asing lagi baginya. Orang itu datang menghampiri Salsa dengan senyum mengembang.

"Hei, Sal. Apa kabar?" Sapa si cowok itu dengan senyum manisnya. Oh, jantung Salsa seperti mau melorot saja. Tunggu, itu di tangannya ada kotak makan. Duh, lucu banget deh. Hari gini, masih ada cowok yang mau bawa bekal makan dari rumah.

"Eh? Gue? Gue baik, kok. Uhm... Lo sendiri apa kabar, Rik?" jawab Salsa dengan gugup.

"Gue juga baik, kok."

Erik. Satu nama yang muncul tempo hari lalu. Ketika Salsa hampir terjatuh di dekat toilet, dengan sigap cowok itu menolongnya. Ia ingat, kala itu pikirannya sedang kacau karena Rally. Sialnya, cewek itu lupa berterimakasih kepada Erick dan malah langsung pergi meninggalkannya.

"Salsabila? Kok bengong, sih?" Erick menyadarkan lamunan Abil.

Salsabila. Erick tau nama asli Salsa!!!

Salsa menutup matanya, lalu menghela nafas. "Ah, enggak. Gapapa," jawab Salsa, "oh iya, ngomong-ngomong, makasih ya karena tempo hari lo udah nolongin gue pas gue hampir jatuh. Kalo gak ada lo, mungkin bokong gue pasti udah jadi korbannya," ucapnya pada Erick.

Erick tersenyum. "Gak masalah, kok."

Salsa menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Jujur, kali ini ia merasa...

..awkward.

"Lo sakit?" Tanya Erick.

Bukannya menjawab, Salsa malah memegangi dahinya. Entahlah, ia merasa sedikit pusing.

"Sal?" Tanya Erick, lagi sambil melambaikan tangannya di depan muka Salsa.

"E-eh, sorry, Rik. Sebenernya gue lagi kurang enak badan aja, sih. Jadi gak fokus, deh. Sorry, ya," jawab Salsa.

"Oh gitu. Kenapa gak bilang daritadi?" Ujar Erick.

Lahh??? Kenapa juga gue mesti bilang-bilang cobaa?? Batin Salsa.

"Eh, gue sampe lupa," Erick menepuk dahinya, "kita ngobrolnya sambil duduk aja, yuk. Pegel berdiri terus," ujarnya sambil terkekeh. Lalu, Erikk menuntun tangan Salsa sembari mencari tempat kosong.

"Lo udah sarapan belum?" Tanya Erik pada Salsa ketika mereka sudah menemukan tempat di sudut kantin.

Salsa mengangguk. "Udah, tapi cuma tiga sendok doanh tadi."

Erick tertawa. "Pantesan, lo kurang asupan gizi tadi pagi. Hasilnya lo jadi kaya gini."

Salsa hanya tersenyum. Bingung harus menanggapinya seperti apa.

"Eh ya, gue bawa sandwich, nih. Buat lo aja," ujar Erick sambil memberikan sekotak tupperware kepada Salsa.

"E-eh, gak usah. Ngerepotin banget. Itukan punya lo," tolak Salsa.

"Buat lo aja, Sal. Beneran deh," Erick mencoba meyakinkan Salsa.

"Tapi, abis ini gue mau ke kelas, Rik," tolak Salsa lebih halus lagi.

"Lu kan bisa makan di kelas."

Salsa mengerutkan dahinya. "Serius buat gue? Yakin nih, gak lo makan? Sayang banget, loh padahal."

Erikk mengangguk. "Seketika perut gue mendadak kenyang," ia terkekeh.

"Uhm... Yaudah deh kalo gitu. Thanks, ya! Lo baik banget sama gue," ungkap Salsa.

Erik tersenyum. "Jangan lupa abisin ya! Gue yang buat sendiri soalnya," ucap Erik yang sukses membuat Salsa 'agak merasa kagum.

Salsa tersenyum, menutupi perasaannya yang sedang berbunga-bunga. "Pasti gue abisin, kok," ujarnya.

Erik tersenyum, lagi.

Serius, deh, dia ganteng banget kalo lagi senyum.

Inget, Sal, ada Rally, batinnya mengingatkan.

"Gue duluan!" pamit Salsa pada Erick.

Salsa kembali menuju kelas dengan hati yang berbunga-bunga dan dengan kotak makan di tangannya. Sesampainya di kelas, teman-temannya heran dengan sikapnya kali ini. Berbeda dengan tadi pagi, kali ini raut mukanya menunjukkan kalau dia sedang bahagia.

"Cieee neng Salsa kenapa, nih, kaya orang lagi berbunga-bunga gituuuu?" ucap Regita dengan nada seperti orang yang kepo.

"Owwww dia membawa kotak makan di tangannya, Bung," timpal Nadine.

"Kepo, ih kalian!" Seru Salsa.

Salsa membuka kotak makannya. 4 buah sandwich masing-masing berisi telur, keju, daun selada dan ditambah dengan mayonaise. Sederhana, tapi terlihat sangat menggoda lidah. Membuat Salsa kagum dengan cowok itu karena ia masih sempat-sempatnya membuat bekal sendiri.

Baru saja ia menggigit sandwich pertama, kedua sahabatnya datang mengangetkannya.

"Wey! Makan gak bagi-bagi," Nadine mengangetkan Salsa, membuat cewek itu tersedak dibuatnya.

"Pelan-pelan, Sal, makannya!" Gita menepuk punggung Salsa.

"Kalian mah ngangetin gua aja, sih!" sungut Salsa kepada mereka berdua.

Keduanya malah tertawa.

"Ya elu makan sendirian aja," kilah Nadine.

"Iya. Bagi kek satu," timpal Gita sambil mencomot sebuah sandwich milik Salsa.

Salsa mendengus. "Din, kalo lo masih mau, lo berdua aja ya sama si Gita. Ini tinggal sisa 2, gue lagi laper banget soalnya. Sorry, yaa!" ucap Salsa sambil lari ngibrit keluar dari kelas. Mencoba kabur dari mereka berdua. Dari jauh ia mendengar Nadine yang sedang merengek meminta potongan sandwich kepada Gita. Membuatnya ia tertawa sendiri.

Sehari aja gue jahat sama mereka, tawanya dalam hati.

                                                                                                    ****

Tepat pukul 3 sore, bel pulang berbunyi. Murid-murid beramai-ramai ingin segera keluar dari sekolah ini. Ada yang bergerombol bersama gengnya, berdua dengan pacarnya, dan ada juga yang pulang sendirian.

Saat ini, Salsa tengah mencari Erik di kelas XII IPS 3 untuk mengembalikan kotak makan milik cowok bertubuh tegap itu. Namun, hasilnya nihil. Dia tidak menemukan cowok berambut cepak itu.

"Yaudah lah, besok aja," gumamnya pada diri sendiri. Lalu, Salsa pun akhirnya memutuskan memasukkan kotak makanan itu ke dalam tas miliknya. Lalu berjalan menjauhi kelas itu. Tak sengaja, ia berpapasan dengan Rally.

"Hey, Bil," sapa Rally.

Salsa tersenyum masam. "Hai."

"Senyumnya kaya gak ikhlas gitu, sih," goda Rally sambil mencubit kedua pipi tembem Abil.

"Iiihhh... sakit Rally!" keluh Salsa.

Rally menghentikan acara 'cubit-cubitan' itu. Lalu menjawil hidung cewek itu. Tetapi perempuan itu malah membalasnya dengan mata mendelik.

"Kenapa sih, Bil? Ngambek mulu, deh, sama gue," tanya Rally sambil

"Gue cuma lagi gak enak badan aja," kilah Salsa. Ditambah lo yang ngilang seharian! lanjutnya dalam hati.

"Makanya, banyak minum vitamin deh biar gak gampang sakit gini," ujar Rally. Salsa mengangguk, membenarkan ucapan Rally.

"Oh iya, Gue minta maaf ya, chat lo yang semalem belum gue bales. Batre hp gue low,  gak sempat dicharge. Lagipula , akhir-akhir ini gue banyak banget tugas sekolah yang harus gue selesein. Sekarang aja gue mesti ke rumah Marcel buat ngerjain tugas yang lain," tutur Rally.

Salsa menundukkan kepalanya, lalu menggigit bibirnya. Kebiasaannya setiap kali dia ingin mengeluarkan emosi, namun selalu tertahan oleh suatu hal.

Tapi, kan gue juga butuh perhatian dari elo, Ral! batinnya seakan ingin sekali berteriak di depan muka Rally.

Ia mendongakkan kepalanya, lalu tersenyum. "Iya, gak apa-apa, kok. Gue ngerti. Kita udah sama-sama kelas 12, pasti banyak banget tugas. Walaupun bisa dibilang, tugas gue gak sebanyak tugas lo." Jawabnya dengan nada tegar.

Rally tersenyum. "Gue seneng lo bisa ngertiin gue. Oh iya, Sabtu kan libur, tuh. Gimana kalau kita jalan bareng. Luangin waktu buat quality time. Berdua? Janji deh gak bohong," ucapnya sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Boleh, deh. Sabtu jadwal gue kosong," jawab Salsa.

"Oke, deh. Eh, pulang bareng, yuk?" ajak Rally.

"Gak ngerepotin?"

"Buat lo, apa sih yang enggak?"

Salsa tertawa, lalu menerima ajakan Rally. Mereka pun berlalu menuju parkiran motor dan meninggalkan sekolah.

Sepanjang perjalanan Abil diam merenung. Entahlah, kali ini dia lagi males ngomong. Rally sendiri juga tidak memulai pembicaraan.

                                                                                                     ****

"Ral, thanks, ya," ucap Salsa ketika mereka sampai di depan rumah cewek itu.

Rally membuka helm fullface miliknya. "Iya, sama-sama."

"Gak mampir dulu?" Salsa menawarkan kepada Rally.

Rally melirik arloji di tangan kanannya, lalu menggeleng. "Thanks, tapi gue harus buru-buru. Mau ke rumah Marcell."

Diihh.. rumah Levine sama rumah gue kan deket? Batin Salsa.

Salsa mengerutkan dahinya. "Tapi kan rumah dia sama rumah gue deket?" tanya Salsa.

Rally menggeleng. "Iya, gue tau. Tapi gue udah ditunggu sama mereka, sekarang."

"Yaudah, deh. Terserah lo aja. Hati-hati."

"Bye!"

                                                                                                       ****

Sesampainya di rumah, Ssa langsung menuju kamarnya. Setelah mengucapkan salam pada mamanya, ia langsung pamit ke kamar. Jujur, ia 'agak lelah hari ini. Iya Salsa tau, Rally udah ngasih alesan kalo dia itu sibuk dengan tugas-tugasnya. Dan alasannya juga jelas. Tapi kan, dia juga cewek, pengen dimanjain.

Tak lama, ada notification yang masuk ke ponselnya.

Erik Rayhan PING you.

Hah? Erik? Ngapain dia ngeping gue? Tanyanya dalam hati.

Lalu Abil membuka isi pesannya, ternyata Erick telah meninggalkan beberapa pesan kepadanya.

Erik Rayhan: PING!!!

Erikk Rayhan: Sal

Erik Rayhan: Gue lupa bilang, kotak makan punya gue, balikinnya kapan-kapan aja. Gak besok juga, gapapa.

Erik Rayhan: Ngomong-ngomong, sandwich nya enak gak?

Erick Rayhan: PING!!!

Salsa tersenyum melihat isi pesan tersebut. Lalu tangannya mulai mengetikkan sesuatu.

Salsabila Amanda: Oy ga ngalem bgt lo ngepingnya

Salsabila Amanda: Yaudah besok aja gue balikinnya

Salsabila Amanda: Enak, kok. Omong-omong, kok lo sempet sih bikin sandwich pagi-pagi?

Read

Erick Rayhan: Sempet dong.

Salsabila Amanda: kapan-kapan bawain sandwich lagi buat gue bisa kali

Erick Rayhan: Boleh.

Oh.My.God. Ini maksudnya apa????? Batin Abil berteriak.

Salsa pun memilih untuk mengabaikan balasan dari cowok itu.

Sumpah, ya, tadi tuh pertama kalinya Salsa ngobrol panjang sama Erik. Salsa bahkan gak pernah deket sama cowok itu. Dia cuma pernah sekali ngobrol sama Erik waktu kelas XI karena Erik sendiri memiliki banyak teman di kelas Salsa. Waktu itu, Erik nanyain tentang Adi, cowok bertubuh kurus yang gak pernah peduli soal penampilan. Ih, bingungin banget deh!!

"Ini salah. Harusnya gue ga boleh kaya gini. Gue pacar Rally. Dan gue gak boleh ngehianatin perasaan dia," gumamnya pada diri sendiri. Ia pun melempar hpnya secara asal ke kasur, lalu membaringkan tubuhnya di kasur lalu beberapa menit kemudia ia sudah terlelap dalam tidurnya.

                                                                                                        ***

6 Agustus 2015

Dear Diary...
Oh, fix! mungkin gue akan cerita banyak hari ini. You know, tadi pagi gue tiba-tiba gaenak badan.  Seandainya Pak Yosef gak ngadain ulangan fisika, mungkin gue bisa aja gak masuk sekolah dibanding harus pergi dengan muka kusut. Hmm, dan tiba-tiba, seorang malaikat penolong datang dalam wujud manusia. You know, who? ERIK. Cowo yang nahan badan gue di deket toilet cewe minggu lalu!. Ya bayangin aja sih, dia nyapa gue, mungkin sekedar basa-basi sih. Tapi akhirnya, dia ngasih gue sandwichnya dia. Sedangkan dia sendiri belum nyentuh itu makanan sama sekali. Sweet gak, sih? Sweet sih kalo menurut gue. Ehmm, ohya. Tadi gue juga dianterin balik sama Rally. Yah, walaupun dia bikin bete gue semalem. Daann, dia juga janji sama gue mau ngajakin jalan lagi sabtu nanti. Well, boleh kan kalo gue berharap, sabtu nanti, acara kita berjalan lancar?



Haloooo balik lagi sama akuuu si author amatiran. Hihiiiiii..

Maafkeunn yaa baru bisa ngepost sekarang. Writers block menghambat semuanyaa-_-

Vote and comment nya ditunggu yaaa;;)

Bonus picnya Salsa a.k.a Abil, deh heheheheeee:D


Continue Reading

You'll Also Like

5.1M 327K 66
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
4.7M 359K 50
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
476K 38K 43
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
4.9M 211K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...