Shadow (Complete)

By Anna_Sparkle

112K 4.2K 105

Semua terlihat seperti bayangan yang menghantui setiap detak jantungnya ... More

P R O L O G
S W E E T L I A R S
T E R R O R
B I T T E R S W E E T N A M E
R E B E C C A
D A D AND H O M E
K E V I N AND A N N A
S C H O O L AND M A T H
C O L L I N
K E V I N AND S U S A N
A F F R A I D
S I N G ME TO S L E E P
M E - A K U
H E R - D I A
R E N A T A
P R E S L E Y
H A P P Y E N D I N G
V I S U A L
E P I L O G
TONIGHT (Special Chapter)

F A D E D

3K 159 4
By Anna_Sparkle

"Apa yang kau inginkan?"

Seorang wanita berdiri di sana, mengabaikan jeritan tak berarti dari gadis itu. Tangannya membelai benda tajam berwarna silver. Pantulan sinar matahari membuatnya berkilat. Akhirnya kesempatan yang ditunggu-tunggunya datang juga. Harusnya ia masih bisa bersabar dan melanjutkan rencana main-mainnya, namun tadi malam ia benar-benar habis kesabaran dengan pemandangan yang dilihatnya.

"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, tapi rupanya kamu berpikir aku main-main," wanita itu memakai penutup di wajahnya. Ruangan yang serba tertutup dan minim cahaya mengaburkan pandangan Anna. Sosok wanita itu mendekatinya. Kejadian yang hampir sama .. atau mungkin lebih dari sebelumnya menanti Anna. Kubangan amarah dan kebencian jelas terlihat dari aura wanita itu.

Ia juga bingung kenapa ia ada di tempat asing itu. Kevin telah berjanji untuk menjemputnya tadi dan ia memutuskan untuk menunggu pria itu di depan sekolahnya. Hari sabtu jarang sekali sekolah dibuka hingga sore hari karena kegiatan ekstrakulikuler biasanya tidak ada. Jadi akan sangat sepi jika ia menunggu di gedung sekolahnya. Baru beberapa langkah ia keluar gerbang tiba-tiba saja orang menyeretnya dan sekarang berakhir di sini. Kenapa hidupnya sial sekali?

Anna menggigiti bibirnya sebagai pelampiasan rasa takut. Apakah wanita gila itu akan membunuhnya?

Saat ini ia benar-benar berharap Kevin akan datang untuk menolongnya. Tapi itu mustahil. Tidak ada yang tahu kalau dirinya sedang dalam bahaya. Tas dan ponselnya jatuh begitu saja ketika orang-orang itu menyeretnya. Ia hanya bisa menyusun skenario bahwa satpam masih sempat melihatnya tadi dan akan mengadukannya pada Kevin ketika pria itu tak menemukannya di sana.

__

Kevin menepikan Range Rovers-nya di depan gerbang sekolah Anna. Ia tak ingin repot-repot memasuki area parkir. Dengan malas ia turun untuk memanggil Anna yang biasanya sudah bersiap menunggunya di dekat pos satpam.

Sebelum sempat bertanya pada penjaga di sana, seorang satpam yang sudah berumur terburu-buru menghampirinya. Tas yang dikenali Kevin ada di genggaman pria itu. Firasatnya mulai merasakan sesuatu yang buruk.

"Maaf, Mas, itu .." sambil ngos-ngosan pria berseragam biru dongker itu berusaha menyampaikan sesuatu. Sebelumnya ia mengulurkan tas ransel yang dipungutnya ketika tak sengaja melihat gadis yang beberapa kali ia ajak ngobrol akhir-akhir ini. Anna senang menghabiskan waktu dengan mereka sambil menunggu jemputannya.

"Kenapa tas Anna ada sama bapak?" tanya Kevin ketika mengambilnya. Ponsel gadis itu juga ada di sana, tidak biasanya Anna bisa lepas dari gadget canggih yang diberikan Kevin itu. Dari mencari Pokemon hingga menonton film pasti ia habiskan dengan benda silver berlogo buah apel digigit itu. Untung saja tidak sampai mengabaikan makan dan tugas-tugas sekolahnya.

"Itu pak, tadi non Anna masih menunggu bapak menjemputnya. Tapi tiba-tiba ada orang yang menyeretnya masuk ke dalam sebuah mobil," bapak itu terlihat takut-takut untuk melanjutkan kata-katanya, "bapak takut non Anna diculik, Pak,"

Darah pria itu menghempas ke sudut terbawah tubuhnya. Tiba-tiba rasa dingin menguasai dan ketakutan datang dengan kejamnya. Ia berlari menuju mobil lalu melajukan kendaraannya itu dengan penuh kemarahan. Dalam keadaan seperti ini ia tidak tahu harus kemana. Salahnya juga yang kurang percaya pada Anna yang mengadu padanya. Salahnya juga yang tidak benar-benar menjaga gadis itu. Kalau sudah seperti ini, apa keadaan akan semakin baik jika ia merasa bersalah?

"Brengsek!" ia berteriak pada setiap yang dilewatinya, jemari itu bergetar memegang setir. Kesadarannya terenggut rasa panik, takut, dan khawatir. Belum lagi rasa bersalah.

Dengan tujuan utama adalah rumah, ia tahu masalah ini berasal dari sana. Entah Renata dan arwahnya yang ingin mengambil malaikatnya lagi, ia harus memastikan.

Sesaat ia terpaku pada ruangan serba putih itu. Sudah lama ia tak menginjakkan kaki di sana. Ia terlalu takut pada masa lalunya. Di sana ia berbagi cinta dengan Renata. Di kamar itu ia mengeruk luka, membunuh anaknya dan kamar itu adalah saksi kehancurannya. Sepuluh tahun yang lalu ... nyatanya sudah terlalu lama dan ia masih belum bisa hilang dari jejak-jejak luka itu.

"Kau mau apa lagi, Re? Belum puas hah?" ia memaku pandangannya pada potret seorang wanita cantik di sana. Masa lalu yang pernah dihancurkannya lalu ia perbaiki lagi karena ia tak siap benar-benar menghapus wanita itu dari hatinya. "kenapa, Re? Kau tidak bisa membiarkanku bahagia barang sebentar saja? Dia, gadis itu, aku butuh dia, Re,"

Tangisan pilu itu terulang kembali. Harapan yang baru saja direngkuhnya baru saja diambil lagi. Namun jawaban tak ada di sana. Wajah wanita cantik itu masih sama dengan senyumnya. Kevin bukan gila. Ia tak mungkin percaya Renata melakukan itu, tapi sesuatu yang berhubungan dengan wanita itu. Mungkin ...

Berapa banyak waktu yang dibutuhkan Kevin untuk berpikir tak terhitung. Pikirannya buntu. Tak ada satupun hal yang bisa membawanya ke Anna. Itu membuatnya semakin menjadi gila dengan kekalutan.

Brak!

Kevin menegakkan kepalanya begitu mendengar benda terjatuh itu. Pandangannya mengarah pada kepingan-kepingan di lantai tepat di bagian bawah dinding. Wajah Renata yang sebelumnya terlukis rapi kini menjadi potongan-potongan tak berbentuk.

Pria itu melangkah hati-hati. Ada sesuatu di sana.

Tangan Kevin meraih benda tajam berlipas kertas di sana. Pisau dengan bekas darah. Ia menduga itu adalah benda yang menyakiti Anna di kejadian sebelumnya. Apa maksud orang itu menyembunyikannya di sana? Di belakang potret istrinya. Dan satu hal yang pasti, orang itu adalah penghuni rumahnya, bukan orang luar yang sengaja menyelinap untuk menyakiti Anna.

"Kuharap ini petunjuk darimu," bisik Kevin dengan punggung tangan mengusap wajah Renata. "ijinkan aku bahagia untuk sekali ini saja." Katanya dengan pilu. Memohon pada istri yang selamanya dicintainya itu. Jelas tidak ada maksudnya untuk menduakan Renata atau menggeser posisi wanita itu dari hatinya, justru mereka akan selamanya menghuni tempat terindah. Anna hanya melengkapi keindahan itu. Ibarat kebun bunga yang mendapatkan koleksi baru.

Dengan langkah terburu-buru ia menuruni tangga. Suaranya bergema memanggil seluruh pekerja di rumah itu.

Lili adalah yang paling terakhir datang dengan ember kecil masih tak sempat ia kembalikan pada tempatnya. Beberapa jam ia habiskan untuk membersihkan kolam renang. Harusnya Susan menyuruh orang untuk membantunya namun orang kepercayaan tuannya itu sudah tidak ia lihat sejak siang.

"Darimana?"

Lili sudah tahu pertanyaan itu untuknya. Gadis itu menunjukkan ember di tangannya yang berisi daun-daun khas salah satu pohon yang ada di sambing rumah itu. "ini tuan, membersihkan kolam," jawab Lili hati-hati.

Meskipun Kevin menyerahkan semua urusan pembagian tugas kepada Susan, namun ia tidak lupa kalau pekerjaan itu adalah bagian laki-laki.

"Bukankah itu bukan tugasmu?" katanya menyelidik. Tatapan tak bersahabat dan mencurigai adalah pancaran yang mendominasi matanya. Alisnya bergerak-gerak ragu pada apapun yang dilihatnya. Pria itu merasa dikhianati oleh orang-orang yang telah ia percaya untuk mengurus rumahanya. Selama ini Anna juga begitu bersahabat dengan mereka, tak jarang gadis itu membantu mereka melakukan pekerjaan meskipun ujung-ujungnya mendapat larangan darinya. Bagaimana bisa mereka melakukan teror keji itu pada gadis itu.

Cepol rambut Lili bergerak mengikuti anggukan kepala gadis itu, "harusnya memang seperti itu, Tuan. Tapi Susan sedang tidak di rumah dan kemungkinan Tomo sedang mengantarnya." Jelas gadis itu. Tomo adalah supir sekaligus yang biasa membantunya membersihkan kolam karena pria itu akan santai jika Susan tidak kemana-mana.

Kevin berdehem ketika jawaban itu sudah masuk akal. Dari tadi tangan pria itu menyilang di belakang punggungnya. Ia memisahkan jalinan tangannya, membawa benda di tangan kanannya ke depan. Lima orang di sana masih penasaran kenapa tuannya mengumpulkan mereka. Kevin jelas-jelas bukan tuan rumah yang suka menyampaikan pesan secara langsung. Mereka hanya akan menerima semua hal dari Susan. Apa-apa selalu melalui Susan.

"Kalian mengenal benda ini?" Kevin mengeluarkan pisau berbungkus kerta itu. Ia sungguh tak bisa menganalisa wajah-wajah di hadapannya, tidak ada yang bisa dicurigai.

Terlihat pandangan mengarah pada benda itu, lalu semua menggeleng. Nah kan, benar-benar tidak ada respon yang terlihat asing. Berpasang-pasang mata itu menyiratkan kebingungan.

Kevin menjambak rambutnya dengan kasar, pikiran buruk sudah berputar-putar di kepalanya sejak Anna tak lagi duduk manis di tempat ia biasa menunggu jemputan. Sejak satpam memberitahukan gadis itu diseret orang. Sejak ia menemukan ponsel gadis itu di dalam tasnya. Tak ada petunjuk.

"Kemana Susan pergi?" ia bertanya lagi. Siapapun bisa menjadi orang yang ia curigai saat ini. "apa dia benar-benar pergi dengan Tomo?"

"Sebenarnya ada apa, Tuan?"

Kevin menegakkan kepalanya mendengar pertanyaan itu. Pria paruh baya itu bertanya padanya dengan kepedulian yang sama. Ya, Kevin harus bersyukur bahwa ia dikelilingi orang-orang yang pekerjakan peduli padanya, tapi rasanya itu tidak berlaku sekarang. Seseorang di antara mereka sudah mengkhianatinya dan akan membuatnya hancur sekali lagi.

"Di antara kalian ada yang merencanakan pembunuhan kepada Anna dan aku sangat memohon untuk kalian mengaku sekarang." Datar dan dingin, tuduhan itu ia katakan. Tatapan tak percaya itu ia terima dari orang-orang di hadapannya. "dengar," ia berkata lagi, "sejak awal gadis itu masuk ke rumah ini ada yang dengan sengaja menerornya hingga ia ketakutan mengira rumah ini berhantu,"

"Tapi kami tidak melakukannya, Tuan," bantah pria tua itu. "kami sangat senang non Anna di sini. Rumah ini jadi berwarna karna kemunculan gadis itu." Lanjutnya.

Kevin menatap curiga, pak Gara adalah panggilan yang orang-orang rumahnya berikan pada pria itu. Ia hanya menggunakan analisa mencari pelaku 'siapa yang paling banyak bicara bisa jadi pelaku sebenarnya'.

"Lalu non Anna sekarang di mana?" kecurigaan tertepis lagi ketika Lili bertanya. Wanita itu masih muda dan rasa khawatir sebagai seorang teman jelas terlihat di matanya. Lili memang paling akrab dengan Anna dan hingga gadis itu selalu menyukai memanggil Lili dengan 'kakak'. Katanya suatu ketika pada Kevin, ia sangat menginginkan sosok kakak dan ia sangat senang karena Lili mau menerima Anna sebagai adik-adikannya.

"Tuan?" Lili menunggu jawaban Kevin.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa sekarang dan kalian jelas masih menjadi tersangka di mataku." Ia membentak. "Anna dibawa orang-orang tak dikenal dan aku yakin orang itu adalah orang yang menerornya selama di rumah ini, yang berarti pelakunya adalah kalian," tuduh Kevin.

"Ini," Kevin mengangkat pisau di tangannya, "wajah Anna yang terluka beberapa hari yang lalu, pasti ada hubungannya dengan ini."

"Tapi non Anna bilang ia terjatuh mengenai pintu,"

Kevin menajamkan matanya, "terlalu banyak bicara adalah salah satu cara orang menyembunyikan kedoknya."

Pak Gara terdiam. Ia menjadi tersangka utama di mata tuannya. Pria tua itu melirik orang-orang di sampingnya, menatapnya prihatin sekaligus menuduh. Sungguh malang, ia benar-benar tak bermaksud. Terlalu banyak bertanya juga bisa berarti kepedulian, bukan semata-mata menyembunyikan kebohongan di dalamnya. Tapi ia paham tuannya sedang tidak bisa berpikir jernih sekarang.

"Maafkan saya." Hanya itu yang pak Gara katakan selanjutnya. Kevin tak menanggapi. Haruskah ia mencurigai Tomo sekarang karena supirnya itu sedang tak di rumah? Atau Susan?

Ia menggeleng.

"Kenapa kita tidak memeriksa sidik jari di pisau itu?"

"Akan memakan waktu lama, Li," kali ini pak Gara yang menyahuti usulan yang diberikan Lili.

"Tapi kita juga tidak punya petunjuk lain," bantah gadis itu. "sambil memikirkan kemungkinan lain, kita bisa melakukannya sekarang. Jika sidik jarinya tidak sesuai dengan kita, berarti pelakunya orang luar," biarkan saja ia menjadi gadis cerewet untuk saat ini demi gadis yang ia anggap adiknya itu. Lili memandang ke tuannya, "kalau kita pergi sekarang, semua akan lebih cepat," katanya.

Tidak disangka malah mendapat anggukan setuju dari yang lain. Namun Kevin mulai berpikir ulang soal kecurigaannya ketika melihat antusiasme dari mereka. Itu jelas-jelas bukan reaksi negatif yang bisa memungkinkan mereka adalah dalang di balik semuanya. Tapi pada akhirnya ia mengikuti mereka.

Pada dasarnya ia memang tidak memiliki petunjuk apa-apa. Melaporkan ke polisi pun masih terlalu dini. Ini bahkan baru lima jam. Padahal dalam lima jam apa saja sidah bisa trjadi. Kevin merasakan kepalanya berdenyut. Lima jam. Menghilangkan nyawa tidak butuh lima jam.

Bagaimana keadaan gadis itu sekarang?

"Aaargh!"

"Tuan!"

Semuanya panik begitu mendengar jeritan itu.

Bersambung ...

^^

Hai, balik lagi nih hehe. Ini udah mau end kok, bisa dibilang next chapter adalah klimaksnya lalu disusul sama antiklimaks trus ending deh.

Ah iya, setelah kemarin pakai judul Sing Me To Sleep, sekarang pakai Faded, pasti langsung larinya ke Alan Walker iya kan? Ok, gue emang lagi demen sama DJ satu itu dan lagu yang gue dengerin pas nulis chapter sebelumnya dan ini adalah kedua lagu itu. Jadi nggak usah heran ya haha.

Ah, segitu dulu deh, nanti kita cuap-cuap lagi. Jangan lupa sisipkan bintang cantiknya yaa.

Thank you and sending big hug and kiss for all my lovely readers ..

Continue Reading

You'll Also Like

KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.6M 550K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
355K 19.1K 79
Kumpulan-kumpulan cerita pendek atau short story dari imajinasiku sendiri dan pemikiranku sendiri Hope u like it! Happy reading!!
1.4K 227 11
Erika punya masa lalu yang mengerikan, salah satunya menjadi simpanan om-om. Choky awalnya benci Erika karena sudah menyiksa istri majikannya di mas...
3M 104K 11
Tersedia di PS, KUBACA APP, KARYAKARSA Hanya cerita cinta biasa tentang seorang lelaki dan perempuan yang awalnya saling tidak menyukai dan akhirnya...