End Of War, Start For Everyth...

By IRVINA

242K 12.1K 474

Perang dunia ke empat telah usai. Semua kembali ke desa masing-masing. Kegaulaun Naruto tentang perasaan yang... More

Akhir atau Awal (?)
Perasaan yang Tak Ku Mengerti
Posisi Naruto - Sasuke & Sakura
Diakui Jadi Hokage (?)
Akhirnya Bertemu I
Akhirnya Bertemu II
Prasangka Orang Lain
Berhenti Menghindari I
Berhenti Menghindari II
Berhenti Menghindari III
Pilihan dan Keputusan
Apa yang Harus Ku Lakukan
Hari - Diharapkan vs Tak Diharapkan
Berhenti Menunda
Terungkap
Bangkitnya Byakugan no Hime
vers. FRIENDSHIP - End of War, Start for Everything
vers. ROMANCE - End of War, Start for Everything
Corat Coret Tanpa Pena

vers. HURT - End of War, Start for Everything

10.4K 448 25
By IRVINA

This is The Last Chapter
Choose your ending vers.

WARNING!!
Chapter ini bergenre Hurt/Comfort

Jika tidak suka genre ini. Next ke halaman berikutnya aja.

Naruto mendekati Hinata. Semua perseteruan antar Hyuga itu sepertinya telah usai. Tidak ada lagi pihak yang menjerit sakit ataupun yang menyerang Hinata.

Ucapan Hinata sepertinya menyadarkan mereka.

[ Naruto POV ]

Aku yang awalnya fokus dengan tetua brengsek di depan ku ini mengalihkan pandangan ku.

Hinata berada di tengah lapangan luas milik klannya. Mengenakan kimono putih yang telah kotor akan debu dan pasir. Cakra biru tua keluar dari tubuhnya. Cakra yang terlihat mengerikan namun hangat.

Rasa khawatir menyelimuti diri ku. Ku langkah kan kaki ku secepat mungkin ke arahnya. Tapi kekuatan cakra itu menghempas ku. Hanabi yang berada di dekat Hinata juga ikut terhempas. Dengan gerakkan refleks aku menangkap tubuh adik dari gadis yang mencuri hati ku.

Hanabi berkata Hinata melafalkan sesuatu. Tapi aku tak bisa mendengarnya. Mungkin itu jutsu yang hanya didengar para Hyuga.

Tak lama teriakan dari Hyuga terdengar. Suara rintihan sakit. Mereka memegang kepala mereka. Jutsu itu lagi. Tapi tak hanya teriakan sakit di lapangan yang isinya hampir semua klan hyuga. Ada juga seruan girang dan bingung. Ada yang berkata tanda dikening menghilang. Menghilang? Bukannya tanda itu tak akan pernah hilang?

Baiklah. Aku bukan orang pintar. Dan bukan shinobi yang mengikuti kelas sejarah di akademi. Tapi kurasa keadaan ini memang tak dijibarkan di buku sejarah shinobi.

Belum usai dengan keterbingungan ku akan keadaan yang terjadi.

Cakra di tubuh Hinata menghilang. Tetua Hyuga yang sudah sangat tua berlari kearah Hinata. Mengarahkan jurusnya pada Hinata.

Deg. Perasaan ini sama ketika diri ku melihat Hinata bertarung dengan pain. Perasaan takut dan khawatir.

Kali ini tubuh ku bebas tak terkekang besi cakra milik pain. Jadi aku bisa langsung bergerak kearah Hinata.

Tapi lagi-lagi aku dihentikan. Hyuga Hiashi berdiri di depan ku. Menghalangi langkah ku untuk mendekat dan membantu Hinata. Seharusnya aku bisa melawan orang tua ini namun perkataannya membuat ku memilih stop dan melihat Hinata. Aku percaya pada Hinata.

Hinata berujar dengan tegas tentang keadaan yang mereka alami. Tentang jutsu yang namanya Juin Jutsu. Tentang cakra leluhur mereka.

Hinata jarang berucap tegas dan lantang. Tapi setiap kali ia melakukannya. Aku selalu terkesima. Gadis yang selalu tergagap didepan ku dan menunduk malu itu. Aku yang menilainya gadis aneh. Ya! Gadis aneh yang anggun dan menawan. Gadis aneh yang bisa mengubah suasana hati orang dengan ucapannya.

Dia juga menyadarkan ku ketika perang dunia ke empat. Menyelamatkan ku. Membimbing ku kembali ke jalan ku.

Aku mengingatnya. Gadis ini yang dulu memberi ku semangat. Gadis aneh yang menyebut ku 'proud failure'. Perasaan ku saat ini sama dengan saat itu. Jadi sebenarnya aku telah jatuh cinta padanya mulai dari saat itu kah? Atau lebih awal dari itu?

Sebenarnya sejak kapan kau masuk ke hati ku Hinata? Kau membuat getaran-getaran aneh dihati Ku! Kapan pun itu. Aku bersyukur aku menyadari perasaan ini. Aku bersyukur itu kau. Hinata.

Kali ini aku tak akan lari lagi. Tidak akan menundanya lagi. Sudah saatnya aku jujur dengan perasaan ku.

Aku ingin segera bersama mu.

[ Naruto POV end ]

Karna suasananya yang sudah terkendali. Naruto mendekati Hinata. Menyebut nama Hinata saja membuat hatinya bergetar.

'Deg deg deg' jantungnya berdebar.

Getaran yang sama ketika ia memikirkan Hinata. Debaran yang sama ketika ia berbicara dan bertemu dengan Hinata.

Debaran yang ia sukai.

"Hinata!" Naruto mendekat.

"Naruto-kun!" Ucap Hinata. Menghadapkan dirinya kepada pemuda yang memanggilnya.

Naruto sangat senang mendengar suara Hinata yang memanggilnya dengan suara itu. Suara yang penuh kehangatan.

Sekarang Naruto dan Hinata berhadapan.

Saling tukar pandang. Membaca mata akan menjadi kebiasaan mereka sepertinya. Sorot mata yang saling merindukan.

"Hinata..." Naruto satu langkah kedepan. Mendekati Hinata. Sungguh rasanya ia ingin langsung memeluk gadis di depannnya ini.

DEG. Jantung Naruto berdetak kencang. Debaran yang berbeda. Ini menyakitkan.

"A..aku.." Ucapan Naruto terputus.

'Uhuk!' Naruto terbatuk.

'Hoak' Darah kental keluar dari mulut Naruto. Tubuhnya limbung. Menubruk Hinata yang didepannya.

Hinata dengan sigap menangkap tubuh Naruto.

"Naruto-kun!!" Hinata panik.

Mata Hinata melebar. Jantungnya berdegub sangat kencang. Air matanya langsung keluar dari bola mata yang masih mengaktifkan byakugan. Air mata yang sudah lama tak keluar.

Hinata hilang kendali.

Dia menyadari apa yang terjadi pada pemuda yang berada dalam pelukkannya ini. Pemuda ini kehilangan nyawanya karna dirinya.

Bukan pelukan seperti ini yang diinginkan keduanya.

Cakra biru tua milik Hinata menghantam dan menghancurkan apa saja yang ada disana. Semua orang yang berada di lapangan berlindung. Angin kencang yang awalnya berhembus dan ikut memporak porandakan kini hilang. Digantikan petir-petir yang menampakkan diri dilangit segelap malam yang muncul di siang hari.

Hinata sepertinya sudah tak berada di di alam sadarnya. Dia sangat terpukul.

"Aku yang membunuh Naruto-kun!"

Cakra alami hinata adalah petir dan api. Cakra biru yang mengamuk itu membentuk bola api biru, membakar. Sungguh cakra yang tak terkendali.

"Aku yang telah membunuh Nejii-niisan!"

Warna di ujung rambut Hinata mulai berubah. Warna putih mulai terlihat di ujung rambut indigo miliknya.

"Aku yang membunuh paman Hizahi!"

Warna putih itu makin naik. Sudah setengah warna rambut Hinata berubah. Warna rambut milik Kaguya.

"Gawat! Dia akan berubah menjadi Kaguya!" Ucap Sasuke masih dengan sikapnya yang tenang.

"Apa?" Respon Sakura.

Juin Jutsu di dahi Hinata hilang muncul.

"Aku juga yang membunuh ibu!" Teriakan Hinata bisa didengar.

Ingatan hinata terbuka. Ia ingat dia juga pernah mengeluarkan cakra besar. Dan sang ibu lah yang melindungi dirinya. Karna cakra itu menyerang Hinata sendiri.

"Aku pembunuh!" Teriak Hinata frustasi.

"Hinata-neesan! Hentikan! Kau akan menghancurkan dunia" Hanabi mendekati posisi Hinata.

Hinata sudah tak bisa mendengar suara dari luar. Dia hanya berkecamuk dengan perasaan bersalahnya.

Cakra biru mengarah ke Hanabi.

"Dunia yang Naruto-niisan lindungi akan hancur!" Teriak Hanabi. Dia sudah pasrah terkena cakra api biru milik Hinata.

Kata 'Naruto' menyadarkan Hinata.

Terkejut dengan keadaan yang terjadi.

Hanabi membuka pelopak matanya. Api biru didepannya yang berbentuk kepala singa berhenti tepat didepan wajahnya.

Hinata menghentikan cakra itu.

"Ha..hanabi menjauh dari sana! Sekarang!" Teriak Hinata.

Hanabi langsung menjauh dari posisinya.

"Ini.. perbuatan ku?" Gumam Hinata sendu melihat ke keadaan sekitarnya. Ia masih memeluk Naruto.

Hinata menormalkan cakranya kembali. Tapi percuma. Cakra itu sudah mengamuk tanpa kendali.

Hinata menaruh Naruto pelan-pelan ke tanah. Warna kulit tan Naruto sudah terlihat pucat.

"Aku tak akan membiarkan ini. Dunia perdamaian yang diinginkan Naruto-kun. Tidak akan ku hancurkan!" Ucap Hinata.

Memfokuskan byakugan. Mengarahkan tangannya keatas. Kearah bulan. Semua cakra tak terkendali itu berusaha Hinata kendalikan. Tak jarang tubuhnya sendiri yang terkena cakra tersebut.

Semua cakra biru tua terserap menjadi satu. Mengarah ke bulan. Bulan menjadi cermin. Dan semua cakra penuh jutsu itu kembali ke tubuh pemiliknya. Hyuga Hinata. Menghantam dengan telak sang pemilik tanpa ampun.

Hinata merasakan tubuhnya bergetar. Tersetrum dengan kuat oleh cakra petirnya dan terbakar didalam oleh cakra api miliknya.

Hinata tersenyum. Melihat bulan dan langit malam yang mulai menghilang. Matahari muncul dan langit biru menyertai. Mereka terlihat bersama. Matahari dan bulan bersampingan. Langit malam disisi kanan dan langit biru terlihat di kiri.

"Indah.. Sayang sekali kau tak bisa melihatnya Naruto-kun.." Hinata berucap pelan. Tubuhnya terbaring disamping Naruto.

Semua orang berlarian ke arah mereka.

"Maapkan aku Naruto-kun.." air mata Hinata berlinang.

Waktunya tinggal sedikit.

"Aku.. aku sangat mencintai mu. Naruto-kun.." ucap Hinata merona. Menatap wajah pucat Naruto disampingnya. Menggenggam tangan Naruto erat. Menutup matanya.

Menutup mata untuk selamanya.

***
Hari ini semua warga konoha berkumpul. Bukan di alun-alun kantor Hokage untuk menyambut pemimpin desa mereka yang baru. Tapi mengantarkan calon pemimpin. Calon pemimpin desa konoha, Uzumaki Naruto dan calon pemimpin klan Hyuga, Hyuga Hinata ke pembaringan akhir mereka.

Yang kita tau. End of War, Start for Everything.

Last Chapter..
Huhuhu... sedih deh..

Eits... Ayo Next Chapter. Kalian bisa nemukan ending vers lain di halaman berikutnya.

Please vomment!!
*ngga maksa tapi berharap. Kekeke

Continue Reading

You'll Also Like

58.7K 2K 9
naruto tidak menyangka shion akan menagih janji naruto meski dirinya sudah menikah dengan hinata dan memiliki seorang putra dan putri, bagaimana cara...
41.2K 46 3
"Pernikahan ini cuma status. Kau hanya pengantin pengganti menggantikan Ino dan tidak lebih dari itu. Di hatiku cuma ada Ino. Selamanya hatiku untuk...
Mom? [ch2] By yls

Fanfiction

110K 11.4K 33
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
647K 33.4K 58
Hinata,sakura,temari dan ino adalah seorang sahabat yang bekerja menjadi asisten dari selebritis terkenal yang memiliki sifat sangat berbeda dibalik...