Another 5%

By SanthyAgatha

717K 35.3K 1K

Bagaimana jika kau bisa mengaktifkan kekuatan otakmu hingga 95% ? Bagaimana jika kau mempunyai kekuatan hamp... More

Another 5% Part 1
Another 5% Part 2
Another 5% Part 3
Another 5% Part 4
Another 5% Part 5
Another 5% Part 6
Another 5% Part 7
Another 5% Part 8
Another 5% Part 9
Another 5% Part 10
Another 5% Part 11
Another 5% Part 12
Another 5% Part 13
Another 5% part 14
Another 5% Part 15
Another 5% Part 16
Another 5% Part 17
Another 5% Part 18
Another 5% Part 19
Another 5% Part 20
Another 5% Part 21
Another 5% Part 22 End
Another 5% - The Epilog

Another 5% PROLOG

132K 3.3K 91
By SanthyAgatha

by Santhy Agatha

blog : anakcantikspot.blogspot,com

twitter : @Santhy_Agustina

Facebook Fan Page : Santhy Agatha

email : demondevile@gmail.com

PROLOG

Another 5%

Bagaimana jika kau bisa mengaktifkan kekuatan otakmu hingga 95% ? Bagaimana jika kau mempunyai kekuatan  hampir setara kekuatan Tuhan? Bagaimana jika kehancuran dunia ini ada dalam genggamanmu? dan bagaimana jika pilihannya adalah memiliki kekuatan tak terbatas, atau kehilangan kekasih yang sangat kau cintai?    

PROLOG : ANOTHER 5%  

"Aku pulang dulu sayang, nanti sore aku kembali lag.i"  

Rolan memejamkan mata ketika dengan lembut Selly mengecup dahinya, seperti biasa,  ketika mereka akan berpisah. dan seperti biasanya pula, Selly akan menyempatkan diri membelai seluruh wajah Rolan dengan jemarinya,  

"Kau akan baik-baik saja kan kutinggalkan?"  

Dengan susah payah, meskipun tersenyum adalah hal terahkir yang diinginkannya, Rolan tersenyum, demi Selly, demi kekasihnya,  

"Aku akan menunggumu datang kembali nanti sore," suaranya serak dan lemah. Rolan benci itu.   Sekali lagi Selly mengecup dahinya, seolah enggan beranjak menjauh,  

"Aku pasti kembali," bisiknya pelan sebelum menghilang di balik pintu ruang perawatan intensif berwarna putih itu.  

Pintu yang sangat dibenci Rolan karena selalu menelan bayangan Selly, menghilang, menjauh darinya. Pintu yang menjadi satu-satunya pemandangan Rolan selama hampir 6 bulan terahkir ini. Enam bulan yang menyiksa, penuh dengan obat-obatan. kemotherapy yang menyakitkan, suntikan-suntikan tiada henti, pemeriksaan-pemeriksaan yang mengganggu, hanya untuk menemukan bahwa dia akan mati 3 bulan lagi, hanya untuk menemukan bahwa dia sudah tidak punya harapan hidup lagi. Hanya untuk menemukan bahwa kesempatannya bertahan untuk melihat dunia ini hanyalah tiga persen dari 100 orang yang menderita penyakit sama dengannya, kanker otak yang sangat ganas, kanker otak stadium ahkir.


Rolan tidak mau mati. Bukan, bukan karena dia mencintai dunia ini. Tetapi lebih karena Selly. Ya, Selly, belahan jiwanya, satu-satunya perempuan yang bisa membuat Rolan menyerahkan hatinya dengan sukarela.

Rolan masih punya mimpi yang ingin diwujudkannya bersama Selly, Dia ingin mengubah dunia, dia ingin mewujudkan dunia yang indah, dunia yang penuh dengan kebaikan, dunia yang tidak hancur dan semrawut seperti sekarang. Dan itu semua demi Selly.  

Dengan getir Rolan menatap langit-langit kamar di atasnya. Impian bodoh. Dia punya mimpi seluas langit di angkasa, tetapi dia terjebak dalam tubuh ini. Tubuh sialan yang lemah, yang sakit parah dan hampir mati. Tubuh yang sama sekali tidak bisa digunakan dan hanya merepotkan orang lain, bahkan merepotkan Selly, wanita yang dicintainya,wanita yang tidak meninggalkannya bahkan setelah Rolan menjadi invalid dan hanya bisa tergolek lemah dirumah sakit, sepenuhnya tergantung kepada perawatan medis yang menunjangnya.

Selly tidak pernah mau meninggalkan Rolan meskipun dia memaksanya, mengancamnya, bahkan mengusirnya dengan kata-kata kasar. Sampai kemudian Rolan luluh dan menerima semuanya, Selly mencintainya, kejam sekali jika dia memaksa perempuan itu menjauh dari lelaki yang dicintainya, apalagi mereka hanya punya waktu sempit. Sebelum tubuh Rolan ini menyerah dan kalah, sebelum raga ini mati dan nyawanya terenggut, terpisahkan selamanya, tidak akan pernah bisa bertemu lagi.  

Tuhan.... tanpa sadar Rolan mendesahkan nama itu, mengingat Selly selalu mengingatkannya akan Tuhan. Tetapi bukankah memang cinta selalu menghubungkan jiwa dengan Tuhan? meskipun sekarang Rolan sudah muak memohonkan kesembuhannya kepada Tuhan. Dia tahu Tuhan sudah menggariskannya, Tuhan sudah menetapkannya untuk mati. Tidak ada lagi yang bisa dilakukannya.  

"Sepertinya sore ini akan hujan," suara berat itu yang baru pertama kali di dengarnya membuat Rolan menoleh kaget.   Teman sekamarnya, baru masuk kemarin malam dan langsung tertidur pulas karena pengaruh obat, sepertinya sudah bangun, menatapnya dari ranjang seberang, matanya tampak teduh, entah kenapa.  

"Mungkin kita akan bersama beberapa saat," lelaki tua itu tersenyum dan sedikit menegakkan duduknya, dia tampak susah payah, tubuhnya tampak renta, tapi entah kenapa ada kekuatan yang terpancar dari dirinya,  

'Mungkin, kalau saya bisa bertahan lebih lama," Rolan menjawab pelan, tidak bisa menyembunyikan nada pahit dalam suaranya.  

Lelaki itu mengernyit dan berdehem,   "Kenapa? apakah kau divonis akan mati?"  

Kali ini Rolan yang mengernyit mendengar kata-kata lelaki itu, Pertanyaan apa itu? Ruangan ini adalah ruangan intensiv untuk penderita kanker stadium ahkir yang sudah tidak punya harapan hidup lagi. Tentu saja dia akan segera mati, dan sepertinya lelaki tua itu juga, karena dia dimasukkan ke ruangan yang sama untuknya.  

"Dalam waktu tiga bulan," jawab Rolan datar.  

Lelaki tua itu terkekeh,   "Itu vonis dari dokter, manusia biasa. Mungkin Tuhan bisa berkehendak lain, siapa tahu?"  

"Tuhan?" Rolan mengusap rambutnya, yang mulai menipis dan rontok karena kemoterapi tiada henti, "Saya bahkan sudah lama tidak menyebut namaNya."  

"Apakah kau tidak lagi percaya padaNya?"  

"Bukan", Rolan menggeleng, "Saya masih percaya, hanya saja... saya merasa percuma memohonkan mukjizat kesembuhan kepadaNya, Dia sudah pasti ingin saya segera mati."  

Lelaki tua itu terkekeh lagi,   "Begitu sinis...." tiba-tiba tawanya terhenti, "Ada kalanya kita bersyukur karena kita diberi kemudahan, mati dengan mudah, mati tanpa pilihan..... daripada tak bisa mati, tak bisa mengendalikan diri, dan kemudian ditinggalkan oleh orang-orang yang sangat kau cintai," suaranya berubah serak dan tampak sedih.

Rolan terdiam, mencoba menelaah kata-kata lelaki tua itu, tetapi tak bisa memahami maksudnya.  

"Orang yang kaucintai....", lelaki tua itu berkata serak, "Perempuan yang barusan pergi tadi, apakah dia orang yang kau cintai?"  

"Anda melihatnya?"  

Senyum lelaki tua itu mengembang, seolah terkenang,   "Aku melihat cinta yang begitu dalam, kau beruntung anak muda, dicintai seperti itu."  

"Ya, saya beruntung," Rolan tidak membantah, perasaan hangat membanjiri dadanya.  

"Kalau saja... kalau saja kau diberi kesempatan untuk memilih....pilihannya kau bisa memilih kehidupan, demi perempuan yang kau cintai itu, tetapi kau harus menanggung konsekuensi berat di balik pilihan itu, akankah kau bersedia?"  

Rolan mengernyit, makin tak mengerti akan arah pembicaraan lelaki tua teman sekamarnya itu, tetapi tak urung dia menjawab juga,   "Tentu saja, sekecil apapun kesempatannya, jika saya bisa memilih kehidupan, demi kekasih saya, saya akan memilihnya, tak peduli seberat apapun resiko yang harus saya tanggung nantinya."  

"Jika pilihan pertama adalah kau mati sesuai takdirmu, tetapi dunia akan berjalan baik pada ahkirnya tanpamu, kekasihmu itu pada ahkirnya akan bahagia dengan manusia baru yang digariskan Tuhan dengannya, dunia akan berjalan sebagaimana adanya dan baik-baik saja.... Pilihan kedua adalah kau diberi kesempatan melawan takdir, kau tersembuhkan, kau bisa hidup, bisa mencintai kekasihmu, tetapi konsekuensinya, beban akan dunia ini, apakah dunia ini akan berahkir baik ataupun berahkir dalam kehancuran dibebankan di pundakmu, mana yang akan kau pilih?"  

"Saya akan memilih kehidupan", Rolan menjawab mantap.  

"Dengan beban akan ahkir dunia di pundakmu?"  Rolan mengangguk, tak tergoyahkan.  

"Dengan konsekuensi jika kau gagal menguasai dirimu, kau akan kehilangan orang yang kaucintai?"  

"Saya tidak mungkin gagal menguasai diri saya sendiri," jawab Rolan yakin.  

Lelaki tua itu tersenyum. sedih.   "Muda, idealis, dan tak tergoyahkan... seperti aku dulu, sampai kekuatan tak terbatas dan kekuasaan tanpa ahkir menghancurkan semuanya... membuatku kehilangan orang-orang yang kucintai, membuatku sebatang kara dan sendirian, hanya menggenggam kehancuran," suara lelaki itu tampak makin samar,  "Katanya kita sebagai manusia seumur hidup hanya menggunakan 10 persen dari kekuatan otak kita."  

Rolan bingung dengan perubahan topik yang tiba-tiba itu,   "Saya dengar juga begitu.” Jawabnya pelan  

"Hanya menggunakan 10 persen dari kekuatan otak kita, dan manusia bisa menjadi parasit yang paling berkuasa di bumi ini, menguasai semuanya, alam, mahkluk hidup lain, menciptakan kehancuran, menciptakan senjata, merasa seperti Tuhan." Lelaki tua itu melanjutkan.  

Rolan mengangguk-angguk, dan kemudian mengemukakan pendapatnya,   "Tetapi anda hanya melihat sisi negatifnya saja, dengan hanya menggunakan 10% dari kemampuan otaknya saja, manusia bisa menciptakan keindahan-keindahan yang luar biasa, patung-patung berharga, bangunan-bangunan indah, musik yang menghibur jiwa, kemajuan-kemajuan yang memudahkan....."  

Lelaki tua itu terkekeh lagi,   "Memang, selalu ada sisi positif dan negatif dari semua segi," tiba-tiba tatapannya berubah tajam, "menurutmu apa yang akan terjadi kalau manusia bisa mengaktifkan sampai maksimal kinerja otaknya? katakanlah sampai 95 persen dari fungsi otaknya."  

Terpana dengan pertanyaan itu, Rolan tertegun sejenak, tapi kemudian dia tersenyum, dia suka percakapan ini, akan membunuh kebosanannya menanti di kamar, sampai Selly datang nanti sore,  

"Maka manusia itu akan bisa menyamai kekuatan Tuhan, begitulah yang saya baca, dia akan bisa melakukan apa saja yang dia mau, dia bisa terbang, dia bisa membaca pikiran orang lain, dia bisa memindah waktu, menggerakkan benda-benda, bahkan mungkin dia bisa menjadi penyembuh, dengan kata lain dia akan mempunyai kekuatan tidak terbatas, dia akan menjadi manusia super."

Lelaki tua itu mengangguk-angguk setuju,  "Dan menurutmu, apa yang akan terjadi kalau manusia yang terpilih untuk bisa mengaktifkan 95% kinerja otaknya itu adalah  manusia dengan sifat yang jahat dan keji?"  

"Maka dunia akan menuju kehancuran."  

"Betul," lelaki tua itu menghela nafas panjang, "Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna, hampir menyerupai kesempurnaannya, tetapi dia memberikan pembatas itu, bukan karena dia tidak ingin manusia menyaingi kekuatanNya, tetapi lebih karena dia menyayangi ciptaanNya.... seberapapun sempurnanya manusia, meskipun kekuatannya nanti sama dengan Tuhan, tetapi dia tidak akan bisa menyerupai Tuhan, karena manusia berbeda dengan Tuhan, manusia adalah mahluk yang tercipta dengan kelemahannya, hati manusia mudah tergoda, mudah berubah, mudah terpengaruh oleh sesuatu yang jahat.... dan ketika manusia yang lemah hati ini mampu mengembangkan kekuatan yang sama dengan Tuhan, maka kehancuran adalah jawaban yang sudah pasti."  

Rolan menganggukkan kepalanya tidak membantah.  

"Kalau kau tiba-tiba saja tersembuhkan dari kanker otakmu, bukan hanya sembuh, tetapi kau juga diberkahi anugerah istimewa, bisa mengaktifkan sampai 95% dari kekuatan otakmu, apakah kau akan membawa dunia kepada kehancuran?" tanya lelaki tua itu.  

Pikiran Rolan melayang, terbang. itulah yang pertama melintas di pikirannya, kalau dia bisa terbang, dia akan mengajak Selly terbang, duduk di atas awan yang seputih kapas, dipenuhi perasaan hangat mendengar suara tawa bahagia Selly, Tetapi yang terpenting dari semuanya adalah dia bisa hidup, bersama Selly, mencintai Selly, dan mungkin bahkan dia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dunia baru bagi Selly, dunia yang indah, dan kehancuran tidak akan pernah ada dalam masa depannya.  

"Saya hanya akan menciptakan keindahan dunia untuk kekasih saya, sekuat tenaga saya akan menghindarkan kehancuran dari dunia ini, dengan kekuatan yang saya punya, jika memang saya bisa memilikinya."  

Lelaki tua itu tersenyum, dan wajahnya tampak begitu teduh,   "Istirahatlah nak, entah aku harus memberimu selamat atau menangisimu, entah kau ini beruntung atau sangat sial, kau akan terbangunkan sebagai manusia baru, dan semoga hatimu dikuatkan."  

Suara lelaki tua itu semakin lama semakin sayup dan kehilangan kesadaran tiba-tiba menyergap bagaikan kabut yang melingkupi Rolan, menelan pertanyaan terahkir yang muncul di benak Rolan,   Bagaimana lelaki tua itu bisa tahu bahwa dia mengidap kanker otak?  

***  

"Rolan,"  

Usapan yang sangat lembut itu, suara yang sangat dikenalnya itu lamat-lamat menusuk ketidaksadarannya, menggugahnya dari kegelapan yang menyelubunginya.  

Rolan berusaha bangun, berusaha menyingkap selubung itu, merobeknya, mengembalikan kesadarannya, dan matanya terbuka.   Selly duduk di sebelah ranjangnya, dengan tatapan penuh cintanya yang biasa, tetapi entah kenapa Rolan merasa berbeda, dia merasa luar biasa, sudah lama dia tidak merasa seperti ini....  

Ingatannya melayang kepada lelaki tua yang bercakap-cakap dengannya tadi, dengan segera dia menoleh ke ranjang seberang, dan terperangah ketika melihat ranjang itu kosong, rapi, seolah tidak berpenghuni sebelumnya.  

"Kenapa sayang?" Selly tampak bingung melihat perubahan ekspresi Rolan,  

"Lelaki tua yang disebelah.... dia pindah kemana...?" tanya Rolan gamang,   "Lelaki tua? tidak ada orang lain di kamar ini, sama seperti 6 bulan lalu, kau ditempatkan sendirian di kamar ini, sayang."  

Tetapi ingatannya tentang lelaki tua itu bukan mimpi, bukan main-main, dia masih ingat setiap patah katanya. dan Rolan yakin dia dalam kondisi sadar ketika bercakap-cakap tadi, tetapi Selly juga tampak serius dengan kata-katanya...   Rolan memegang tengkuknya, mencoba mengusir pikiran-pikiran yang mengganggunya,  

"Apakah aku sudah lama tertidur?"  

"Dari satu jam sejak aku datang tadi, tidur pulas, seperti bayi." ada senyum dalam suara Selly.  

"Kenapa kau tidak membangunkanku?"  

"Karena kau tampak sangat damai dan lelap sayang, sudah lama kau tidak tidur seperti itu, biasanya kau begitu gelisah... dan kesakitan." suara Selly bergetar, membayangkan kesakitan yang ditanggung Rolan dan ketidakmampuannya untuk membantu lelaki yang dicintainya, "Aku tidak mau mengganggumu."  

"Aku merasa sangat sehat." Dan Rolan tidak berbohong, dia merasa seolah-olah semua kesakitannya hilang, rasa nyeri di kepalanya tidak ada lagi, tubuhnya yang lemas, kakinya yang lunglai seakan-akan begitu kokoh, kuat...  

Selly tersenyum, tampak bahagia,   "Aku bisa melihatnya, dari pancaran wajahmu, dari matamu, kau memang tampak sehat."  

Tetapi bukan hanya sehat. Rolan merasa sembuh. sembuh sepenuhnya. Dan bahkan terasa lebih sehat daripada yang pernah dirasakannya seumur hidupnya. Ada yang aneh dalam dirinya, ada yang berubah tetapi Rolan masih belum tahu kenapa... apakah ini berhubungan dengan percakapan tadi siang yang entah khayalan atau kenyataan itu?  

Bahwa seandainya dia disembuhkan.... bahwa seandainya dia bisa mengaktifkan kekuatan otaknya hingga 95%.....  

Rolan tidak berani membayangkannya. Tetapi dia memutuskan untuk menguji dirinya sendiri.... nanti kalau dia sudah sendirian  

***  

Sementara itu di luar kamar Rolan, seorang lelaki tampan berpakaian hitam-hitam bersandar di tembok, mendengarkan percakapan Rolan dan Selly sambil tersenyum.

Dia setengah mencibir, membayangkan lelaki tua itu akhirnya menemukan penerusnya dan menyelamatkan kekuatannya.  

Rolan.... lelaki itu sekarang tampak lemah dan bodoh, tetapi beberapa saat lagi dia akan menjadi lawan yang tangguh, dan dia tidak sabar menunggu saatnya tiba. Dia sama sekali tidak merasa takut, karena dengan kekuatannya, dia akan bisa mengalahkan Rolan sama seperti dia bisa mengalahkan lelaki tua yang tidak berguna itu.  

“Tuan Gabriel.”

Seorang lelaki tua berpakaian hitam-hitam menyadarkannya dari lamunannya. Gabriel mengangkat alisnya, menatap pelayannya itu dengan galak.  

“Ada apa? Kenapa kau menggangguku?” gumamnya tajam.  

Sang pelayan tua menatap tuannya dengan gugup, “Mobil anda sudah siap, tuan.”  

Gabriel mendengus lalu menegakkan tubuhnya, tanpa berkata-kata berjalan melewati lorong rumah sakit itu, membuat sang pelayan tergopoh-gopoh mengikutinya.

Biarkan kali ini Rolan menikmati kebersamaannya dengan Selly, sebelum Gabriel akan datang lagi dan menghancurkan Rolan, lalu merenggut Selly, dan menjadikan perempuan itu “lima persen”nya....     

Bersambung ke part 1

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 4.2K 17
seorang remaja polos bernama calista kelas 12 sma menjadi babu di rumah keluarga kaya raya tapi ternyata bos nya menyukasi gadis remaja ini Rey seora...
346K 18.1K 31
Galla pratama seorang badboy cadell yang baru saja masuk sekolah barunya,dan dia sudah membuat masalah di sekolah barunya itu. * * * Ravindra adipta...
242K 228 11
CERITA SEKS GANGBANG BIKIN MEMEK BASAH
2.1M 231K 43
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...