LATENT

Par Zzyafra_Iomaski

11K 728 80

Namaku adalah Arch-108. IQ-ku 159. Aku menguasai 7 bahasa daerah, 3 bahasa asing dan Bahasa Indonesia. Aku hi... Plus

Welcome.
L.A.T.E.N.T
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
ATTENTION

Bagian 7

422 37 7
Par Zzyafra_Iomaski

"Go find your love! Aku rasa kamu butuh cinta."
   Kalimat Alfa menghantuiku.
   Cinta? Cinta.
Kata itu terus menghantui serebrumku, memeras otakku untuk terus memikirkannya. Kendati jasadku sudah ada di atas kasur empuk, pikiranku seperti melayang-layang mengelilingi galaksi Bimasakti dan menuju ke galaksi Andromeda hanya untuk mencari Cinta. Tidak ada jawaban. Apa sebenarnya cinta itu?

      Dalam sedetik aku teringat seseorang yang kerap menjawab pertanyaan-pertanyaan kecilku. Ia tahu semuanya. Dengan mudah pasti arti cinta itu bisa ia jawab. Aku beranjak dari kasurku dan membuka laptopku, menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantuku.

      Mbah Google.

     Kuketik dengan cepat kata 'cinta' di mesin pencari, seketika muncul simbol gambar seperti skema jantung yang sederhana berwana pink. Ah, ini kah yang sering manusia-manusia itu sebut sebagai gambar hati? Mereka bodoh, ini jelas-jelas adalah gambar jantung. Bilik kanan, bilik kiri, serambi kanan dan serambi kiri. Bentuk liver jelas-jelas berbeda jauh dengan ini.

      "Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi."

      "Ketertarikan pribadi?" gumamku pelan. Satu-satunya hal yang menarik dalam hidupku adalah Uranium. Aku tertarik dengannya sejak aku dipilih. Logam itulah yang telah membawaku sejauh ini. Dialah tujuanku.

      Uranium adalah logam dengan nomer atom 92, berwarna putih keperakan dan sangat radioaktif. Saat ini, dunia sedang gencar-gencarnya mengembangkan energi nuklir. Dan uranium adalah salah satu bahan yang sangat berperan penting untuk diubah menjadi energi nuklir dalam reaksi nuklir yang kompleks, untuk itulah uranium diincar.

      Banyak para investor asing yang diam-diam mencuri uranium dengan kedok melakukan penambangan logam lain. Alih-alih menambang logam lain, mereka justru diam-diam mengeruk dan menggerogoti beribu-ribu ton uranium di Indonesia. Dengan uranium sebanyak itu, mereka bisa melakukan apapun. Membuat energi yang sangat besar. Sebesar apa? Tak akan ada yang berani menebaknya.

      Satu gram uranium dapat menghasilkan energi yang cukup untuk menghidupkan dua puluh tiga ribu televisi dalam satu jam. Segenggam uranium dapan menghidupkan satu kapal pesiar besar dalam kurun waktu dua tahun tanpa henti! Lantas, beribu-ribu ton uranium akan menjadi apa?

      Banyuwangi memiliki potensi logam uranium yang sangat tinggi. Gunung Tumpang Pitu sudah mulai dicakar-cakar, diobrak-abrik. Itulah mengapa aku ditugaskan kemari, untuk menghentikan operasi para biadab itu.

     Otakku mulai lelah memikirkan uranium dan pandanganku mulai kabur perlahan. Yang kulihat hanya barisan kata-kata yang buram dan gambar skema jantung pink yang besar tepat di depanku. Aku tetap beerusaha berpikir tentang uranium, namun mataku terasa berat. Kantuk memenangkan pertarungan ini.

     Itukah cinta? Uranium? Tapi mengapa aku tak bahagia?

***

     Pukul setengah dua malam aku tiba-tiba terbangun dalam keadaan mendekap di meja dengan laptop masih terbuka. Merasakan perbedaan atmosphere yang sangat signifikan, butiran peluh membasahi bajuku. Kukira kehujanan, tapi tak ada suara hujan. Peluh menetes karena terasa ruangan ini sesak dan panas. Mengapa tiba-tiba sepanas ini?

     Srek srek. Terdegar suara berisik dari balik pintu. Aku bersiaga. Terasa ada orang yang mengawasiku dari balik pintu.

     Drap drap drap. Langkah kaki tampak samar-samar terdengar. Dari ritmenya terdengar tiga pasang kaki. Hanya ada aku, Manda dan Fahri di rumah ini. Lalu siapa lagi? Apakah itu mereka? Atau.. justru orang lain?

     Dengan memasang kewaspadaan dan memfokuskan pandangan dalam gelap, aku bergerak selembut angin dan menarik laci di mejaku. Kuambil perlahan senter kejut bertegangan listrikku dan menggenggamnya.

     Perlahan-lahan aku berjalan menuju arah pintu dan dapat dengan jelas terdengar nafas beberapa orang. Siapa mereka? Kugenggam perlahan gagang pintu dan kutarik dengan penuh kewaspadaan.

     Kreeekkk. Suara engsel pintu terdengar jelas, namun tak ada siapa-siapa di depanku. Nafas-nafas itu sudah menghilang, kaki-kaki itu sudah tak terdengar. Semua sunyi. Semua gelap.

     Tiba-tiba lampu menyala.

     "Happy birthday to you, happy birthday to you. Happy birthday our Ara... Happy birthday to you,"

     "HAH?" pekikku karena terkejut.

     Apa ini? Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi ada tiga orang berdiri dan bernyanyi di depanku. Manda, Fahri dan... Alfa?

     "Ada apa ini?" tanyaku.

     "Hari ini ulang tahunmu, sweety. Kami tak akan melewatkannya." Kata Manda dengan senyum merekah dan memelukku hangat. Aku membalas pelukannya.

     "Ohya? Aku lupa, Ma." Aku bahkan lupa hari ini ulang tahunku. Terlalu banyak tanggal lahir yang aku miliki

     "Dan ini kuemu," Fahri menyodorkan kue yang sedari tadi di bawanya ke arahku. Lilin dengan dua digit angka sedang perlahan-lahan dilumat oleh api kecil ditancapkan di tengah-tengah kue tart black forest yang bertuliskan 'HBD ARA' dengan selai strawberry. "Ayo tiup lilinnya,"

     Aku menarik oksigen sebanyak-banyaknya dan mengeluarkan carbon dioxide dan dihidrogen monoxide, api kecil itu perlahan dipadamkan oleh uap-uap air, bergoyang, lalu mati. Tepuk tangan terdengar sangat tidak riuh. Karena hanya dua orang yang bertepuk tangan.

     "81 tahun, huh? Yang benar saja!" protesku sambil mencabut angka 1 dan menukarnya dengan angka 8. "Nah, begini baru benar. Terimakasih Ma, Pa, dan umm.. Alfa. Mengapa kamu di sini?"

     Alfa yang sedari tadi diam mulai angkat bicara. "Cuma itu yang bisa kamu katakan? Oh my god," ucap Alfa sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Aku udah bela-belain datang kesini. Capek-capek aku ikut membuat kue ini. Dan kamu cuma bilang 'terimakasih'? Nothing else? Bahkan kamu masih bertanya kenapa aku disini."

     Aku hanya menaikkan bahu dan alis. "Memangnya ada yang menyuruhmu ikut?" tanyaku dengan nada mengejek.

     "Araaaa! Dasar payah!" pekik Alfa. Ia mencolek sedikit krim dan melemparnya tepat-di-mukaku lalu tertawa.

     "Shit! Akan kubalas!" tanganku meraih kue tart untuk membalas Alfa.

     Namun tiba-tiba ada yang menahan tanganku. "Eih. Sudah-sudah diam. Kue ini mama dan Alfa udah buat susah-susah, lho. Jangan dirusak."

     Benar juga, alangkah lebih baiknya kue coklat dengan krim vanilla ini aku makan saja. Aku tidak mau menyia-nyiakan sesuatu seperti kebiasaan manusia-manusia itu.

     Fahri pun menggiring kami ke meja makan di lantai pertama. Di sana sudah tersedia piring-piring lengkap dengan sendok, pisau dan garpunya. Di tengahnya sudah tersaji banyak makanan dan minuman.

     "Well. Serius deh, kenapa kamu di sini?" sekali lagi aku bertanya pada Alfa karena penasaran apa yang ia lakukan dirumahku selarut ini.

     Alfa tampak membenahi posisi duduknya dan menatapku. "Awalnya aku ingin membuat sebuah kejutan untukmu, tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Lalu tiba-tiba Mamamu menelponku," Jawab Alfa. Aku langsung menyipitkan mata ke arah Manda dan ia hanya mengangkat bahu. "Jadi aku langsung kemari dan menginap mulai sore tadi."

     "Menginap?"

     "Iya. Um, aku di kamar tamu. Kamu nggak nyadar?"

     Aku menggeleng,

     "Dasar nggak peka! Aku udah bantuin Mama dan Papamu nyiapin ini semua loh. Buat kue, masak semua ini, sampai... menghidupkan pemanas ruangan di kamarmu." Kata Alfa.

     What? Pantas saja ruanganku terasa sangat panas.

     "Maafkan kami, sweety. Kamu susah banget dibangunin, nak. Tadi saja sudah meleset satu setengah jam dari perkiraan kami." Kata Fahri menimpali.

     Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang seharusnya manusia normal lakukan ketika berada dalam situasi ini? "Um.. aku tidak tahu harus bicara apa. Kalian telah melakukan ini semua padaku. Kalian membuatku terharu," Kataku. Yeah, Go on Ara. You can do it. "Aku bahkan tidak mengira akan ada orang yang ingat dengan ulang tahunku. Yang punya saja lupa. Aku tidak tahu harus bagaimana berterimakasih kepada kalian."

     Tatapan mereka bertiga tampak seperti terharu dengan kalimat palsuku. Manda tampak menitihkan air mata. Begitu juga Alfa yang sepertinya mengusap-usap mata, padahal tidak ada apa-apa.

     "Terimakasih banyak Ma, Pa dan... Alfa. I love you all. Thanks for all of this surprise." Aku memaksakan mataku untuk melakukan proses lakrimasi, proses dimana kelenjar lakrimal menyekresi air mata.

     "Sama-sama, sweety. Kita jauh lebih bahagia saat kamu bahagia," Kata manda sambil berdiri meninggalkan kursinya dan berjalan ke arahku. Memelukku hangat. Hal yang sama dilakukan Fahri dan Alfa, aku membalasnya. Mereka semua semua memeluk seorang Ara di kursinya, sampai membuat sesak.

     "Eh.. semuanya. Uhuk, kurasa aku mulai tercekik." Aku mencoba mendorong mereka yang memelukku terlalu lama dan erat sampai membuatku terbatuk-batuk.

     "Ups. Maaf, nak." Kata Manda dan Fahri bebarengan.

     "Aku juga nggak tahan pelukan lama sama kamu. Bau jigong!" kali ini Alfa.

     Tanpa berpikir panjang aku mengelitikinya hingga ia jatuh tersungkur dan berguling-guling di lantai. "Rasakannn!!!" Kami tertawa bersama hingga perut terasa sakit. Well, aku yang mengelitikinya tapi mengapa aku juga merasa geli?

     "Ah.. sudah-sudah," kata Manda melerai. Sontak aku dan Alfa berhenti. "Jangan bercanda terus, ayo duduk. Ayo kita mulai midnight partynya!"

     Midnight party? Yang benar saja? Aku membuka mulut utntuk protes, tapi Fahri menahanku. "Jangan, Ara. Jangan protes. Ini hari ulang tahunmu. Dan berhubung ada Alfa di sini, mari kita nikmati hidangannya."

     "Yang benar saja, Pa. Tak bisakah kita rayakan besok? Lima jam lagi kita harus sekolah dan apa ini? Makan pada tengah malam sangat tidak menyehatkan. Lagi pula Alfa bisa mengantuk saat sekolah besok—" Kata-kataku berhenti saat ada telapak tangan yang membekapku.

     "Tak apa, om, tante. Saya sudah tahu ini akan terjadi, jadi saya sudah tidur banyak tadi. Hehehe." Jawab Alfa.

     Sangat bohong. Bukankah dia tadi berkata telah membantu Manda dan Fahri? Mana mungkin ia memiliki waktu istirahat yang lama.

     "Tuh, Alfa aja mau kok. Masa yang ulang tahun nggak mau,"

     "Tapi—"

     "Sudah, nggak usah tapi-tapian. Ayo makan hidangannya."

     "Arrgghh." Aku mengacak-acak rambutku. Ini bahkan bukan ulang tahun asliku, mengapa mereka sangat repot mengurus hal ini. Aku hanya ingin tidur.

     "YES!" seru Alfa yang senang dapat makan gratis. "Bon Appetit!"

     "Bon Appetit!" seru Manda dan Fahri bersamaan.

     Hanya aku yang tidak bersemangat.

***
*******
Authors's note
Hai haiiii. How was the story?
Karena latent masih on going, jadi readers harus sabar ya. Tapi kita tergolong fast update kok :)

Ohiya, teman-teman.. please be an active reader ya. Nggak suka? Comment. Ada kata atau ejaan yang salah? Comment juga. Suka? Vote and Comment.

Karena satu comment dan vote anda sangat berarti untuk kami :')

Curious? Penasaran episode selanjutnya? Go ahead!

Sincerely,

Aelea & Zap

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

248K 4.7K 174
An accident. She's pregnant. How unlucky. She got pregnant in one shot! What was even more unfortunate was that the end of the world had arrived, and...
Thunder Par Kylee

Science-Fiction

151K 8.9K 34
Kyleigh Everson's life is changed completely when she wakes up in the hospital and discovers that she was struck by lightning and her only scar is an...
135K 3.8K 93
https://m.shubaow.net/175/175017_1/#all Lin An, an apocalyptic young man with supernatural powers, was reborn before returning to the apocalypse. He...
76.3K 7.9K 51
With a princess killer to catch, a host of fairy-tale characters to wrangle and a crumbling career to resurrect, fallen hotshot Agent Fields has his...