I'm Done

By whothefancy

268K 13.3K 101

Kamu adalah sumber dari rasa sakitku. Kamu datang memberi harapan, namun pergi meninggalkan sejuta rasa sakit... More

Prolog
Kejadian Dibawah Airmata Awan
Percakapan Kecil Dengan Alya
Secepat Itu Berubah (Bagian 1)
Anak Baru
Pernyataan Mengejutkan Revan
Tempat Mengadu
Revan Kembali (Bagian 1)
Revan Kembali (Bagian 2)
Sesi Curhat Bersama Mama Alya
Pertempuran Revan
Revan (Lagi)
Pulang
Rahasia Davian
Rahasia Revan
Akhir Dari Segalanya -The End-
Epilog
Author's Note
SEQUEL IS OUT!

Secepat Itu Berubah (Bagian 2)

14.4K 733 11
By whothefancy

Setelah menguatkan hati, aku pun kembali ke kelas. Rasa sakit masih menghinggapi hatiku, namun ku katakan sekali lagi, aku harus berhenti menyukai Revan. Lagi-lagi aku harus melewati kelas Revan dan ia masih ada di depan XI IPA 2, kelasnya. 

Aku terus berkata dalam hati bahwa aku harus melupakannya dan berhentilah berharap bahwa Revan akan menyapaku. Tolong hati, kali ini sajalah kamu bekerja sama dengan otak. Tolong jangan buat aku berharap lagi. Semakin dekat langkahku menuju depan kelas Revan, semakin dekat, dan semakin dekat. 

Dan saat aku melewatinya, aku melirik. Ia tidak melihatku, apalagi menyapaku. Dan untuk kesekian kalinya, aku merasakan sakit itu. Sungguh sakit. Karena dalam hatiku yang terkecil, aku mengharapkan Revan menyapaku. Tetapi itu hanyalah sebuah harapan.

Aku terus berkata bahwa aku kuat. Aku pasti bisa menghilangkan perasaanku padanya. Dengan langkah yang sangat pelan, aku berjalan ke kelas. Sesampainya di sana, aku langsung duduk dan menenggelamkan kepalaku pada lipatan tangan. Sungguh, aku ingin menangis lagi. Dan tepat saat itu, bel masuk pun berbunyi. 

Aku hanya ingin menceritakan sakitku ini pada Alya, tapi aku harus menahannya hingga bel istirahat berbunyi. Kita memang tidak satu kelas. Jam pertama adalah pelajaran fisika, salah satu pelajaran kesukaanku. Tapi karena sakit yang tak kunjung hilang ini, membuatku tidak fokus pada pelajaran. 

Dan lagi-lagi, satu bulir air mata terjun bebas dari mataku. Oh tidak, aku menangis lagi. Dengan kasar, aku menghapusnya. Aku harus kuat, Revan bukanlah siapa-siapa yang harus membuat konsentrasiku pecah. Revan bukan siapa-siapa, bukan.

"Renaya? Ada apa? Sepertinya kamu tidak fokus pada pelajaran saya," tanya Bu Linda tiba-tiba. Dan hal itu membuat semua mata menuju padaku. Aku yang ditatap seperti itu langsung gelagapan, "Ma-maaf bu, saya cuma agak gak enak badan saja," ucapku penuh rasa bersalah. 

"Kamu mau ke UKS nak? Tidak apa-apa," kata Bu Linda yang menatapku dengan wajah khawatir. "Tidak apa-apa bu, saya masih ingin mengikuti pelajaran ibu," ucapku sambil tersenyum. Dan setelah itu, pelajaran dimulai kembali. Mataku memang melihat papan, tetapi pikiranku tidak berfokus di situ. Pikiranku masih berlabuh pada Revan. Dia memang memiliki efek yang besar bagiku.

***

Bel istirahat berbunyi, dengan tergesa aku menghampiri kelas Alya. "Alyaa gue mau curhat, sambil makan yuk!" teriak ku pada Alya di depan pintu kelasnya. "Sabar ndoro, gue belum selesai nulis nih," balas Alya dengan teriak juga. Lama-lama seperti di hutan deh.

 "Gerak cepat plis," ucapku sambil memutar kedua bola mataku malas. "Udah nih, ayo ke kantin!" ucap Alya sambil berjalan dengan sedikit meloncat seperti anak monyet. "Gue mau curhat," kataku sambil memasang wajah melas.

"Eh ada anak monyet melas," ucap Alya dengan setengah berteriak. Padahal kan tadi aku yang bilang dia seperti anak monyet, kenapa malah dia yang ngatain aku? Lupakan saja.

Dengan refleks, aku pun memukul tangannya, "Enak aja, btw gue dicuekin sama Revan." Mengucap nama itu membuatku merasakan sedih kembali. Alya yang menyadari perubahan suasana dariku, langsung paham. Dia memang sahabatku yang paling mengerti. 

"Gapapa nay, cowok ganteng di dunia ini masih banyak kok. Dan pasti mereka bakalan suka sama lo," ucap Alya sambil mengusap-usap punggungku. Aku pun merasa tenang kembali, dan dengan setengah berlari, aku dan Alya menuju ke kantin.

Aku yang tidak melihat seorang anak kelas X yang membawa semangkuk bakso dan segelas jus alpukat menjadi kaget. Dan tanpa bisa berhenti, aku pun menabraknya. Hari ini sungguh menyedihkan. Setelah dicuekin Revan, saat ini aku harus mandi kuah bakso dan jus alpukat. 

"Ma-maaf Kak Naya. A-aku gak sengaja kak, ma-maaf." Adik kelas itu langsung meminta maaf padaku.

Padahal yang seharusnya meminta maaf kan aku, nggak lihat-lihat sih. "Gapapa dik, aku yang salah. Maaf ya? Ini uangnya aku ganti," ucapku sambil melihat bagaimana rupaku sekarang.

Berlumuran kuah bakso yang dicampuri saos dan sambal ditambah jus alpukat. Sangat sempurna.

"Gak usah kak," ucap adik kelas itu. "Ambil aja dik, aku yang salah," kataku dengan memaksa. Adik kelas itu pun berlalu. Dan kesialan apa lagi, aku berakhir dengan terpeleset. 

Dan lagi-lagi semua mata memandangku, sungguh aku malu. Tetapi aku bersyukur tidak ada yang tertawa, malah yang sedang ada di dekatku langsung menolongku. "Naya lo gapapa kan? Maksud gue fisik lo, kalau baju sih ancur parah," ucap Alya dengan cengirannya.

Aku berniat untuk memeluk Alya, tetapi ia sudah kabur duluan dan disertai tawa anak-anak yang melihat kejadian tadi. Aku pun mau tidak mau ikut tertawa. Tetapi tiba-tiba aku melihat sosok Revan yang melewatiku. Ia tidak menyapaku, apalagi menanyakan keadaanku. Aku yang melihat itu langsung tersenyum miris dan berlari menuju ke kamar mandi. Dan lagi-lagi aku menangis.

Sesakit Inikah?

***

AUTHOR'S POV:

Dikamar mandi bukannya membersihkan diri, Naya malah menangis. 

"Sungguh aku tidak bisa menahan rasa sakit yang ada dalam hatiku ini. Kenapa begitu sakit? Padahal aku sudah bertekad dalam hati untuk tidak menangisi cowok itu lagi. Revan, seseorang yang baru memberiku perilaku manis kemarin tetapi memiliki perubahan besar dalam diriku. Sesakit inikah rasanya dicampakan? Kenapa hatiku serasa diremas-remas, aku sesak," batin Naya yang terus menerus mengeluarkan air mata.

"Naya ganti baju dulu yuk, ini gue bawa seragam buat ganti. Ayo nay, nanti masuk angin!" bujuk Alya dari luar bilik kamar mandi. "Kenapa sesakit ini al? Kenapa?" teriak Naya dengan tangis yang semakin menjadi. Sebagai sahabat, Alya juga ikut merasakan apa yang Naya rasakan. 

"Kenapa sakit al? Kenapa?" teriak Naya kembali dengan histeris. Dengan panik, Alya mengetuk pintu bilik kamar mandi Naya. "Nay jangan gitu nay, gue tahu itu sakit banget. Tapi tolong nay, lo keluar dulu. Lo bisa cerita ke gue, jangan gini nay. Gue juga ikut sakit liat lo kayak gini. Plis nay, keluar!" ucap Alya yang juga ikut menangis melihat keadaan sahabatnya.

Setelah beberapa menit membujuk Naya, Naya pun keluar. Hati Alya sakit melihat bagaimana sosok Naya yang selalu terlihat cantik, ceria, dan kuat ini menjadi sangat kacau dan rapuh. "Naya ganti baju dulu ya, nih!" ucap Alya sambil memberikan sahabatnya seragam dan kantung kresek. Naya hanya membalas dengan senyuman dan masuk ke dalam bilik untuk berganti baju. Dalam hati Alya berkata, "Semoga akan ada balasan untuk Revan."

Selang beberapa menit, Naya keluar. Penampilannya jauh lebih baik dari yang tadi. "Nay kita cabut aja ya, ke taman belakang?" tanya Alya. Tapi entah mengapa Alya langsung teringat. "Jangan ke taman belakang deh, kantin? Lo belum makan dari tadi," ucap Alya. 

Dia tidak ingin membawa sahabatnya ke taman belakang karena ia ingat untuk kesana harus melewati kelas Revan, dan yang pada akhirnya akan membuat Naya semakin sedih. Tanpa menunggu balasan Naya, Alya menarik tangan Naya.

"Semoga hari ini hari terakhir Naya seperti ini lagi amin," batin Alya sembari berdoa.

Sesampainya di kantin, Alya dan Naya langsung menuju kursi favorit mereka berdua. "Lo mau makan apa nay?" tanya Alya. "Gue batagor aja deh, sama jus strawberry ya!" ucap Naya yang dibalas dengan anggukan kepala Alya. Dalam hati, Naya masih memikirkan kejadian tadi, kebetulan tempatnya sama, yaitu kantin. 

"Mengapa Revan begitu teganya denganku? Aku tahu aku baru seperti dekat dengannya kemarin. Tetapi salahkah aku jika berharap padanya? Aku memang bodoh, aku memang bodoh," batin Naya yang membuatnya semakin sedih. Alya yang melihat Naya dari jauh tersadar, sahabatnya masih memikirkan Revan. 

"Revan kamu harus tahu betapa sakit yang dirasakan sahabatku, semoga suatu saat kamulah yang merasakannya," batin Alya yang menjadi sangat benci dengan panglima sekolahnya.

Setelah mendapatkan pesanan mereka berdua, Alya menghampiri Naya sambil membawa senampan penuh makanan. Setelah itu mereka berdua makan dengan sesekali bercanda ria seperti biasa. Mereka bercerita, bergosip, dan melakukan hal konyol bersama. 

Dan hal itu tentu saja membuat gelak tawa dari bibir mereka masing-masing. Setelah satu hari penuh kesedihan, Naya bisa tertawa dengan lepas lagi. Dalam hati, Alya tersenyum bahagia melihat sahabatnya kembali ceria. "Semoga Naya tidak bersedih lagi," ucap Alya dalam hati.

Selesai makan, mereka berniat untuk kembali ke kelas karena jam pergantian pelajaran telah berbunyi. Mereka berjalan ke kelas dengan bercerita dan tertawa, hingga suara mereka menggema dalam lorong sepi sekolah. Menyadari hal itu, mereka terdiam lalu mulai tertawa dengan lebih kencang dan tidak lupa dengan berlari. Mungkin itu sudah menjadi tradisi mereka. 

Tanpa disadari, salah satu dari mereka menabrak seseorang. Sungguh tragis melihat Alya menabrak sang kepala sekolah. Naya yang melihatnya hanya bisa menahan tawa. "Hai bapak, saya lagi olahraga ringan nih," ucap Alya sambil menunjukan cengiran andalannya. 

Pak kepala sekolah hanya bisa melihat Alya pasrah, "Alya jam berapa ini? Pelajaran apa kamu?" tanya bapak kepala sekolah, Pak Riyanto. "Saya lagi izin ke kamar mandi pak," balas Alya sopan.

Dengan gerakan slow motion, Pak Riyanto melihat ke arah Naya. "Naya? Sedang apa? Bukannya kalian beda kelas?" tanya Pak Riyanto pada Naya. "Kebetulan saya bertemu dengan Alya, pak. Ya sudah dari pada sendiri, saya sama dia. Kebetulan searah," balas Naya tak kalah sopan. 

Setelah berbincang-bincang sebentar, mereka pun pamit kembali ke kelas. "Lo bego sih, pake acara nabrak Pak Riyanto," ledek Naya pada Alya. "Yee kan elo yang ngajak ngobrol gue terus. Ya masa gue lihat ada Pak Riyanto depan gue," kata Alya sewot. Sungguh mereka adalah dua sahabat yang sangat klop. 

Tanpa disadari, di depan salah satu dari mereka terdapat seseorang lagi. Dan tabrakan itu tidak dapat terhindari.

"Aduh jangan-jangan yang gue tabrak Bu Lucy," batin Naya yang sudah ketakutan sekali. Dengan memberanikan diri, Naya melihat siapa gerangan yang telah ia tabrak. Dan orang itu adalah Revan. Naya kaget setengah mati melihat siapa yang telah ia tabrak. 

"Dari banyak orang, mengapa harus Revan?" ucap Naya dalam hati. Naya menatap wajah Revan dengan penuh rasa sakit dalam hatinya. Dan Revan yang dilihati seperti itu bukannya merasa tidak enak, ia malah menunjukan wajahnya yang kelewat datar itu.

Tanpa mengucap apapun, Revan langsung pergi meninggalkan Naya yang semakin sakit dan Alya yang khawatir dengan sahabatnya. 

Tiba-tiba Naya memberanikan diri untuk berbicara pada Revan, "Rev kenapa lo berubah? Bukannya kemarin kita baru aja hujan-hujanan, ketawa bareng, dan kenapa lo sekarang nganggep gue orang asing. Lo cuekin gue, kenapa rev? Kenapa? Apa salah gue?" ucap Naya yang sedang menutupi wajahnya karena terisak hebat.

Revan pun menoleh dengan wajah datarnya, "Satu, hanya ada lo dan gue bukan kita. Dua, anggep aja kejadian kemarin angin lalu. Dan tiga, gue cuek sama lo karena gue gak kenal sama lo." Dan setelah itu Revan langsung berjalan dan hilang dari pandangan Naya dan Alya. 

"Nay lo kuat, lo kuat. Lo bukan orang yang nangis cuma karena cinta. Lo orang terkuat yang pernah gue kenal nay, jangan nangis kayak gini lagi ya nay," ucap Alya sambil mengusap punggung sahabatnya pelan dan dibalas dengan anggukan oleh Naya. 

____________________

a.n

Hai gue balik!

Ditunggu vommentnya:)

Continue Reading

You'll Also Like

32.2M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
30.9M 1.8M 67
DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https://www.vidio.com/watch/7553656-ep-01-namaku-rea *** Rea men...
2.1M 331K 67
Angel's Secret S2⚠️ [cepat, masih lengkap bro] "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Ang...