Cocky & Sassy

By tychilaude

17K 2.1K 678

[✔ | louis tomlinson fanfiction] ❝When cocky and sassy meets.❞ Medyo melirik Louis yang membelakanginya, Medy... More

• cast •
• 02 •
• 03 •
• 04 •
• 05 •
• 06 •
• 08 •
• 09 •
• 10 •
• 11 •
• 12 •
• 13 •
• 14 •
• 15 •

• 07 •

964 154 30
By tychilaude

Hari ini, Louis menemani Harry berbelanja di supermaket untuk kebutuhan sehari-hari mereka yang sudah habis di apartemen. Louis menemani Harry karena kedua sahabatnya tidak bisa. Tara sedang ada di acara keluarganya sedangkan Zayn lebih memilih untuk menghabiskan weekend-nya dengan tidur. Mereka sedang menyusuri lorong supermarket, Harry memilih barang yang mereka butuhkan pada rak sedangkan Louis mendorong trolinya. "Harry, seandainya bukan karena kau yang membayar semua barang ini, aku tidak akan mau. Kau lihat, orang-orang memandangi kita. Aku benci mengakui ini, tapi kita terlihat seperti pasangan gay."

Harry hanya tersenyum miring. "Kenapa kau tidak berpikir positif saja, mungkin mereka melihat kita karena kita berdua pria paling tampan yang mereka temui."

"Ini masih terlalu pagi," runtuk Louis. Ia merasa hari liburnya direnggut Harry yang membangunkannya. "Kau bahkan bisa pergi sebentar sore dan Zayn atau Tara bisa menemanimu."

"Supermarket sepi pada jam seperti ini. Dari tadi kau mengeluh, kalau kau terus menerus mengeluh, lebih baik aku sewa apartemen sendiri dan-"

"Tidak perlu. Aku siap menemanimu kapan saja," tutur Louis sambil menunjukkan senyum terbaiknya. Harry mengeritkan keningnya menatap Louis yang masih tersenyum bahkan matanya hampir tertutup. Louis melakukan itu karena merasa hidupnya terancam akibat ucapan Harry. "Harry, kau hanya bercanda 'kan?"

Harry mengembungkan pipinya dan memajukan bibir bawahnya. Ia kemudian menggeleng. "Tidak."

"Uh my baby-"

"Call me princess."

Louis memukul kepala Harry. "Not anymore, bitch. Since you cut your hair."

Harry membalikkan badannya menghadap pada rak. "Tapi serius. Yang tadi kau hanya bercanda 'kan."

"Tergantung," jawab Harry singkat, membuat Louis khawatir.

"Kau mengenal Medyo dengan baik?" tanya Louis pada Harry yang sedang berusaha meraih toples selai paling belakang yang terdapat di rak. "Apa yang kau lakukan, bodoh. Kenapa kau tidak mengambil yang paling depan saja."

"Hah, dapat," kata Harry dengan memegang toples selai ditangannya seperti ia baru saja dapat piala. Ia tersenyum puas melihat apa yang didapatnya. "Yang terdapat paling depan itu biasanya barang lama."

Louis hanya menggeleng melihat kelakuan temannya. Pantas saja Zayn benci diajak belanja dengan Harry, itu karena Harry sangat lama dan Louis sudah tahu penyebabnya. Louis kembali mendorong trolinya mengikuti Harry. "Harry menurutmu Medyo itu seperti apa?"


"Dia sedikit berbeda," Harry memajukan bibir bawahnya memikirkan perkataannya sendiri, sedetik kemudian ia menaikkan bahunya, "Ya kurasa begitu."

"Aku baru tahu kalau beda itu sinonim dari kata aneh," tutur Louis lalu kembali berjalan menyusuri lorong lain bersama Harry. Louis hanya mengangguk setiap ditanya Harry tentang benda yang akan dibelinya. Hampir semua pertanyaan Harry hanya mendapat anggukan kepala dari Louis, dan bodohnya Harry hanya mengikuti anggukan Louis. sebenarnya Louis mengangguk karena memang tidak peduli dibutuhkan atau tidaknya barang yang dibeli Harry, lagipula yang membayar barang itu Harry.

"Harry, Medyo memang seperti itu?"

"Seperti apa?" tanya Harry dengan melirik Louis sekilas lalu kembali membaca tanggal kedaluarsa pada kotak pasta campanelle. "Dia selalu mengungkapkan apa saja yang ada diotaknya?"

"Ya."

"Dia memang seperti itu. Terlalu jujur."

"Ya. Dia sangatlah aneh. Oh aku ingat, terakhir kali aku datang ke apartemennya, dia mengajak aku pacaran. Bukankah itu aneh untuk ukuran gadis yang- uh. . . aku benci mengakuinya, dia cukup cantik. Dia juga wanita mandiri yang pastinya dia pintar karena dia seorang human resources development di perusahaan."

Harry menaikkan kedua alisnya mendengar penuturan Louis. "Kenapa kau menanyakan Medyo?"

"Karena kau mantannya, dan karena kau temanku jadi aku menanyakannya padamu bukan ke orang lain," tutur Louis.

Entah kenapa Harry tiba-tiba membuang kotak pasta campanelle ke dalam troli dengan kasar, ia mendekati Louis. "Jadi selama ini kita hanya teman?!"

Louis mendecakkan lidahnya kemudian menarik Harry yang lebih tinggi darinya untuk bersandar dibahunya. "Kau akan selalu dihatiku." tidak lama kemudian Louis memukul kepala Harry. "Fuck!"

Harry meringis memegangi kepalanya yang menjadi korban tangan Louis. Harry kembali tertawa pelan melihat wajah Louis terlihat kesal, padahal niat Harry hanya bercanda. "Ini kekerasan rumah tangga."

"Get a room," ucap seseorang yang sedang memilih barang pada rak.

Louis menoleh ke belakang melihat siapa yang baru saja bicara. "Maddy? Apa yang kau lakukan disini."

"Berenang," Medyo merampas kaleng pasta cannelloni yang ada ditangan Louis kemudian melemparnya masuk kedalam troli yang ia dorong. "Thank you. Belanja tentunya."

"Ini alasan mengapa Harry putus denganmu. Karena kau sangat lancang," ucap Louis lalu kembali mengambil kaleng pasta cannelloni di dalam troli yang dibawa Medyo.

"Baiklah, maaf. Oh ya, hey, Harry," sapa Medyo pada Harry yang sedang membelakanginya, tidak menyadari seseorang yang berbicara dengan Louis.

"Hey," jawab Harry lalu kembali menghadap pada rak.

"Kalian terlihat cocok," ucap Medyo dengan menepuk bahu Louis. baru Louis ingin membuka mulutnya namun Medyo sudah terlebih dahulu meraih satu tangan Louis kemudian memberinya kertas.

Louis mengeritkan keningnya seraya membolak-balikkan kertas yang ada di tangannya, ia tidak mengerti tulisan dari amplop kertas itu. "Apa ini?"

"Itu namanya undangan," Medyo menjeda kalimatnya, Medyo menarik pipi Louis yang sama sekali tidak berisi. "Besok kita pergi ke pesta temanku."

"Apa? Aku tidak mengatakan kalau aku mau. Tulisan undangannya saja aneh begini, apalagi pestanya."

"Kau harus mau, aku tidak punya pasangan. Kau terlalu cepat menilai sesuatu, buka amplopnya. Itu hangeul, alfabet yang digunakan untuk menulis bahasa korea. dasar kampungan," Louis menuruti kata Medyo, ia membuka undangannya. "Umpp, dia rekan kerjaku dan dia orang korea. Oh, aku tidak mau melewatkan ini. Akan banyak oppa disana..."

"Aku tidak suka oppa, aku sukanya oppai," Louis memukul jidat Medyo dengan menggunakan undangan. "Ini ilegal, kau tahu. Kita tidak punya hubungan."

"Dengar, ya Lewis-"

"Aku tidak mau dengar," ucap Louis dengan menutup matanya.

Melihat itu Medyo memukul tangan Louis. "Sejak kapan telingamu pindah."

Louis tertawa sendiri. "Ahk iya. pokoknya aku tidak mau. Kau tidak malu, mengajak pria yang bukan milikmu ke pesta."

"Uh. . . kau sangat menggemaskan," kata Medyo lalu menarik telinga Louis sampai-sampai Louis menjerit. Harry menoleh kepada keduanya, Medyo hanya melemparkan senyum pada mantannya itu sedangkan jarinya masih menarik telinga Louis, setelah cukup puas Medyo kembali melepasnya. "Bisakah kau sadar diri. Aku hanya mengajakmu ke pesta."

"Tetap saja Maddy. . . Kau itu hanya seorang matchmaker hubunganku," Louis mengapit pipi Medyo dengan sangat keras membuat bibir Medyo seperti ikan, setelahnya ia melepasnya dengan kasar membuat Medyo sedikit terdorong. "Dan itu ilegal. Nanti kalau orang berpikir aku pasanganmu bagaimana."

"Ergh. . . terserah. Kau harus mau," Medyo kembali menarik kedua pipi Louis dengan menggunakan kedua tangannya, tapi yang ia lakukan tidak sekasar yang dilakukan Louis padanya. Louis melap pipinya merasa jijik. "Kau sexy jika wajahmu seperti itu."

"Dasar cabul," gumam Louis melihat Medyo yang sudah membelakanginya sambil mendorong troli. Louis mendekati Harry yang sedari tadi tampak cuek melihat sahabat dan mantannya berdebat.

"Jadi kau akan ke pesta dengannya?" tanya Harry santai, tanpa menoleh pada Louis. "Kalian terlihat sangat dekat."

"Kau cemburu?" tanya Louis balik membuat Harry berhenti berjalan dan membalikkan badannya.

"Aku tidak cemburu dalam artian dia adalah mantanku. Aku hanya takut dia merebut sahabatku."

"Tidak akan Hazz," ucap Louis terekekeh pelan. Ia menepuk pundak Harry. "Cukup Tara saja yang menjadi sahabat perempuanku. Itupun aku sangat menyesal."

[07 Januari 2018]

Continue Reading

You'll Also Like

13.8M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
55.1M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...