End Of War, Start For Everyth...

By IRVINA

241K 12K 473

Perang dunia ke empat telah usai. Semua kembali ke desa masing-masing. Kegaulaun Naruto tentang perasaan yang... More

Akhir atau Awal (?)
Perasaan yang Tak Ku Mengerti
Posisi Naruto - Sasuke & Sakura
Diakui Jadi Hokage (?)
Akhirnya Bertemu I
Akhirnya Bertemu II
Prasangka Orang Lain
Berhenti Menghindari I
Berhenti Menghindari II
Berhenti Menghindari III
Pilihan dan Keputusan
Apa yang Harus Ku Lakukan
Berhenti Menunda
Terungkap
Bangkitnya Byakugan no Hime
vers. HURT - End of War, Start for Everything
vers. FRIENDSHIP - End of War, Start for Everything
vers. ROMANCE - End of War, Start for Everything
Corat Coret Tanpa Pena

Hari - Diharapkan vs Tak Diharapkan

10.5K 552 18
By IRVINA

Kehidupan itu tak selamanya senang, tak selamanya bahagia, tak selamanya tersenyum ataupun tertawa. Kehidupan itu tak selamanya disinari mentari yang cahayanya menghangatkan.

Kehidupan itu tak selamanya sedih, tak selamanya terpuruk, tak selamanya menangis ataupun merintih sakit. Kehidupan itu tak selamanya segelap langit malam yang minimnya cahaya bulan tak mampu menghangatkan.

Kehidupan itu kombinasi dari keduanya. Membuat kau mengerti sisi terang dan gelap. Tak selamanya sisi terang itu selalu baik begitu pula sisi gelap yang tak selamanya buruk. Tapi begitulah teorinya, Terang untuk baik dan gelap untuk jahat.

Dia tidak pernah tau kenapa semua orang menatapnya benci. Dia salah apa. Dia bahkan tak tau masa kecilnya. Yang dia tau, dia sebatang kara, seseorang yang dibenci, bahkan menatapnya saja tak sudi.

Naruto lupa sejak kapan iya menginginkan menjadi seorang hokage. Selalu menyerukan cita-citanya pada semua orang. Saat itu dia menganggap hokage adalah posisi dimana semua orang bisa mengetahui dirinya. Mengakui keberadaannya.

Ia sangat bersyukur ia memilih jalan ini. Menjadi hokage yang melindungi orang-orang yang menatapnya hina. Bukan menjadi penjahat yang ingin memusnahkan mereka.

Ketika kesendirian menjadi hal yang paling menyedihkan dan tak diingikan, dia selalu membuat onar. Membuat semua orang memarahinya. Tak masalah toh dia mendapatkan perhatian dari mereka.

Dan ketika kesendirian menyerang sahabatnya, ia tak bisa menyelamatkannya. Sehabatnya pergi. Pergi menjadi penghianat desa. Seorang penjahat. Padahal dahulu sahabatnya adalah orang yang dipuja.
Kehidupan itu pilihan.

Dia memilih untuk tak menyerah menyelamatkan sahabatnya dari kegelapan. Dan tak sia-sia. Usahanya membuahkan hasil. Sahabatnya kembali. Berada disisinya.

Tapi ketika dia ingin kembali melakukan kebiasaanya sebagai penyelamat seseorang. Menyelamatkan Hinata dari kegelapan. Kenapa semua terasa berbeda?

Benarkah Hinata menuju kegelapan hidup? Atau Hinata sudah berada di dalamnya?

Jurus kata-kata yang dikeluarkannya pada musuh bahkan berhasil membuat mereka sadar dan kembali ke jalan yang benar. Menjadi orang baik. Musuh menjadi kawan.

Tapi kata-kata yang dikeluarkannya untuk Hinata sepertinya hanya menambah orang yang dianggapnya teman tersebut semakin jauh darinya.
Jauh darinya?

Bukan tenggalam dalam kegelapan?

Bagaimana jika selama ini persepsinya salah?

Bagaimana jika selama ini tingkah Hinata tak berhubungan dengan kegelapan hidup?

"Ackh! Kumohon lupakan dulu tentang Hinata! Usai acara kau bisa berbicara baik-baik dengannya Naruto!!" Ucap Naruto pada diri sendiri sambil memukul kepalanya.

Dia terbangun dari tidur indahnya. Karna tadi malam dia bermimpi indah, bermimpi mengobrol ringan dengan seorang wanita yang dia tak bisa melihat wajahnya dalam mimpi tapi tau bahwa orang itu adalah Hinata.

"Aduh.. duh.. Sakit. Sasuke keterlaluan sekali memukulku hingga memar begini." Naruto di depan kaca. Menyisir rambut blondenya dan terkena memar hasil ulah bocah Uciha bahkan tangannya agak susah diangkat karna luka dibahunya.

Ia sedang bersiap. Hari ini adalah hari yang dinantinya. Impiannya sejak kecil. Kurang dari tiga jam maka ia akan menyandang status Rokugaime Hokage.

#di kediaman Hyuga#

Semua orang baik dari klan bunke ataupun souke sibuk mempersiapkan acara sakral bagi klan mereka. Hyuga.

Penentuan pemimpin klan hyuga. Acara yang tidak bisa dikatakan mendadak karna mereka telah menyiapkan diri mulai jauh hari. Tapi tadi malam tetua hyuga tiba-tiba memutuskan untuk melakukan acara tersebut hari ini.

Hari dimana pelantikan hokage dilaksanakan.

Dua acara besar dilakukan dihari yang sama.

Tetua memerintahkan semua anggota klan Hyuga tak ada yang mengikuti acara pelantikan Hokage.

Membangkang?

Hokage lebih tepatnya Godaime Tsunade-sama marah dengan keputusan tetua hyuga. Namun apadaya, tradisi adalah hal yang dihormati di konoha ditambahkan dengan kekeras kepalaan orang-orang bermata bulan tersebut.

Dimanakah tokoh utama perempuan kita?

Di dojo milik klannya. Tak sedang berlatih. Hanya duduk sambil memeramkan matanya. Hari ini dia akan tanding ulang dengan hanabi menentukan pemimpin klan.

Hinata sudah memutuskan. Pilihan pertama. Jika ia kalah, ia siap menjadi bunke, dan hanabi akan menjadi ketua. Bahkan mengalah pun tak masalah. Ia sudah lama ikhlas mengenai hal ini.

Pilihan kedua. Menang. Dengan semua negosiasi yang dilakukan dengan para tetua. Mereka berjanji tak akan menyematkan tanda terkutuk itu pada Hanabi. Mungkin setelah menjadi ketua dia bisa mengubah hukum hyuga.

Mengalah mungkin bukan pilihan. Hal ini akan membuat hanabi merasa dirinya diremehkan dan tak dihargai, jadi ia hanya perlu sekuat tenaga bertarung dengan adik tersayangnya itu.

Ia siap dengan segala hasilnya.

Tapi semua kesiapan itu retak ketika seorang yang mengaku dirinya adalah ninja bayaran yang diselamatkannya. Bunga dan hadiah yang dibawakan pemuda itu seharusnya indah jika saja situasinya tidak seperti ini.

Semua kesiapan yang dia bangun hancur ketika tetua memanggil secara pribadi tadi malam.

[ flashback on ]

'Srak' suara lemparan buket bunga yang indah nan harum mengenai wajah Hinata.

"Kau! Jelaskan!" Ucap tetua marah.

"A...aku.." Hinata tak bisa meneruskan kalimatnya.

"Tak tega membunuh seseorang." Lanjut tetua bisa menebak Hinata.

Hinata hanya diam menunduk. Mungkin biasanya ia akan menangis tapi kali ini air matanya enggan untuk keluar.

"Kau memalsukan hasil misi! Mencoba membodohi ku? Hinata!" Ujar tetua lagi. Nadanya marah tapi datar. Ia tak berteriak.

Hinata hanya diam. Mau mengelak juga tidak mungkin. Padahal dia kemaren dengan percaya diri menceritakan semuanya pada hokage. Tapi sekarang...

"Padahal kau bisa menjadi ketua tanpa melakukan hal bodoh seperti ini. Memikirkan orang lain itu kelemahan mu!" Suara tetua masih mendominasi ruangan itu.

"Anda salah! Dengan memikirkan orang lain maka akan semakin kuat!" Akhirnya Hinata bersuara.

"Kalau begitu buktikan bahwa perkataan ku salah. Besok akan diadakan acara pengangkatan ketua klan hyuga. Kau akan bertarung ulang dengan Hanabi." Ucap ketua

Ada perasaan lega serta terkejut.

'Besok? Bukan kah besok hari pelantikan hokage?' Ucapnya dalam hati.

"Dan ini keputusan ku." Ucap ketua selanjutnya menyadarkan Hinata.

"Jika kau kalah maka tanda yang kau bilang terkutuk itu akan tersemat pada ayah mu. Hyuga Hiashi!" Ucap tetua.

"Jika kau menang. Hanabi yang akan menerima tanda tersebut." Lanjut tetua.

Hinata masih diam disana ketika tetua hyuga melewatinya. Keluar dari ruangan yang luas. Ruangan yang mendadak sempit dan menghimpitnya.

[ flashback off ]

"Hinata-sama. Sudah saatnya." Kou memanggil Hinata.

Hinata membuka matanya. Melangkahkan kakinya keluar dojo. Kou yang mengenal Hinata dari kecil hanya terkejut melihat sorot mata Hinata.

Apa yang telah diputuskannya?

#di kantor hokage#

"Woa.. Naruto kau terlihat berbeda hari ini." Hampir semua temannya berkata seperti ini.

"Selamat Naruto! Akhirnya omong besar mu terwujud juga." Kali ini Kiba yang berbicara.

Semua temannya tertawa. Bahkan Naruto juga tertawa. Dia tau itu cara Kiba memberi ucapan selamat.

Naruto bahkan bisa mendengar para penduduk desa yang mulai berdatangan di depan kantor hokage. Ingin melihat pemimpin desa mereka yang baru.

Menyuarakan kata-kata yang membanggakan dirinya.

Naruto tak berhenti mengumbar senyum lima jarinya. Bahagia dia bahagia. Terwujud sudah impiannya.

"Aku ingin Hinata disini juga." Ucapnya cukup pelan. Hanya mampu didengar dirinya dan juga kurama.

"Bocah.." panggil Kurama.

Sekarang dia sudah berada di hadapan kurama.

"Yo kurama! Kau tau hari ini cita-cita ku terwujud dettebayo." Ucapnya masih dengan senyum

"Berhenti tersenyum. Aku tau kau sedang tak ingin tersenyum." Perintah kyubi.

Hilang sudah senyum Naruto.

"Dia itu.. selalu berada didekat mu." Ucap Kyubi.

"Dia?" Tanya Naruto.

"Gadis yang mengganggu pikiran mu itu. Baka!" Ujar Kyubi lagi.

"Hinata?" Naruto memastikan.

"Ya baka. Sejak kau masih dibenci. Aku bisa merasakan chakranya selalu berada disekitar mu walaupun tipis." Terang kyubi.

"Kurama. Ini sangat aneh. Aku tidak mengerti. Jantung ku sering berdegub kencang saat bersama Hinata padahal aku tak merasakan hal tersebut ketika bersama Sakura-chan Ino atau yang lain." Naruto sudah mendudukan dirinya di depan Kurama.

"Aku juga ingin terlihat keren didepannya. Tak ingin sifat konyol ku dilihat olehnya."

"Aku ingin berbincang banyak dengannya tapi selalu saja tidak sesuai harapan. Tindakan ku jadi berlainan dengan otak ku."

"Aku ingin Hinata melihat ku seperti dulu. Tapi dia berubah. Dia menjauh dari ku... "

"karna aku...dia kehilangan Neji makanya dia tak ingin bersama dengan ku?" Ucap Naruto.

"Bodoh! Kau ini bodoh sekali ya ternyata Naruto. Kau tidak bisa memahami perasaan mu sendiri." Ujar kyubi.

"Ja..jangan mengatai ku bodoh kurama!" Protes Naruto.

"Ck. Cepat temukan jawabannya. Kau tau, aku punya firasat kau akan kehilangan dirinya hari ini." Ujar kurama lalu memutuskan hubungan interaksi dengan Naruto.

Naruto sudah kembali kealam sadarnya.

"..ruto..Naruto!" Panggil Sai.

"Eh? Ya." Respon Naruto.

"Kau ini masih saja melamun. Sekarang ayo ke atas atap. Acaranya akan dimulai." Ajak Sai.

# di kediaman Hyuga #

Hinata menggunakan kimono putih bermotif bunga kecil berwarna ungu.

Hanabi menggunakan baju latihannya.

Sungguh pemandangan yang kontras.

Semua mata rembulan menatap mereka. Menunggu aba-aba pertarungan di mulai.

"Bertarung" dan ini tanda dimulainya pertarungan takdir.

"Hinata nee-sama! Kau tak sedang meremehkan ku kan?" Hanabi memasang kuda-kuda.

"Byakugan!" Urat mata hanabi menonjol menunjukan kakkei genkei miliknya

Menyerang Hinata. "Apa-apaan dengan baju itu?" Hinata menghindari serangan Hanabi.

"Kita tak sedang minum teh Nee-sama!" Hanabi menyerang lagi.

Hinata terus menghindar dan terus menghindar tanpa membalas perkataan Hanabi ataupun serangannya.

Hingga serangan Hanabi akan mengenai titik utama chakranya.

Biarkan saja ia terkena pukulan ini. Pertarungan ini akan berakhir dan hanabi akan menang.

Tiba-tiba sosok ayahnya muncul dalam benaknya. Sosok ketua klan yang tak bisa ditebak orang banyak. Tegas. Datar. Seorang yang patuh peraturan. Dan seorang ayah yang Hinata tau menyayangi putrinya dibalik sifatnya yang keras itu.

"byakugan!" Hinata mengaktifkan byakugannya. Menangkis serangan hanabi dengan gerakan yang cepat.

Kimono tidak membatasi dirinya untuk bergerak cepat dan sigap. Hinata terus menerus menyerang Hanabi. Hingga ada kesempatan Hinata untuk menjyuken titik lemah Hanabi.

Hinata telah mengarahkan tangannya pada titik itu tapi lagi-lagi ada bayangan yang mengganggu niatnya. Senyum hanabi dan niat awal dia memulai perang. Perang dengan pilihan dan keputusan. Kebahagiaan Hanabi.

Gagal. Serangan terus berlanjut.

Gagal. Gagal. Gagal lagi.

Benarkah kau hyuga?

Karna dia semua mati.

Kau tau orang licik dan lemah sepertinya punya nyawa yang banyak.

Dia tidak mati.

Seharusnya dia sudah lenyap mulai dahulu.

Penyebab kematian mereka adalah kau.

Lemah.

Keberadaannya menyusahkan saja

Seharusnya aku yang mati bukan kau -kali ini kata-katanya yang terdengar jelas.

Aku saja yang mati.

Mati.
Mati.
Mati.

"Hah hah hah" menarik nafas keduanya.

Pertarungan terus berlanjut.

'Jika aku yang mati maka tidak akan ada yang dirugikan' Hinata dalam hati.

'Jika aku mati maka keberadaan ku tak ada yang merasa diberatkan.'

'Jika aku mati, ayah dan Hanabi tak perlu menanggung semua ini.' Gumamnya

'Pilihan 0. Mati.'

Hinata memusatkan chara ditelapak tangannya. Jurus itu tak mengarah ke Hanabi. Dengan gerakkan halus gerakan itu mengarah ke jantungnya sendiri.

Okey. Terimakasih atas kesabarannya menunggu chapter ini.

Kekeke..

Happy reading!

Next chapter???

Continue Reading

You'll Also Like

35.1K 3.8K 11
Tidak tau mengapa, Naruto Namikaze tertarik pada gadis biasa macam Hyuga Hinata. Yang mana sama sekali tidak sepadan dengan seorang pria sekaya Namik...
10.7K 827 18
Uzumaki Boruto, seorang anak yang memiliki banyak kelebihan dan kekurangan di hidupnya. Ia mencintai seorang wanita yang notabenenya adalah sahabatny...
23.9K 2.7K 16
Hari libur itu bagaikan sebuah angin segar bagi Naruto. Dia selalu sibuk bekerja hingga kurang beristirahat. Jadi ketika mendapat kan hari libur dia...
5K 833 9
Kalau masih ada yang tertinggal, bisakah kita berbalik dan berbaikan? Rumor itu tiba-tiba mencuat ditengah kesuksesan Jisoo Kim sebagai seorang Aktr...