Sherly
Aku menelusuri taman ini, entah kenapa aku ingin ketaman ini, bahkan aku belum pernah ketaman ini, tapi hatiku bilang aku harus kesini...
Aku duduk disalah satu kursi taman, melepas lelah dikakiku karna aku kesini jalan kaki dan lumayan jauh juga jarak taman ini dari rumahku...
Untuk apa aku kesini?? pikirku, kenapa aku mau-maunya mendengar kata hatiku yang bodoh ini?? ahh bahkan aku tak tau jalan pulang...
"Sherly bodohh..." gerutuku pada diriku sendiri
Aku menutup mataku dan mencoba tenang, mendengar suara angin yang menerpa tubuhku...
"Aurora..." gumamku
"Hahahaha..." hey bahkan aku bisa mendengat suara tawanya sekarang, mungkin karna aku sangat amat merindukannya kali yahh
"Hahaha Tante itu geli..." hey kenapa aku rasa suara itu terlalu nyata, aku membuka mataku
"tante... tangkap aku!!" ini bukan hayalanku saja, suara itu benar-benar nyata
aku bangkit dari tempat dudukku dan mencari sumber suara itu, aku berjalan perlahan... sangat perlahan, aku menutup mataku kembali dan memasang pendengaranku dengan tajam...
"Tante hahaha" suara itu semakin jelas saja
dan...
"Bunda??" aku langsung membuka mataku ketika suara itu terlontar
"Aurora..." panggilku ketika melihat gadis kecil dengan rambut diikat buntut kuda yang memiliki wajah potocopy'an aku, menatapku dengan mata yang berkaca-kaca
"Bunda!!"
"Anakku!!"
*Drama sekali mereka berdua*
Aku hendak memeluk Aurora tapi ada yang menghalangiku, seorang perempuan *tuhkan Drama amat*
"Siapa kau??" tanyanya menyembunyikan aurora dibelakang tubuh jangkungnya
"kau yang siapa?? aku ibunya!!" bentakku
"Bunda... hiks... bunda... Aurora kangen... hiks.." isak Aurora terlihat sangat menyedihkan
"Aurora.. Ayo kita pulang" pinta perempuan itu lalu menarik tangan aurora
"Tunggu!!" teriakku menangis, cengeng sekali aku ini *emang*
"Bunda... hiks... bunda"
"Udah Aurora, ayo pulang!!"
"Siapa yang menyuruhmu hah??" teriakku
"Bukan urusanmu!!"
"ini urusanku karna aku ini ibunya..."
"Aku tak peduli... ayo pergi aurora" perempuan itupun mengendong aurora dan memasuki sebuah mobil yang terparkir dipinggir jalan
"Aurora!! Aurora!!" teriakku tapi tak mengejar mobil itu karna itu terlalu dramatis, aku duduk dipinggir jalan dan mencoba berhenti menangis tapi susah... ahh shitt kenapa aku diciptakan sangat cengeng sih?? kenapa thor kenapa?? *udah gue bilang jangan panggil gue thor!!-_-*
"oke ralat kenapa ce kenapa??" *karna rapuh haha-kaburrr-*
"Author gila!!" *emang:pp*
Abaykan yang trakhir ituu..
•••
Gita
Aku duduk dikursi roda yang Alvin belikan kemarin, Aku sedang bersama Jevin dan Alvin diruang keluarga...
Jevin tambah gemuk saja, lihat pipinya yang sudah seperti bapau, sangat mengemaskan...
Ting...Tong suara bell rumahku bertanda ada yang datang
"Biar aku buka" ucap Alvin memberikan Jevin kepadaku dan berjalan kearah pintu utama
tak lama Alvin kembalo dengan mimik wajah badmoodnya
"siapa yang bertamu??" tanyaku
"lihat saja sendiri" ketus alvin dan duduk disofa lalu menyalakan televisi
terlihat seorang pria berbadan tegap dibelakang alvin tadi, membawa kantung plastik, dia tersenyum lebar kearahku... dia Erwin tetanggaku, ingatkan??
"Hay Erwin... tumben sekali kau datang bertamu kerumahku??" tanyaku ramah
"aku dengar kau sakit jadi aku datang kesini untuk menjengukmu" ujarnya
"ohh seperti itu..."
"dan ini aku bawakan kau buah-buahan biar cepat sembuh" ucapnya menaruh kantung plastik itu dimeja
"ehem... ehem..." Alvin berdahem "Gatal sekali tenggorokanku ini" ucap Alvin mengaruk-garuk lehernya, kenapa dengan dia huh??
"hey dia anakmu?? lucu sekali" ujar Erwin mendekat dan memcubit gemas pipi jevin
"iya... namanya jevin" jawabku
"Hay... Jevin... lucu sekali kau ini hemm" ucap Erwin makin gemas saja
"wahh minta digantung kali ya tuhh anak" ucap Alvin pada acara yang ia tonton, kenapa sihh alvin?? diakan lagi nonton acara masak ibu-ibu kok ngomongnya kaya gitu?? emm cemburu yahh hahaha
"Kau ingin mengendongnya??" tawarku
"apa boleh??"
"tentu bolehh" jawabku tersenyum 5jadi
"wahhh bener-bener minta dimasukin kesumur yang diameter lubangnya 30centi kali yah" ucap Alvin bercomentar lagi pada ada cara tv yang sudah diganti ke acara upin-ipin, cemburu nihh yee
"ehh tapi ini sudah hampir sore, sebaiknya aku pulang karna ibuku akan pulang" pamit Erwin
"ohh kalo begitu terimakasih yah, udah jenguk aku"
"oke sama-sama, vin duluan" ucap Erwin pada alvin
"ohh ya hati-hati" jawab alvin tersenyum maksa
"Kau melihatnya jevin?? ayahmu cemburu rupanya" ucapku pada Jevin
"siapa yang cemburu??"
"Dia itu terlalu gengsi untuk mengakuinya" ucapku lagi
"aku tidak cemburu oke"
"sudahlah akui saja"
"ahh terserahlah..." ucap Alvin pergi
"mau kemana??" tanyaku
"mencari orang untuk diajak bermain, tanganku sudah gatal" jawab alvin dan menghilang dibalik pintu utama
Alvin... Alvin...
°•°•°
Alvin
Aku berjalan menelusuri jalanan yang terlihat sepi karna sekarang sudah mau magrib...
Ahh menyebalkan sekali lelaki so ketampanan tetanggaku tadi, cuma dia tetanggaku yang so care pada gita... aku jadi curiga kalau dia menyukai istriku...
Awas aja kalau dia menyukai istriku, cari mati itu namanya...
"Diam atau aku tusuk kau" ucap seseorang dibelakangku menempelkan sesuatu dipunggungku emm seperti sebuah pisau lipat
"Apa maumu??" jawabku malas
"berikan semua barang berhargamu padaku" ucap pria dibelakangku ini oke panggil saja dia parjo
"aku bahkan tak membawa ponselku"
"jangan berbohong!!"
"Aku tidak berbohong bodoh" geramku menendang kebelakang tepat mengenai tulang keringnya
Aku berbalik badan dan melihat si parjo yang bertubuh bunci itu
"cari mati kau hah??" ucapnya tak kalah geram denganku
"Aku bukan cari mati tapi aku sedang mencari teman bermain, dan sepertinya kau mengajukan diri"
"alahh tak usah banya bicara" ucap parjo sedikit berteriak dan hendak memukulku dengan pisau lipatnya tapi tak kena
Perkelahian tak bisa dielakkan, payah sekali si parjo ini berkelahinya
sekarang dia duduk diaspal dengan nafas terengah-engah karna cape, udah tua sih dia
"sebentar... aku kelelahan" ucapnya
"Ahh buang-buang waktu saja" ucapku mengambil pisauku yang aku simpan dibalik jaketku
"apa yang akan kau lakukan?!" pekik parjo
"aku sudah bilang... aku akan bermain denganmu" ucapku mendekatinya dan menhujamkan pisauku dipahanya
"Ahhhhggg" teriaknya
"Jangan berisik!! kalau ada yang dengar gimana??" bisikku dan mengambil kembali pisauku
Parjo hendal berteriak lagi namun aku memasukan pisauku kemulutnya hingga menembus kebelakang, matanya terbelalak kaget
aku tersenyum dan memegang pucuk kepalanya "Pisauku sangat tajam lohh" ucapku dan memutar pisauku membuat senyuman yang lebar dipipinya mirip seperti hantu perempuan yang bibirnya robek itu loh
Aku melepaskan pisau juga tanganku dari kepalanya dan darah mengalir banyak sekali dikepalanya, dia terlentak diaspal sekarang dan sepertinya dia masih hidup
dia menatapku ngeri dan aku tersenyum lebar
aku berjongkok disebelahnya dan mengelus perut buncitnya yang belum aku mainkan
Aku mencari posisi enak untuk menusuknya lagi dan yakkk
aku menusukkan pisauku diperut buncitnya, dia muntah darah.. aku menusuk-nusukan pisauku diperut buncitnya hingga perut itu sudah tak berbentuk lagi dan sepertinya dia mati
Aku menginjak kedua bahunya hingga remuk dan pergi meninggallannya dengan darah yang sudah mengenang diaspal
Ahhh akhirnya rasa rinduku akan darah,tatapan ngeri juga teriakan miris itu terbayarkan... terimakasih parjo...
Bersembinggg...
Oke fix hayati super duper ngaret...
Soalnya hayati masih bingung nanti endingnya harus gimana dehh... Bantu hayati tuhan... Hhe lebay
Makasih pada masih setia nungguin hayati ngeUpdate cerita ini...
Bigluvluv buat kalian readers,
rosceee