Sunshine

By lee-jungjung

33.2K 3.4K 547

Bagi orang lain kau adalah kegelapan. Tapi bagiku kau adalah mentari yang bersinar cerah. Aku adalah bunga ma... More

Prolog
[1] Ketua Kelas yang Menyebalkan
[2] Girlfriend?
[3] Jealous
[4] Merindukanku?
[5] Ada Apa dengan Soojung?
[7] Jurnal
[8] Kenyataan
[9] Don't Go
[10] My Sunshine

[6] Broken Heart

1.9K 274 35
By lee-jungjung

Warning: ada beberapa konten yang tidak cocok dibaca anak di bawah umur.. >.< !!!

.

.

.

.

Ayo kita putus.


Jongin terus menyangkal apa yang di dengarnya kemarin. Dia pasti salah dengar. Pendengarnya mungkin bermasalah. Atau malah Soojung sedang mengajaknya bercanda. Mungkin saja.

Tetapi, meski demikian Jongin tetap merasa was-was. Bagaimanapun juga Soojung menunjukkan keanehan beberapa hari terakhir ini. Dia terkesan menjauhi Jongin. Jadi, mungkin keputusan untuk putus memang benar Soojung layangkan. Tapi, atas dasar bosan? Jongin tidak mungkin menerimanya begitu saja. Dia harus menanyakan langsung sekali lagi pada Soojung. Yah, harus.


"Ah, bukankah itu Jung Soojung."


Jongin terpaksa mengalihkan perhatiannya saat nama Soojung disebut. Kedua bola mata pemuda berkulit tan itu terbelalak saat melihat dengan siapa Soojung berjalan memasuki area sekolah saat ini.


"Kenapa dia berangkat bersama Myungsoo?"


"Apa mereka berkencan?"


"Tidak mungkin. Soojung kan kekasihnya Kim Jongin."


"Tapi, mungkin saja mereka sudah putus."


Jongin mengepalkan tangannya dengan geram. Bukan karena gunjingan orang-orang mengenai dirinya. Jongin tidak mungkin kesal karena gossip murahan seperti itu. Ingat, dia sudah kebal dengan segala gunjingan dan cemoohan. Tetapi, hal yang membuatnya kesal adalah sosok sang kekasih. Atau mungkin mantan (?) yang kini sedang berjalan bersama dengan ketua OSIS –Kim Myungsoo. Perlu digarisbawahi mereka berjalan beriringan sambil menautkan jemarinya dengan erat. Uh, mesra sekali.

"Soojung-a."

Jongin memberanikan diri mengahadang jalan Soojung dan Myungsoo. Soojung yang sedari tadi tengah bercengkerama dengan Myungsoo terpaksa mengalihkan pandangannya. Gadis itu kini sudah menatap Jongin begitu datar. Sungguh, Jongin merasa nyeri di hatinya saat mendapat tatapan seperti itu dari Soojung.

"Jung Soojung, aku ingin bicara."

Soojung menghela napasnya sebentar lalu memandang Myungsoo, meminta pengertian. Itu perilaku Soojung yang benar-benar membuat Jongin semakin memanas.

"Ada apa Kim Jongin? Bukankah perkataanku kemarin sudah cukup jelas?"

Jongin menarik-hembuskan napasnya pelan-pelan. Dia harus menjaga emosinya tetap stabil. Ingat, dia tidak boleh mengamuk. Emosi tidak akan menyelesaikan masalah. "Soojung-a, bercandanya tidak lucu," ujar Jongin senormal mungkin.

"Aku tidak bercanda. Aku serius Kim Jongin. Aku ingin mengakhiri semuanya. Dan kita sudah mengakhirinya kemarin. Aku sudah minta putus," terang Soojung dengan ekspresi datarnya –masih seperti yang tadi.

"Tapi, Soo...."

"Kuharap kau mengerti, Jong. Aku ingin kau tidak menggangguku lagi. Kita sudah selesai," sela Soojung sebelum kembali mengajak Myungsoo untuk menuju ke kelas.

Jongin sendiri masih terdiam di tempat. Pandangannya menandak kosong. Dan terlihat sekali kalau pemuda itu tengah memendam emosi hingga ke puncak. Melihat itu semua, membuat teman-teman satu sekolahnya berjengit ngeri. Oh, si berandal Kim Jongin kembali menampakkan tanduknya. Dan itu bukan suatu hal yang baik.

O0O

Brak.


Jongin membanting gelasnya untuk kesekian kalinya. Pemuda itu menarik napasnya dalam-dalam sebelum kembali menuangkan vodka ke dalam gelasnya. Jongin butuh obat untuk mengurangi rasa sakit di dadanya. Dan dia berharap banyak pada sebotol vodka yang ada di tangannya.

Sayang, seberapa banyakpun vodka yang diminumnya tak kunjung membuat perasaan Jongin membaik. Pikirannya justru semakin kacau, dan sesak di dadanya tak kunjung memudar. Jongin menutup matanya rapat-rapat sambil mencengkram kuat gelasnya. Diresapinya suara bising speaker yang mengumandangkan musik keras di club tempatnya berada. Mungkin sedikit bergerak di meja dansa bisa membuatnya lebih baik?

Dengan langkah sempoyongan Jongin bergerak mendekati kerumunan orang yang sedang bergerak mengikuti alunan musik disko yang memekakkan telinga. Pemuda itu juga mulai bergerak, menggoyangkan seluruh badannya seakan terhipnotis dengan lantunan musik itu.

Jongin tersenyum puas. Dia merasa kembali ke jalannya, ke hidupnya. Pemuda itu terlalu menikmati musik disko hingga tidak menyadari bahwa beberapa tangan wanita nakal menyentuhnya. Mungkin bukan tidak menyadari, mungkin Jongin menyukainya. Lihat, senyumnya bertambah lebar ketika wanita-wanita itu mengerumuninya, meraba otot-otot kekarnya.

Jongin membuka matanya. Mengerling nakal dan meraih lengan seorang wanita dengan gaun merah yang begitu ketat. Tanpa basa-basi diraupnya bibir merah merona yang sedari tadi menggodanya. Tangan Jongin tidak tinggal diam. Sebelah tangan yang melingkari pinggang wanita itu bergeser untuk meremas bokongnya. Sebelah tangan yang lain sudah aktif meremas bagian lain yang lebih sensitif. Membuat si wanita mendesah keenakan di sela-sela lumatan Jongin yang penuh gairah.


Bugh.


Jongin yang baru saja menikmati dunianya kembali terpaksa harus tersungkur dengan sudut bibir yang berdarah. Dengan decakan kesal pemuda itu menyeka sudut bibirnya. Ditatapnya orang yang memukulnya tadi dengan geram.

"Beraninya kau menyentuh wanitaku!" seru seorang lelaki yang baru saja menghantam wajah tampan Jongin dengan bogemnya.

Tsk, menyentuh. Tidak tahukah lelaki ini kalau wanitanya itu yang sudah menggoda Jongin duluan. Menawarkan sebuah pengalihan rasa sakit hati yang baru Jongin rasakan. Dan ini tentu saja membuat Jongin bertambah geram. Aktivitasnya diganggu, dan Jongin tidak suka itu. Jongin memutuskan berdiri walau sedikit kesulitan. Ingat, dia sudah cukup mabuk gara-gara vodka yang diminumnya.

"Kau benar-benar mengganggu," desis Jongin lirih. Sebuah seringaian tersungging di wajahnya. Membuat Jongin terlihat lebih bengis dan kejam. "Kau sudah membuatku marah brengsek!?!"


Bugh.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kim Jongin?"


Sehun segera berlari ke arah Jongin yang tengah terduduk dengan wajah yang begitu mengenaskan. Pemuda berkulit putih itu meringis saat melihat wajah Jongin yang cukup parah dengan lebam di mana-mana. Tak jauh dari tempat Jongin berada sudah ada seorang lelaki yang lebih tua dari mereka tengah meringis kesakitan sambil memegangi wajahnya yang tak kalah hancur dari wajah Jongin. Ah, mungkin lebih hancur. Karena Sehun yakin benar bahwa teman sebangkunya itu tidak akan kalah jika menghadapi perkelahian.

"Bisakah kau membawa temanmu ini pergi? Dia sudah berbuat onar di sini."

Sehun mengangguk. Dengan cepat diraihnya lengan Jongin. Tetapi, segera ditepis oleh pemuda itu. Jongin memilih berdiri dan berjalan sendiri meski dengan langkah sempoyongan. Membuat Sehun menatap prihatin si teman sebangku. Huh, kenapa Jongin kembali jadi seperti ini?

"Kau mau pulang atau menginap di tempatku?" tanya Sehun ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Sehun menyalakan mesin mobilnya dan kembali menatap Jongin. Menantikan jawaban pemuda itu.

"Antar aku pulang saja. Aku tidak mau membuatmu kena marah karena membawa pulang pemabuk."

"Tidak akan ada yang memarahiku. Kedua orang tuaku sedang ke luar negeri. Jadi, kau bebas jika ingin menginap," ralat Sehun segera.

Jongin menghela napasnya sebentar. "Baiklah. Ke tempatmu. Toh, aku butuh seseorang untuk mengendalikan diriku."

Sehun mengangguk setuju. Dengan segera dilajukan mobilnya. Membelah keheningan jalanan kota Seoul di malam hari.

O0O

"Kau sudah lihat wajah Kim Jongin pagi ini?"


Soojung yang tengah mengambil beberapa barangnya di loker dibuat menghentikan aktivitasnya sejenak. Pendengarannya menajam saat nama Jongin disebut.


"Uhh, wajah tampannya penuh luka. Sepertinya dia habis berkelahi," salah seorang siswi berceloteh sambil mengedikkan bahunya ngeri. Mungkin efek melihat wajah berantakan Jongin.


"Ahh, sepertinya yang namanya berandal tetap berandal. Dia tidak mungkin berubah. Pantas saja dia putus dengan Soojung."


Brak.


Soojung nyaris meloncat karena kaget. Tak jauh dari tempatnya berada sudah ada orang yang menjadi objek pembicaraan sejak tadi –Kim Jongin. Pemuda itu mengambil beberapa buku di lokernya tanpa peduli tatapan orang-orang padanya. Lepas itu Jongin kembali membanting pintu lokernya lantas berlalu pergi. Menyisakan segelintir orang yang berkasak-kusuk mengunjing dirinya.

Soojung menatap punggung Jongin yang menjauh dengan nanar. Perlahan dirabanya dada kirinya. Sakit. Entah kenapa melihat Jongin yang seperti itu membuat Soojung sakit. Tetapi, ini sudah keputusannya. Dia dan Jongin tidak boleh terikat lagi. Sebelum semua berlanjut lebih jauh.


"Jung Soojung?"


Soojung berbalik dan mendapati Sehun yang menatapnya dengan serius.


"Aku mau bicara."

O0O

Sehun menatap teman sebangkunya prihatin. Sudah seminggu sejak pemuda itu putus hubungan dengan Soojung. Dan sudah seminggu itu pula Jongin nyaris hidup tanpa nyawa. Raganya selalu berada di tempat. Melakukan segala aktivitas. Tetapi, tidak dengan jiwanya. Beberapa kali Sehun mendapati Jongin menatap kosong ke depan. Pemuda itu terlihat murung, melamun, yang jelas tidak ada gairah hidup sama sekali. Apakah putus dari Soojung benar-benar mampu membuat Jongin se-depresi ini?


"Kim Jongin?"


Sehun menoleh ke sumber suara. Sudah ada Soojung berdiri di sebelah bangku Jongin. Tatapan gadis itu begitu datar dan suaranya terdengar dingin. Berbeda sekali dengan Soojung yang biasanya. Sedang Jongin masih tidak menggubris panggilan Soojung. Pemuda it uterus menatap ke depan sambil memasukkan kedua telapak tangannya di saku celana.


"Kudengar kau tidak melaksanakan hukumanmu seminggu ini. Apa maumu, huh? Mau dikeluarkan?"


Jongin mendengus mendengar pertanyaan Soojung yang terkesan menyindirnya. "Apa pedulimu. Mau dikeluarkan atau tidak itu bukan urusanmu," jawab Jongin dengan santainya.

Sehun dapat melihat aura tidak enak yang ditunjukkan oleh Soojung. Gadis itu terlihat membuang muka sejenak. Menarik napasnya dalam-dalam dan sekali lagi menatap Jongin tajam. "Yah, itu memang bukan urusanku. Tapi, tanggung jawabku untuk mengawasi jalannya hukumanmu," balas Soojung tak gentar.

Jongin tertawa kecil. Pemuda itu beranjak bangun dari duduknya. Menghadap ke arah Soojung dan mendekati gadis itu secara perlahan. "Hanya karena tanggung jawab? Kau yakin? Kurasa kau memang masih peduli padaku," cibir Jongin sambil mencondongkan tubuhnya ke tubuh Soojung.

Bukan hanya Sehun, tapi semua penghuni kelas menyaksikan semua yang dilakukan Jongin sambil menahan napas. Jongin yang sekarang jauh lebih mengerikan dari yang sebelumnya. Dan mereka yakin sekali kalau ketua kelas mereka ini tidak akan lepas begitu saja dari Jongin.

"Aku peduli padamu."

Wajah Jongin yang semula penuh amarah mengendur. Kedua matanya mengerjap dan menatap Soojung tidak percaya. Dia peduli pada Jongin?

.

.

.

"Ahh, ternyata begitu," Soojung kembali bersuara. Tanpa diduga, gadis itu memasang senyum mengejeknya ke arah Jongin. "Jadi, kau benar-benar mengharapkanku mempedulikanmu, begitu? Karena itu kau tidak melaksanakan hukumanmu? Mencari perhatianku?" cibir Soojung kemudian. Membuat rahang Jongin kembali tegang penuh emosi.

Soojung melangkah mendekat. Didekatinya telinga Jongin, berniat membisikkan sesuatu. "Menyedihkan."

Jongin mengepalkan telapak tangannya geram.

"Kau bilang aku menyedihkan? Lantas siapa yang membuatku begini, Jung Soojung. Kuingatkan itu dirimu. Kau yang sudah membuatku terpesona, memuja, bahkan jatuh hati padamu. Tetapi, setelah itu kau membuangku begitu saja. Seperti barang rongsok yang tidak terpakai. Kau pikir hubungan kita selama ini itu apa?!?" seru Jongin meledak-ledak. Semua emosinya tumpah. Jongin tidak mampu menahannya lebih lama lagi.

Soojung menatap Jongin dengan datar. Kedua tangannya menyilang di depan dada.

"Ternyata kau tidak lebih dari pecundang, Kim Jongin. Yang punya mental lemah hanya karena putus cinta. Lihat dirimu, yang kau tahu hanya bagaimana cara menonjok orang. Kau tidak pernah peduli dengan masa depanmu. Hanya bisa meratapi nasib seperti ini. Melampiaskan kekesalan dengan berkelahi. Kau pikir gadis sepertiku mampu bertahan hidup dengan pemuda sepertimu?"

Semua orang menatap Soojung tidak percaya. Jung Soojung baru saja mencela seorang Kim Jongin. Menjatuhkannya hingga ke dasar jurang terdalam.

"Aku masih cukup waras untuk tidak menyerahkan hidupku padamu, Kim Jongin," lanjut Soojung. Menunggu reaksi Jongin selanjutnya.

"Kau...," desis Jongin sambil menatap Soojung tajam. "Apa hakmu berkata seperti itu?"

Soojung berdecak pelan lantas memasang seringaian tipisnya. "Lihat, kau manja sekali. Begitu putus, kau mengungkapkan kekesalanmu dengan sesuatu yang tidak berguna. Tidak tahukah kalau kelakuanmu itu justru membuatku bersyukur karena sudah tidak terikat denganmu lagi, Kim Jongin?"

Jongin terdiam, tersadar akan satu hal. Benar, dia terlalu berlebihan menikmati masa putus cintanya. Sedang Soojung sudah bersenang-senang dengan Kim Myungsoo. Jongin malah menjerumuskan diri ke dalam lubang hitam. Tidak berniat bangkit dan membiarkan Soojung mampu mencelanya hingga seperti ini.

Soojung menghela napas panjangnya. Percuma berdebat dengan Jongin. Toh, tidak ada ujungnya. Maka dari itu Soojung berniat untuk pergi dari hadapan Jongin kali ini.

"Kau baru bermain-main dengan Kim Jongin, Jung Soojung."

Soojung menghentikan langkahnya. Tanpa berbalik tetap didengarkannya perkataan Jongin.

"Aku akan buktikan padamu bahwa aku bukanlah pecundang. Akan kubuat kau menyesal karena mencampakkanku. Lihat saja nanti," seru Jongin tanpa ragu.

Soojung tersenyum tipis, "Aku tunggu Kim Jongin. Aku tunggu realisasi dari janjimu itu. Tunjukkan saja padaku," tantang gadis itu lantas kembali melangkah pergi. Menyisakan Jongin yang berdiam diri dengan emosi yang memuncak.


Di sisi lain ada sepasang mata milik Sehun yang menatap keduanya nanar. Pemuda berkulit putih itu lantas mendesah panjang. "Apa ini yang kau inginkan? Menyiksa diri sendiri dengan menyakiti orang yang kau cintai?" tanya Sehun entah pada siapa.

O0O

Jongin mulai meyakinkan dirinya. Baiklah, Jongin harus memuktikan diri bahwa dia bukanlah pemuda lemah yang jadi mlempem karena putus cinta. Jongin harus buktikan kalau putus dari Soojung tidak memberi efek bagi Jongin. Mungkin iya bagi Soojung, karena Jongin berjanji akan membuat gadis itu menyesal sudah mencampakkannya.


"Ahh, kau melakukan tugasmu lagi rupanya?"


Jongin mendengus malas. Dari semua orang yang ada di muka bumi, kenapa Jongin harus bertatap muka dengan si jangkung yang satu ini. Sebut saja dia si telinga besar, tiang listrik, atau apapun. Karena Jongin malas menyebutkan namanya –Park Chanyeol.

"Butuh bantuan?" tanya Chanyeol sambil memutar bola basket di tangannya.

Jongin diam saja. Mengabaikan tawaran Chanyeol. Jika dia memang berniat membantu seharusnya langsung turun tangan membantu Jongin memunguti bola-bola basket yang tersebar di seluruh gedung olahraga sekolah mereka. Bukannya hanya melihat Jongin sambil memutar bola seperti itu.

Dan ajaib. Tanpa ada persetujuan dari Jongin, Chanyeol benar-benar turun tangan langsung membantunya. Dan Jongin akui kalau kerja Chanyeol begitu cepat. Membuat tugasnya lebih ringan dua kali lipat.

Jongin mengerjap beberapa kali. Sebenarnya apa yang terjadi dengan ketua tim basket sekolah mereka. Sejak kapan seorang Park Chanyeol berubah baik hati kepadanya?

"Kudengar kau diputuskan Soojung?"

Setelah sekian lama Chanyeol akhirnya bersuara. Ahh, Jongin jadi tahu alasan pemuda itu membantunya. Ingin membahas soal kandasnya hubungan Jongin dan Soojung. Huh, menyebalkan sekali.

"Kenapa? Mau mengejekku?"

Chanyeol benar-benar dibuat tertawa karena pertanyaan konyol Jongin. Hanya Chanyeol yang mengganggap itu konyol bahkan mungkin lucu. Karena bagi Jongin ini bukan hal yang patut ditertawakan sama sekali.

"Kau tahu, akhirnya kita bernasib sama. Ditendang keluar dari kehidupan Soojung."

Jongin mengernyit tidak mengerti, "Apa maksudmu?"

Chanyeol tersenyum sekilas lantas memasukkan sebuah bola ke dalam keranjang penyimpanannya. "Dia, Jung Soojung pernah menolakku sebelum ini."

Jongin mengangguk. Yang itu dia sudah tahu. Ingat, Sehun sudah pernah menceritakan hal itu padanya.

"Kau tahu kenapa dia menolakku?"

Jongin menggeleng pelan. Baginya alasan Soojung menolak Chanyeol sudah tidak penting lagi.

"Dia bilang dia tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Dia tidak suka terikat. Dan berterimakasih padaku karena telah menyukainya," terang Chanyeol sambil tersenyum masam.

"Saat itu, aku menerima dengan lapang dada. Tetap menyukainya dan menunggu hingga Soojung siap membuka hatinya. Tapi, saat itu muncul dirimu Kim Jongin. Yang dengan mudahnya diterima oleh Soojung. Membuatku kesal setengah mati padamu," aku Chanyeol sambil kembali melakukan aktivitasnya memungut bola.

"Tapi, kurasa kau tidak membenciku lagi karena aku juga dibuang Soojung?" Jongin menyimpulkan sendiri setelah mendengar cerita Chanyeol.

"Ahh, aku hanya merasa mendapat teman senasib sepenanggungan," kata Chanyeol memperjelas. "Tapi ada yang perlu dikoreksi. Aku tidak dicampakkan sepertimu. Ingat, aku hanya ditolak. Dengan sangat sopan lagi. tidak seperti dirimu yang dipermalukan di depan kelas."

Jongin mendengus. Ujung-ujungnya Chanyeol mengejeknya. Ternyata pemuda jangkung yang satu ini masih menyebalkan.

"Ahh, Kim Jongin. Kau kan sudah dicampakkan Soojung. Bagaimana kalau kau masuk klub kami? Kau bisa jadi ketua klubnya kalau mau," tawar Chanyeol setelah beberapa saat keheningan menyelimuti mereka.


"Memang klub seperti apa?"


"Klub Korban Patah Hati Jung Soojung."


Jongin menganga mendengar jawaban Chanyeol.


"Tenang kau akan langsung diterima. Bahkan langsung jadi ketua. Kau kan senior karena patah hati akibat diputuskan Soojung. Beda dengan kami yang ...."


Duak.


"Aww," Chanyeol meringis karena kepalanya baru saja dihantam bola yang dilempar Jongin.


O-oh, lain kali Chanyeol harus hati-hati kalau bicara dengan Jongin.


"Park Chanyeol, kau mau mati, huh?!?"

O0O

Sehun menatap Jongin tidak percaya. Pemuda berkulit tan baru saja meletakkan setumpuk buku di mejanya. Sehun sudah cukup tercengang karena Jongin mengajaknya ke perpustakaan. Tempat yang mungkin paling tidak disukai Jongin. Dan sekarang, pemuda itu membawa setumpuk buku di hadapan Sehun. Sebenarnya apa yang diinginkan Jongin?


"Buat apa ini, Jong?" tanya Sehun masih dengan tatapan anehnya.


"Belajar."


Sehun menganga.


Mengerjap pelahan.


Lantas memandangi tumpukan buku dan Jongin bergantian.


"Kau mau belajar? Di sini? Di perpustakaan?" Sehun tidak bisa menahan suaranya untuk tidak histeris.


"Sssst, Sehun. Kau berisik mengganggu yang lain. Pelankan suaramu."


Sehun mengatupkan bibirnya segera. Sekarang dirinya sudah menjadi pusat perhatian karena sudah bersuara cukup keras tadi.

"Kenapa kau tiba-tiba jadi rajin?" tanya Sehun dengan nada berbisik. Dia tidak mau kembali mendapat tatapan tajam akibat berbicara terlalu keras.

"Aku hanya ingin membuktikan pada Soojung kalau aku ini berguna. Aku bisa jadi lelaki yang lebih baik tanpa dirinya. Akan kubuat dia menyesal karena telah mencampakkanku," jawab Jongin menggebu.

Sehun menatap Jongin tidak percaya. Sebegitu hebatkah efek patah hatinya hingga merubah Jongin jadi seperti ini? Tapi, kenapa Jongin juga mengajak Sehun terlibat?


"Sehun?"


"Hum?"


"Kau pintar kan?"


"Menurutmu?"


Jongin tersenyum sambil mengacungkan kedua ibu jarinya. "Kau bukan pintar tapi jenius."


Sehun mengangguk dengan sombong. Berbangga hati.


"Kau ingin ilmumu lebih bermanfaat lagi, bukan?"


O-oh, Sehun punya firasat buruk.


"Ajari aku, yah? Jadi tutorku," pinta Jongin dengan sangat.


Sehun menggeleng cepat. "Tidak mau. Aku bisa stress jika mengajari otakmu yang bebal," tolak Sehun segera.

"Kumohon, Sehun. Kau harapanku satu-satunya. Paling tidak kau harus membuatku lulus dari sekolah ini," Jongin masih kekeuh membujuk Sehun.

Sehun menghela napas sejenak. Haruskah dia membantu Kim Jongin?


Kumohon, Sehun. Jaga Jongin untukku.


Sepenggal permintaan lain melintas di otaknya. Mau tak mau permintaan itu mendorong Sehun untuk menganggukkan kepalanya. Setuju menjadi tutor Jongin.

"Ahh, Sehun kau memang sahabatku," Jongin berujar riang.

Sehun sendiri hanya tersenyum. Yah, semua ini juga demi melaksanakan amanah yang diberikan padanya. Juga demi sahabatnya, Kim Jongin.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Soojung, apa yang kau sembunyikan?"

"Tidak ada."

"Jangan bohong," sahut Sehun cepat. "Waktu Jongin berbuat ulah di club malam, kau yang memintaku untuk membantunya. Dan lagi, sekalrang kau terlihat mencemaskannya. Kau tidak seperti orang yang memutuskan kekasihmu. Kau tidak benar-benar mencampakkan Jongin, kan?"

Soojung mengigit bibirnya. Menarik napasnya dalam-dalam sambil mengangkat kepalaya. Jangan sampai dia meluapkan emosi terpendamnya sekarang.

"Kumohon Soojung, jangan menyiksa Jongin seperti ini. Kau tahu, dia berubah jauh lebih baik saat bersamamu. Dan sekarang dia kembali seperti dulu, lebih parah malah. Jika kau kecewa pada Jong...."

"Aku tidak pernah kecewa padanya," sahut Soojung cepat. "Dia tidak pernah mengecewakanku," ujar Soojung mempertegas penyataan sebelumnya.

Sehun mengernyit tidak mengerti.

"Aku yang salah, Sehun. Aku yang tidak pantas untuk Jongin," ujar Soojung sambil menepuk-nepuk dadanya. Perlahan cairan bening membasahi pipinya.

"Aku tidak pantas mencintai Jongin. Hatiku terlalu lemah untuk mencintai, apalagi merasakan cinta. Ini terlalu lemah," ujar gadis itu sambil terus menepuk dada kirinya dengan keras. Ada rasa perih saat mengungkapkan apa yang dia rasakan selama ini.

Sehun menatap Soojung tidak mengerti. Semua yang dikatakan Soojung membingungkan. Kenapa dengan gadis ini? Tetapi, mau bertanya lebih lanjut pun tak tega. Apalagi melihat kondisi Soojung yang seperti ini. Kelihatannya Soojung juga tersiksa selepas berpisah dengan Jongin.

Jika tersiksa kenapa memutuskan untuk berpisah?

"Oh Sehun."

Sehun kembali memfokuskan dirinya pada Soojung.

"Kumohon, Sehun. Jaga Jongin untukku."

Sehun menelan salivanya bulat-bulat. Permintaan Soojung yang terakhir begitu berat untuknya. Tetapi, Sehun bisa apa. Dia tidak bisa menolak. Toh, Jongin sudah menjadi teman baiknya. Jadi, Sehun pasti bersedia melakukan permintaan Soojung dengan senang hati.

.

.

.

.

TBC

Okeee... mau minta ampun dulu sebelum dikeroyok masa pendukungnya Kaistal >.< ampuni aku yang membuat Jongin dicampakkan dan membuat keduanya terpisah seperti itu... semua kejadian ada alasan. Ada sebab dan akibat... makasih buat supportnya selama ini.. ^^ ditunggu review dan vote-nyaa ^^ Gomawo.

8ez




Continue Reading

You'll Also Like

201K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
23.8K 3.9K 24
[KONPINK] Bisa kah mereka bertahan sampai subuh? Itu semua tergantung dengan kalian. Start : 1 May 2020 Finish : 6 August 2020 Β©dipamaulida
508K 37.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
42.5K 3.9K 20
Bagaimana jadinya jika keenam yeoja yang tidak saling kenal disatukan di dalam sebuah tempat yang biasanya disebut dengan kos-kosan? Ikuti terus kisa...