Our Love Journey

By mslostinlove

1M 36.4K 1.1K

Berisi kumpulan cerpen random karya ©mslostinlove [tersedia juga cerpen side part Marriage with(out) Sex & Lo... More

Our Love Journey
Unrequited Love
Destiny
Jealousy
Congratulations?
Surprise!
It Was Always You
Fate
Cheesy, But It's True
Feels Like Home
Adela
The Mysterious Eyes
Madness
Once Upon a Time
Terima Kasih (Pt. 1)
Terima Kasih (Pt. 2)
Thanks
Untold
Mood Swing

Seduction [18+]

90.8K 2.1K 60
By mslostinlove

Seduction [18+]

Aku menatap pintu kamar mandi itu dengan gelisah.

Sumpah, bukan apa, tapi ini benar - benar akan menjadi hal ternekat yang aku lakukan seumur hidupku.

Pembicaraanku dengan salah satu sahabatku beberapa waktu lalu terus terngiang di benakku. Aku ingat bagaimana ia meyakinkan bahwa apa yang aku lakukan ini akan baik - baik saja, tapi ada beberapa pertimbangan lain yang membuat diriku dilanda dilema. Di satu sisi aku ingin melakukan ini, tapi bagaimana kalau...

Oke. Aku sudah memikirkannya terlalu lama. Dari seminggu yang lalu, kemudian sampai tidak bisa tidur selama dua malam belakangan. Aku menarik napas dalam. Tidak akan sulit, bukan? Aku sudah memikirkan ini jauh dari sekedar matang. Tapi overthink. Paranoid. Aku harus menentukan pilihan untuk melakukannya atau tidak, sekarang juga! Dan ini akan menjadi keputusan yang bulat.

Tidak lama kemudian ia keluar dari kamar mandi, dengan rambut setengah basahnya dan handuk yang melilit di pinggang. Seketika rasa gugup menyerangku. Jantungku berdebar beberapa kali lebih kencang dari sebelumnya. Aroma after shave dan mint yang menguar pun membuat diriku rasanya ingin segera berhambur ke dalam pelukannya sekarang juga.

"Hei, kok bengong?"

Ia tersenyum kecil sambil memerhatikanku--yang sedari tadi menatap tubuhnya intens secara terang - terangan.

"E--eh itu..."

Aku setengah mengira ia akan mencium bibirku saat ia berjalan mendekat, tapi rupanya ia hanya mencium keningku dengan lembut dan penuh perasaan.

"Kamu istirahatlah. Aku tahu kamu kecapekan."

"Iya. Tapi itu..." Aku kesulitan mencari kalimat hingga rasanya aku ingin tenggelam saja sekarang. Matanya menatapku dengan intens, menungguku untuk melanjutkan ucapanku. Sialnya, itu malah membuatku bertambah grogi.

"Apa?"

"Em itu!" ujarku dengan volume yang agak keras. Mati - matian berusaha menahan grogi. "Teh kamu udah aku siapkan di meja, ya."

Ia menatapku sesaat, lalu tertawa kecil. "Ya aku tahu, Sayang. Bukannya kamu memang selalu menaruhnya di sana setiap hari?"

Oh, crap. Aku menggigit bibir menyadari kebodohanku. Astaga, bukannya ia malah akan curiga nantinya?

"Aku hanya... ingin memastikan kamu akan meminumnya," ujarku setengah merutuk.

Ia mengangguk sambil memamerkan senyum mautnya dengan yakin. Jantungku rasanya langsung berhenti berdetak. Andai saja ia tahu... "Pasti. Teh buatanmu 'kan memang yang terbaik."

Akhirnya ia mengambil cangkir teh tersebut dan membawanya masuk ke dalam ruang kerjanya.

Sementara aku, berdoa supaya semuanya berjalan dengan lancar...

***

Aku mematut diriku di depan cermin. Memerhatikan setiap jengkal tubuhku dan harus kuakui, pilihan sahabatku ini tidak buruk juga.

Warna merah terangnya kontras dengan kulitku yang putih. Dan bentuk branya mampu mengangkat payudaraku dengan sempurna, sehingga terlihat lebih besar dan berisi.

Tapi lagi - lagi, aku dilanda dilema. Aku tidak seberani itu untuk melakukan ini... Aku bahkan tidak bisa menebak apa reaksinya nanti. Berbagai kemungkinan buruk silih berganti berputar - putar dalam pikiranku. Bagaimana jika ia marah? Menolak? Kecewa?

Ya. Namun bagaimana aku bisa tahu, jika aku tidak mencobanya? Mungkin jika bukan sekarang, aku tidak memiliki kesempatan lagi lain kali.

"Percayalah, reaksinya akan bagus."

Begitu kata sahabatku.

Argh... tapi... bagaimana ini?!

Sebelum aku sempat berpikir lebih jauh lagi, dari luar terdengar adanya suara langkah kaki yang mendekat. Mau tidak mau, aku segera mematikan lampu hingga yang tersisa hanya lampu remang, lalu naik menuju tempat tidur dan menunggu... sambil mempersiapkan diri.

Ceklek.

Lalu di sanalah ia berdiri. Ia mengenakan kaus berwarna navy blue--yang tadi senpat aku siapkan untuknya--dan hanya berdiri mematung... dengan pandangan kosong. Sedetik kemudian, tatapannya pindah ke arah tubuhku, menelusuri dengan matanya yang tajam.

Seketika aku merinding.

Tatapannya sulit diartikan. Namun yang jelas, matanya tidak berhenti menelusuri tubuhku. Apakah karena pencahayaannya remang dan aku yang salah mengartikan tatapannya? Atau... karena posisiku aneh?

Aku pernah membaca artikel di salah satu majalah, bahwa ini merupakan gaya yang bisa membuat libido lelaki meningkat. Gayanya mirip seorang bintang porno--menumpukan sisi kepala ke salah satu tangan yang menekuk, kaki sedikit disilangkan, dan tubuh dicondongkan. Plus, sambil menggigit jari.

Sebetulnya, menggigit jari itu murni ide dariku sendiri dan tidak sengaja kuterapkan. Karena saat ini aku gelisah setengah mati. Aku merasa bagaikan perempuan murahan.

Bagaimana jika ia menolakku? Bagaimana jika ia justru akan membenciku karena ini?

"Kamu..."

Suaranya mendadak membuyarkan lamunanku.

"Hello, Tiger." Aku tersenyum semenggoda mungkin--sesungguhnya aku tidak tahu dari mana mendadak munculnya keberanian ini. Tapi aku bersyukur, setidaknya suaraku tidak berakhir seperti tikus kejepit. "Come, please?" pintaku manja.

Ia terpaku. Seperti sedang mencoba untuk mendapatkan akal sehatnya kembali.

Sebelum ini semua menjadi terlambat, aku beranjak berdiri. Dengan perlahan, kudekati dirinya sambil mencondongkan tubuh ke arahnya.

"I want you..." bisikku di telinganya.

Karena tidak ada respon, aku menggigit telinganya gemas. Sekilas aku mendengar geramannya.

"Ja...ngan... Nanti... ka...mu..."

Aku mendongak. Aku bersumpah, suaranya seksi sekali barusan. Suara serak yang bercampur dengan desahan. Suaranya juga terdengar lebih rendah dan dalam dari biasanya. Lalu aku melihat bulir - bulir keringat kecil yang mulai muncul di dahinya.

Aku langsung tersenyum lebar. Ini berarti obat tersebut bekerja dengan baik! Sedikit lagi, dan aku pasti berhasil...

"Ng...gak... please..."

Tangannya melepaskan jemariku yang tengah menelusuri dada serta perutnya yang liat. Aku bisa melihat adanya ketegasan di matanya, di samping adanya kabut gairah. Aku tahu ia sudah terpancing.

Well, kita lihat saja seberapa jauh ia bertahan.

"Tiger..." Aku mengecup sepanjang rahangnya, lalu beralih ke belakang telinganya. "Show me... how much you want me..." bisikku.

Aku mendengar geramannya yang dalam. Uh, seksi.

"No..."

Ya ampun, mengapa ia harus menahan diri, sih?

Aku tersenyum menggoda. Kali ini aku mengecup sepanjang lehernya sambil tanganku menelusuri ototnya dari balik kausnya. "I want you... to fuck me hard. Tunjukkan seberapa liarnya dirimu, Tiger."

Ia diam saja. Hanya terdengar desah napasnya yang kasar. Meski begitu, aku sudah hampir berhasil dan aku hanya perlu melakukan jurus lainnya...

Aku meremas pelan kejantanannya.

Matanya langsung melebar. Tatapannya tersebut langsung membakarku hingga aku bisa merasakan sesuatu yang basah keluar dari dalam inti diriku.

Aku menjerit kencang saat ia mengangkatku tiba - tiba, lalu menubrukkan punggungku ke tembok dengan sedikit kasar. Tubuhnya menempel dengan tubuhku, napasnya memburu.

Lalu tatapan matanya... Wow. Sekarang ia sudah sepenuhnya bergairah. Kabut yang tebal, bersamaan dengan adanya api besar di sana. Aku tahu sekali tatapannya. Dewi batinku sedang terkikik senang melihatnya yang biasanya penuh kendali, sekarang nampak tidak mampu mengontrolnya lagi.

Ia menggeram rendah. Tanpa babibu, ia melumat bibirku dengan rakus sambil terus menekanku ke arah tembok. Gairahnya begitu besar. Aku seperti melihat seseorang yang bukan dirinya saat ini. Ia begitu bertenaga, liar, buas...

Ereksinya menekan pusat tubuhku, sembari dia menggigit bibir bawahku, menjilatnya, lalu melumatnya lagi. Wow... aku menyukai sisi liarnya. Ia terus menerus menekanku, sambil tangannya sekarang meremas dengan kasar bagian manapun dari tubuhku yang bisa ia sentuh dan itu membuatku menjerit kencang.

Beralih ke leherku, ia memberi ciuman yang tak terkendali sambil menghisap dan menggigit sesukanya. Gigitannya cukup kasar, namun anehnya aku menyukai itu.

Oh... rutuki aku yang sekarang sudah berubah seperti seorang masochist.

Aku meremas rambut tebalnya seiring temponya yang bertambah ganas. Tangannya sekarang menyentuh payudaraku dari luar lingerie, lalu ia menggeram kesal.

"Easy, Tiger..." ujarku sambil tertawa.

Namun selang beberapa detik, aku mendengar suara sobekan--aku yakin ini berasal dari lingerieku yang sekarang sudah jatuh tak berdaya di lantai kamar. Ada sedikit rasa tidak rela karena aku mencarinya dalam waktu beberapa jam, sedangkan ia menyobeknya hanya dalam sekian detik.

Kemudian ia menarik braku dengan kasar ke atas, tanpa melepaskan kaitannya. Aku menjerit kecil merasakan sesak karena bra tersebut menekan bagian atas payudaraku, namun apa dayaku? Ia sudah sepenuhnya dipengaruhi gairah.

Ia menggigit payudara kananku sambil meremas payudara kiriku dengan kencang.

"Ah!" jeritku sambil menekan kepalanya lebih dekat lagi.

Bagian tersebut memang rasanya masih sakit dan penuh akibat air susu, dan aku bersyukur ia tidak menghisapnya. Menurut dokter, dikhawatirkan susunya menjadi tidak steril untuk sang bayi--

"Ahhh!" teriakku kencang saat tiba - tiba jemarinya masuk ke inti diriku tanpa melepaskan celana dalamku. Ia hanya menggesernya sedikit ke samping sehingga ia bisa menyentuhnya. Tidak tanggung - tanggung, ia mencari klitku dan menjepitnya hingga rasanya aku ingin menangis karena nikmat.

Ia mengeluarkan tangannya. Menggantungku yang hampir mencapai pelepasan. Aku bisa melihat cairanku memenuhi jari tengahnya, sebelum ia menghisapnya hingga bersih. Ia terlihat luar biasa seksi... membuatku semakin tidak sabar.

Tatapannya tampak memburu, sebelum ia melepaskan resleting celananya dengan kasar. Suhu tubuhnya yang panas menekan tubuhku yang menjadi ikut merasakan panas luar biasa. Apalagi tatapan matanya yang tajam, langsung membakar seluruh tubuhku tanpa terkecuali.

Ia mengangkat tubuhku sehingga refleks aku melingkarkan kakiku di pinggangnya. Dengan mudahnya, ia merobek celana dalamku dan dalam satu sentakan--

"Ahhhh!!!" jeritku dengan sangat sangat kencang, dibarengi dengan geramannya yang sama kencangnya.

Ia menggerakkan tubuhnya dengan gerakan cepat tidak terkendali, membuat punggungku bergesekan dengan tembok. Ia mencecap belakang telingaku dan menggigitnya setiap kali aku menarik rambutnya kasar.

Wow. Sepertinya di sini bukan hanya aku yang masochist, tapi dia juga.

Dan rasanya memang tiada duanya, saat tanpa sengaja aku melihat bayangan kami berdua di cermin. Dengan atasannya yang masih lengkap, sementara aku dengan dalaman yang sudah sobek. Punggungnya yang lebar dan ototnya yang berkontraksi setiap ia memompa di dalam diriku, dan mulutku yang terbuka akibat gairah.

"C'mon, Tiger." Aku menekan kepalanya yang saat ini sedang bermain dengan leherku. "Harder."

Astaga. Dari mana keluarnya kata - kata tersebut? Aku terdengar seperti seorang jalang.

Dan rupanya ia mendengarkan dengan baik, karena ia menggeram lalu menambah temponya lebih kencang lagi seperti tiada hari esok. Jemariku mencengkram bahunya--berusaha untuk mencari pegangan dan pelampiasan saking nikmatnya.

Well, aku sama sekali tidak keberatan bercinta dengannya yang kasar seperti ini. Dengan kelembutan yang biasa ia membuatku merasa dicintai, sedangkan dengan keliarannya ia membuatku merasa diinginkan dan didambakan.

Aku menarik rambutnya yang basah akibat peluh dan menelusuri leher serta bahunya yang sama basahnya. Suhu tubuhnya panas. Kausnya sampai basah kuyup akibat keringatnya yang menyeluruh, sehingga dengan begini aku bisa melihat tubuhnya yang kekar.

"Sedikit lagi, Tiger," engahku sambil setengah mencakar punggungnya. Semakin mendekati klimaks, mulutku tidak hentinya mengeluarkan berbagai desahan dan jeritan yang menurutku sangat memalukan.

Kewanitaanku berkontraksi. Aku tahu hanya beberapa detik lagi aku akan mencapai pelepasanku...

"Aaahhhhhh!!!!!"

Aku menjerit sambil menancapkan kuku di punggungnya yang lebar. Ia hanya menggeram sebagai reaksi, namun masih terus saja memompa untuk mencari pelepasannya sendiri.

Sementara aku, dengan lemas bertumpu pada tubuhnya. Pelepasan barusan memang sangat dahsyat dan melelahkan. Mungkin aku harus sering - sering memberinya obat perangsang supaya aku bisa melatih staminaku untuk lebih kuat lagi, kikikku.

Untung saja tangannya yang besar menahan tubuhku. Hingga pada satu titik ia menegang, kemudian mengeluarkan cairan hangat ke dalamku disertai geraman panjang nan seksi. Tubuhnya terengah - engah, dan peluh sudah membanjiri sekujur tubuhnya.

Entah karena efek obat atau bukan yang membuatnya lebih kepanasan. Atau karena aksi liarnya? Bahkan keduanya?

Baru saja mataku hendak tertutup, aku merasakan tubuhku diangkat menuju tempat tidur. Dengan cepat ia melepaskan kaus dan celananya yang basah.

Kembali tanpa aba - aba, ia memasukiku dengan satu sentakan... sambil menghisap payudaraku dengan kencang.

...Dan aku bisa merasakan adanya air yang keluar dari sana.

Oh, maafkan Bunda, Kyle...

***

Hello, I'm back. Setelah kurang lebih satu setengah bulan nggak pernah update ini.

Entah kenapa saya lagi iseng bikin adegan kayak begini. Apalagi ini siang2 di musim kemarau yang panas...

Oh ya. Ada yang bisa menebak kira2 cerita ini terjadi pas kapan? Kira2 si Fany melakukan ini untuk apa ya?

Angel,
29.07.15

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 40.7K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
16.1M 529K 30
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
742K 34.4K 65
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
4.5M 169K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...