Cium Gue Lagi [Selesai]

Autorstwa kanurega

215K 9.1K 918

❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : @Foreill_V ❌HOMOPHOBIC DIHARAP MENJAUH! Więcej

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 9B
PART 10
PART 11
PART 12

Cium Gue Lagi

16.9K 682 195
Autorstwa kanurega

Cerita Sebelumnya...

Malvin pun buru-buru melepaskan bibirnya dari bibir Naufal, lalu mengusapnya cepat-cepat. Naufal hanya terbengong-bengong menyaksikan Mbak Ani yang tengah berdiri mematung sembari membawa kantung-kantung kresek penuh belanjaan. Naufal terduduk lemas sekaligus syock dan tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun, Padahal ia begitu ingin menjelaskan...

"Mmmmmm... Mbaaaaaaakkkkk... Ini tuh.... Ehmmmmm.... Kita lagi.... " dan parahnya lagi hanya itu yang dapat terucap dari bibir Malvin.

-

-

-

Namun untungnya Mbak Ani mulai mencoba untuk berfikir positif...

"Oh, saya tau! Mas Naufal kelilipan dan Mas Malvin yang niupin matanya. Gitu kan? Kayak difilm-film gitu? Tenang aja, saya nggak akan salah paham kok! Hehehe... Ya sudah, saya mau mindahin belanjaan dulu ke dapur. Mas-mas nya mau dibikinin minum?"

'Syukur deh!Huft! Mbak Ani nggak tau.' gumam Naufal dalam hati.

"Kok pada bengong tho? Mau dibikinin minum apa ndak?"

"Oh! Eh, nggak usah Mbak! Makasih!" timpal Malvin gugup.

"Ya sudah kalo gitu! Saya permisi dulu!" ujar Mbak Ani, tersenyum simpul lalu berlalu.

Naufal hanya menghela nafas lega...

"Elo sih! Untung aja Mbak Ani nggak tau! Lain kali jangan kayak gitu lagi lo! Nyari masalah aja!" omel Naufal.

"Hehehe... So-sorry! Abisnya lo sih bengong mulu dari tadi. Mikir apaan sih?"

"Bukan urusan lo!"

"Ya udah, gue mau pulang dulu! Ntar malem kita beli headset, oke?" timpal Malvin, lalu berlalu.

"Iya!"

-

-

-

Disisi Lain...

Pukul 20.00 P.M

Tunjungan Plaza Surabaya.

Dari kejauhan nampak seorang lelaki yang mengenakan kemeja abu-abu dan dibalut dengan sweater putih nampak tengah menanti seseorang di sebuah cafe. Entah siapa? Di lehernya terdapat sebuah kalung perak yang melingkari lehernya dengan liontin berbentuk api dan bertuliskan "felsan".

"Lama amat! Masa tiap mau ketemuan selalu kayak gini sih? Arrrgghhh!" gumamnya kesal, lalu meneguk cappucinonya buru-buru.

"Arrrrggghhh!" lenguhnya kepanasan. Beberapa orang yang ada di dalam cafe tersebut menertawakannya.

"Sial!"

Ia pun segera mengeluarkan ponselnya dan langsung menelfon orang yang tengah ditunggunya sejak 30 menit yang lalu.

"Halo? Kamu dimana sih yang? Lama amat!"

"Iya, sorry! tadi macet. Ini aku udah nyampe kok!"

"Ya udah, aku tunggu di cafe biasanya kita ketemu."

Beberapa menit kemudian nampak dari jauh seorang lelaki mengenakan kaos v-neck abu-abu dengan sweater putih yang sama persis dengan milik cowok yang tengah menunggunya tadi. Di lehernya juga terdapat kalung dengan liontin yang sama, bertuliskan "felsan" namun liontinnya berbentuk tetesan air.

"Lama amat kamu!" omel lelaki dengan liontin api.

"Sorry-sorry! Sumpah macet! Ngapain juga boong!" timpal lelaki dengan liontin tetesan air tersebut.

Tak lama kemudian suasana yang tadinya sedikit dingin, tiba-tiba berubah menjadi hangat... Mereka berdua mulai membicarakan banyak hal.

"Gimana Boyband kamu?" tanya lelaki berliontin api.

"Masih off. Aku sama Tristan masih nyari pengganti mereka." jawab lelaki berliontin tetesan air.

"Mau aku bantu nyari?"

"Ngg... Nggak usah yang!"

"Ya udah kalo gitu!" gumam lelaki berliontin api tersebut ramah, lalu menggenggam tangan lelaki berliontin tetesan air, yang tak lain adalah Sandy.

"Walaupun aku benci banget sama mereka, tapi susah juga buat nyari pengganti mereka berdua." keluh Sandy, lalu meminum cappucino milik lelaki berliontin api.

"Kamu sih, yang! Dibantuin juga nggak mau. Ya udah, mau gimana lagi? !"

"Nggak usah! Aku pengen kamu fokus sama hal yang lebih penting aja! Sekaligus aku nggak enak sama kamu." timpal Sandy sembari menahan panas setelah meminum cappucino tadi.

"By the way, gimana hubunganmu sama mereka berdua?"

"Siapa? Yang kamu maksud Naufal sama si Kamseupay itu?" tanya Sandy.

"Yup!"

"Aku makin benci aja sama mereka! Sherly, Malvin ama Fian ikut-ikutan belain Naufal waktu di fb. Secara gitu, aku kan kalah bacot jadinya. Aku nggak terima, sumpah! Niatnya mau ngejatohin Naufal, eh malah..."

"Mereka ngatain apa aja ke kamu?" potong lelaki berliontin api.

"Banyak! Tau akh! Males bahas itu lagi!"

"Ya udah, nggak usah cemberut gitu napa! Ntar nggak cantik lagi. Hahaaa..." goda lelaki berliontin api sembari mengusap bibir Sandy lembut.

"Jangan di sini! Nanti aja! Banyak orang tuh!" omel Sandy.

"Iya-iya!"

"By the way, aku sampe sekarang masih nggak nyangka aja, ternyata Naufal sama Malvin gay juga. Hmmmmm...." gumam Sandy.

"Apalagi aku! Naufal ama Malvin kan kalo di sekolah banyak cewek yang naksir dan mereka juga biasa-biasa aja! Nggak keliatan banget kalo ternyata mereka punya hubungan khusus!"

"Iya! Padahal waktu itu geng ku sama geng nya Malvin kan bener-bener musuhan. Tapi kok bisa sih Naufal sama Malvin? Trus yang bikin aku kecewa tuh gara-gara aib itu geng sama boyband ku jadi tercemar nama baiknya!"

"Sorry yang! Aku nggak ada maksud buat bikin jelek geng ama boyband kamu. Tapi mau gimana lagi, itu kesempatan bagus banget! Kebetulan banget aku dapetin foto itu. Cuman dengan cara itu aku bisa balesin dendamku ke mereka. Aku terpaksa ngelakuin itu. Niatnya sih aku nggak tega juga buat nyebarin foto itu, karna aku tau, kita juga seperti mereka. Aku ngerti banget gimana rasanya diposisi mereka, aku ngerti banget hal apa aja yang bakalan mereka hadapin kalo aku sampe ngelakuin itu. Kadang sih aku kasihan juga, makanya aku cuman nyebarin lewat anak-anak sekolah aja, nggak di mading sekolah. kasihan juga kalo sampe guru-guru dan orangtua mereka tau."

"Udah lah kamu nggak usah ngerasa nggak enak sama mereka. Masih untung kamu nggak sampe nempelin foto itu di mading." timpal Sandy.

"Tapi kalo dipikir-pikir dengan adanya kasus mereka itu, keberadaan kita jadi lebih aman di sekolah."

"Maksudnya?" tanya Sandy.

"Iya, waktu itu kan anak-anak sekolah ada yang sempet curiga sama kedekatan kita, ada juga yang mergokin kita jalan bareng di mall. Tapi dengan adanya aib mereka di sekolah, itu juga menguntungkan keberadaan kita. Anak-anak nggak akan curiga lagi sama kita, bahkan bakalan lupa."

"Kamu bener banget! Ya udah, jalan yuk?" timpal Sandy.

"Kemana? Mau nonton? Ngegame? Dugem?"

"Ke toko buku aja yuk!"

"Hah? Nggak salah? Tumben amat pacarku yang satu ini ngajakin ke toko buku?" ledek lelaki berliontin api tersebut sembari menjitak kepala Sandy.

"Sakit tau!"

"Ya udah, kamu mau beli buku apa emang?"

"Mau lihat-lihat aja dulu!"

"Abis itu kita mau kemana lagi?"

"Hmmm... Di rumah mu ada siapa sekarang?" tanya Sandy

"Kebetulan sepi. Bokap sama Nyokap masih ada bisnis di luar kota. Kenapa?"

"Abis ke toko buku, ke rumah mu aja! Aku nginap ya? Hahahaa..." pinta Sandy

"Hahaa... Dasar!"

Tak lama kemudian mereka menuju toko buku...

Disisi lain... Dari samping cafe tersebut terlihat seseorang yang ternyata sejak tadi mendengarkan percakapan Sandy dan lelaki berliontin api tersebut.

'Ja... Jadi mereka berdua.... Sejak kapan?' gumamnya kaget setengah mati.

"Hei! Lo ngelihatin apaan sih? Gue udah nih pipisnya. Ayo jalan lagi!" seru Naufal kesal.

"Ahh... I-iya! Elo sih pipisnya lama amat! Pipis apa ritual itu?"

"Ritual?"

"Elah! Katanya anak gaul! Gini nih..." terang Malvin sembari memperagakan melalui tangannya.

"Gila lo! Ya nggak lah!"

"Kirain lo nggak kuat, kan cowok disini cakep-cakep."

"Elo tadi ngelihatin apaan sih?" tanya Naufal.

"San-sandy..."

"Kenapa sama Sandy? Dia di sini tadi? Mana?" kata Naufal sembari celingukan.

"Udah cabut!"

"Sama siapa dia?" tanya Naufal.

"Feldy..."

"What? Ngapain mereka berdua di mall jam segini?"

"Bahasnya ntar aja! Kita cari tempat dulu yuk, sekalian makan? Gue laper!"

"Modus! Bilang aja lo pengen dinner sama gue!"

"Kepedean amat lo!" elak Malvin.

"Emang iya kok!"

Akhirnya mereka berlalu menuju area foodcourt... Malvin pun segera menceritakan semuanya...

"Elo nggak usah becanda deh! Nggak lucu!" omel Naufal.

"Kurang kerjaan apa!"

"Elo serius? Nggak salah denger?"

"He'em!" seru Malvin.

"Fe... Feldy pacaran sama Sandy? Nggak mungkin deh!"

"Yee... Kalo gak percaya yaudah!"

"Sejak kapan mereka pacaran? Hmmmm... Trus-trus mereka ngomongin apa aja di cafe tadi?" tanya Naufal.

"Ga tau, kayaknya udah lama deh pacarannya. Pokoknya intinya Sandy lagi nyari-nyari pengganti lo sama Fian, trus ternyata Feldy manfaatin kasus kita itu buat nutupin kecurigaan anak-anak ama kedekatan mereka berdua, sekaligus Feldy mau ngebales kita. Gue agak-agak nggak denger soalnya rame banget tadi, pokoknya intinya gitu lah!" terang Malvin.

Naufal hanya terdiam, lalu memikirkan sesuatu...

-

-

-

Keesokan harinya, Naufal berjalan melewati koridor sembari menahan perasaannya yang tengah dipenuhi berbagai macam emosi karena cacian dan makian dari anak-anak di sekolah tersebut.

'Sial! Headset gue masih di Malvin! Kenapa semalem bisa lupa sih!' gumam Naufal dalam hati sembari menutupi telinganya.

"Ahahahahaa... Si Banci nutupin telinganya! Kayaknya bentar lagi mewek tuh!"

"Hei, yang banci itu kalian! Sini maju, kalo emang kalian ngakunya cowo!" bentak Naufal.

Beberapa dari mereka ada yang tersinggung dan langsung menghampiri Naufal.

"Kenapa? Elo nggak terima di cap banci? Mau gimana lagi, elo kan emang banci! Ahahahaaa..." ledek salah seorang anak sembari mengusap dagu Naufal. Salah seorang dari yang lainnya ada yang memeluk-meluk Naufal, memegang pantat Naufal, dsb.

"Iya, gue nggak terima! Kenapa?" pekik Naufal, lalu mencekik leher cowok tersebut.

Namun teman-teman dari cowok tersebut segera berusaha melepaskan tangan Naufal, namun tak ada yang berhasil. Sedangkan cowok tersebut nafasnya mulai tersengal-sengal.

"Hei, lepasin!"

"Gue nggak bakal berhenti sebelum dia mampus!" gerutu Naufal.

"Lepasin nggakk!" bentak salah seorang teman dari cowok tersebut, lalu memukul rahang Naufal.

Dari kejauhan Malvin yang baru saja tiba di sekolah tengah menyaksikan kejadian tersebut. Lalu segera menuju ke sana dan melerai mereka semua. Malvin segera menarik tangan Naufal dan membawanya menjauh secara paksa.

"Huuuuhhhh!" sorak-sorak anak-anak yang menyaksikan kejadian tersebut.

"Romeo nya dateng tuuhhh!"

-

-

-

Malvin membawa Naufal di tempat yang begitu sepi. Tempat baru yang biasanya digunakan oleh mereka untuk berciuman...

"Elo kenapa sih? Katanya lo bisa nahan emosi lo?" omel Malvin sembari melingkarkan headset di leher Naufal yang semalam dibelinya.

"Elo ngapain sih ikut campur? Abisnya gue udah sabar, tapi bully'an mereka makin parah aja!
Sekotor itu gue dimata mereka? Sampe-sampe gue dipeluk-peluk, dipegang-pegang!
Gue berasa bener-bener kayak banci pinggir jalan!"

"Kalo gue tadi nggak ikut campur atau nggak tau kejadian itu, elo sekarang mungkin udah ada di kantor BP sama mereka dan aib kita bakal kesebar sampe ke dewan guru dan orangtua kita. Elo mau, hah? Bego!" bentak Malvin.

"Iya, gue emang bego! Gue emang nggak berguna! Gue cuman bisa nyusahin lo doang!" bentak Naufal, lalu membuang headset pemberian Malvin ke lantai.

"Fal, gue nggak bermaksud..." gumam Malvin, lalu memeluk Naufal erat.

Naufal hanya terdiam, sembari terisak... Ia sudah tak sanggup lagi menahan segala beban yang ditanggungnya selama bertahun-tahun ditambah lagi dengan adanya aib ini. Ia hanya memeluk Malvin, berharap semuanya akan kembali seperti semula.

"Lo.... Ngapain sih lo ada dikehidupan gue? Cuman bawa sial aja tau gak! Ngapain gue mesti ikut-ikutan jadi korban sumpah serapahnya Sherly, ngapain gue mesti berusaha susah payah nekan rasa benci gue buat cinta sama lo cuman buat lepas dari sumpah itu dan sekarang ngapain gue mesti ikutan kena aib kayak gini, jadi bahan becandaan, dapet cacian tiap hari, dikerjain tiap hari. Kenapa harus gue? Kenapa, hah? Kenapa nggak lo aja yang nanggung semua itu sendiri? Itu kan masalah lo!"

"Gue sayang banget sama lo, Fal! Gue tau, lo udah nggak kuat! Udah dua tahun lo nanggung beban-beban ini. Gue sadar, semua gara-gara gue. Gue nggak mau lo kayak gini, gue nggak bisa liat lo sedih. Seumur-umur baru kali ini gue ngeliat lo nangis. Dan gue ikut ngerasa sakit banget liat lo sedih kayak gini... Gue tau mungkin ini titik akhir kesabaran lo selama dua tahun ini. Ayo, kita akhiri semua ini. Gue juga udah bosen, udah capek, Fal! Nggak cuman lo aja yang bosen! Gue pengen semuanya balik lagi kayak dulu. Dua tahun itu nggak sebentar... Gue juga nggak tau kapan bisa terus sabar ngadepin semua ini. Elo mau kan segera akhiri semua ini?"

Naufal masih terisak dan masih dalam dekapan Malvin, namun akhirnya ia mengangguk perlahan...

"Kalo lo mau cepet akhiri semua ini, sekarang gue tanya... Apa lo udah bisa tulus cinta dan sayang sama gue? Kunci nya tinggal di elo aja, Fal! Karna dari dulu gue udah tulus cinta dan sayang sama elo. Tinggal lo aja!"

Naufal hanya terdiam...

"Fal? Jawab! Ayo kita akhiri semua ini... Bukankah ini yang lo mau dari dulu?"

Naufal terdiam beberapa menit... Namun kemudian bangkit dari pelukan Malvin dan menatap Malvin lekat.

"Gimana, apa kamu udah bisa tulus cinta dan sayang sama aku?" tanya Malvin sekali lagi sembari mengusap air mata di pipi Naufal.

Naufal tak bergeming sedikit pun... Malvin mulai putus asa...

"Ya udah, gue nggak mau maksain lo. Mungkin lo masih butuh waktu. Gue ngerti kok! Mulai sekarang kita mesti sama-sama terus sabar buat hadapin apapun. Bisa kan? Kita hadapin semuanya sama-sama."

"Ngg...."

"Nggakkk!"

"Maksud lo apa?"

"Akk... Aku udah bisa tulus cinta dan sayang sama kamu..."

Malvin begitu kaget mendengar pernyataan Naufal... Naufal hanya berdiri, lalu menatap Malvin lekat. Tak lama kemudian Naufal dan Malvin merasa begitu kesakitan. Dada mereka begitu sesak dan kepala mereka begitu pening. Naufal dan Malvin hanya mengerang kesakitan dan saling berpelukan. Sama-sama merasakan rasa sakit yang sama. Mereka sama-sama memejamkan mata. Dan beberapa menit kemudian rasa sakit tersebut menghilang...

Perlahan mereka saling membuka mata.

"Coba lihat, sekarang jam berapa?"

"Jam 07.45!" seru Naufal.

"Kita tadi tukeran tubuh sejam yang lalu sebelum berangkat sekolah... Dan harusnya 5 menit yang lalu seperti biasanya kita ciuman di sini trus baru masuk ke kelas buat ngikutin pelajaran. Tapi udah lewat 3 menit kita nggak tukeran tubuh, nggak terjadi apa-apa... Kit... Kita berhasil... !" seru Malvin senang, lalu memeluk tubuh Naufal erat.

"Makasih sayang..."

Naufal hanya tersenyum senang. Lalu Malvin perlahan mengecup bibir Naufal dan memeluknya erat...

"Kita udah resmi jadian nih sekarang?" ledek Malvin.

"Hahaha... Nggak tuh! Nggak level pacaran sama cowok kayak kamu!"

"Dasar! Aku cium lagi nih!" seru Malvin, lalu memeluk Naufal dan menciuminya lagi.

Naufal hanya mengerutkan keningnya saat menerima lumatan demi lumatan dari bibir Malvin, lalu kemudian melingkarkan kedua tangannya di leher Malvin dan menikmati sekaligus membalas ciuman tersebut.

-

-

-

Ciuman...
Lumatan...
Tiap-tiap baitnya selalu menghiasi hidupku
Kau teduhkan,
Kau sirna kan ragu...
Darimu, aku mengenal pengorbanan
Bukan hanya manis, namun pahit
Bukan hanya suka, namun derita
Kau bungkus menjadi satu
Menjadi sebuah kado terindah dalam hidupku...

Dengan pita putih,
Kau ikat kado itu
Tak tahu, namun... Tiap senyummu selalu menghapuskan pilu
meredakan derita, menyembuhkan luka ku...
Bagimu, segalanya selalu seimbang
Tanpamu, segalanya takkan bermakna
Bersamamu, ku temukan bahagia...
Walau sakit mulai menjalar, kau redakan dengan senyuman

Kau...
Ciuman itu...
Lumatan itu...
Selalu membawaku melayang semakin tinggi
Rasa takut itu kian lama sirna
Karna ada kau disisiku yang tulus menopangku
Bersamamu, aku bermakna...

Yang ku tahu...
Yang ku sadari kini...
Tanpa ciumanmu saja, ku takkan bertahan
Ku takkan ada di sini
Bersamamu, menorehkan segenap rasa yang tlah lama ada
Bagiku, kau putih...
Namun, kau berubah menjadi abu-abu
Bagiku, kau cokelat
Namun, kini kau berubah menjadi pelangi
Terang dan berwarna-warni
Abadi, dalam hati kecilku...

Salahkah bila kini aku terlalu mencintaimu?

*****

SELESAI


Czytaj Dalej

To Też Polubisz

21.6K 1K 4
Calvin, seorang Senior yang selalu menindas seorang Maba kampungan lantaran penampilan kumuh dan logat ndeso-nya, yang bernama Asep. Namun, perlakuan...
84.6K 3.9K 48
Hai ini Charlie Dan Kalian Masih Ingat Cerita Ku pada Tahun Ke 2 Ku Di High School Ya Tentu Bertemu Devon Cowok bad Boy Yang Sekarang Menjadi Kekasih...
103K 4.2K 48
Cerita pertama aku Kisah tentang Keyla Crystalia Andakasa seorang gadis remaja cantik, tinggi dan pastinya pintar, yang harus dijodohkan dengan Alex...
82.3K 3.2K 12
(Finish chapter) Apakah aku bisa mencintaimu? Dan apakah cintaku padanya abadi? Aku tidak yakin dan aku sadar bahwa aku menyukai cowok, dan menyukai...