#1 | Love in Chaos [Sudah Ter...

By yennymarissa

3.6M 234K 9.3K

[Sudah tersedia di toko buku terdekat. Sebagian part sudah dihapus.] "Jadi kalau nggak ada halangan, kita aka... More

Part 2 - Masa Lalu
Part 3 - Pertemuan
Part 4 - Kebetulan (1)
Part 4 - Kebetulan (2)
Part 5 - Pria Menyebalkan!
Part 6 - Before Wedding
Part 7 - The Wedding (1)
Part 7 - The Wedding (2)
Part 8 - New Life
Part 9 - Berusaha Dekat?
Part 10 - Ketahuan?!
Part 11 - Konferensi Pers
Part 12 - Kacau
Part 13 - Setitik Rasa?
Part 14 - Makan Siang
Part 15 - Late Honeymoon (1)
Part 15 - Late Honeymoon (2)
Part 16 - Kecupan Rasa Vanila
Part 17 - Bersama Kamu
Part 18 - Awal yang Baru
Part 19 - Cerita tentang Mereka
Part 20 - Kita
Part 21 - Dia yang Kembali
Part 22 - Kebohongan
Part 23 - Menahan Amarah
Part 24 - Bahagia
Part 25 - Aku dan Kamu
Part 26 - Fakta Menyakitkan
Part 27 - Menghindar
Part 28 - Dia Berubah
Part 29 - Merasa Bodoh
Part 30 - (Bad) Good News?
Part 31 - Alasan Sebenarnya
Part 32 - Sebuah Keputusan
Part 33 - Menyakitkan
Part 34 - Hati yang Remuk
Part 35 - Sesak yang Pekat
Part 36 - Kehilangan yang Menyakitkan
Part 37 - Masih untuk Kamu (End)
Hanya Kamu
Vote Cover dan Informasi
Informasi Pre Order
Hari Terakhir Pre Order
Give Away Time!

Part 1 - Olin dan Arjuna

298K 10.7K 197
By yennymarissa

Vote and comment :D

---------


Olin segera berlari ke dalam rumahnya saat mobil yang dikendarainya sudah sampai di parkiran rumahnya. Perempuan itu berlari tergesa-gesa saat sang Mama meneleponnya dan mengatakan padanya ada hal penting yang akan dibicarakan dengannya. Tapi setelah hampir satu jam berada di rumahnya, Mamanya belum juga mengutarakan tujuannya dan malah hanya membicarakan hal-hal yang membuatnya memutar kedua bola matanya malas.

"Ma, jadi sebenernya ada apa? Aku langsung ninggalin kantor, waktu Mama telepon dan bilang kalau ada hal penting yang mau Mama bilang ke aku."

Olin melihat sang Mama tersenyum kikuk, tapi kemudian menjawab pertanyaannya dengan sebuah pertanyaan juga, "Kamu kenal dengan Arjuna Prasetya?" tanya Mamanya jelas dengan nada sedikit ragu di dalamnya.

Olin mengangguk. Jelas saja dia kenal dengan penyanyi yang sedang naik daun itu. Hanya orang yang tinggal di luar angkasa-lah yang tidak mengetahui pria itu dan dirinya tidak jelas tidak termasuk di dalamnya. "Kenal, Ma. Dia itu idolanya si Jean." Olin menyebut nama salah satu sahabatnya yang sangat mengidolakan penyanyi bernama Arjuna Prasetya itu.

"Oh ya?"

Olin mengangguk lagi. "Emang kenapa, Ma?"

Mamanya tersenyum riang. "Dia itu anaknya temen Papa loh."

Olin mengerutkan keningnya. Lalu kenapa kalau pria itu anak dari teman Papanya? "Jadi?"

"Lin..." Panggil sang Mama.

Olin mendongak menatap wajah Mamanya yang terlihat sangat ingin mengatakan sesuatu. "Yes, Mom. What's wrong?"

"Papa dan Mama punya rencana untuk menjodohkan kamu dengan Arjuna."

Olin mengerjapkan matanya sekali... dua kali... tiga ka- apa tadi kata Mamanya? Menjodohkan?! Dengan siapa?!

"Are you kidding me?" tanya Olin dengan mata yang sudah hampir lepas dari tempatnya.

"Dia anak yang baik loh, Lin. Ganteng dan mapan. Dua hal yang bisa dipertimbangkan untuk dijadikan calon suami," jawab Mamanya pelan. "Lagian umurmu udah cocok buat berumah tangga."

Olin memijit-mijit pelipisnya pelan. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat berat sekarang. "Jadi Mama nyuruh aku pulang hanya untuk bicara omong kosong kayak gini?"

Mamanya mulai melotot. "Ini bukan omong kosong, Lin. Ini buat kebaikan kamu."

"Umurku bahkan baru dua puluh lima tahun, Ma. Dan aku akan pastikan bisa mencari calon suami sendiri."

Kali ini Mamanya menghela napas. "Sahabat-sahabat kamu bahkan udah mempunyai keluarga kecil sekarang. Jean sama Vio udah bahagia dengan pasangannya masing-masing. Apa kamu nggak mau merasakan hal seperti mereka?"

"Aku mau, Ma. Cuma perempuan nggak normal yang nggak mau merasakan hal seperti itu. Tapi nggak sekarang dan juga nggak dengan cara seperti ini."

"Dia nggak akan kembali untuk kamu."

Perkataan tiba-tiba dari Mamanya itu membuatnya terguncang hebat. Membicarakan orang itu adalah hal terlarang di depannya, tapi sekarang Mamanya mengatakan itu seolah-olah hanya sedang mengatakan tentang makanan kesukaannya.

Olin mencoba untuk menahan emosinya. "Aku tau."

"Karena itu nggak ada salahnya untuk mencoba kan?" baru saja Olin ingin menjawab pertanyaan itu, suara Mamanya kembali terdengar, "Papamu sangat menyukai Arjuna untuk jadi menantunya, Lin. Setelah bertemu tiga hari yang lalu saat ada pesta di rumah mereka, Papa nggak pernah berhenti membicarakan Arjuna. Mama bisa lihat kalau Papa sangat menginginkan Arjuna untuk menjadi pendamping kamu. Mama tau kamu udah dewasa, udah bisa menentukan pilihanmu sendiri. Mama dan Papa pernah mengalah saat kamu lebih memutuskan untuk jadi arsitek daripada pengacara, tapi sekali ini saja tolong penuhi permintaan kami, Lin."

Olin mendengar suara yang sarat akan permohonan itu, ditambah lagi dengan pandangan yang sangat memohon padanya. Dia tidak pernah menyukai tatapan memohon dari Mamanya ini, tatapan yang pernah diberikan pada Papanya bertahun-tahun yang lalu sehingga membuat Rendra -adiknya- pernah terluka.

"Aku bahkan nggak mengenal siapa Arjuna-arjuna itu, Ma," ujar Olin pelan.

Senyum Mamanya tiba-tiba merekah. "Justru itu kamu perlu bertemu dengan dia, biar kalian bisa saling mengenal."

Olin menghembuskan napasnya keras-keras. "Aku nggak tau dan aku nggak ingin menjanjikan apapun sama Mama."

Mamanya terdiam kembali. "Apa susahnya mengenal pria seperti Arjuna, Lin? Hampir semua perempuan di negara kita mengidolakan dia bahkan Mama rasa ada yang berharap bisa menjadi pendampingnya. Tapi kenapa kamu menolak?"

"Karena aku hanya ingin menikah dengan orang yang aku cintai dan mencintai aku, Ma."

"Tapi orang itu sudah meninggalkan kamu tiga tahun yang lalu," balas Mamanya cepat.

Kali ini Olin memberanikan diri untuk menatap tajam sang Mama. "Aku nggak suka Mama bahas-bahas dia."

"Mama harus membahas dia biar pikiran kamu terbuka."

"Mama!" Tepat saat Olin berteriak pada Mamanya, suara bunyi pintu terbuka membuat keduanya berpaling.

"Loh, Mbak. Tumben pulang ke rumah?" Pertanyaan itu muncul dari adik semata wayangnya. Narendra Diondrano.

Melihat keduanya masih terdiam dengan raut wajah yang sulit ditebak, membuat Rendra kembali bersuara, "Ini ada apa sih? Kok kayaknya tegang banget."

"Nggak apa-apa. Kamu kok tumben udah pulang?"

"Cuma mau ngambil berkas yang ketinggalan, Ma. Aku naik dulu ya."

Sepeninggal Rendra, Olin kembali menatap sang Mama. "Mama udah janji nggak akan bahas tentang dia lagi."

Mamanya menghela napas. "Oke. Mama minta maaf. Tapi kamu harus pertimbangkan permintaan Mama dan Papa. Kami hanya mau yang terbaik untuk anak perempuan kami. Kamu mau kan?"

Olin menghela napasnya sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Kapan aku harus ketemu dengan si Arjuna itu?"

+++++

"What?!?!"

"Cuma kenalan aja, Jun. Ini permintaan Papa loh."

"Ma, umurku masih dua puluh delapan tahun dan Mama minta aku buat nikah dengan cara dijodohin pula," gerutu Arjuna. Saat ini dia sedang istirahat di apartemen-nya karena tidak ada jadwal manggung tapi Mamanya justru membawakan kabar mengejutkan untuknya.

Mamanya terkekeh pelan. "Olin itu anaknya baik loh, Jun. Mama pernah ke rumahnya waktu itu, anaknya sopan banget."

"Tapi Mama tau kan kalau aku masih ada kontrak kerja?"

"Kontrak kerja kamu nggak melarang kamu untuk menikah kan?"

Arjuna menutup kedua matanya dengan berat. Kenapa Mamanya selalu benar? "Iya, tapi aku nggak mau denger penggemarku kecewa karena aku udah nggak available lagi."

Mamanya memukul dahi Arjuna. "Di umurmu yang sekarang ini, Papa bahkan udah gendong kamu waktu itu."

"Itu kan jaman dulu, Ma," lagi-lagi Arjuna menggerutu.

"Kamu nggak akan nyesel kenal sama dia. Olin itu bukan cuma baik dan sopan, tapi juga cantik dan seksi. Dia bahkan arsitek muda yang udah sukses dan terkenal."

Mata Arjuna menyipit mendengar perkataan sang Mama. Cantik dan seksi? Sedangkan Mamanya menatap Arjuna sambil mengulum senyum. Jika sudah mendengar dua kata itu, anaknya ini pasti langsung berpikir dua kali.

"Kamu mau kan?"

"Mama yakin dia cantik dan... seksi?" tanya Arjuna sambil meliukkan kedua tangannya seperti membentuk sebuah gitar.

Dasar Arjuna ini, persis seperti Papanya. "Ya, Mama yakin."

"Really?"

Mamanya hanya mengangguk semangat sambil tersenyum lebar. "Pasti."

Arjuna tersenyum dalam hati. Kalau Olin-olin itu memang cantik dan seksi tidak ada salahnya kan berkenalan dengan perempuan itu. Setidaknya sedikit beramal dengan memberikan perempuan itu wajah dan juga penampilannya yang sangat mempesona.

"Jadi kapan aku harus ketemu si Olin itu?"

+++++

Continue Reading

You'll Also Like

160K 23.6K 44
[COMPLETE] Tewasnya Helena yang masih menjadi misteri membuat Aska berusaha untuk mencari tahu siapa pelaku pembunuhan atas kematian kakak kandungnya...
189K 12.8K 62
[Complete] Jatuh cinta itu mudah, tapi risikonya yang terlalu besar. Membagi kasih juga menyenangkan, tapi memulihkan lukanya yang sulit. Tapi ten...
862K 67.3K 35
[Sudah terbit dan bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku terdekat atau WA ke nomor : 0857 9702 3488] Aldeo punya mantan namanya Sandria. Sedangkan...
411K 64.4K 37
Anna selalu merasa cukup. Baginya, hidupnya yang sederhana sudah sangat sempurna. Bukan harta berlebih yang membuatnya bahagia, melainkan saat ia mam...