The problem with perfect

By aliciachrstnh

777 46 3

More

ONE
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
PENGUMUMAN

Ten

67 2 0
By aliciachrstnh

~Kayla pov

Satu-satunya yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menangis, memang benar penyesalan selalu terjadi diakhir perbuatan.   

Jujur, aku sangat-sangat menyesal membiarkan cinta pertamaku berasama dengan orang lain, ya walaupun orang itu adalah sahabat baikku, tapi tetap saja rasa sakit itu terus menghujam hatiku. Sakit, sangat sakit saat ini. Seperti ditikam ribuan belati yang baru saja di asah.

Ingin rasanya aku menghampiri Hanny dan menamparnya. Oke, tapi itu bukan gayaku. Gayaku adalah menyendiri dan menangis sepuasnya. Aku butuh seseorang saat ini, ya aku sangat-sangat membutuhkan seseorang. Aku butuh tempat untuk bersandar, walaupun hanya sebentar. Tapi itu yang aku butuhkan saat ini.

Aku berusaha menahan tangisku, supaya tangisku tak pecah saat ini. Karena, ini masih jam istirahat. Tahan Kayla, tahan. Tapi, aku tak bisa menahan lebih lama lagi, dan akhirnya tangisku pecah berbarengan dengan bunyi bel berakhirnya istirahat kurasa aku harus membolos pelajaran hari ini, aku tak mungkin masuk kedalam kelas dengan perasaan sedang kacau seperti ini.

Aku melangkahkan kakiku menuju rooftop sekolah ini. Jika sedang seperti ini aku biasa menghabiskan waktuku disebuah rooftop, baik di sekolah maupun dirumah.

Aku berjalan menuju pinggiran rooftop, berniat untuk berteriak supaya perasaanku lebih baik.

"Kenapa mencintai harus sesakit ini?" takada jawaban, hanya semilir angin menerpa rambutku.

"Kenapa disaat gue udah ketemu dan mengetahui siapa cinta pertama gue, sahabat gue juga suka sama orang itu" tangisku kembali pecah.

Perasaanku sedang sangat kacau saat ini. Aku butuh kamu Ken, aku butuh kamu.

"Kay" suara seseorang menghentikan tangisku, suara yang tak asing bagi kuping ini.

"Seperti suara Ken. Tidak Kay, itu hanya perasaanmu saja, Ken tak mungkin berada disini, pasti Ken sedang bermesraan saat ini dengan Hanny"

"Kay" suara itu kembali terdengar dengan jelas dan kali ini sebuah tangan memegang pundakku.

Aku menoleh dan medapati Ken sedang tersenyum menatapku, sontak aku meneluk Ken dengan sangat erat. Menumpakah segala kesedihanku kepada Ken, aku benar-benar butuh penopang sebelum aku tumbang.

Berduaan dengan Ken mengingatkanku pada malam itu. Malam setelah Ken mengajakku berkencan. Malam dimana Ken mengajakku untuk menjadi kekasihnya, dan membuat perasaanku melambung tinggi, tapi aku menolaknya.

"Kenapa?" tanyanya setelah terdiam beberapa saat. "Apa karena aku terlalu naif dengan perasaanku sendiri?"

Sesaat kami cuma berpandangan, wajah Ken tampak muram saat melihat wajahku, apakah aku sekacau itu? Perlahan, Ken meraih tanganku, menarikku mendekat padanya. Jantungku berdebar-debar saat merasakan hangat tubuh Ken disekelilingku. Ada aroma lembut pada dirinya, bukan sesuatu yang wangi seperti parfum, tapi sangat menenangkan. Dan, aku sangat menyukainnya.

"Just give me a chance, okay?" pinta Ken. "Gue tahu, mungkin saat ini lo belum suka sama gue, tapi gue pasti bisa ngubah perasaan lo ke gue, Kay"

Tangisku kembali pecah, "Bukan itu masalahnya, Ken." Aku menghela napas disela tangisku, "gue... Hanny suka banget sama lo, Ken"

"Tapi yang gue suka itu lo, Kay. Bukan dia," sela Ken sambil memegang kedua tanganku.

Aku ingin sekali menuruti keinginan hatiku, untuk sekali ini saja. Aku ingin menerima perasaan Ken, menjadi pacarnya, dan hidup bahagia untuk selama-lamanya. Tapi, apakah ini yang dinamakan bahagia untuk selamanya? Bersikap egois dan membuat sahabatku sedih, mengancurkan persahabatan kami?

Akhirnya, aku mengambil keputusan itu dengan berat hati. "Kasih kesempatan dulu buat Hanny? Please?"

Ken menatapku dengan tampang putus asa. "Lo beneran pingin gue lebih lama jadian sama Hanny?"

Aku mengangguk dengan sikap setegas mungkin.

Ken terdiam lama sekali, lalu akhirnya menjawab, "Nanti gue pikirin lagi, kalo itu emang buat lo bahagia. Gue gak bisa nolak"

Aku kembali mengingat kejadian semalam, kejadian itu masih mengingat dengan jelas kejadian semalam, Ken mengajakku menjadi pacarnya, tetapi aku menolakknya karena salah seorang yang sangat penting dalam hidupku memiliki perasaan yang sana seperti diriku.

Malam itu, tak lama setelah ken pulang dari rumahku, Hanny meneleponku dan memberi tahu bahwa ia sudah jadian dengan Ken. Ternyata Ken menuruti keinginanku. Dan, meskipun itu keinginanku, saat mendengarnya hatiku langsung terasa hampa. Rasanya begitu bodoh, melepaskan kesempatan yang sudah kutunggu bertahun-tahun lamanya, lenyap begitu saja.

Tapi, bagaimanapun caranya aku tak akan pernah bisa untuk bersama dengan Ken, selama Hanny masih menyukainya setengah mati.

Sekarang aku mengacaukan semuanya. Yeah, tadi ingin sekali kukatakan pada Ken bahwa ialah yang membuatku menangis seperti ini. Tapi sebenarnya, akulah yang membuat diriku seperti ini pada diriku sendiri. Aku yang meminta Ken untuk menjalin hubungan(jadian) dengan Hanny. Aku yang bersikap tolol....

"Kay..." suara Ken membuyarkan lamunanku. "Apa yang terjadi?"

"Nope" aku kembali menangis, mengingat kejadian semalam dan melihat perbedaan dari kedekatanku dengan Hanny hari ini.

Lalu, tahu-tahu saja, aku sudah mendapatkan diriku berada di dalam pelukan Ken.

"Ngak apa-apa, nangis aja sesuka lo kay." suara Ken mengalir lembut diatas kepalaku. "Hmm... Gue nggak punya saputangan, tapi karena seragam gue udah terlanjur lecek dan basah karena air mata lo, jadi lo boleh pake sesuka lo."

Kata-katanya membuatku tertawa disela tangisku. "Emang boleh ya ngelucu disaat-saat seperti ini?"

"Yah, namanya juga berusaha buat ngehibur." katanya sambil memelukku lebih erat. Dalam posisi seperti ini, aku bisa mengakses baju Ken untuk dijadikan saputangan dengan lebih mudah.

"Gue kira hanny orangnya berengsek kaya gang diceritain temen-temen sekelas, bahkan kaka kelas yang sering nongkrong bareng gue. Tapi ternyata gue salah. Waktu kita pergi bareng"

lanjut Ken, "gue baru nyadar kalo Hanny ternyata gak seburuk yang dibilang orang-orang. Setidaknya, dia bersikap sangat manis sama lo. Dan keliatan banget kalo lo sayang banget sama dia. Dan malam itu lo minta gue buat jadian sama Hanny, ya mau gak mau tapi gue harus mau, gue nerima itu. Karena gue tau kalo lo gak akan pernah bisa ngalah sama dia. Dan gue benci sifat lo yang satu itu Kay! Gue benci!"

Ada jeda sebentar, Ken menarik nafas dan kembali bersuara, "Jujur, daripada pacaran sama Hanny, gue jauh lebih pengen pacaran sama lo, Kay...!"

Aku tahu, aku tidak anggun, tapi aku tidak bisa menahaan pertanyaan ini, "kok bisa?"

"Lo inget kejadian waktu lo dikejar-kejar anjing dulu?"

Wajahku langsung memerah. Tentu saja aku ingat kejadian memalukan itu. Ken mulai menceritakan kejadian pada waktu itu (the problem with perfect chapt three)

Aku masih ingat ketika Ken menenangkanku yang menangis meraung-raung.

Kurasa, itulah pertemuan pertamaku dengan Ken. Sejak saat itu, aku jatuh cinta dengannya hingga saat ini. Yeah, orang bilang , kejadian saat kau pertama kali jatuh cinta selalu indah, tapi ternyata kejadian pertama aku jatuh cinta dengan Ken sama sekali tidak ada keren-kerennya. Di pihakku, maksudku. Kalau Ken sih kerenya sangat luar biasaaaaa.

Ken masih asik menceritakan kejadian saat itu, sungguh ini membuat pipiku semakin memerah karena menahan malu.

Ken mengangkat daguku dengan satu jarinya, dan tatapan kami pun bertaut.

"Sejak saat itu gue jatuh cinta sama lo, Kay," katanya lembut, "Dan, sampai sekarang belum pernah ada perempuan yang bisa ngeganti posisi lo dihati gue" lanjut Ken, "ya walaupun waktu di California gue sempet coba move on dan menjalin hubungan dengan seseorang, tapi hasilnya apa? Nihil Kay"

Aduh, jantungku berpacu begitu cepat, sampai rasanya mau copot. "Kok kamu gak pernah bilang selama ini?"

"Hmm..., waktu itu kita masih terlalu kecil, dan gak lama bokap minta gue dan nyokap untuk pindah ke California, ikut dengan dia karena ada tugas yang mengharuskan untuk kita pergi kesana. Disana gue juga gak ada berhentinya mikirin dan ngestalkin lo tiap hari, Kay."

Sahut Ken dengan wajah salah tingkah yang lucu. "Dan lo inget kan gue pernah bilang kalo gue terlalu takut untuk ngungkapin perasaan gue? Gue takut, gue takut kalo semuanya gak sesuai dengan harapan gue, dan waktu gue pulang ke indo, si brengsek Dave bilang kalo dia juga nyimpen perasaan lebih ke lo"

"Dave?" Aku terpanjat. Dicintai Ken saja rasanya sudah tidak bisa dipercaya. Apalagi kalau menjadi perempuan yang disukai Ken dan Dave sekaligus!

"Yeah, ngeselin ya?" kata Ken jengkel. "Tapi waktu kemarin malem itu, gue udah bener-bener gak mikirin Dave lagi. Pertama kali pergi sama lo, gue fikir lo akan jadi perempuan yang ngebosenin dan bikin gue ilfeel. Tapi nyatanya, lo persis seperti yang gue mau, Kay. Bahkan lebih"

Tatapan Ken berubah lembut saat membelai rambut di pelipisku. "Lo manis dan lembut, tapi punya selera humor yang bagus dan sering tertawa. Lo gak suka berdebat, tapi bisa bikin orang-orang ngerti persaan lo dengan sikap diam lo itu. Lo gak ngebiarin hal-hal kecil bikin lo kesel"

"Lo tau semua itu dari sekali pergi bareng?" tanyaku heran.

"Iya," sahut Ken sambil tersenyum. "Soalnya, selama kita pergi, gue terus-menerus merhatiin lo, walaupun diem-diem."

Gila rasanya melayang banget. Belump pernah aku mendapatkan kata-kata yang begini manis dari seorang cowok.

"Terus soal Hanny? Lo tetep mau kan jalanin hubungan sama dia?? Please Ken"

"Lo tuh orang teregois, Kay. Gue pengen lo jawab jujur. Tatap mata gue, gue pengen tau kejujuran lo"

Aku menatap mata Ken, "lo suka kan sebenernya sama gue?"

Aku tergagap mendengar pertanyaan yang diberikan Ken, "g-gue.. Gue..."

Ken mengangkat satu alis matanya, "Stop it, Kay. Gue tau lo juga punya perasaan yang sama dengan gue. Tapi lo terlalu munafik dan terlalu baik. Sampai-sampai lo rela, lo rela hati lo menderita demi melihat sahabat lo bahagia."

"Bukan itu Ken"

Ken kembali menatapku, "terus apa? Okay, gue akan sanggupin semua kemauan lo ini. Tapi dengan syarat, kalo hati lo udah bener-bener gak sanggup. Tolong Kay, tolong lo jujur ke gue. Dengan senang hati gue akan menyudahi semuanya"

Ken menariku kedalam pelukannya. Ken memelukku dengan sangat erat dan membelai kepalaku lembut, tak terasa air mataku kembali menetes.

•••••••

Yoyoyo, i'm back!!! Ada yang kangen?? Krik..krikk...
Maafkan diriku kalo lama update yaa readers. Heuheu..

Ps: di mutimeldia ada pict KEN.....

Continue Reading

You'll Also Like

443K 40.4K 92
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
860K 67.9K 51
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
174K 385 8
Area 21+++, yang bocah dilarang baca. Dosa tanggung sendiri yap. Jangan direport, kalau gasuka skip.
184K 18.1K 22
[HIATUS] [Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar m...