TAKEN YOUR DADDY [SEGERA TERB...

Oleh ZahraAra041

610K 26.4K 2K

Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly A... Lebih Banyak

01. Broken Heart!
02. YOUR DADDY!
CAST
03. Siapa yang Salah?
04. Ide Gila
05. Gue Nggak Sudi!
06. Tinggal Bareng?!
07. Patah Hati Satu Kantor
08. Saingan Sama Tante!
09. Ada Rasa Lama?
10. Tidur Berdua?!
11. Mata-Mata Dena
12. I Want to be Your Wife
13. Simulasi Jadi Mommy
14. Serigala yang Bangun
15. Giliran Dibalas Takut!
16. Cemburu nih, ceritanya?
17. Nyaman (?)
18. Mempertanyakan Status
19. Jadian, nih?
20. Pesta Pernikahan Theo (FIRST KISS)
22. Penghangatan
23. Kompor
24. Terhalang Restu
25. Nge-date
26. Senjata Makan Dena
27. Alergi
28. Ngurus Bayi
29. Dilamar?!
30. Bongkar Identitas
31. Ellen Kepanasan
32. Para Pengganggu
33. Pearly vs Dena
34. Sentuhan
PENGUMUMAN
35. Sakit Hati Berjamaah
36. Kejutan Besar
37. Gerald
38. Mengulik Kasus
39. Pearly vs Nalika

21. Insiden Pesta Malam

14K 542 82
Oleh ZahraAra041

ANYEONG!!

AKU BALIK NIHH BAWAIN LANJUTAN PIE KEMARIN!

Dari pada lama-lama, yuk langsung baca!

LET'S GAURR!!

_-00-_

Ellen mengembangkan senyum penuh kebahagiaan begitu nada bicara Nalika terdengar sangat dingin ketika berbicara dengan Pearly. Itu artinya Nalika tidak akan merestui hubungan Gara dengan Pearly, dan akan menyuruh Gara untuk menjadi pasangannya. Lirikan mata Ellen menyorot Pearly dengan sorot kepuasan. Pasti anak ini nggak bakal direstui!

Gara berdeham, ia harus menjunjung tinggi harga diri Pearly di hadapan sang ibu. "Gadis ini calon istri aku, Ma. Gimana, cantik, 'kan?"

Lirikan mata Nalika semakin mengintimidasi, membuat Pearly menundukkan pandangan saking takutnya.

"Pandai juga kamu mencari calon istri."

Otomatis Gara dan Pearly membelalak terkejut, secara tidak langsung Nalika menyetujui hubungan mereka, bukan? Dua sejoli itu saling bertatapan, lalu mengindahkan atensi mereka pada Nalika secara bersamaan.

Sementara itu Ellen tampak megap-megap tak percaya atas apa yang sudah Nalika katakan. Apaan deh? Kok, jadi begini?

Gara mengembangkan senyum penuh percaya diri, lalu ia usap bahu Pearly sementara gadis itu mengulurkan tangan pada Nalika untuk bersalaman.

"Hai, Tante ... kenalin aku Pearly."

Nalika menyambut uluran tangan Pearly dengan senyum ramah. "Hai, Pearly ... cantik sekali namamu."

Ellen menutup mulutnya yang menganga. Sungguh, semua ini terjadi begitu saja di luar prediksinya. Lantas ia raih lengan Nalika, membuat atensi wanita paruh baya itu menoleh padanya.

"Kok Tante restui mereka? Kemarin Tante bilang mau jodohin aku sama Gara!" bisik Ellen tepat di telinga Nalika.

Nalika mengulas senyum simpul, lalu mengusap rambut Ellen dengan pandangan mata yang belum beralih dari Pearly. "Soal jodoh itu Tuhan yang mengatur, kita hanya pandai merencanakan."

_-00-_

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, para tamu undangan sudah pulang setelah bersalaman dan menikmati hidangan yang disuguhkan. Yang masih betah berlama-lama di sini hanya para teman dekat Theo ataupun kolega bisnisnya. Tidak ada lagi anak kecil maupun lansia, sebab pada puncak pesta tersedia berbagai macam minuman alkohol.

Pearly sudah menguap sejak beberapa menit lalu. Matanya mulai memerah, Untung saja besok hari Sabtu. Jadwal di hari Sabtu hanyalah ekstrakurikuler pramuka, Pearly bisa membolos untuk pelajaran ekstrakurikuler itu. Gadis kecil itu ingin tidur sebab matanya sudah teramat berat. Tetapi ia tidak mungkin egois dengan meminta Gara untuk mengantarnya pulang hanya karena dirinya mengantuk. Lagi pula puncak pesta adalah saat yang ditunggu-tunggu, bukan?

Di seluruh sudut pesta sudah terpajang beberapa botol alkohol beserta gelas-gelas yang tersusun rapi. Pearly melamun memandangi botol-botol alkohol itu. Melirik ke arah Gara di samping, rupanya pria itu pun sedang meneguk segelas bir sembari mengobrol santai dengan para temannya. Ia ragu, tetapi ingin mencoba bagaimana rasa dari minuman tersebut. Umurnya sudah di atas 17 tahun, mungkin tidak ada salahnya ia mencoba minuman alkohol dalam jumlah sedikit.

Pearly mengamati suasana, ia berjalan mengendap mendekati meja untuk mengambil segelas bir ketika seluruh tensi Gara tertuju pada teman-temannya. Tangannya terulur mengambil gelas berukuran kecil, lalu menuangkan minuman beralkohol tersebut.

"Coba sedikit nggak apa-apa kali, ya?"

Pearly cekikikan, kemudian mulai mendekatkan ujung gelas tersebut ke bibirnya. Namun, baru saja bibirnya menempel pada permukaan gelas, Gara langsung merebut gelas itu dan membuang seluruh minuman beralkohol tersebut ke tanah.

"Om?"

Jantung Pearly berpacu cepat, terlebih kini wajah Gara sangat serius. Pria itu tampak mencari-cari sesuatu di dalam sakunya. Pearly takut jika Gara akan marah karena sudah memergokinya hampir meminum segelas bir.

Tak berselang lama dapat Pearly lihat Gara mengeluarkan sekotak susu strawberry dari dalam sakunya. Pria itu menuangkan susu tersebut ke dalam gelas, sehingga gelas yang berisikan bir tadi berganti menjadi minuman berwarna merah muda kegemarannya.

"Minum ini sebagai pengganti bir." Gara menyodorkan gelas berisikan susu tersebut pada Pearly. Lalu dapat dilihat setelahnya Gara menuang bir ke dalam gelas miliknya.

Pria itu mengangkat gelasnya di hadapan Pearly yang masih mematung. "Mau bersulang?"

Kedua pipi bulat merah merona milik Pearly naik menonjol sempurna, lengkap dengan lesung pipi yang membuat aura bocahnya semakin terlihat. Lantas ia membenturkan gelas berisikan susu miliknya dengan gelas penuh bir milik Gara.

"Cheers!"

Menjauh dari Gara dan Pearly, di ujung area pesta---tepatnya di sudut kolam renang terdapat sepasang kekasih yang sedang asyik bersulang sembari menikmati pesta pernikahan Theo. Mereka datang bersama Dena dan berkenalan dengan Theo sebagai adik dari Dena agar mereka diperbolehkan masuk ke dalam pesta. Tujuan utama Dena menyuruh sepasang kekasih itu untuk pergi ke pesta pernikahan Theo adalah memberikan waktu spesial bagi sepasang kekasih itu di malam ini atas permintaan Kalea.

Dan kini, Kalea benar-benar melakukan aksinya dengan lancar jaya. Ia dan Gerald bersulang, meminum banyak alkohol sampai membuat Gerald mulai pusing. Senyum licik terlukis jelas pada wajah Kalea. Perempuan itu melepas outer yang dikenakan sampai hanya menyisakan gaun yang pas dengan tubuhnya.

"Mau lagi nggak? Gue tuangin buat lo, ya?" tawar Kalea sembari mengambil sebotol bir, berniat menyuruh Gerald minum untuk yang kesekian kalinya.

Gerald menggeleng, tanpa sengaja tangannya menyenggol gelas di genggaman Kalea sampai terjatuh dan pecah. Lelaki itu tak mempedulikan gelas pecah tersebut sebab kini kepalanya teramat pusing. Sebelumnya Gerald memang tidak pernah mencicipi minuman beralkohol, dan kini ia langsung disuguhkan minuman beralkohol dengan dosis yang lumayan banyak.

"Udah, Le. Gue pusing banget. Takut nggak bisa pulang nanti."

Gerald menyandarkan kepala pada kursi, tubuhnya mulai berkeringat. Buliran air yang timbul di permukaan kulitnya membuat aura Gerald sebagai seorang pria menguat hebat. Rahang tegas serta leher mulusnya terekspos jelas. Bulatan yang mengganjal di tengah lehernya bergerak naik-turun seiring mata Kalea yang tak berhenti memandangi.

Sesuatu kepunyaan Kalea berkedut entah sejak kapan. Maniknya bergerak naik turun memandangi seluruh tubuh menggoda milik Gerald. Dia tersenyum miring, kemudian mendekati lelaki yang mulai berada di bawah pengaruh efek samping alkohol. Dengan sengaja ia menempelkan buah dadanya tepat di lengan Gerald untuk menarik perhatian lelaki itu.

"Le, gue pusing banget. Kepala gue sakit," adu Gerald kepada Kalea.

"Itu karena lo belum terbiasa aja, Sayang," jawab Kalea dengan suara yang dibuat-buat.

Gerald melirik ke samping, matanya membentur dua buah benda kenyal kepunyaan Kalea yang menempel pada lengannya.

"Badan gue dingin banget rasanya, Lea."

Sebelah alis Kalea terangkat, lalu berpindah duduk di atas pangkuan Gerald. "Sini gue hangatin."

Dengan sisa kesadaran dan kewarasan yang masih dipunya, Gerald mendorong tubuh Kalea untuk menjauh. Dia tahu, sang ayah juga sedang ada di pesta ini. Bisa bahaya jika dirinya dipergoki sedang begituan bersama Kalea. Bisa habis disambar dirinya.

"Gue nggak mau ngelakuin hal itu."

Kalea berdecak malas. Sepertinya alkohol yang diminum Gerald belum sepenuhnya merangsang sistem koordinasinya. Lantas ia mengambil sebotol bir yang masih tersisa, lalu meraih dagu Gerald yang sudah melemas itu.

"Minum, Sayang. Kita harus nikmati malam ini."

Mau tak mau Gerald pun membuka mulut yang telah dibuka paksa oleh Kalea. Tenggorokannya banyak dimasuki minuman beralkohol yang membuat kepalanya semakin berputar tak karuan. Belum lagi reaksi aneh dalam tubuh yang mulai terangsang dengan keberadaan Kalea di atas benda berharganya.

Bola yang bergerak naik turun di tengah leher mulus Gerald adalah candu tersendiri bagi Kalea. Maka dengan lancangnya, Kalea maju---berniat menghisap leher mulus tersebut. Namun, ia mengurungkan niatnya kala teringat akan ayah dari lelaki ini. Bagaimana jika Gerald ketahuan memiliki bekas tanda kecupan di lehernya.

Tak kehabisan akal, Kalea membuka tiga kancing kemeja teratas milik Gerald. Ia melampiaskan nafsunya di sana alih-alih di leher. Perempuan itu semakin liar begitu Gerald memekik tertahan. Hisapannya kian menguat sampai meninggalkan beberapa bekas kemerahan di sana.

"You're my addiction, babe."

"Mari kita nikmati malam ini."

_-00-_

Entah sudah ke berapa kalinya hela napas berat terdengar dari gadis bergaun hitam yang sedang duduk di ayunan kayu. Waktu menunjukkan pukul satu dini hari---yang di mana biasanya ia sudah bermain di alam mimpi. Pearly mengayunkan kaki yang dibalut heels itu, menunggu Gara selesai bercengkrama dengan para temannya di tempat yang tak jauh darinya.

Sudah berbagai cara ia coba untuk melenyapkan rasa kantuk yang yang terus berdatangan. Mulai dari menyantap makanan, berkeliling di seluruh area pesta, bermain ponsel, dan lain-lain. Namun, tetap saja rasa kantuknya itu tidak mau pergi.

Kelopak matanya kian memberat, ingin sekali terpejam. Berselang dua detik kemudian dapat ia rasakan sebuah tangan mengusap pucuk kepalanya. Pearly mendongak, mendapati Gara berdiri tepat di depannya.

"Kamu mengantuk, ya?"

Anak itu menggeleng, lalu menguap setelah beberapa detik kemudian. "Nggak ngantuk, kok."

Gara tahu anak itu berbohong. Gadis itu pasti sudah mengantuk, hanya saja tidak mau jujur karena takut mengecewakan dirinya. Mau bagaimanapun yang sedang dihadapinya ini adalah remaja yang masih butuh banyak istirahat. Gara tidak enak pada anak itu.

"Ayo, kita pulang."

"GARA!!"

Itu suara Theo. Pria itu melambaikan tangan pada Gara---menyuruh Gara untuk berkumpul.

"Pie beneran nggak ngantuk, Om. Udah gih, sana samperin temennya."

"Serius?" Gara memastikan, sementara Pearly hanya mengangguk-angguk.

"Ya sudah, kalau ingin pulang susul saya. Kamu jangan main terlalu jauh dari saya, ya?"

"Siap, sayangku!"

Pearly memandangi kepergian Gara. Pria itu tampak bersenang-senang bersama para temanya. Ia bosan duduk di sini, sungguh. Lantas gadis itu bangkit dan mulai menyusuri pesta sembari mencari cogan untuk cuci mata.

Sementara di sisi lain Ellen masih merengut tak ikhlas karena ternyata Nalika menyetujui hubungan antara Gara dan anak kecil itu. Menurutnya, hanya dirinya yang pantas mendampingi Gara. Sejak tadi ia sengaja berpisah dengan Nalika yang mungkin sudah pulang sekarang. Kegiatannya hanya duduk-duduk di sebuah kursi kecil sembari menikmati hidangan makanan dan minuman untuk menghilangkan rasa jengkel yang masih bersemayam di hati.

Panjang umur. Ekor matanya menangkap sosok Pearly yang sedang berjalan-jalan. Ia menyudahi acara makannya, lalu bangun dari kursi---berniat menghampiri Pearly. Untuk sekarang otaknya tidak bisa berpikir jernih efek alkohol dan rasa jengkel. Lantas diambilnya sebotol bir lalu berjalan cepat menghampiri Pearly.

"Halo anak manis!"

Pearly menghentikan langkah begitu indera pendengarannya menangkap suara yang memanggil dirinya. Memutar bola mata malas, ia tahu siapa yang baru saja memanggilnya.

"Ada apa, Tante?"

"Udah pernah cobain bir belum? Minum sama Tante, yuk!"

Pearly menggeleng, lalu mendorong botol bir yang disodorkan oleh Ellen untuknya. "Nggak, makasih."

"Di sini nggak ada orang tua kamu, 'kan? Amanlah, nanti nyesel lho nggak cobain."

"Tapi ada pacar aku," sanggah Pearly, lalu mengarahkan telunjuknya pada Gara yang hanya berjarak lima meter darinya.

Ellen mengikuti arah pandang Pearly. Terlihat Gara sedang asyik mengobrol bersama Theo dan yang lain. Gara itu akan fokus jika sudah bermain dengan dunianya, dia tidak akan peduli apa yang sedang dikerjakan Pearly, begitu pikir Ellen. Tanpa Ellen ketahui bahwa sedari tadi ujung mata Gara terpaku pada seluruh pergerakan Pearly.

"Pak Gara tidak akan sadar. Serius kamu nggak mau cobain? Awas nyesel lho."

"Ih, kok maksa? Tante lupa Tante siapa? Kalau aku ngadu ke pacar aku, nanti karir Tante bisa hancur, lho."

Sudah habis akal Ellen untuk mencelakai anak itu malam ini. Tak lama kemudian dapat dirasakan sebuah jemari lentik menyentuh bahunya yang terekspos jelas.

"Dena?"

Kilat mata Dena menyambar tubuh Pearly dari bawah hingga atas, tak lupa dengan sunggingan senyum licik. Dena menarik tangan Ellen menjauh dari Pearly, ia tahu maksud Ellen yang sedang mencoba mendekati Pearly. Malam ini Dena pun memiliki sebuah rencana buruk setelah tak sengaja memergoki Gara berciuman dengan Pearly di depan salon sore tadi. Ia berniat mengajak Ellen untuk kerja sama.

Malas meladeni dua wanita pengejar Gara itu, Pearly pun memilih pergi dari sana. Firasat buruk menghampiri kala kedua wanita itu mendekatinya.

"Ngapain lo ke sini?" bisik Ellen.

"Cara lo salah. Anak itu nggak bisa lo bego-begoin. Dia nggak sepolos yang lo kira."

"Ya, terus? Lo mau ngapain? Jangan bilang lo mau---"

Ucapan Ellen terhenti begitu Dena mendaratkan telunjuk di bibirnya.

"Yang punya dendam sama anak kecil itu bukan cuma lo aja, tapi juga gue. Kita memang bersaing, tapi gue mau di sini kita kerja sama."

Ellen mendorong tubuh Dena yang terlalu dekat dengannya. Matanya memicing tajam pada wanita berpakaian terbuka itu. Ellen tahu seluk beluk Dena yang merupakan perempuan dengan sejuta nyali. Wanita itu pasti akan melakukan segala cara untuk menyingkirkan siapa pun yang berani mendekati Gara.

Ellen tidak mau namanya tercemar, apalagi saat ini Pearly dan Gara sedang lengket-lengketnya. Gara adalah bos-nya, dia tidak mau menghancurkan karirnya sendiri hanya demi mencelakai anak kecil kesayangan si bos. Masih ada cara lain yang bisa ia lakukan. Ellen hanya tidak percaya pada Dena yang mungkin akan melakukan hal berbahaya.

"Nggak mau. Gue punya cara sendiri. Gue nggak mau menghancurkan karir gue, apalagi pacar anak itu bos gue. Bisa jadi gelandangan gue kalau dipecat." Ellen menolak, lalu pergi dari hadapan Dena. Lebih baik ia melakukan pendekatan diri saja kepada Nalika.

"Dasar gegabah. Dia pikir Gara akan diam aja kalau si kesayangannya itu dicelakai?" gerundel Ellen sembari berjalan menjauhi Dena.

Dena mendecih begitu Ellen pergi dari hadapannya. Sombong sekali perempuan itu. Baiklah, rasanya dia harus menjalankan misi ini sendiri, mumpung sedang berada di pesta yang ramai. Kedua mata Dena mulai mencari-cari keberadaan Pearly yang telah menghilang. Dari arah timur sampai balik lagi ke timur, tetapi anak itu tidak ada. Maka Dena memutuskan untuk berjalan menyusuri pesta.

Belum lama menyusuri pesta, ekor matanya menangkap sosok Pearly tengah berdiam diri di pinggir kolam renang. Entah apa yang gadis itu perbuat, sepertinya sedang melamun. Sebuah ide tiba-tiba saja melintas di kepala bak kereta yang lewat di tengah jalan raya, sangat cepat. Lantas Dena pun berjalan mendekati Pearly untuk melancarkan serangan.

"Tumben sendiri, ke mana pacar lo itu?"

Pearly menghela napas lelah. Baru saja tenang setelah lepas dari Ellen, sekarang sudah datang lagi Dena. Tolonglah, ia hanya ingin hidup tenang.

"Mau ngapain?" balas Pearly dingin tanpa sudi menoleh pada Dena.

Dena terkekeh, lantas bersedekap dada. "Gue cuma tanya aja, nggak usah jutek gitu."

Pearly masih diam, malas menanggapi Dena yang pasti tidak akan ada habisnya. Pandangannya lurus ke depan, memandangi lampu-lampu pesta menggantung dengan indah di sana.

"Bosan, ya? Mau kejutan nggak?"

Pearly menoleh, perasannya mulai tidak enak saat Dena semakin mendekat. "Mending Tante pergi deh, aku lagi malas berdebat---"

"Tante!"

Ucapan Pearly berhenti begitu Dena menceburkan diri ke dalam kolam dengan posis telungkup---seolah-olah baru saja didorong. Pearly bungkam, jantungnya bertalu-talu dengan napas tercekat, terlebih kini seluruh atensi tamu undangan tertuju padanya.

Dena terlihat berusaha naik ke permukaan dengan mengepakkan tangan serta kakinya di air. Namun, alih-alih muncul ke permukaan perempuan itu justru semakin tenggelam ke dasar kolam. Wanita itu benar-benar gila. Pearly tidak habis pikir dengan Dena. Sebenarnya apa yang sedang direncanakan? Apakah hanya ingin membuat Pearly dipermalukan di pesta ini?

Ellen yang tadinya tengah duduk tak jauh dari pinggir kolam mendadak terkejut setengah mati begitu Dena menceburkan diri ke kolam. Wanita itu sangat gila. Ellen bersyukur menolak mentah-mentah permintaan Dena yang menginginkannya untuk bekerja sama.

"Dasar ceroboh."

Tubuh kecil Pearly gemetar hebat begitu kalimat-kalimat nyinyiran dan tuduhan tertuju padanya. Ingin sekali mengatakan bahwa bukan dirinya yang mendorong Dena ke kolam, namun lidahnya terlalu kelu untuk bergerak.

Seluruh tamu undangan melingkari kolam, tak luput dengan Gara. Mereka hanya menontoni Dena yang tak bisa berenang tanpa berniat menolong Dena yang sudah melemas itu.

"Ini tidak bisa dibiarkan."

Dan tiba-tiba saja seseorang menceburkan diri ke dalam kolam, menolong Dena yang sudah sekarat di sana.

Pearly semakin terkejut bukan main ketika ia mengetahui bahwa yang barusan menolong Dena adalah Gara---kekasihnya.

"Om Gara ...."

_-00-_

HALO CINTA CINTAKUU!

Gimana puasanya hari ini? Lancar?? Ada yang udah bolong beluumm?

Gimana nich perasaan kalian setelah baca scene terakhir? Kasi taw aku donkkk 😗😗

Aku cut sampai sini yach! Banyakin komen dong guys buat semangat akuu

JANGAN LUPA VOTE💋

LOVE YOU SEMWAA! Pantengin Pie Gara terus sampai ending, ya!

Lopyu banyak banyak!❤️❤️❤️

Kenalan sama aku di akun Instagram bearlars_wp yuk!

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

82.4K 5.1K 35
"gak kerasa udah 2 bulan aja Lo sama si gentong, bakal ilang nih motor sport gua, Ati ati jatuh cinta bnran Lo" ucap Devan pada keano tanpa mereka s...
61.9K 6.3K 42
15+ PART MASIH LENGKAP BELUM DI REVISI Berawal dari dare teman-temannya, Noe mengusili guru bahasa Inggris baru di sekolahnya, Samuel. Setiap hari N...
78.3K 7.3K 69
Novel translate by google translate Author : 墨宝非宝 (Mo Bao Fei Bao) Sinopsis: Bagaimana jika Anda bertemu dengan seorang guru yang pernah menjadi ahli...
174K 12.1K 47
Berlian terpaksa menjadi pengantin pengganti atas kaburnya adik kandungnya tepat di malam sebelum pernikahan itu terjadi. Tak ingin membuat dua kelua...