(Un)Expected Life

By purpeland

494 36 12

Ini cerita tentang mimpi Salsa, gadis 16 tahun yang baru saja menginjakkan kakinya di kelas 12; dicintai oleh... More

Prolog
Just A Dream
Between sandwich and a guilty

I'm Okay

116 9 3
By purpeland

SUDAH sepuluh hari setelah memasuki semester 1. Hubungan Salsa dan Rally agak fluktuatif. Tetapi hari ini, cewek itu merasa hubungannya dengan Rally agak memburuk. Gimana nggak coba, dari tadi malem Rally gak sempet bales chat dia gara-gara cowok itu sibuk ngerjain tugas seabrek yang diberikan oleh gurunya. Parahnya, abis itu, dia malah sibuk nge-war COC. Itu info yang dia dapat dari Nino.

Oke, kalo alasan itu sih, Salsa sih gak masalah. Dia mah udah biasa.

dan udah angkat tangan.

Nah masalahnya, pas tadi pagi, dia ngeliat Rally lagi jalan sama cewek di koridor sekolah!!!

Yang bikin Salsa tambah gondok adalah, Rally gak nyamperin Salsa sama sekali. Padahal, mereka berdua eye contact.

Sekarang, cewek bermata cokelat itu sedang berada di perpustakaan bersama dengan dua orang sahabatnya, Nadine dan Regita. Mereka sedang mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari Bu Hana. First impression, Bu Emi--penjaga perpus-- merasa aneh saat melihat ketiganya berada di tempat paling membosankan ini. Mengingat mereka bertiga —terutama Salsa- jarang sekali pergi ke perpustakaan sekolah. Sekalipun Salsa sangat suka membaca, itupun hanya novel teenlit atau metropop, bukan buku pelajaran.

"Sal, lo kenapa, cemberut mulu, sih daritadi?" tanya Nadine yang bosan melihat kelakuan Salsa yang daritadi hanya mengerucutkan bibirnya.

"Iye, kenapa sih lu?" Timpal Regita

Salsa menghela nafas, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. "Jelas gue kesel, lah! Tadi pagi, gua liat Rallu nyamperin cewek, terus malah jalan lagi sama si cewek itu. Padahal gue yang pacarnya gak disamperin, coba," jawabnya sambil mengerucutkan bibir, "apa hubungan gue sama dia cuma sampe di sini doang, ya?"

Kontan Nadine yang duduk di sampingnya langsung memarahi Salsa. "Ya ampun Sal, gausah negative thinking gitu, lah. Siapa tau tadi mereka lagi ngomongin tugas. Lagipula lo tau sendiri, kan. Kelas 12 emang fase dimana tugas-tugas selalu banyak. Lo sendiri mending kerjain tuh tugas dari Bu Hana, dibanding mikirin Rally."

Salsa tambah mengerucutkan bibirnya, sesaat kemudian mulai muncul setitik air di matanya. Regita yang daritadi lebih memilih untuk tidak banyak bicara tiba-tiba merasa kasihan pada Salsa. Ia mengelus punggung cewek itu.

"Sal, kok lo malah nangis, sih?" tanyanya.

Salsa menoleh ke arah Regita. "Ya gue cemburu banget tau Git, sama Rally. Aneh ya, gue bisa kaya gini. Padahal sebelumnya gue gak pernah tuh, cengeng kaya gini," Salsa menghapus air matanya, "gue kangen tau sama dia. Aneh banget ya, padahal kemarin gue sama dia ngabisin waktu bareng."

Salsa tau, mungkin gak ada yang bisa mengerti perasaanya. Karena dia sendiri juga tidak mengerti kenapa dia bisa cemburu sama cewek tadi. Biasanya Salsa gak pernah sampe kaya gitu.

"Gini deh ya, menurut gue, kalo lo cemburu sama dia sih wajar, lo kan cewek nya dia. Masalahnya, tadi pagi lo kan belum tau, kan, ada urusan apa mereka jalan bareng.

"Di sini sebagai cewek yang baik, gue saranin mending lo tanya langsung aja sama dia. Daripada lu langsung main marah-marah aja, eh taunya mereka cuma ngerjain tugas bareng," ujar Regita mencoba menenangkan Salsa

"Sal, mending lo tanya langsung aja deh sekarang. Daripada nangis mulu, eh taunya mereka gaada apa-apa. Malu nya tuh di sini," kata Nadine sambil menunjuk mukanya.

Salsa menghapus air matanya. "Tapi gue takutnya disangka overthinking gitu sama Rally."

"Gua jamin deh, dia gak kaya gitu," Regita mencoba menyemangati Salsa.

"Oke deh kalo gitu, pas istirahat deh gua bakal samperin dia. By the way, makasih yaaa kalian berdua, makasih bangeettt!!!" seru Salsa senang karna ada yang memberi semangat.

Regita tersenyum. "Iya sama-sama."

"Kalian bertiga. Jangan berisik! Ini perpustakaan, bukan tempat curhat!" seru ibu penjaga perpustakaan.

                                                                                                      ****

Saat ini, Salsa sedang berada di bangku taman sekolahnya. Bersama dengan Nadine dan Regita.

"Elo sih, Sal, gara-garanya. Kita berdua ikutan dimarahin sama ibu Emi!" seru Nadine sambil meminum teh poci di tangannya.

"Yeee salahin si Gita dong, jangan salahin gua," jawab Salsa sambil memakan sebuah roti yang ada di tangannya.

"Kok jadi gua, sih?" Tanya Regita.

"Kan lu yang ngasih saran Git buat gue. Ya gue ngerasa dapet pencerahan gitu," celetuk Salsa. "Ngomong-ngomong pop ice nya boleh juga ya," lanjutnya sambil melirik pop ice yang ada di tangan Regita.

"Mau?" tawar Regita kepada Salsa.

Salsa mengangguk. "Mau dong, Git," ujar Salsa memasang mimik puppy eyes

"Mauin jhaaa!" seru Regita tertawa.

"Anjir Gita! Lo ngeselin banget!" umpat Salsa.

"Eh Sal, itu Rally bukan sih?" ujar Nadine mengalihkan pembicaraan.

Salsa mengerutkan keningnya. "Yang mana?" tanyanya pada Nadhine.

"Itu yang lagi jalan ... di pinggir lapangan," kata Nadine sambil menunjuk ke arah Rally.

Salsa berdiri dari bangku tamannya. Mencoba memastikan apa yang dilihat oleh Nadine.

"Oh iya, itu Rally," gumamnya.

Hatinya sakit ketika melihat pemandangan seperti itu. Pemandangan di mana sang pacar malah jalan bareng sama orang yang jelas-jelas menyukai cowok itu sejak kelas sepuluh.

Kenapa di saat gue lagi butuh lo, lo malah pergi sama dia? batinnya bertanya.

Dan sekarang, hatinya terasa patah saat melihat keduanya sedang tertawa bersama sambil jalan berdua. Air matanya tak terbendung lagi.

Salsa nangis!

karena Rally.

"Sal, ke kelas aja yuk," ajak Regita.

"Iya, Sal. Biar lu gak tambah panas harus liat yang ginian," celetuk Nadine yang disambut pelototan dari Regita.

"Gua gapapa kok. Ehm, gue... mau ke toilet dulu," ujar Salsa

"Kita berdua ikut!!" seru keduanya bersamaan yang disambut anggukan dari Salsa.

Mereka berdua gatau, kalau di toilet, Salsa bakalan ngeluapin emosinya saat itu juga.

                                                                                                      ****

"Udah puas Sal nangis nya?" Tanya Nadine.

Salsa mengangguk sambil menutup kembali pintu toilet.

"Ke kelas yuk! bentar lagi bel masuk," ajak Salsa sambil melangkah keluar dari toilet.

Keduanya ikut berjalan juga mengikuti langkah Salsa.

Tanpa Salsa sadari kakinya tersandung sebuah batu kecil yang mengakibatkan dia hampir terjatuh. Tiba-tiba ada sebuah lengan yang membantu menahan tubuhnya. Abil mendongak .

Dan kini ia tau siapa pemilik lengan itu.

Dia, Erik Reyhan Ardhani.

                                                                                                       ****

"Sal, tadi si Erik baik banget ya mau nolongin lu gitu," ujar Regita bersemangat.

"Dia cuma nolonging gua kali, gak lebih," Salsa mencoba gak baper dengan perlakuan cowok tadi.

"Eh ngomong-ngomong, hati lu udah gak sakit lagi, kan?" Tanya Nadine iseng, sekedar untuk mengalihkan perhatian.

Salsa menghela nafas. "Gak tau deh kalo soal itu."

Mereka berjalan menuju kelas mereka. Sesampainya di kelas, Abil disambut dengan candaan dari teman laki-laki sekelasnya.

"Sal, liat si Rally gak tadi? Sama Aurel lohh jalan bareng," ujar Nino memanas-manasi Salsa yang baru saja sampai di kelas. Bukannya gerutuan dari Salsa yang cowok berkulit kurang putih dapat, melainkan pelototan Regita yang ia dapatkan, "Ampun, Git, Nino cuma bercanda barusan," lanjutnya sambil mengacungkan dua jari ke atas.

"Ayo guys, nyanyi lagi 'Sakitnya Tuh Di Sini' buat Salsa!!" sahut Geri, yang merupakan teman dekat Nino dan Rally.

"Berisik lu, botak," jawab Salsa seenaknya pada cowok yang baru saja mencukur rambutnya itu hingga botak.

"Salsa galau cieeee!!!"

"Salsa nangis JHAAA!!!!"

"Rally-Aurel, Salsa gimana?"

"Yaudah Sal, sama Mike aja. Dia free kok." Sahut Dito yang disambut gelak tawa dari para murid.

Sabar aja gue mah, batinnya.

Tawa mereka baru aja selesai ketika Bu Maya masuk lalu mulai menerangkan tentang logaritma.

                                                                                                        ****

"SALSAAA!!!!" Seru tiga orang anak perempuan dari luar kelas Salsa.

"HAI GIRLS!!" sahut Salsa.

"Balik bareng gak?" ujar si cewek berkulit putih, Ine.

"Bareng lah," jawabnya.

"Yaudah cepetan yaa jangan lama-lama!" seru si cewek berkacamata, Talitha.

Salsa mengacungkan ibu jarinya. "OKE! Gue piket dulu."

Setelah selesai mengerjakan piket, Salsa langsung menghampiri ketiga temannya di luar kelas.

"Ayo pulang!" serunya.

"Cepet banget lu piketnya, Sal," celetuk Keira, "Tapi bagus deh, yuk balik!"

"Tapi jajan dulu yah," mohon Talitha.

Ine mengangguk. "Iya, gua juga mau jajan kok."

Akhirnya mereka semua jalan menuju ke tempat jajanan di luar sekolah.

Okay, sekedar info, mereka bertiga ini merupakan teman Salsa dari SD, yang berubah menjadi sahabat Abil dari SMP sampai SMA. Bahkan, Revalina dan Keira adalah teman Salsa dari TK. Tak jarang mereka memperdebatkan suatu hal yang menurut orang ' tidak perlu didebatkan. Tapi itulah mereka.

Salsa memutari jajanan di sekitar kantin, bingung akan beli apa dia? Akhirnya, mata cokelat itu jatuh pada Takoyaki. Akhirnya ia bergegas menuju stan Takoyaki. Tak sengaja, dia berpapasan dengan Rally.

"Hai, Bil!" ucap Rally sambil memamerkan senyum mautnyavitu.

Duh, ini orang senyumnya bikin meleleh banget sih, batinnya.

Tapi kan, gue lagi kesel sama dia, batinnya berargumen lagi.

"Apaan?" jawabnya singkat.

Rally mencoba mendekat ke arah Salsa. "Dih, sensi banget sama gua. Mau pms yaa?'' Goda Rally pada Salsa

Salsa mendengus. "Ga, gue gak lagi pms, dan gak lagi mau pms."

"Terus kenapa jadi galak begini?" Tanya Rally.

"Menurut lo?" Jawabnya sambil berlalu.

"Lo kenapa sih, Bil? Gua nanya baik-baik juga," ujar Rally sambil menahan tangan Salsa pergi.

Salsa menoleh ke arah Rally. "Gua gak apa-apa sih, Ral. Udah deh sana aja. Samperin Aurel. Samperin juga temen-temen lo."

Rally terkekeh. "Jadi masalahnya gara-gara Aurel?" Goda cowok itu.

Abil melotot. "GAK!"

"IYA!"

"GAK!"

"IYA!"

"Enggak, Ral," ujar Salsa mengalah.

"Iya, kan Bil?" kali ini Rally mencoba dengan nada rendah.

Salsa menghela nafas. "Gua cemburu tau sama lu pas tadi pagi sama waktu tadi siang. Tapi lu gak peka sama sekali. Padahal gue liat lo ketawa cekikikan sama dia."

"Sampe nangis gitu?" celetuk Rally sambil menaik-naikan alisnya, "Gila gak nyangka gue bikin anak orang nangis.

"Gak. Siapa bilang gua nangis? Lagian bangga amat sih bikin anak orang nangis, bukannya malu," kilah  Salsa.

Rally meraih tangan Salsa. "Bil, tolong--"

Salsa menepis lengan kekar cowok itu. "Gak usah ngikutin PDA kaya orang-orang, deh. Ini di lingkungan sekolah!" Sahutnya ketus.

Rally mengerutkan keningnya. "PDA? Apaan, tuh?" Tanyanya.

"Googling aja sana. Gausah nanya gue!" Ujar Salsa ketus.

"Salsa, lo kenapa sih? Cemburu?" Tanya Rally sekali lagi. Udah tau malah nanya!

"Enggak!"

"Lo gak bisa boong sama gue, Bil," ujar Rally.

Salsa menghela nafas. "Iya, gue cemburu sama lo. Puas, huh?"

Rally tertawa. "Wah... akhirnya lo bisa juga cemburu sama gue," ujar Rally bangga.

"Berisik, lo! Cape gue cemburu sama elu terus. Mending kalo lo ganteng kaya Cameron Dallas," sindir Salsa pada cowok itu.

"Lo ngeliat gue ya tadi di koridor? Kenapa lo gak nyapa gue?" Tanya Rally tanpa menghiraukan sindiran Salsa.

Salsa mendelik. "Harusnya gue yang ngomong gitu sama lo. Lo juga tadi liat gue, kan? Emang gua gatau apa."

Rally menghela nafasnya. "Yaudah deh, gue minta maaf sama lo. Hari ini gue udah udah bikin lo marah plus nangis. Jangan marahan lagi, ya," mohonnya. 

"Gua daritadi gak marah, Ral. Gue cuma---"

"Sal, udah belum jajan nya? Lama banget, deh," seru seseorang yang ternyata adalah Keira.

"Ups, sorry, gue ganggu kalian ya? Yaudah deh, Sal gua sama yang lain nunggu di deket gerbang sekolah aja. Jangan lama-lama pacarannya!" seru Keira, lagi.

"Kei, tungguin gue!" Seru Salsa mengikuti Keira.

Rally menahan tangan Salsa. "Kita belum selesai ngomongnya, Bil."

"Gue udah maafin lo, Ral. Udah ya, gue mau balik. Kasian temen gue nunggu," ucap Salsa sambil mencoba bicara sebaik mungkin.

"Kenapa gak balik sama gue aja?" tawar Rally.

"Ehmm, gue mau sama mereka, Ral. Gue kangen banget pulang sekolah sama mereka naik angkutan umum," tolak Salsa halus.

Rally tersenyum lalu melepaskan tangan Salsa. "Yaudah deh, hati-hati ya!"

Salsa mengangguk lalu bergegas menuju tempat Keira dan yang lainnya menunggu dia.

Sial, gue kan belum jajan. Ah, gara-gara Rally sih! keluhnya.

                                                                                                       ****

"Lu tadi lagi ngomongin apa aja sih Sal sama Rally?" tanya Talitha memulai obrolan mereka di angkot.

"Biasalah, urusan keluarga," celetuk Keira.

"Lagi ada masalah sama dia, Sal?" Tanya Ine sambio menyeruput teh poci miliknya.

"Yah, gitu deh.. tadi siang pas istirahat gue liat dia sama Aurel, lagi jalan bareng. Nah, gue cemburu kan sama dia. Yaudah deh, pas tadi dia nyapa, gue jawab ketus aja," tutur Salsa pada teman-temannya.

Ine mendecak. "Sal, Sal, gue tuh kadang aneh ya sama hubungan kalian. Kalian gak pernah so sweet like other couple. Ditambah dia sering nyuekin lu gara-gara game. Tapi kok lo mau sih bertahan gitu sama dia?

"Bukannya apa-apa, ya, kita sebagai sahabat lo, gamau liat lo sedih, galau, gak karuan cuma gara-gara Rally," ujar Ina.

Salsa tersenyum. "Gua juga gatau, Ne. Yang jelas gua gak pernah punya alasan untuk enggak bertahan sama dia," jawabnya.

Ketiganya melirik Salsa dengan wajah kesal. Sebenarnya, mereka bertiga itu sering nyuruh Salsa untuk ninggalin (bahasa halus dari mutusin) Rally yang terkadang suka nyakitin Salsa tanpa sadar. Tapi Salsa tetep gak mau nurut.

"Eh, guys, kalian dapet tugas nyulam kain gitu gak sih, dari Bu Ika?" ucap Keira mengalihkan perhatian ketiganya. Mereka pun larut dalam obrolan tentang tugas itu.

Obrolan mereka pun berakhir ketika angkot mereka berhenti di depan komplek perumahan Salsa dan ketiga sahabatnya.

                                                                                                        ****

Salsa sedang mengeringkan rambutnya ketika handphonenya bergetar. Ada sebuah chat yang masuk dari Rally.

Rally Adhyastha: Hai, Abil :)

Salsabila Amanda: Apasih manggil-manggil gue abil terus. Kaya nama cowok aja-_-

Rally Adhyastha: Dih ngambek

Rally Adhyastha: Masih marah gak sama yang tadi?

Salsabila Amanda: Udah engga, kok

Rally Adhyastha: Yakin? Berarti tadi marah dong?

Salsabila Amanda: Tadi tuh gua gak marah ih-_-

Rally Adhyastha: Iya deh.

Percakapan berlanjut terus dengan topik yang lain dan berakhir sampai salah satu dari mereka ada yang ingin mengerjakan tugas.

Rally Adyastha: Bil gue mau ngerjain tugas dulu ya

Salsabila Amanda: Yaudah. Gue juga mau beresin buku pelajaran buat besok.

Rally Adhyastha: Tapi abis ngerjain tugas gua langsung tidur ya, jangan nyariin.

Salsabila Amanda: Iya, langsung tidur loh. Jangan malah nonton anime. Jangan lupa solat isya.

Salsabila Amanda: Siapa juga yang mau nyariin lu..

Rally Adhyastha: Lu pikir gue gatau, Lu kan sering nyariin gue lewat Andra.

Rally Adhyastha: Btw, makasih udah ngingetin.

Salsabila Amanda: Anjir, gak lagi deh gua nanyain lu lewat si Andra.

Salsabila Amanda: sama-sama

Rally Adhyasta: JHAAAAA ketauan deeh.

Salsabila Amanda: Udah ih, sana kerjain tugas. Bye.

Rally Adhyasta: Bye

Read.

Kadang Salsa suka senyum-senyum sendiri kalau liat chatnya sama Rally.

Dia emang gak romantis kaya cowok lain. Tapi gue suka dengan ke-apa adanya dia.

                                 ****

31 Juli 2015

Hari ini, gue bete banget sama Rally! Bayangin aja, dia jalan berdua sama cewek di koridor. Gondok banget rasanya! Tuh cewek ga nyadar kagi gue liatin daritadi. Hmm, belum lagi soal Erik yang nolongin gue tadi. Masalahnya, Nadine tuh suka sama Erik, walaupun gak pernah ngobrol sekalipun. Gue kan jadi ga enak sama dia. Ah yaudah deh. Ga penting juga bahas nadine-erik. Oh iya! Rally udah minta maaf sih sama gue tadi. Yah meskipun masih ada rasa kesel dan juga... insecure/? di diri gue sendiri. Ah, udahlah segitu aja cerita hari ini.






Continue Reading

You'll Also Like

ALFA By Caaaaa

Teen Fiction

6.2M 358K 60
Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adalah adik dari sahabat kakaknya? Ketua gen...
2.2M 79.1K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
850K 41K 58
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
261K 20.3K 20
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...