Keluarga Mapia [TNF] [RionCai...

By xx_matchadepanmu

377K 36.5K 3.6K

Secuil kisah ajaib bin menarik dari keluarga mapia Papi Rion Kenzo dan Mami Caine Chana beserta tuyul-tuyulny... More

Hai
Pening
Capek
Mami?
cukup
mine
kenapa?
forget
loh?
bandel
ewek ewek
lucu
manja
sakit
you
es krim
malu
Fushion
apalah
nakal
papi?
tsundere
once upon a time
muach
Liburan pt1(?)
liburan pt2 (ginji)
Liburan pt3
liburan pt4 (magil)
liburan pt 5 (krojaki)
liburan pt6 (marrin)
Dino
some ๐Ÿ”ž
lupa
sugar baby?
rubah dan bokem

๐ŸŒž๐Ÿชต

12.9K 1.1K 151
By xx_matchadepanmu

⚠️Warning! This page contains 🔞 scene, if you are underage, close this book right now⚠️

Hari masih sangat pagi, bahkan matahari saja belum terbangun dari tidurnya. Semua yang ada di rumah masih terlelap, namun tidak dengan kedua manusia ini. Disaat yang lain masih berada dalam mimpi, mereka malah asik bercumbu. Entah siapa yang memulai, namun kini kegiatan panas tengah berlangsung.

Apa yang sedang terjadi di master bedroom ini sangatlah erotis. Bagaimana sang kepala keluarga tengah mengungkung istrinya yang tak berdaya itu. Pakaian atas keduanya sudah hilang entah kemana, menyisakan celana tidur yang terlihat sangat sesak. Seluruh dada dan leher Caine sudah penuh dengan tanda kepemilikan yang dibuat oleh Rion.

"Cantik, selalu cantik sayangku" puji Rion dengan suara serak karena nafsu yang menggebu. Harus berapa kali lagi ia jatuh pada pesona lelaki di bawahnya itu. Perasaan bangga memenuhi dadanya saat menyadari ciptaan indah itu adalah miliknya seorang.

Mendengar pujian itu membuat Caine menggila. Tubuhnya sangat menyukai hal tersebut, suhu tubuhnya meningkat dan semakin haus akan sentuhan. Keringat sudah mengalir deras dari segala bagian tubuhnya. Bibir bawah ia gigit untuk menahan desahan yang bisa keluar kapan saja. Melihat Caine yang mencoba untuk menahan desahannya buat ide gila muncul dalam kepala Rion.

"AH~" suara indah itu akhirnya bisa terbebas, masuk ke dalam telinga Rion. Memunculkan senyum bangga karena bisa meloloskan desahan yang tertahan itu. Dia menggigit pelan puting Caine, menghantarkan sensasi yang tak bisa ditahan. Serasa aliran listrik mengalir menyebar ke seluruh tubuhnya.

Rion meneruskan kegiatannya pada dada Caine, setelah menggigit, dirinya mencoba untuk menyesap puting itu rakus. Tangan kirinya mengusap pelan puting yang satunya, buat erangan Caine semakin menjadi. Mata indah Caine menutup karena tidak kuat dengan kenikmatan yang ia dapatkan. Punggungnya melengkung indah buat Rion semakin semangat mengerjai tubuh itu.

"Mmh please" ucap Caine dengan penuh perjuangan, semua rangsangan yang ia dapatkan buat dirinya susah untuk berbicara. Tangannya meremat kuat bantal dengan harapan bisa mempertahankan kesadarannya.

Ego Rion berteriak kegirangan, ia sangat menyukai ketika Caine memohon padanya. Setelah puas dengan kedua puting itu, lidah Rion perlahan turun pada perut indah Caine. Tak lupa dirinya membubuhkan bercak merah yang sangat kontras dengan kulit seputih susu itu.

Tangan Rion menarik kain terakhir yang ada pada tubuh Caine, relfek paha Caine berusaha menutup bagian bawahnya karena malu. Wajahnya ia tutup dengan kedua tangannya, di sisi lain ia juga kegirangan dengan situasi ini.

Rion tertawa melihat tingkah menggemaskan itu, ia berusaha untuk meraih tangan Caine dan menahannya dengan satu tangan. Sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk membuka paha Caine. Merasa bagian bawahnya terekspose membuat Caine malu, karena tangan yang ditahan di atas kepalanya buat ia memilih untuk menutup matanya agar tidak menatap Rion.

"Buka matanya cantik" bisik Rion di samping telinga Caine, cukup buat dirinya merinding. Dengan sedikit tenaga yang tersisa ia membuka matanya, hal yang pertama ia lihat adalah wajah lapar Rion. Rambutnya yang basah karena keringat menambah kesan seksi di mata Caine.

Bola matanya bergetar saat merasakan miliknya dielus oleh Rion, kini pandangannya kabur karena air mata yang menggenang. Tubuhnya tersentak saat elusan tadi berubah menjadi remasan, perlahan tangan Rion bergerak naik turun. Ia sudah tak sanggup untuk menahan kesadarannya, rasanya ia tengah berada di atas awan.

Pemandangan di bawahnya cukup membuat Rion semakin bergairah. Apalagi saat melihat air mata Caine mengalir deras, membuatnya semakin terlihat mempesona. Tersenyum miring melihat Caine menggelengkan kepalanya saat ia mempercepat gerakan tangannya.

"Ngh ah, I'm close" Caine tak kuasa menahan segala kenikmatan ini, tak ada bisa ia lakukan selain pasrah menerima. Punggungnya melengkung indah saat ia mencapai pelepasannya. Cairan itu mengotori perut hingga dadanya, terlihat semakin sempurna di mata Rion. Tubuhnya sedikit bergetar saat tangan Rion masih bergerak pelan di bawah sana.

"Enak sayang?" tanya Rion pelan, akhirnya ia melepaskan kedua tangan Caine. Belum sempat pertanyaan itu dijawab, ia membungkam mulut Caine dengan miliknya. Bibir itu ia sesap kuat, bahkan kini kedua lidah itu saling membelit tak mau kalah. Untaian saliva tercipta saat ciuman itu terputus, membuat Rion tersenyum melihat bibir Caine semakin membengkak olehnya.

Rion beranjak untuk mengambil tisu guna membersihkan cairan milik Caine tadi. Setelahnya ia beralih untuk mengambil pelumas yang sebelumnya ia letakkan di atas nakas. Rion melumuri tangannya sendiri dan juga hole milik Caine, setelahnya mengelus dan membuat gerakan memutar di sana.

"Ngh shit" lenguhan itu keluar dari bibir Caine saat satu jari Rion menerobos masuk. Meski bukan yang pertama kalinya, namun ia masih merasa perih saat melakukannya. Tangannya menarik leher Rion untuk membawanya berciuman, berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit. Setelah merasa bahwa Caine sedikit rileks, Rion menambahkan jarinya dan terus bergerak keluar masuk. Dirasa cukup longgar, Rion menarik jarinya keluar menghasilkan erangan tak rela dari Caine. Kini giliran Rion yang melepaskan pakaian terakhirnya, menampilkan miliknya yang sudah sangat tegang.

"Suka liatnya, hm?" tanya Rion saat menyadari bahwa Caine menatap miliknya tanpa berkedip. Kini ia menuangkan pelumas cukup banyak pada miliknya agar bisa masuk dengan mudah. Rion merendahkan tubuhnya mendekari Caine, jarak kedua wajah itu sangat dekat. Bahkan keduanya bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain.

"Kalau sakit cakar aja punggungku" sesaat setelah mengatakannya, Rion memasukkan miliknya pada hole Caine dengan sekali hentak. Terkejut dengan gerakan itu buat Caine mencakar punggung Rion cukup kuat. Rion tau rasa perih pada punggungnya tak seberapa dengan sakit yang Caine rasakan. Wajahnya mendekat pada leher Caine yang terekspos, ia sesap kulit itu hingga meninggalkan bercak kemerahan.

"You can move" ucap Caine saat dirasa sakit sudah berkurang, tanpa basa basi Rion langsung menggerakan miliknya perlahan. Rintihan yang sedari tadi keluar dari mulut Caine tergantikan dengan desahan yang sangat indah. Tangan Rion bergerak untuk meremas kedua buah dada Caine hingga memerah, jarinya ia beralih memilin puting yang sudah menegang itu.

"Fuck, cantik banget sayangku" bak menyeramkan bensin pada api, tubuh Caine semakin memanas dibuatnya. Jarinya ia hisap sembari menatap Rion penuh nafsu, melihat pemandangan seksi itu buat Rion semakin bernafsu. Tangannya mengangkat satu kaki Caine di pundaknya, posisi itu buat miliknya semakin masuk ke dalam.

"Ah, so fucking deep" kepala Caine mendongak ke atas, matanya tertutup rapat menerima semua kenikmatan ini. Tubuhnya bergetar saat milik Rion menyentuh prostatnya. Menyadari hal itu membuat Rion tersenyum miring, dengan sengaja mengarahkan miliknya mengenai titik itu berkali-kali.

"No angh, too much" air matanya terus mengalir, Caine sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Rion menulikan pendengarannya, justru kini tangannya ikut mengocok milik Caine bersamaan dengan tempo gerakannya yang semakin cepat. Ibu jarinya menutup lubang kencing Caine saat merasakan pria dibawahnya akan kembali mengeluarkan cairannya.

"Gak boleh, you have to wait honey" terdengar sangat kejam di telinga Caine, ia merasa ngilu karena pelepasannya yang tertahan. Rion tertawa melihat Caine yang tersiksa, dirinya masih terus bersemangat menggempur lubang sempit itu. Ia turunkan kaki Caine dari pundaknya, tubuhnya mendekat dan mengajak Caine untuk berciuman. Lubang itu berkedut dan semakin meremas miliknya kuat, Rion sudah dekat dengan pelepasannya.

"Take this baby" akhirnya Rion sampai pada puncaknya, ia melepaskan cairannya dalam diri Caine. Jarinya ia singkirkan, menghasilkan semburan cairan Caine yang sangat banyak. Tubuh Caine bergetar hebat akibat pelepasannya kali ini, ia merasakan hangat mengalir pada perutnya. Dirinya masih berusaha untuk meraup oksigen sebanyak mungkin, dadanya naik turun bak telah melakukan maraton. Rion mencium seluruh wajah Caine, berusaha menenangkan pria di bawahnya itu.

"Ah penuh banget" tangan Caine menyentuh perutnya yang terlihat sedikit membuncit, mendengar hal itu buat Rion ikut mengelus perut Caine. Ia menegakkan tubuhnya dan menarik miliknya perlahan, bisa ia lihat cairannya ikut mengalir keluar. Dirinya berusaha mati-matian untuk tidak kembali menyerang Caine, ia segera membuang pikirannya itu melihat Caine yang sudah kelelahan.

"Mandi dulu yuk, lengket semua nih" ucap Rion, ia kembali mendekatkan tubuhnya. Mengecup bibir Caine yang terlihat sangat seksi. Tangannya merapihkan poni Caine yang sudah lepek karena keringat.

"Gendong, aku lemes banget" manja Caine, ia tak berbohong, tenaganya sudah terkuras habis karena kegiatan panas tadi. Dengan senang hati Rion mengangkat tubuh Caine menuju kamar mandi.

"Tunggu sebentar ya, aku siapin air anget dulu" ia meletakkan Caine di toilet yang sudah ia tutup terlebih dahulu. Kemudian menyalakan keran, menyesuaikan suhu air agar tidak terlalu panas atau dingin. Setelah bathtub terisi setengah, ia mengangkat Caine dan meletakkannya dengan hati-hati. Rion ikut bergabung dan duduk di belakang Caine, membiarkan dadanya menjadi sandaran bagi pria di depannya itu.

Rion mengambil shampoo yang berada tak jauh dari sana, menuangkannya pada rambut Caine kemudian miliknya. Ia membantu Caine untuk membilas busa shampoo menggunakan shower. Selanjutnya ia beralih mengambil sabun untuk membersihkan tubuh mereka.

"Em sayang, kamu bisa nungging bentar gak? Biar aku bersihin" padahal keduanya habis melakukan perbuatan dewasa beberapa menit yang lalu, tapi entah kenapa kini mereka merasa malu. Caine dengan wajah yang memerah beranjak untuk menungging di depan Rion. Ia menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan desahan. Tak butuh waktu lama bagi Rion untuk menyelesaikannya, kini Caine sudah kembali bersandar pada Rion.

"Makasih sayang, you're the best. Maaf ya kalau tadi agak kasar, kamu seksi banget soalnya" tangan Rion memeluk pinggang Caine dari belakang, mengecup pucuk kepala Caine. Ia melihat Caine menolehkan wajahnya untuk protes, hal itu dimanfaatkan Rion untuk mencuri kecupan dari bibir Caine.

"Ih dasar tukang nyosor" ucap Caine sambil tertawa, ia memukul tangan Rion yang melingkar di perutnya. Mendengar suara tawa itu menghasilkan senyuman di wajah Rion, sungguh suara itu sangat candu baginya. Mereka mengobrol sampai akhirnya Caine mengeluh dingin, Rion beranjak dan kembali menggendong tubuh Caine untuk membilas sisa busa yang menempel. Ia memakaikan bathrobe pada tubuh Caine dan juga dirinya, kemudian mereka menuju wastafel guna menyikat gigi dan mencuci muka.

"Tunggu di sini ya, aku mau ganti spreinya dulu" Rion meletakan Caine di sofa dekat ranjang, ia bergegas melepaskan sprei dan menggantinya dengan yang baru. Ia letakkan sprei kotor itu di keranjang pakaian kotor di kamar mandi. Setelahnya ia kembali menggendong Caine untuk didudukkan di ranjang, Rion berjalan menuju meja rias dan membawa hair dryer. Ia keringkan rambut Caine terlebih dahulu agar ia bisa merebahkan tubuhnya. Kini rambut keduanya sudah kering, sekarang waktunya bagi mereka untuk beristirahat.

"Yang lain baru bangun, kita baru mau tidur" ucap Rion saat menyadari sinar matahari sudah masuk melalui sela-sela gorden kamar mereka. Caine hanya tertawa menanggapi ucapan Rion, ia sudah merasa mengantuk karena kelelahan. Rion menarik selimut untuk menutupi keduanya, tak lupa membawa Caine dalam peluknya.

Belum ada satu jam keduanya tertidur, Rion terbangun karena suara ketukan pintu. Dengan hati-hati ia beranjak agar tak mengusik tidur Caine. Dengan keadaan masih mengumpulkan nyawa ia berjalan dan membuka pintu, terlihat di sana ada Mia dan Echi berdiri menatap Rion heran. Keduanya berniat untuk mengajak kedua orang tua itu sarapan bersama.

"Papi sakit? Kok lehernya merah-merah" pertanyaan Mia sedikit membuat Rion panik, sedangkan Echi tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. Ia tidak sadar jika Caine juga membuat tanda di lehernya.

"Masih pagi buset pih, udah main kuda-kudaan aja" Echi tertawa meledek Rion, ia tak memperdulikan Mia yang kini menatapnya heran. Belum sempat bertanya, keduanya sudah diusir oleh Rion. Ia menutup pintu dan menguncinya dari dalam, Rion memutuskan untuk kembali tidur bersama Caine sampai waktu makan siang nanti.


APA INI COK😭 otw bersembunyi di balik batu🏃🏻‍♀️ this is my first time bikin cerita dewasa aaaaaakkkkk, semoga kalian semua udah cukup umur ya😣 I need one month to finish this story, semoga gak canggung ya bahasanya. Hopes y'all enjoy and see you on the next story byeeeeee💋🦖🔥

Continue Reading

You'll Also Like

103K 12.3K 37
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
102K 8.3K 17
[ RION KENZO MIKAZUKI ] adalah ketua mafia dari Mikazuki AV Rion kenzo Mikazuki mafia Italia, ia terkenal dengan kekejamannya terhadap musuh maupun...
2.8K 357 15
Hanya cerita gabut dari Author =_=" โ€ขSlow Up(up kalo mood doang:)) โ€ขbeberapa alur ga sama kayak cerita aslinya Karakter dan cerita Asli by: @AmoebaUw...