LOVEIAN

By milkymiuw

17.1K 3.3K 1.1K

Hanya kisah percintaan dua anak manusia, Lovely dan Julian. Tentang bagaimana mereka saling berkenalan, terik... More

Disclaimer!
Prolog
1 || Love; Everyone's Crush
2 || Brother and Sister
3 || He Miss Me?
4 || Curious Cat
5 || Tantrum Everytime
6 || The Answer
7 || Good Student and Good Boy
8 || Mom and Her Dedication
9 || Don't Bite Your Lips!
10 || Sweet Good Bye
11 || Sweet Good Bye II
12 || Time Passed
13 || Something Has Changed
14 || Heartbreak and Tears
15 || Misunderstanding
16 || Your Lips On Mine
17 || Love's Boyfriend
18 || He's The Unpredictable One
19 || Talk, Kiss, and Jealous
20 || Biggest Weakness
21 || Boyfriend Material
22 || A Kiss As A Gift
23 || His Apartment
24 || This Is My Life
25 || Surprising Fact
27 || Happy Days
28 || Bad Feeling
29 || New Job
30 || Our Problem I
31 || Our Problem II
32 || Ian; Broken Hearts

26 || Happiness and Sadness

385 83 20
By milkymiuw

Baru kemarin gue berpikir setiap hubungan pasti ada cobaanya. Dan gue berdoa gue sama kak Julian selalu baik-baik aja dan langgeng sampai kapanpun. Ternyata memang ada aja hambatannya.

Cinta gue dan kak Julian terhalang restu orang tua ternyata.

Itu parah banget nggak sih?

Masalahnya bukan dari gue dan kak Julian tapi dari orang sekitar kita. Apalagi ini orang tua, papanya kak Julian.

Padahal gue pikir om Daren suka sama gue dan merestui hubungan gue. Ternyata salah.

Gue ternyata cukup bodoh dan enggak peka soal semua yang dilakuin om Daren. Membawa dokter Sandra ke rumah, lalu kak Julian dan apartemen barunya. Juga sering kali ngajak kak Julian pergi tiap akhir pekan.

Kemarin kak Julian bilang dia pergi keluar kota juga bersama papa dan dokter Sandra.

Apa saat itu kak Julian tau tujuan om Daren selalu melibatkan wanita itu selain title-nya sebagai senior kak Julian?

Entahlah. Karena sekarang gue bisa berpikir dewasa-yah gimana gak bisa gue terus-terusan berpikir seperti anak kecil kan?

Gue enggak menyalahkan om Daren dan enggak benci sama beliau juga. Apa yang om Daren lakukan pastilah dia berpikir itu yang terbaik untuk kak Julian.

Sama seperti mama, orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Meski itu artinya gue bukanlah yang terbaik di mata om Daren.

Sedih ya?

Padahal beberapa waktu yang lalu gue semangat berapi-api mau membuktikan kalau gue punya tekad dan keinginan gue pasti melakukan sesuatu yang membanggakan.

Gue juga mau buktiin kalau gue tuh enggak buruk-buruk amat kok bersanding sama kak Julian.

Sayangnya hari ini gue terlampau lemes. Padahal mau bimbingan sama pak Arjuna, tapi rasanya males banget.

Tidak Lovely!!! Mari kita usahan lulus 3,5 tahun ini!!

"Jadi bimbingan ke kampus, Love?"

"Iya, kak Ian masih libur ya?"

"Heem, aku di rumah. Harusnya tadi kamu bilang ke aku biar bisa aku anter ke kampus."

Gue tersenyum. Kak Julian kedengerannya santai seperti hari biasanya. Gue senang dia enggak menjauh dari gue.

"Udah sampai kampus kok. Aku cuma mau bimbingan doang kak Ian. Nggak ngapa-ngapain kok. Ribet nanti kalau kakak bolak-balik."

"Kan bisa aku tunggu."

"Iya deh yang pengangguran."

"Hahaha! Semangat sayangku. Bilang ke dosenmu nggak usah macem-macem. Takut pacarnya ngamuk."

Gue tertawa. Ya ampun kak Julian bisa banget bikin mood gue naik deh.

Dia emang tau gue bimbingannya sama pak Arjuna. Awalnya kesel dan cemburu lah. Keliatan banget pokoknya, ditunjukin ke gue kalau dia gamau gue deket-deket sama pak Arjuna.

Gak lama kak Julian sadar. Dia emang pinter mengatur pikirannya sendiri. Gue cuma bimbingan soalnya.

"Awas aja kalau dia mempersulit kamu. Aku nggak akan tinggal diam." Begitu katanya waktu itu.

Haha! Mana ada! Justru pak Arjuna yang sangat amat membantu gue dalam tugas akhir ini.

Tok! Tok! Tok!

Gue mengetuk pintu di depan gue. Melirik ke arah pergelangan tangan, sekarang pukul 1 siang. Di luar panas gue belain ke kampus demi menyelesaikan tugas akhir gue ini.

Gak ada sahutan. Gue sekali lagi mengetuk pintu itu.

"Pak Arjuna nggak ada kah?" gumam gue.

Padahal janjiannya jam satu siang. Gue sekali lagi memastikan pesan pak Arjuna kemarin.

Bener kok, jam 1 siang katanya suruh nemuin di ruangannya. Apa masih di luar ya? Kali aja belum selesai makan siang.

Gue akhirnya duduk di depan ruangan beliau. Ada kursi panjang tuh gue buka laptop sambil sedikit ngecek-ngecek skripsi gue.

Lima menit

Sepuluh menit

Gue akhirnya mutusin buat kirim pesan lagi. Salah gue sih harusnya tadi pagi bilang lagi ke beliaunya.

Gak lama sama pak Arjuna dibales.

Pak Arjuna
Bentar ya Lovely, saya sedang makan siang di luar. Ditunggu ya...

Fuh oke deh. Jadi begitu ceritanya. Yah gapapa lah sekali-sekali ngerasain nunggu dosen.

Soalnya kemarin-kemarin tuh pas banget pak Arjuna ada di ruanganya. Dia sibuk dengan setumpuk pekerjaannya.

Ada kali gue menunggu selama tiga puluh menit lebih. Pak Arjuna baru datang dan mempersilahkan gue masuk.

"Udah lama kamu di sini?"

"Sejak jam satu kurang, pak."

Wajah pak Arjuna kelihatan menyesal.

"Kamu udah makan siang?" tanyanya.

Gue niatnya sih mau makan siang habis bimbingan. Karena gue pikir gak bakalan lebih dari satu jam. Ternyata nunggunya yang lama. Tau gitu makan dulu tadi.

"Belum?" pak Arjuna menebaknya dari kebungkaman gue.

"Eh nanti... habis ini saya mau jajan kok pak."

Pak Arjuna nyodorin sesuatu ke atas meja. Gue mengernyitkan alis. Itu kayaknya kotak makanan?

"Saya beli ini buat mama. Nanti saya beli baru aja waktu pulang, sekarang keburu dingin. Buat kamu aja, Lovely."

"Tapi pak-"

"Sebagai tanda permintaan maaf. Andai saja kamu nggak ngirim pesan ke saya tadi, saya sudah lupa hari ini ada janji."

"Bapak nyuruh saya bimbingan sambil makan?" ceplos gue.

Pak Arjuna mengangguk.

Mana bisa gituuuu!!!

Inimah gak ada kata pak Arjuna ganggu, mempersulit atau macem-macem. Yang ada gue di treat better!!

•••

"Woi woi adik dicariin pacar lo nih!"

Gue baru aja masuk ke dalam rumah. Buka sepatu dan kaos kaki. Bang Haikal udah nyerocos aja.

Gue yang tadinya menatap bang Haikal tajam berubah menjadi lembut saat menatap kak Julian.

Gak cuma kak Julian doang ternyata, di sini juga ada kak Gigi. Dia nemenin bang Haikal main game atau entahlah mungkin ngobrolin soal tunangan?

Eh itu kan masih rahasia! Syuttt.

Gue nggak boleh ember duluan. Nanti kalau dikasih tau, gue harus excited pokoknya!

"Kak Ian!!"

Gue berlari menghambur ke pelukan cowok itu. Kak Julian menerima tubuh gue dengan mudahnya. Tenggelam badan gue kalau dipelukan kak Julian tuh.

Ah kangennya!

Tak!

Baru enak-enak pelukan, gue kaget ada suara klotak barusan. Kak Julian meringis, barusan abang gue ngelempar remot ke pundaknya.

"Abang!!"

"Udah ngapa dah! Pelukan lama-lama kaya orang gak pernah ketemu aja."

"Emang!" ketus gue. "Iri aja lo yaa! Kak Gi tolong cowokmu itu dikurung aja sana! Huuu!"

Gue melepaskan pelukan dari kak Julian. Kak Gigi ketawa karena ucapan gue barusan sementara bang Haikal mendengus.

"Kok pada kumpul di sini sih, ada apa?" tanya gue penasaran.

"Aku ke sini bawain kamu makan. Gataunya malah diseret main game ke sini."

Hmm abang gue memang ya keterlaluan!

Tapi makanan yang dibawa kak Julian. Itu ayam goreng tepung kesukaan gue. Kak Julian juga suka karena rasanya asin, jadi kita sering menikmati bersama ayam satu ekor itu.

Tapi gue udah kenyang. Tadi gue beneran makan di ruangannya pak Arjuna. Unbelivable!

Pas gue nolak lagi, beliau bilangnya gini.

"Memang kamu yakin bisa mencerna ucapan saya kalau perut kamu kosong begitu?"

"Penting kan otak saya enggak kosong pak."

Mau gue jawab gitu tapi gajadi. Mau nolak lagi takut jadi akward karena bakalan jadi ketiga kalinya gue nolak.

"Love? Enggak mau?" tanya kak Julian membuka box itu dan memperlihatkan makanan yang dia bawa.

Hmm yummy! Terlihat sangat amat menggoda.

"Iya aku makan!" ucap gue senang.

Baru mau gue ambil tuh. Baru juga tangan kak Julian ngambilin buat gue, tangan bang Haikal secepat kilat bergerak.

"Nah gitu dong dibuka, harus banget nunggu Lovely balik." katanya mencomot bagian paha.

"Haikal, kamu!" Kak Gigi nepok pundak bang Haikal keras.

"Nyebelin banget lo bang!" ketus gue.

"Hmm nyam nyam! Thanks Jul!"

Gue yakin nih bang Haikal dari tadi ngincer bagian paha. Dan kak Julian belum mau ngebuka sebelum gue dateng karena dia mau gue yang makan.

Gue mau marah lagi tapi seketika inget waktu bang Haikal sama bicara mama di kamar waktu itu.

Tingkah bang Haikal emang sekonyol ini, siapa sangka waktu itu dia menangis dan mencurahkan perasaanya sama mama.

Dia orang yang sensitif. Kak Gigi yang tahu bang Haikal lebih dalam dibanding gue yang adiknya.

"Love?" Kak Julian ngasih gue paha yang sebelah.

"Makasih ayang!!"

Sebenernya gue udah kenyang. Tapi gapapa deh satu potong doang. Apalagi ini paha favorite gue loh. Kak Julian selalu ngasih dua-duanya buat gue hahaha!

"Kata tante Tasya ada makanan aku, mana Love? Kamu enggak anter ke rumah?"

Gerakan gue mengunyah ayam terhenti. Mau jawab jadinya kelabakakan gue.

"Eh? Itu kemarin tumpah di depan rumah waktu mau aku anterin."

Gak mungkin gue bilang gak jadi dianter gara-gara gue nggak ngetok pintu dan masuk rumah.

"Besok dibuatin lagi! Sama bang Haikal tuh!"

"Kok gue?!" Haikal melotot.

Kak Gigi ketawa. Dia mengusap minyak di bibir abang gue. Habis gitu abang gue langsung kicep alias bungkam.

Gue yakin tuh mau merengek, "ayangggg!" gitu!

"Kenapa enggak kamu aja yang masakin buat aku sayang?"

"Kak Ian libur sampai kapan?" tanya gue mengalihkan topik pembicaraan.

Kak Julian tertawa. Paling bisa gue ngalijin topik kalau udah urusan masak memasak gini haha. Gak bakat sumpah. Gue bakatnya makan doang.

"Biasa aja sayangku." Kak Julian nguyel uyel pipi gue dengan tangan kirinya. Yang kanan kotor soalnya bekas ayam.

"Hehe!" Enaknya dimanja sama kak Julian gini.

"Ough! Stop lo berdua!" Mulai dah tuh rasa irinya keluar. "Gue punya pengumuman penting!"

Apa nih? Bang Haikal beneran mau ngumumin sekarang?

Gue lihat kak Gigi juga tersenyum bahagia. Dia meluk erat leher kakak gue. Bang Haikal natap kita berdua serius.

"Lo libur sampai kapan Jul?"

"Besok gue udah harus kerja, kenapa?"

"Minggu depan lo balik?"

"Akhir pekan mau ngajak Lovely jalan. Ngapain sih lo nanya-nanya. Mau ngasih pengumuman apa?" tanya kak Julian gak sabaran.

Gue kalau jadi kak Julian juga bakalan begitu. Gak sabar. Abang gue mau ngasih penguman malah jadi sesi interview kak Julian.

Tapi gapapa gue jadi tau kak Julian berniat ngajak gue jalan minggu depan. Hehehe senangnya, salting dikit gak ngaruh.

"Minggu depan gue sama Gigi tunangan. Lo harus dateng."

"Tunangan?!" kak Julian keliatan kaget.

Gue juga mengusahakan reaksi yang sama. Tapi ya gimana orang gue udah ngerti duluan kan ya, jadi annoying deh keliatannya.

"Kalian berdua... tunangan?" sekali lagi kak Julian bertanya.

"Kenapa?" jawab abang gue dengan wajah songongnya. "Apa lo pikir lo bisa ngelangkahin gue huh?"

Krik!

Emang kak Julian ada rencana mau nyaingin bang Haikal kah??

"Yang," kak Gigi menoel pundak abang gue.

"Bercanda Gi," abang gue nyengir.

•••

"Gue masuk, lo lagi ngapain Lovely?"

Kebalik harusnya nanya dulu gue lagi ngapain baru masuk. Tapi ini bang Haikal sih yaudah gapapa. Free access buat dia.

Gue lagi rebahan santai di kasur saat abang gue datang dan duduk di sebelah gue.

Udah lama banget dia nggak nyempil gini. Mau ngomong apa nih dia? Gue jadi penasaran.

"Kenapa?" gue pelototin dia karena gak juga buka suara. Malah diem aja ngelihatin gue.

"Bang? Kalau cuma mau ngadem di kamar lo sendiri kan bisa! Sana keluar!" kata gue mendorong punggungnya menjauh.

Bang Haikal nyentil dahi gue. "Gak sopan lo."

"Aduh!"

"Gue tau lo nguping pembicaraan gue sama mama hari itu. Akting pura-pura lo bagus juga," kata bang Haikal ngebuat gue melotot. Kaget sih ini.

"Karena lo denger semuanya gue udah nggak perlu lagi jelasin kan?"

"Iya gausah," gue ngangguk-angguk dengan cepat.

Gue udah nangkep maksud bang Haikal kok. Dari pada dijelasin nanti malah gue yang nangis.

"Udah gue cuma mau ngomong gitu doang. Dah lanjut aja tidur lo." bang Haikal narik selimut gue dan naruh itu sampai kepala gue.

"Abangggg!"

Asem banget! Masih aja jahil sama gue!

"Besok gue sama mama mau ke makam papa. Lo mau ikut?" katanya sebelum keluar dari kamar.

Gue ngangguk dan berkata lirih. "Iya, ikut lah! Masa gak diajak.."

"Awas kalau telat bangun! Gue tinggal lo di rumah sendirian!"

Dasar!

Dan di sinilah gue. Bersama mama dan bang Haikal di makam papa. Kita sering berkunjung kok. Buat bawain papa bunga dan bersihin makamnya.

Umur gue masih lima tahun waktu papa meninggal, jadi gue enggak punya banyak kenangan sama papa.

Hal yang gue ingat papa seorang pengusaha dia bekerja collab sama mama untuk keluarga tapi juga selalu menyempatkan diri bermain sama gue.

Gue sekolah TK pertama kali juga dianter papa. Masih ingat dengan jelas gimana bahagianya papa melepas gue masuk ke pintu sekolah hari itu.

Kalau papa masih hidup gue pasti gak akan ragu buat minta dia selalu menemani gue. Disaat senang dan sedih. Papa harus tau gue enggak baik-baik aja tanpa kehadirannya.

Tapi gue enggak sendirian. Ada bang Haikal dan mama. Meskipun mama lebih sering bekerja di luar dan fokus mencari uang. Sementara bang Haikal gak pernah memanjakan gue selayaknya yang papa lakukan.

Gue pikir dia abang yang buruk. Tapi gue salah besar. Dia yang mengusahakan kebahagiaan gue lebih dari siapapun gimana bisa dibilang jahat?

"Hiks!" tanpa sadar gue menangis terseduh-sedu.

Cuma gue yang nangis, air mata gue banjir keluar dengan derasnya. Bang Haikal sama mama udah ditahap bisa mengikhlaskan semua.

Mereka menangis yang paling banyak dulu. Dan kenangan mereka sama papa tentulah lebih banyak dari yang gue punya.

"Lovely?"

Gue menyeka air mata gue dengan kedua tangan. Gak nyangka malah makin banyak aja.

Cengeng! Gue cengeng banget!

Gatau kenapa memikirkan kehadiran papa membuat gue malah banyak pikiran gini.

Gue takut ditinggal bang Haikal. Dia udah punya kak Gigi.

Kalau mama dia udah biasa ninggalin gue dan bekerja keras menanggung segalanya.

Lalu kak Julian, gue takut nasih dari hubungan kita ke depannya. Ya, gue takut. Tapi gue berusaha bersikap baik-baik aja.

Tiba-tiba aja gue ngerasain tubuh gue di dekap erat sama seseorang. Pelukannya nyaman. Gue mendongak, bang Haikal ternyata yang meluk gue erat.

Air mata gue masih aja mengalir, gue menenggelamkan wajah gue di pelukan bang Haikal.

"Abang..."

Terus gue ngerasain kepala gue dipuk-puk dengan lembut dari belakang. Itu pasti mama.

"Makasih ya Lovely udah jadi adik yang baik buat abang kamu dan anak yang baik untuk mama," ucap mama lembut.

Gimana gue gak makin kejer coba?! Ditambah bang Haikal juga nyiumin kepala gue. Gue sedih dan bahagia di saat yang sama.

Mereka sayang gue. Itu udah cukup.

Keluarga ini sangat sweet sekali yah? Nangis gueeeee.

Julian Lovely berjuanglah bersamaaa! Semangatt merubah takdir jiakh kek Sungjaeee Sol ajaaa. Lagi tercanduuu canduuu

Oiya ini pak Arjuna kalau punya jodoh kira-kira bakalan yang kayak gimana ya? Orangnya greenflag berjalan gitu🤚

Continue Reading

You'll Also Like

773K 64.7K 34
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...
59.8K 1.3K 53
You got to there world by wishing you were in there world but you also wished your family to be with you let's just say you woke up and your parents...
1M 75K 38
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...
3.4K 88 29
I couldn't stand anymore the pressure he's releasing is to much, he pulled me to sit on his laps "you are forgiven, stand" they all stood up and bowe...