A & Z (On Going)

By hanagatayuu77

4.4K 233 17

★☆★ Tinggal serumah, Punya anak yang menggemaskan Saling melengkapi dan berbagi. Pasti langsung berpikir jik... More

Prolog
Satu
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan

Dua

424 23 2
By hanagatayuu77

6 bulan sebelumnya...

Hari minggu adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap orang, terutama Abymanyu atau yang biasa disapa Aby, namun kini harus terganggu oleh tamu yang tidak tahu waktu, pasalnya sang tamu terus saja menekan bel apartemennya dengan tidak sabar, menekannya berkali-kali.

"Demi Tuhan, ini masih jam 6 pagi, orang gila mana yang bertamu sepagi ini," dengan kasar disibaknya selimut yang membuatnya enggan beranjak dari ranjang besar miliknya. Kaki panjangnya melangkah gontai menggapai knop pintu, dengan wajah kuyu serta rambut berantakan pria itu membuka pintu apartemen. Susunan kata yang sudah disiapkannya untuk memaki orang yang mengganggunya kini sirna begitu saja saat matanya menatap dua orang satpam berdiri di depan pintu rumah.

"Maaf Pak, ada apa ya?" ditatapnya kedua satpam itu dengan heran. Tidak pernah selama dua tahun ia tinggal di apartemen ini dikunjungi satpam saat pagi hari seperti ini. Ia mencoba mengingat, pernahkah ia melakukan kesalahan? Atau mungkin parkir sembarangan di basement.

"Maaf apa Anda Bapak Abymanyu Dwi Saputra?" tanya salah seorang satpam dengan badan yang lebih kurus dengan sedikit kumis. Di name tag-nya tertulis nama Sucipto.

Aby mengangguk namun, ia masih tidak mengerti.

"Apa ini anak Bapak? Karena di sini tertulis ada nama Bapak juga nomor kamar berapa Bapak tinggal," satpam tadi menunjukkan kertas yang bertuliskan nama serta nomor kamarnya.

Abymanyu Dwi Saputra
Lantai 3 nomor 0-17-0

Aby membalik kertas tersebut namun, tidak ada tulisan lain selain dua baris kalimat di kertas itu.

"Siapa yang kasih ini, Pak?" perhatiannya kembali ke kedua satpam di depannya.

"Kami juga tidak tahu, Pak. Soalnya tadi salah satu penghuni di lantai ini melapor kalau mendengar tangisan bayi dan ia melihat ada keranjang bayi di depan pintu ini, maka itu kami datang untuk mengeceknya dan ternyata benar."

Aby mengalihkan tatapannya ke satpam satunya yang lebih muda, di tangannya terdapat bungkusan yang diduganya seorang bayi karena ia melihat ada tangan kecil menggapai-gapai. Ia melangkah maju, mencondongkan badannya, seketika ia terkesiap.

Mata bulat jernih dengan iris cokelat madu serta hidung mancung itu mengingatkannya dengan seseorang, versi dirinya sewaktu masih bayi. Kepalanya menggeleng otomatis, tidak mungkin bayi ini anaknya, batinnya menyangkal.

"Pak, coba bapak periksa kamera cctv di lantai ini juga lobby. Perhatikan siapa saja yang masuk ke sini, jika ada orang yang terlihat mencurigakan tolong segera beri tahu saya ya, Pak?"

"Siap. Lalu bayi ini bagaimana?"

Aby memejamkan mata sesaat, "Biar saya yang urus bayi ini. Tolong langsung bapak cek semua kamera cctv di sini, terutama tadi malam, lalu laporkan pada saya."

"Baik, Pak! Kami permisi."

Aby menerima bayi mungil itu dalam gendongannya, diperhatikannya bayi ini baik-baik. Ia berani bersumpah jika bayi ini bukan anaknya. Kenapa? Karena selama eksistensinya seorang Abymanyu sangatlah payah dalam hal merayu lawan jenis. Bahkan di usianya yang 28 ini ia masih betah menyendiri, tidak seperti kakaknya ataupun teman-temannya di kantor yang sudah bertunangan bahkan beristri. Ia baru akan memikirkan pernikahan jika usianya memasuki angka ke-30. Dan itu masih dua tahun lagi.

Aby tanpa sadar tersenyum melihat bayi mungil digendongannya tersenyum. Ia memang menyukai anak-anak. Tapi ia tidak pernah ikut andil merawatnya. Bahkan, menggendong bayi baru sekali, saat Alejandra, anak sepupunya lahir.

"Kau ini sebenarnya anak siapa, hm? Kenapa begitu mirip denganku? Seperti saudara kembar–" seperti tersadar sesuatu matanya membulat sempurna. Ia baru melupakan satu fakta itu. Kembar. Dan ia kembar identik. Pantas saja bayi ini mirip sekali dengannya.

Maka dengan segera Aby meletakkan bayi itu di ranjang, meraih dua guling untuk diletakkan di masing-masing sisi si bayi.

"Nah, kau di sini dulu, jangan nakal," tanpa menunggu lama ia segera melesat keluar kamar, matanya berpendar mencari tas bayi yang tadi ia letakkan begitu saja. Di sofa. Segera saja diraih tas yang berisi baju-baju bayi, dikeluarkan semua isi dalam tas tersebut hingga berceceran di sofa bahkan ada yang jatuh ke lantai. Ia tidak perduli. Ada yang lebih penting, ia harus menemukan petunjuk lain selain kertas yang diberikan oleh kedua satpam tadi. Aby yakin si pengirim bayi ini menyelipkan suatu benda yang bisa dijadikan petunjuk dirinya untuk mengetahui siapa pemilik bayi ini.

Ketemu.

Aby segera membuka kertas biru pucat yang terlipat rapi yang diletakan di dasar tas, nafasnya memburu dan detak jantungnya berdebar cepat dan keras.

Untuk Abymanyu...
Maaf kalau aku melakukan tindakkan seperti ini padamu, meninggalkan anakku di rumahmu. Aku sungguh tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Kita bahkan tidak pernah bertegur sapa sebelumnya, ya kan?

Tapi aku tidak punya cara lain. Aku sudah terlalu lelah dan pikiranku buntu.
Anak ini adalah keponakanmu, By. Anak ini buah cintaku dengan Kakak kembarmu, Abysaka.

Saka berbohong padaku, dia bilang akan bertanggung jawab dengan segera menikahiku dan membesarkan anak kami. Tapi ia justru pergi entah ke mana di saat aku melahirkan bayi ini.

Aku tertekan. Aku sendiri. Tidak ada yang mau menerima kehadiranku juga bayi ini, bahkan keluargaku-pun mengusirku dari rumah. Aku tidak sanggup lagi.

Jadi kumohon, tolong rawat dan sayangilah bayi ini. Aku yakin kau berbeda dengan Saka. Kau pasti akan menyayanginya. Dia bayi yang tampan dan menggemaskan, ya kan?

Ps: Aku belum memberinya nama, tolong berikan nama yang cocok untuknya. Dan usianya baru dua bulan, ia lahir 05 Agustus.

Terima kasih,

Mirana

Setelah membaca surat itu seketika Aby merasakan pening. Di kepalanya berputar-putar kalimat yang sama.

Bayi ini keponakannya.
Anak Saka dengan Mirana.

Mirana yang mana? Batinnya bertanya bingung. Ia bahkan tidak tahu seperti apa orangnya, benar apa yang dikatakan Mirana ini. Mereka tidak pernah bertemu.

Tapi kenapa Mirana ini tahu tempat tinggalnya? Dan ke mana perginya lelaki pengecut itu? Kakak kembarnya yang playboy.

Namun pikiran itu buyar saat telinganya mendengar suara tangis bayi dari dalam kamar. Ditariknya nafas panjang dari hidung kemudian mengeluarkannya dari mulut. Jemari panjangnya mengusap rambut cokelatnya dengan gusar.

Haruskah ia mengatakan, selamat datang hari yang melelahkan dan kacau?

☆★☆

Aby memandangi bayi yang juga menatapnya polos. Pria ini mengerutkan kening, decakan sebal keluar dari bibirnya. Ia bingung bahkan nyaris menjerit frustasi saat tahu ia tidak bisa  memasangkan popok bayi.

Anak ini pup maka ia harus segera menggantinya dengan pempers baru.

"Sebentar, aku lihat dulu kemasannya," segera diraihnya bungkusan diapers yang tadi ia letakan di ranjang, samping tas bayi. Diperhatikannya baik-baik, mungkin saja ada langkah-langkah memakaikan pempers pada bayi.

"Oh, bodohnya! Terlihat jelas di sini ada gambarnya," gerutu Aby setelah membolak-balik bungkusan warna biru itu.

"Oke, mari kita coba, kau siap?" tanya Aby pada sang bayi yang hanya bisa mengerjapkan mata bulatnya.

Setelah berkutat kurang lebih 15 menit akhirnya ia bisa mengganti pempers, ia bahkan kini tertawa geli mengingat pertama kali memasangkannya justru terbalik. Belum lagi kaki bocah ini yang terus menendang-nendang tangannya. Kini ia bisa bernafas lega. Bayinya sudah bersih.

Bayinya. Bolehkah ia menyebut bayi ini bayinya? Toh, anak ini keponakannya. Ia tidak meragukannya sama sekali jika bayi ini benar keponakannya. Terlihat jelas secara fisik, wajah ini mirip dengan kakak kembarnya, Saka.

Aby tersentak. Ia harus segera menghubungi Saka. Bertanya sedang di mana pria pengecut itu.

Segera saja ia meraih ponsel yang terletak di nakas, jari-jarinya segera men-scrol layar ponsel, mencari nama Saka setelahnya menekan panggilan dan menempelkan benda pipih nan canggih itu ke telinga, menunggu dengan tidak sabar.

Pada deringan ketiga barulah telpon tersambung, "Hallo,"

"Where are you, jerk?" Aby langsung bertanya kasar dan dingin.

"Aby?"

"Ya. Di mana kau sekarang?" Aby menjawab dingin.

"Aku di rumah, tentu saja." Aby bisa mendengar suara seorang perempuan di sebrang sana. Pria ini mendengus kasar.

"Kau sedang bersama siapa? Jalang yang keberapa dalam minggu ini?" terdengar kekehan dari seberang sana sebelum menjawab pertanyaan sinis adik kembarnya.

"Kau ini lagi kenapa sih? Kelihatannya hatimu sedang suntuk, apa kau kesepian, eh?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Saka. Aku serius. Kau sedang di mana? Kau tidak sedang di Indonesia, aku yakin itu."

"Oh, tidak kusangka adikku ini begitu perhatian denganku," terselip nada mengejek di kalimat yang diucapkan Saka. Aby sadari jika hubungan mereka bisa dikatakan kurang baik, buruk malah.

"Tidakah kau sadar kalau kelakuanmu yang suka bergonta-ganti pasangan itu menimbulkan masalah besar juga kerugian untuk orang lain? Terutama perempuan."

"Jangan mencoba mengguruiku, lil bro."

"Kita kembar identik, hanya beda 10 menit aku lahir darimu. Artinya kita seumuran, kalau kau tidak lupa ingatan," desis Aby geram.

"Haha.. Aku melupakan fakta itu, dan aku sengaja melupakannya."


"Terserah. Aku hanya mengatakan ini sekali padamu. Kau mempunyai anak dari wanita bernama Mirana. Dan anak ini ada padaku sekarang. Kalau kau memang seorang pria, kembali ke Indonesia sekarang dan cari wanita itu. Tapi kalau kau tidak kembali hari ini juga, kau bukan seorang pria dan kau pengecut. Sama seperti pria itu! Dan satu lagi, jangan harap kau bisa bertemu putramu. Camkan itu Abysaka."

Dengan geram ditutupnya telpon itu segera, matanya beralih ke bayi mungil yang berbaring di samping, bayi ini begitu polos dan menggemaskan. Bibir Aby tersenyum miris, "Padahal kau begitu polos dan menggemaskan, tapi kenapa Ayahmu begitu brengsek?" sang bayi hanya mengerjap. Jelas ia tak mengerti apa yang diucapkan pria yang menatapnya sendu ini.

"Aku harus memanggilmu siapa, ya?" tiba-tiba pertanyaan itu lolos dari bibir Aby. Tersadar jika memang bayi yang merupakan keponakannya ini belum diberi nama, Aby segera meraih ponsel yang tadi ia lempar begitu saja ke ranjang.
Tangannya dengan lincah mengetik sesuatu, lalu muncullah berbagai nama bayi.

"Nama apa yang kira-kira cocok untuknya," gumam Aby dengan teliti membaca nama-nama yang ada di layar ponsel.

"Anak siapa itu?"

Aby sontak menoleh ke sumber suara itu berasal. Keningnya mengerut heran, "Sedang apa kau di sini?" seingatnya ia tidak menyuruh wanita ini datang.

Wanita dengan rambut sebahu itu berdecak, "Kau kan mengirimiku pesan agar datang pagi buat belanja bulanan, lupa?" segera saja Aby memeriksanya,  senyum malu terpampang di wajah tampan skotlandianya.

"Maaf,"

"So, anak siapa ini? Lucu sekali,"

"Keponakanku."

"Really?"

"Yes."

"Kau yakin dia bukan anakmu? Kalian sangat mirip, terlebih mata dan hidungnya," jemari lentiknya mengusap pipi halus bayi yang kini menatapnya. Mata bulatnya mengerjap lamban kemudian senyum tipis itu menghipnotipisnya.

"Waw! He is adorable, By," wanita itu melolot ke arah Aby yang baru saja menyentil kening, "It's hurt!" desisnya sengit.

"Lagi pula sejak kapan kau main slonong ke rumah orang? Biasanya kau juga ketuk pintu dulu."

"Pintu depan tidak kau tutup rapat, masih untung aku yang masuk bukannya maling. Kau belum jawab, anak siapa ini?"

"Jangan menatapku seperti aku ini buronan polisi begitu Zeevana. Dia keponakanku, aku bicara jujur," wanita yang dipanggil Zeevana itu mengangkat bahunya acuh membuat Aby berdecak.

"Aku bicara fakta."

"Whatever, siapa namanya?" Zee kembali memusatkan perhatiannya ke bayi yang sedang bermain dengan selimut, menggigitnya hingga basah. Lucunya, kalau boleh bawa pulang aku mau buat gantungan kunci atau tas biar bisa dibawa ke mana-mana. Batin Zeevana gemas.

Aby yang melihat betapa gemasnya Zeevana dengan ponakannya segera menggendongnya, "Jangan menatapnya dengan air liur mentes begitu Zee, kau terlihat seperti akan menggorengnya."

Zeevana melebarkan mata bulatnya, bibir wanita itu menganga mendengar lontaran kalimat yang keluar dari bibir Aby.

"Mana tega aku memutilasi bayi selucu dan menggemaskan Keano."

"Keano?"

"Eh, bukan namanya ya?" tanya wanita itu polos.

Aby menatap Zeevana kemudian bayi yang digendongnya bergantian. Keano. Tidak buruk.  Jarang digunakan oleh orang Indonesia. Kata zaman sekarang sih anti mainstream.

"Keano, ya? Lumayan. Daripada tidak punya nama,"

Zeevana terpana melihat pemandangan di depannya. Seorang Abymanyu Dwi Saputra tertawa bahkan mengajak seorang bayi bicara.

Bagaimana ia tidak heran, selama ia bekerja sebagai asisten rumah Aby selama kurang lebih dua bulan ini, bos muda serta tampan dan mapan ini, jarang sekali Zee melihat Aby tertawa. Senyum sih sering karena Aby orang yang ramah dan baik. Namun, baru kali pertama ini Zee melihat binar bahagia di kedua mata cokelat milik bos tampannya.

"By the way, bos, siapa yang akan mengurusnya kalau kau pergi ke kantor? Dan ke mana ibunya?"

Aby menatap Zeevana. Benar. Siapa yang akan mengurus Keano? Apa ia harus mengambil baby sitter untuk menjaganya? Tapi ia tidak suka ada orang yang tidak ia kenal dalam lingkup kehidupannya. Pengecualian untuk Zeevana, wanita yang baru di kenalnya beberapa bulan ini.

"Kau saja, bagaimana? Aku tambahin gajimu, tapi kau tinggal di sini."

"What?!"

☆★☆

Saya minta maaf untuk typo yang masih suka nyempil. Saya buat ini dari ponsel, jadi maaf kalau banyak kesalahan ataupun kekurangan huruf dalam kata-katanya.

Kalau ada yang tanya kenapa saya pakai Bella dan Dimas sebagai visual Aby dan Zee, alasannya karena saya merasa mereka berdua cocok. :)
Dan saya juga suka mereka berdua.

Terima kasih untuk kalian yang mau membaca dan meberikan vote untuk tulisan serba kekurangan ini.

Salam, dan sampai ketemu di part selanjutnya. (∩_∩)

Continue Reading

You'll Also Like

462K 41.2K 53
[COMPLETED] Beleaguered : Terkepung Meisya seorang jomlo menaun yang sedang dilanda kebingungan dengan perubahan hidupnya akhir-akhir ini. Dia mendap...
2.2M 11.9K 25
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
1.5M 117K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
72.3K 13.6K 25
COMING SOON...