LOVEIAN

بواسطة milkymiuw

15K 3K 1.1K

Hanya kisah percintaan dua anak manusia, Lovely dan Julian. Tentang bagaimana mereka saling berkenalan, terik... المزيد

Disclaimer!
Prolog
1 || Love; Everyone's Crush
2 || Brother and Sister
3 || He Miss Me?
4 || Curious Cat
5 || Tantrum Everytime
6 || The Answer
7 || Good Student and Good Boy
9 || Don't Bite Your Lips!
10 || Sweet Good Bye
11 || Sweet Good Bye II
12 || Time Passed
13 || Something Has Changed
14 || Heartbreak and Tears
15 || Misunderstanding
16 || Your Lips On Mine
17 || Love's Boyfriend
18 || He's The Unpredictable One
19 || Talk, Kiss, and Jealous
20 || Biggest Weakness
21 || Boyfriend Material
22 || A Kiss As A Gift
23 || His Apartment
24 || This Is My Life
25 || Surprising Fact
26 || Happiness and Sadness
27 || Happy Days
28 || Bad Feeling
29 || New Job
30 || Our Problem I

8 || Mom and Her Dedication

391 100 20
بواسطة milkymiuw

Ada banyak banget ujian yang harus dijalani anak 12 di masa akhir study-nya. Meski begitu abang gue kelihatan santai-santai aja.

Sesantai itu sampai bisa ngegame seminggu lima kali. Bahkan ngajak gue main PS.

Ya, gue gak bohong. Gak ada bedanya sama waktu liburan. Abang gue mungkin jadi anak kelas 12 paling santai saat ini.

Gue tahu alasannya setelah mama ngasih tau gue. Bang Haikal ternyata udah daftar di sekolah chef di Indonesia.

Boom! Gue gak habis pikir. Bang Haikal diem-diem ternyata enggak main-main sama cita-citanya yang mau meneruskan bisnis mama.

Pantes sebelum ujian gue pernah lihat mama dan bang Haikal bicara sangat serius. Dari ekspresi bang Haikal bisa ketebak kalau pembicaraan mereka bukan sekedar bincang-bincang.

Masalahnya sekolah tempat bang Haikal belajar ada di luar kota. Di Surabaya!

Dan pas gue cek ternyata termasuk salah satu sekolah chef terkenal yang ada di negara ini.

Abang gue?

Seorang abang gue bisa masuk ke sana?

Wah! Gue kaget, kagum, dan terkesan sumpah. Ternyata orang tuh kalau udah serius dalam satu bidang dan fokus ke hal itu hasilnya akan sangat memuaskan ya?

Meski kekuatan uang juga gak dipungkiri sih. Sekolah masak kayak gitu butuh banyak uang juga. Mama pasti udah nyiapin semuanya.

Huftt, gue jadi pengen juga nemu sesuatu yang bisa gue seriusin. Bidang yang bisa jadi hobi sekaligus pekerjaan buat gue.

Sayangnya gue belum kepikiran. Sama sekali belum kepikiran!

Gue lebih kepikiran tentang kak Julian.
Setelah UJIAN selesai berarti akan ada PERPISAHAN.

"Julian ke Inggris, abang kamu ke Surabaya. Lovely, pikirin masa depan kamu. Jangan cuman main-main sama skincare dan make up mama."

"Mama walaupun lagi nasehatin kenapa aku ngerasa sakit hati?" ucap gue di depan mama langsung.

Mana pakai bawa-bawa kak Julian! Makin mellow aja nih hati gue.

"Berarti bener apa yang mama bilang."

Gue menggembungkan pipi kesel. Berasa jadi anak paling useless gue di dunia kalau mama udah bicara soal gue yang demen berantakin skincare dan make up mama.

Ya gimana! Gue penasaran dari dulu ampe sekarang. Cara makek benda-benda itu.

Gue gak mau terlalu kesal ke mama karena mama juga bilang mau bawa gue ke dokter kulit besok pas gue udah umur 17. Katanya biar sekalian tahu kondisi kulit dan apa yang harus gue pakai.

Dan juga sebenernya gue tuh bukannya gak bisa apa-apa. Ada kok hobi yang gue suka. Menggambar.

Karena gue lebih sering ngabisin waktu sendirian sejak kecil. Jadi kegiatan yang selalu gue lakukan adalah mencorat-coret kertas putih.

Gue pikir itu juga yang bisa gue lakukan dengan muka gue. Ibarat kertas putih, gue bisa corat-coret pakai make up. Ternyata sesusah itu!! Nangis.

"Uuuu bocah gue bakalan kesepian sendirian di rumah."

"Bang Haikal!"

Gue kesel barusan bang Haikal nggusak rambut gue kasar. Ck! Bisa rontok ntar!

"Gue ikut mama ke resto! Gamau ditinggal sendirian malem-malem! Gak bisa tidur! Dan gamau!"

"Latihan makanya! Besok kalau lo sekolah jauh gimana? Bakalan masih jadi penakut kayak sekarang?"

"Kan ada temen."

"Emang lo punya temen?"

"Ma! Bang Haikal babik!"

"Hush! Jangan berantem. Acara tv kesukaan mama bentar lagi mulai. Biarin mama menikmati hari libur mama yang indah ini."

"Wleee!" bang Haikal ngejulurin lidahnya buat ngejek gue.

Sama gue rambutnya gantian gue jambak. Tapi mama dengan cepat menahan tangan gue. Gue menarik diri dengan kasar.

Beda sama bang Haikal yang udah ngerebahin kepalanya di paha mama. Gue kesel, bang Haikal selau bisa manja-manjaan dan dibela mama.

Sedangkan gue?

Gue tuh lebih deket sama papa aslinya. Apa-apa gue sama papa. Lengket banget. Tapi karena papa udah nggak ada, yaudah gue gak nempel ke siapa-siapa.

Ada deh, ke kak Julian. Huaaa!

"Sini!"

Tahu gue pundung, mama nepuk sebelah pahanya untuk gue tidurin. Jadilah gue sama bang Haikal dempet-dempetan kepala di pangkuan mama.

Bang Haikal santai banget main game di ponselnya. Sementara gue menyilangkan kedua tangan di depan dada sambil natap langit-langit kamar.

Huh!

"Anak-anak mama udah gede ya. Maaf harusnya mama bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk mendampingi kalian." Mama ngusap-usap kepala gue sama bang Haikal barengan.

"Sekarang mama cuma mau kalian sekolah yang pinter. Kejar cita-cita yang kalian inginkan. Apapun itu, mama bisa usahakan untuk membiayai anak-anak mama."

Kita berdua dengerin ucapan mama dengan seksama. Mama memang suka ceramah. Tapi gak jarang dia juga bisa bicara serius.

Kali ini mama bicara tentang pentingnya pendidikan!

"Jadi Lovely... mama akan sangat senang kalau kamu memikirkan cita-cita kamu mulai dari sekarang. Dimana kamu mau kuliah, pekerjaan apa yang mau kamu ambil. Biarin mama tahu, dengan begitu mama pasti bisa bantu. Sama kayak abang kamu ini. Ya, Haikal?"

"Iya ma..."

Gue ngangguk. "Iya, nanti Lovely pikirin."

Keinginan mama sederhana banget ternyata. Dia pengen anak-anaknya nentuin pilihannya sendiri.

Mama yang mau berjuang untuk keberhasilan gue dan bang Haikal. Bangga banget gue punya mama Tasya ini!!

•••

Saat itu gue masih sangat kecil. Gue ingat dengan jelas suara tangisan yang bergema di sekitar gue.

Di depan gue ada sebuah peti berwarna putih. Kotak cantik yang banyak dihiasi warna emas. Di dalamnya ada papa.

Iya, di usia gue yang baru menginjak 5 tahun. Gue tahu papa yang gue cintai sedang tertidur pulas di sana. Sangat damai.

Tapi kenapa semua orang pada nangis? Itu yang membuat gue bingung.

Mama, bang Haikal, juga para kerabat. Bahkan kerabat jauh yang jarang gue lihat atau bahkan gak pernah gue temuin semua berkumpul di sini dan menangis.

Rumah ini penuh sama aura kesedihan.

"Abang.."

Gue ingat menggoyangkan tubuh bang Haikal yang bersandar lemas di samping mama.

"Lovely mau minum, haus. Abang jangan nangis terus. Ambilin, abang!"

Saat itu malam hari. Peti putih masih ada di sana. Di tengah ruangan. Beberapa orang juga masih tinggal di rumah gue.

Sejak siang mereka berusaha nguatin mama, meluk mama, bahkan gue juga sering banget denger kata-kata mereka yang minta gue menguatkan diri.

Gue enggak kuat. Sekarang gue haus berat. Tapi mama dan bang Haikal enggak ada yang peduli sama gue.

Gue mau minta ke papa. Tapi papa nyenyak banget tidurnya. Dia enggak mau bangun sejak tadi pagi.

Padahal waktu di rumah sakit papa enggak gini. Dia masih sering buka matanya buat natap gue.

Dan yang sering gue lakukan adalah tidur di samping papa. Papa senang, gue juga! Tapi sekarang papa ada di dalam peti. Tempat itu enggak bisa ditempati berdua, kan?

"Hiks, Lovely haus."

Mama yang akhirnya sadar kalau gue nangis ngajak gue pergi ke dapur. Padahal gue lihat ada beberapa kardus air mineral di sana tadi.

Bang Haikal juga mama gandeng ke belakang. Mata mama sembab banget, gue sedih ngelihatnya.

Beda sama bang Haikal, dia udah berhenti nangis tapi pandangannya kosong.

Kita berdua berdiri diantara wastafel dan meja pantry. Mama ngambilin gue air minum pakai gelas.

Bukan air putih tapi sirup yang manis kesukaan gue.

"Ini minumnya, sayang. Maafin mama ya."

Mama mensejajarkan tubuhnya sama gue waktu ngasih gelas itu ke gue. Dan gue yang kehausan meminum minuman itu dengan cepat.

Mama cuma ngelihatin gue. Matanya kembali sembab dan berair. Apa yang bikin mama mau nangis lagi pas ngelihat gue?

Emang gue nakal ya?

"Makasih, ma." gue ngasih gelasnya kembali ke mama.

Gue tersenyum, akhirnya gak merasa kehausan lagi.

"H-haikal juga mau?" tanya mama, nada suaranya gemetaran sekali.

Gue lihat bang Haikal gelengin kepalanya. Dia enggak haus.

"Ma-"

Belum sempat gue manggil mama. Mama udah lebih dulu meluk gue erat. Gak cuma gue tapi juga bang Haikal.

"H-aikal, L-ovely... anak mama," gue cuma denger mama manggil kita berdua dengan suara yang tersendat-sendat karena menangis.

"Maafin mama ya.. mulai sekarang kalian berdua akan selalu hidup bersama mama. Besok kita antar papa ke peristirahatan terakhirnya, ya sayang?"

"Papa mau kemana ma?" tanya gue, jadi pengen ikut nangis karena mama dan bang Haikal yang banjir air mata.

Mama mengenggam kedua tangan gue erat. "Papa udah nggak ada sayang."

"Papa tidur di sana."

Gue bilang gitu sambil nunjuk ke depan. Mama menunduk dalam-dalam. Beberapa detik dia kembali mengangkat kepalanya setelah itu ngusap air mata di wajahnya.

"Papa sudah meninggal. Papanya Lovely dan Haikal enggak akan bangun lagi." mama berterus terang.

Gue terdiam. Mama berusaha gigit bibirnya buat meredam suara isak tangisnya.

Mama keliatan banget jelasin hal itu ke gue. Bang Haikal sepertinya udah paham. Sementara gue... mungkin... mungkin akan segera tau.

Papa meninggal. Papa gak akan bangun lagi.

Gue terus mengulangi ucapan mama di kepala kecil gue. Setelah melihat ekspresi gue, mama keliatan menyesal.

"Malem ini dipuas-puasin ngelihat papa ya. Karena besok kita nggak akan bisa melihat papa lagi," lirih mama.

"Jadi papa mau pergi ke surga?" tanya gue. Rasanya dada gue mulai memberat.

Mama pun dengan cepat mengangguk. Kembali dia memeluk gue dan bang Haikal. Mengubur tubuh kecil kita di dalam pelukannya.

Dan benar. Keesokan harinya gue akhirnya menangis hebat. Karena mengetahui kenyataan... papa udah pergi. Selamanya.

Sekarang, beberapa tahun sudah berlalu. Bagi gue dan bang Haikal, wanita bernama Tasya Guntara itu sudah seperti sosok papa sekaligus mama untuk kita.

Meski harus gue akui, peran mama sebagai pencari nafkah lebih dominan. Dia seorang pekerja keras yang tak abai dengan anak-anaknya.

Itulah mama. Dan inilah keluarga gue.

Sebenernya sosok Lovely ini gue buat dengan gabungin beberapa hal yang ada di diri gue.

-takut gelap, iya
-susah glow up
-gabisa make up
-suka kucing

Lovely yang paling mendekati gue. Kemarin saking buntunya otak gue, writer block lama jadilah gue mikir "dahlah bikin aja diri gue versi karakter tulisan gue."

Begitulah👉👈

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

1.6M 98.5K 39
"You all must have heard that a ray of light is definitely visible in the darkness which takes us towards light. But what if instead of light the dev...
1.1M 28.2K 45
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...
367K 6K 21
Callista Swan is the Fraternal twin of the infamous Bella Swan. What happens when the two move to forks and their sisterly bond is tested more than i...
SHORT NOVEL ? بواسطة MINT

القصة القصيرة

94.4K 3.2K 10
រឿងខ្លីៗមានគ្រប់រសជាតិ 18+ , Sad , sweet ?