Let Me Love You

By chokopiw

188K 8K 62

[Warning! Mature content] ✓Private Random ✓Finished Just a love story written based on the author's imaginati... More

Just Info
Prolog
First -- Bertemu
Second -- Dokter gila
Third
Fourth -- Ternyata MODUS
Fifth -- Lamaran Sungguhan
Sixth -- kamu (bukan) yang ku tunggu
Seventh -- The Wedding
Eighth -- I Want You Too!
Ninth -- Oh damn! I love you
Tenth -- Tears
Eleventh -- I hate you, I love you
Twelfth -- Again?
Thirteenth -- Let it go
Fourtheenth -- Terjatuh, tuk kedua kalinya
Fiftheenth -- Give me more
Sixteenth
Eighteenth
Nineteenth
Twentieth
Epilog
Extra Part

Seventeenth -- I'm pregnant

6.4K 276 0
By chokopiw

Pagi itu Camel segera berlari menuju toilet yang terletak di dalam kamar, rasa mual yang menyerangnya membuatnya harus melupakan acara tidurnya. Camel memejamkan mata saat tidak terdapat cairan sedikitpun yang keluar dari mulutnya itu.

Camel merasa was-was akan hal itu... Bagaimana jika dia... Hamil?

Camel menatap pantulan dirinya di cermin, wajah berantakannya sebangun tidur itu membuatnya terlihat sangat kacau ditambah dengan warna kulitnya yang lebih pucat dari sebelumnya. Tatapannya beralih pada tubuhnya yang masih bertelanjang itu, semalam memang dia tidur bersama Aulion dan tidak pulang ke rumah orang tuanya.

Camel melirik seseorang yang berjalan gontai menghampirinya, Camel kembali mengalihkan tatapannya pada cermin di hadapannya.

"Kamu kenapa?" Aulion menatap Camel khawatir karena wanita yang sedang dipeluknya dengan hangat itu tiba-tiba berlarian menuju kamar mandi.

Camel tidak menjawab dan hanya bergeming menatap dirinya di cermin, Camel terus memikirkan apa Aulion akan senang jika ia benar-benar hamil? Ia takut jika Aulion tidak akan menerima anak mereka berdua.

Aulion yang tidak mendapatkan respon apapun segera melingkarkan lengannya itu pada perut polos Camel dan menciumi pelipis Camel dengan lembut.

"Kenapa diam? Apa kamu sakit? Hm?"

Camel memejamkan matanya merasakan kecupan-kecupan di pelipisnya. Apa dia harus menanyakan hal itu pada Aulion?

Camel melepaskan lengan kekar Aulion yang melingkar di perutnya itu dan memutar tubuhnya menghadap Aulion. Aulion menatap Camel dengan pandangan bertanya, dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Camel.

"Aulion."

"Hm?"

"Apa pertanyaanmu beberapa hari yang lalu masih berlaku?" Camel menatap Aulion dalam, mencoba mencari jawaban pada mata Aulion.

Aulion mencoba mengingat terlebih dahulu dan kembali mengucapkan pertanyaan itu, "Can we get back together?"

"Apa... Jika aku hamil kamu akan menerima... anak kita?" Camel ragu akan pertanyaannya itu.

Aulion membulatkan matanya mendengar pertanyaan Camel, "Kamu hamil, sayang?"

Camel menggigit bibir bawahnya dan mendesah kasar, "Itu baru perkiraanku, Aulion. Aku... aku takut pertanyaanmu beberapa hari yang lalu terlupakan begitu saja dan... kamu tidak menerima anak kita." Camel menundukkan wajahnya.

Aulion menyentuh dagu Camel dan mengangkat wajah yang terlihat menyedihkan itu, "Hei, dengarkan aku. Aku memintamu untuk kembali bersamaku bukan tanpa alasan yang jelas. Aku benar-benar membutuhkanmu sebagai istriku, bukan hanya menginginkan tubuhmu itu," Aulion menghentikan ucapannya dan menarik napas. "Aku jelas tidak akan menolak jika kamu benar-benar hamil, karena janin yang tumbuh di rahimmu adalah anakku juga. Kita berdua pasti mengerti hal itu akan terjadi terlebih kita selalu melakukan hubungan intim. Begitu 'kan?"

Aulion menatap Camel dengan lembut, bukan hanya semata-mata merasa kasihan pada wanita di hadapannya itu. Tapi memang karena ia membutuhkan wanita itu untuk selalu di sampingnya. Aulion menyayangi Camel setulus hati.

Camel menatap Aulion dengan haru, tangannya yang terbebas segera ia lingkarkan pada leher pria di hadapannya itu. Tidak peduli akan rasa dingin yang menusuk kulitnya akibat belum memakai pakaian, dia merapatkan tubuhnya pada tubuh Aulion.

"I love you, Aulion." Dan Camel memeluk Aulion erat, tidak ingin kehilangan pria itu.

"I know. I love you more, Camela." Aulion membalas pelukan Camel dan menelusupkan wajahnya pada leher istrinya itu dan menghirup aroma mawar yang menguar dari tubuh Camel.

Selang beberapa menit Aulion melepaskan pelukannya dan menatap Camel, "Baiklah Nyonya Prasetyo, bagaimana jika sekarang kita mandi dan memeriksakan apakah kamu benar hamil ke rumah sakit." Aulion menyeringai menatap wajah malu Camel.

Dan tanpa menunggu lama, Aulion segera mengangkat tubuh polos Camel dan membawanya untuk mandi bersama disertai dengan lumatan-lumatan yang ia berikan.

---

Pagi itu setelah sarapan bersama kedua orang tua Aulion, Camel dan Aulion segera melesat menuju rumah sakit karena sudah tidak sabar menantikan kabar yang pastinya akan sangat membahagiakan itu.

Kedua orang tua Aulion juga tidak terlalu curiga mengapa mereka buru-buru pergi ke rumah sakit, mereka hanya mengira keduanya akan bekerja. Ya, Camel dan Aulion memang sengaja belum memberitahukan apapun, karena jika Camel tidak hamil sudah dipastikan kedua orang tua Aulion itu akan kecewa.

Kini Camel dan Aulion sudah di dalam mobil menuju rumah sakit, Camel yang masih belum merasakan kenyang akibat sarapannya yang kurang cukup untuknya itu segera mengulurkan tangannya pada jok belakang untuk mengambil cemilan yang memang sengaja Aulion beli untuk Camel dan tentu untuk Aulion sendiri.

"Hati-hati mengambilnya, Camel." Itu sudah ke sekian kalinya Aulion mengingatkan Camel untuk berhati-hati. Aulion tidak ingin pergerakan Camel itu mengakibatkan hal fatal.

Camel menggerutu karena Aulion sudah mulai posesif terhadapnya. Tapi Camel sangat senang Aulion perhatian padanya walaupun terlalu berlebihan. Bahkan mereka belum benar-benar tahu apakah Camel benar hamil.

"Jangan terlalu banyak memakan makanan seperti itu," Aulion kembali menegur Camel yang dengan lahap memakan berbagai snack di tangannya.

"Berhenti melarangku, Aulion!"

"Kamu harus menjaga pola makanmu itu, sayang."

Camel mengerucutkan bibirnya karena Aulion terlalu melarangnya. Aulion mengulurkan tangannya mengusap pipi Camel yang mengembung layaknya anak kecil.

Mobil Aulion sudah sampai di area rumah sakit. "Berhentilah merajuk, ayo kita turun dan cepat periksakan rahimmu itu."

Camel hanya mendengus dan mengikuti perintah Aulion. Keduanya turun dari dalam mobil dan berjalan menyusuri pelataran parkir untuk sampai ke lorong rumah sakit. Banyak dokter dan suster yang menyapa keduanya, yang tentu akan dibalas oleh keduanya.

Aulion yang benar-benar posesif itu melingkar lengannya dan memeluk Camel dengan erat karena tidak ingin Camel digoda oleh dokter-dokter jahil yang tidak sengaja berpapasan dengan mereka. Camel hanya menghela napas mendapatkan perlakuan seperti itu. Dasar Aulion, dulu saja tidak menginginkan Camel, tapi sekarang pria itu seakan tidak ingin kehilangan Camel.

Hanya tinggal beberapa langkah lagi keduanya akan sampai diruangan khusus untuk Ibu hamil. Sesekali Aulion mengusap lembut puncak kepala Camel dan menciumnya. Tentu saja hal itu membuat Camel senang.

Dan keduanya sampai di hadapan pintu yang di atasnya terdapat tulisan nama dokter yang berada di dalam. Aulion memutar knop dan membukanya.

"Silahkan masuk, sayangku."

Camel tersenyum kecil dan masuk ke dalam, dokter di dalam sana segera menyambut kedatangan rekan kerjanya. "Hallo dokter Camel dan dokter Aulion." Dokter tersebut memeluk Camel dan melakukan cipika-cipiki.

"Hallo dokter Susi,"

"Wah, tumben sekali dokter terkenal seperti kalian menghampiri ruanganku. Apa ada sesuatu yang harus diperiksakan?" dokter bernama Susi itu menaik turunkan halisnya menggoda pasangan suami-istri di hadapannya.

Aulion tertawa kecil membalas godaan dokter Susi, sementara Camel tersenyum canggung menanggapi.

"Istri saya ini sepertinya hamil, dok."

"Wah, kabar yang akan sangat menggembirakan bukan dokter Aulion?"

Aulion terkekeh dan mengangguk.

"Baiklah, mari saya periksa. Silahkan berbaring dokter Camel,"

Camel segera mengikuti intruksi dokter Susi dan membaringkan tubuhnya di atas brankar, sementara Aulion menyandarkan punggungnya pada meja milik dokter Susi dan menatap apa yang dilakukan oleh dokter kandungan itu.

Dokter Susi dibantu oleh asistennya mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk memeriksa janin di dalam Rahim Camel. Camel hanya menatap apa yang akan dilakukan dokter kandungan tersebut padanya.

"Baiklah, mari silahkan lihat layar monitor ini," dokter Susi mengarahkan alat yang digunakan untuk memeriksa kandungan pada perut Camel yang kausnya telah disingkapkan.

Camel dan Aulion menatap layar monitor dengan perasaan bahagia. Mereka berdua dapat melihat dengan jelas ada yang bergerak-gerak di dalam monitor sana. Dan artinya Camel benar-benar hamil.

"Selamat dokter Aulion, anda akan menjadi seorang Ayah. Dan juga selamat dokter Camel, anda akan menjadi seorang Ibu."

"Berapa usia kandungan Camel?"

"Kandungannya baru menginjak 4 minggu, hm sudah lumayan lama janin tersebut hadir di antara kalian. Saran dari saya, jaga kondisi istri anda dengan baik. Kondisi kandungannya masih sangat rentan."

"Baiklah dokter Susi. Ada yang lain?"

"Ini saya berikan resep vitamin supaya kondisi dokter Camel tetap terjaga. Hanya itu saja. Selebihnya saya turut senang kalian akan menimang seorang anak,"

"Baiklah. Terima kasih sekali kali dokter Susi. Kami permisi." Aulion segera menuntun Camel untuk keluar dari dalam ruangan.

Aulion terlalu bahagia mendengar kabar tersebut hingga tidak bisa mengeluarkan kata-kata lebih banyak.

Dan dengan perasaan bahagia, Aulion mencium bibir Camel dalam di hadapan para pengunjung rumah sakit.

✖✖

a/n hai temu lagi kita wkwk. Agak susah cari ide buat part ini karena konsentrasi sedikit buyar. Semoga revisinya tidak mengecewakan.

Lia Mulyani

09 September 2017

Continue Reading

You'll Also Like

174K 8.9K 20
[END] [18+] Pernikahan. Andrea hampir mual hanya mendengar atau membaca kata itu dimanapun ia berada. Kenapa semua orang harus repot-repot memikirkan...
4.4M 56.5K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
301K 14.7K 32
Penantian seorang gadis bernama Elena Cruz yang jatuh cinta kepada Raffael Williams Ford seorang pria kaya bertangan dingin yang memiliki kekayaan ya...
1.1M 42.9K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...