My Beloved Staff (TAMAT)

Від jingga_senja_

2.3M 172K 2.5K

Karena kejadian tanpa kesengajaan di satu malam, Mima jadi harus kehilangan waktu-waktu penuh ketenangannya d... Більше

PROLOG
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43

EPILOG

70.6K 3.4K 107
Від jingga_senja_

Sebuah perjalanan bisnis adalah hal yang menyenangkan terutama bagi karyawan yang suka mencoba hal-hal baru karena dari sana bukan hanya bertujuan untuk membangun kerja sama baik dengan perusahaan lain, dan tentang pembahasan perkembangan usaha tertentu, tetapi juga pengalaman berharga yang sangat penting dalam pembangunan diri sebagai seorang pekerja.

Namun terkadang semua itu akan jadi sangat menyebalkan ketika ada sesuatu yang ---sedikit saja meleset dan tidak pada tempatnya. Seperti contoh saja waktu.

Mengapa demikian?

Arlan yang merasakan sendiri bagaimana ia harus melakukan perjalanan bisnis atas utusan atasannya, memang bukan kali pertama untuknya, tetapi masalahnya adalah Arlan tidak mau meninggalkan istrinya sendirian di rumah yang sedang hamil tua. Alasan yang sangat memberatkan Arlan untuk pergi melakukan perjalanan ke luar kota.

Meski Mima sudah meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tapi tetap saja hati Arlan sebagai seorang suami tidak bisa setega itu meninggalkan Mima. Jika bukan karena cuti yang hendak diajukan ingin segera disetujui, Arlan ogah harus pergi jauh-jauh seperti ini.

"Beneran gakpapa?" Untuk kesekian kalinya Arlan mengajukan pertanyaan serupa pada Mima, hal itu membuat Mima mulai merasa jengah pun langsung menatap suaminya dengan sebal.

"Gakpapa, Mas. Demi apapun, gakpapa. Aku bisa minta Via atau Mama nginep disini selama kamu gak ada. It's okay, gak ada yang perlu dikhawatirkan. HPL-nya masih minggu depan, Mas!" Mima menjawab dengan greget. Dia mengerti jika Arlan seperti ini karena peduli dan mengkhawatirkannya, tapi sesuatu yang berlebihan kan tidak baik.

Arlan harus pergi jauh untuk beberapa hari karena tuntutan pekerjaan, jadi tidak masalah. Beda cerita kalau perginya untuk berwisata.

Pria itu lalu mengubah posisinya menjadi sepenuhnya menghadap pada Mima, istrinya itu terlihat begitu santai menonton tayangan kartun dua anak kembar berkepala botak, di YouTube. Tangannya terulur dan mendarat diatas perut Mima.

"Kamu kok santai begitu, sih? Kan aku mau pergi tiga hari di sana," ujarnya dengan nada merajuk. Padahal Arlan bisa punya alasan untuk menolak pergi jika Mima merengek menahannya.

"Tiga hari tuh bentar, Mas. Lagian kan itu urusan kerjaan, jadi aku gak masalah."

"Kenapa begitu? Padahal kamu suka gak bisa jauh-jauh dari aku kelamaan?" Ya, tidak salah sih. Tapi kan kali ini tujuannya berbeda.

Mima pun tersenyum dan mencubit hidung suaminya. "Kan kamu cari uang. Nanti kalo uangnya nambah otomatis uang saku aku makin nambah juga. Jadi, gakpapa." Rahang Arlan terbuka, tak percaya kalau Mima mengatakan itu padanya secara langsung yang mana dia menjelaskan jika tidak masalah dirinya pergi asalkan uang mereka bertambah dengan aman.

"Kamu mah mikirnya begitu, padahal aku beneran khawatir kalo harus ninggalin kamu sama si bayi cuman berdua doang. Apalagi akhir-akhir ini kamu suka pengen bolak-balik kamar mandi tengah malem." Mima menghembuskan napasnya. Dia yang hamil tapi Arlan yang parnoan.

Lantas Mima menyentuh punggung tangan suaminya yang sedang asyik mengelusi perutnya, dia mendekat lalu mendaratkan kecupan singkat pada bibir Arlan membuat si pria menautkan sebelah alisnya, bingung.

"Kamu perginya cuman tiga hari, kan? Jadi aku gak masalah, toh sebelum si bayi lahir nanti kamu juga bakalan pulang. Sejauh ini aku baik-baik aja, gak ada ngerasain keluhan apapun juga. Besok pas keberangkatan kamu, aku bakalan langsung telepon mama buat temenin aku nginep disini. Oke? Jadi kamu gak perlu khawatir berlebihan. Kamu fokus aja sama kerjaan biar cepet beres, biar cepet pulang juga." Wanita itu mengelus lembut rahang suaminya yang terasa sedikit kasar karena bakal tumbuh janggut, dia berusaha untuk meyakinkan Arlan bahwa dirinya bukan manusia bodoh yang akan diam saja jika memang dalam kondisi memerlukan bantuan orang.

Mima senang karena suaminya sangat peduli, tapi terkadang terlalu berlebihan sampai Mima merasa tidak nyaman.

Maka pria itu menghembuskan napasnya kasar, ia rengkuh tubuh Mima dan menyandarkan kepalanya pada bahu sang istri. "Ya udah. Aku percaya sama kamu. Tapi, kalo ada apa-apa langsung kasih tau aku."

"Itu sama aja kayak kamu berdo'a terjadi sesuatu sama aku."

"Gak gitu, Sayang! Kita kan gak tau apa yang bakal terjadi, jadi maksudnya buat jaga-jaga." Mima tertawa pelan dan akhirnya mengangguk cepat.

"Iya, iya. Ya ampun, suamiku ini kok ya cerewet banget, sih?"

Arlan mencium pipi Mima beberapa kali. "Aku cerewet karena sayang sama kamu." Wanita itu tersenyum geli dan kembali melanjutkan kegiatan menontonnya sembari bersandar nyaman pada dada suaminya.

••••

Kelahiran selalu dirayakan dengan kebahagiaan dan suka cita, dimana saat manusia pertama kali dilahirkan maka itulah awal mula kehidupan baru telah tiba. Sejak awal mengetahui dirinya sedang mengandung kehidupan baru dalam rahimnya, Mima selalu berusaha untuk mengatur perasaannya, sebisa mungkin dia mencari-cari bagaimana caranya agar selalu bahagia dan menyalurkan perasaan tersebut pada janinnya, supaya bisa tumbuh sehat dan lahir selamat.

Memiliki suami yang supportif juga menjadi alasan utama, karena dukungan pasangan itu sangat penting apalagi dimasa-masa kehamilan. Dan Arlan tidak pernah mengeluh ketika harus menghadapi dirinya dalam berbagai mood.

Pria itu tidak pernah merasa jijik saat harus membersihkan sisa muntahannya, atau marah ketika Mima membangunkannya pagi-pagi buta hanya untuk mencari pedagang rujak buah. Pria yang pernah ia tolak kehadirannya justru kini yang paling dia andalkan dalam segala situasi. Suaminya.

Sepertinya Mima akan sangat menyesal jika dulu dia benar-benar mengakhiri hubungan mereka karena emosi sesaat, karena kalau itu benar-benar sampai terjadi, maka si bayi tidak akan pernah ada. A bundle of Joy.

Sewaktu dokter mengatakan jika bayi tidak selalu lahir menuruti tanggal HPL seharusnya Mima tidak terlalu terkejut dan sudah bisa menduganya, tapi ternyata ketika mendapati ketubannya pecah lebih awal, jantungnya langsung mencelos begitu saja. Dia kaget.

Padahal baru besok suaminya pulang tapi ternyata anak mereka ingin memberi kejutan dengan lahir lebih dulu dan ikut menyambut kepulangan sang ayah, bukan dirinya yang disambut. Beruntung saat itu ada Via sehingga Mima tidak pergi ke rumah sakit sendirian, dan yang paling mengharukan adalah, sahabatnya juga menemani ketika Mima melewati waktu-waktu pembukaan yang sangat menegangkan.

"Lo kuat, Jemima. Waktu itu lo bisa angkat galon dari lobi sampe ke unit apartemen lo sendiri, jadi gue yakin sekarang pun lo lebih dari kuat dari itu!" Mima meraup wajah Via karena terus nyerocos disaat dirinya sedang sakit-sakitnya.

"Gak ada hubungannya, lahiran sama angkat galon, Sevia!"

"Ada, Ma! Fisik lo itu berarti sangat kuat. Lo pasti bisa! Ayo, dorong yang kuat!"

Mima memejamkan matanya merasa kepalanya ikut sakit karena menghadapi tingkah absurd Via, sekaligus agak malu juga karena ditertawakan oleh perawat.

Melahirkan itu sangat menyakitkan. Saking sakitnya sampai Mima tidak bisa menangis untuk melampiaskannya. Dia jadi membayangkan mamanya yang melahirkan dua kali dalam hidupnya, dan menyadari betapa hebatnya wanita itu. Tetapi sebagai seorang anak Mima masih begitu sering membangkang dan tak jarang membuatnya sakit hati.

"Mama," lirihnya disela-sela mengejan dan meremas kuat tangan Via.

Suara tangis bayi terdengar memenuhi tiap sudut ruang bersalin membuat keluarga yang telah menunggu diluar, langsung mengucap syukur mereka bersamaan penuh dengan rasa haru.

Mima tersenyum disertai bola mata berbinar ketika dokter menyerahkan bayinya dan meletakkannya di atas perutnya. Bayi cantik yang resmi membuatnya menjadi seorang ibu.

"Sayang." Bayi itu menggenggam erat telunjuk Mima dengan jemarinya yang mungil namun berhasil memberikan getaran besar dalam dada Mima. Hatinya penuh, membengkak oleh kehangatan.

Pintu ruangan terbuka secara kasar, menarik perhatian semua orang termasuk Jemima yang semula hanya fokus pada anaknya. Air matanya meleleh begitu saja tatkala mendapati sang suami yang kini berdiri di sana disertai raut wajah tak terbaca.

"Ow, suami lo udah ada. Gue tunggu diluar, ya? Sekali lagi, congratulation." Via mengusap bahu Mima sebelum akhirnya meninggalkan ruangan.

Arlan yang nampak masih terkejut pun melangkah menghampiri sang istri, penampilannya terlihat sangat berantakan menunjukan bahwa dia pulang dengan tergesa-gesa dan penuh kepanikan.

Kekhawatiran itupun menguap begitu saja saat matanya melihat seorang bayi kecil yang berada dipelukan Mima, matanya bergerak pada sang istri dan wanita itu mengangguk. "Dia mau ikut nyambut Ayahnya pulang, katanya." Tangisan Arlan tak dapat dibendung lagi. Pria itu terisak dan menarik Mima ke dalam pelukannya, dihujaninya puncak kepala serta wajah istrinya dengan kecupan. Perasaannya membuncah begitu saja.

Tatapannya tertuju pada bayinya yang nampak begitu tenang setelah berhasil mengemut jempol kecilnya, lantas Arlan mencoba untuk mengambil alihnya untuk menggendong dan Mima mengizinkannya.

"Anak Ayah. Anak cantik Ayah," lirihnya bergetar lalu mencium dahi si bayi hingga akhirnya kembali menangis kencang.

"Aloma pinter, gak lama dari ketuban pecah, dia lahir." Arlan tersenyum manis.

"Makasih, Sayang. Makasih banyak."

Mima tersipu, kebahagiaan yang tidak bisa ungkapkan namun terlihat jelas di kedua matanya. Kini dia telah memiliki Arlan dan Aloma ---putri kecil mereka. Lengkap sudah keluarga yang Mima impikan selama ini.

••••







Продовжити читання

Вам також сподобається

Kenapa Sekretarisku Berbeda? Від Miu

Жіночі романи

924K 97.8K 29
Dalam setiap kontrak kerja, pihak pertama yang berhak memutuskan kontrak pihak kedua sewaktu-waktu, bukannya pihak pertama yang mohon-mohon supaya pi...
86.3K 5.2K 34
TELAH DITERBITKAN! SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS ==================== Asmara Bahagia, akrab dipanggil Gia. Cewek gemuk, pake behel, manja, cengeng deng...
4.9M 459K 37
Nayara Swastika punya hidup yang sempurna; menjadi model ternama, bergelimang harta, tak lupa paras cantik yang membuat siapapun terpesona. Namun, di...
9.7K 779 17
~NOVEL TERJEMAHAN~ 末世日常[重生] Pengarang: Thea Castle Jenis: Tanmei doujin Status: Selesai Pembaruan terakhir: 10 Februari 2020 Bab Terbaru: Akhir Bab 1...