ANXI EXTENDED 2

By wins1983

14K 3.5K 849

Semua berubah semenjak Ilyasa wafat. Yunan jadi lebih dekat dengan Raesha, jandanya Ilyasa, sekaligus adik an... More

Here we go (again)
1 - Hati-hati
2 - Malam Mencekam
3 - Malam Mencekam
4 - Malam Mencekam
5 - Luka
6 - Tersambung
7 - Berita
8 - Ketetapan
9 - Menghindar
10 - Tempat
11 - Takut
12 - Jangan Lari
13 - Hajat
14 - Husnuzon
15 - Telepon Masuk
16 - Baik-Baik Saja
17 - Korban vs Tersangka
18 - Mulia
19 - Janggal
20 - Surat Panggilan
21 - Berkah
22 - Biarkan
23 - Pengacara
24 - Perbedaan
25 - Kepingan
26 - Kenapa
27 - Kelam
28 - Sakit
29 - Baik
30 - Perdana
31 - Perdana
32 - Perdana
33 - Perdana
34 - Perdana
35 - Sudahlah
36 - Persiapan
37 - Napak Tilas
38 - Emosi
39 - Skenario
40 - Hanif
41 - Kiriman
42 - Kiriman
43 - Gila?
44 - Gila?
45 - Gila?
46 - Sidang Tanpa Rizal
47 - Jenguk
48 - Gelap
49 - Ayat Kursi
50 - Ruqyah
52 - Sadar
53 - Gemuruh
54 - Letusan
55 - Terobos
56 - Mata-mata
57 - Tali
58 - Sidang Kasus Penyusupan
59 - Ganjil
60 - Niat
61 - Alot
62 - Bohong
63 - Tanya
64 - Tolong
65 - Simpan
66 - Tepi Sungai
67 - Siap-siap

51 - Kembali

231 53 24
By wins1983

.

.

"Keluarlah kamu, musuh Allah!"

.

.

***

Nuansa modern terasa kental di ruang kantor itu. Panel granit pada dinding, panel dinding busa berlapis kulit hitam mengkilap di belakang kursi empuk, dan lemari kayu solid walnut setinggi langit-langit di satu sisi ruangan, juga memberi kesan mewah. Empat sofa saling berhadapan, dengan meja kaca berjejer di tengah, adalah tempat spesial untuk klien spesial dari kantor biro hukum ini, salah satu biro hukum ternama ibukota. Sedikit sentuhan semi-klasik, terlihat dari plafon a la waffle dan lampu gantung hias di tengah ruangan. Di ujung ruangan, seberang kursi utama, ada layar televisi tiga puluh dua inchi, yang biasa dipakai untuk menonton rekaman persidangan.

Dekorasi timbangan hukum yang imejnya sering dipakai sebagai simbol keadilan dan firma hukum, bergoyang pelan di atas meja. Pajangan itu nampak mewah dengan sepuhan kuningan.

Di hadapan hiasan timbangan, seorang pria berusia empat puluhan yang masih nampak gagah, sedang menulis di buku catatannya. Membuat poin-poin to do list yang harus dilakukannya, terkait kasus favoritnya. Kasus yang melibatkan dua orang ulama, Raesha Akhtar dan Yunan Lham.

Banyak sekali yang perlu Theo lakukan. Menemui beberapa saksi, mengorek kelemahan lawan. Itu adalah bagian yang paling disukainya. Mengorek kelemahan dan keburukan lawannya. Semua orang punya cacat. Pasti. Kalau cacat itu tak ditemukan di saat ini, pasti ada di masa lampau. Tinggal dicari saja, lalu lakukan tekanan-tekanan mental pada lawan. Pekerjaan mudah. Apa lagi pekerjaan yang lebih mudah dari ini?

Pintu terdengar diketuk.

"Pak Theo, ini saya, Roger."

"Masuk," sahut Theo dengan suara berwibawa.

Pria bernama Roger memasuki ruangan. Pengacara yang lebih muda sepuluh tahun dari Theo.

"Hasil risetnya sudah ada?" tanya Theo pada lelaki berkacamata bening yang nampak gugup itu.

"Sudah, Pak," jawab Roger dengan map berisi dokumen di tangan.

"Duduk," kata Theo singkat, terdengar seperti titah.

Roger manut, duduk di depan bos besarnya dengan sikap sopan.

"Burhan mana?" tanya Theo. Burhan adalah pengacara yang lebih senior dari Roger, yang memang sengaja dipasangkan dengan Roger dalam sebuah kasus perceraian sekaligus perebutan hak asuh anak yang melibatkan seorang aktris film wanita dan pengusaha kaya raya.

"Pak Burhan sedang sholat, Pak," jawab Roger dengan nada ragu pada suaranya.

Theo tertawa singkat. Tertawa meledek. Roger salah tingkah. Sudah bukan rahasia lagi, kalau bos mereka, Theo Hayden, tidak begitu suka jika ada karyawannya yang beribadah. Buang-buang waktu saja, begitu kurang lebih pemikiran Theo. Bukan hanya kepada staf yang muslim. Yang beragama lain juga sama. Jika ada yang izin untuk keperluan acara keagamaan, biasanya kena cibiran minimal senyum meledek. Tapi mereka tetap bertahan bekerja di biro hukum milik Theo, lantaran bayarannya besar. Kemakmuran dunia, bisa dilihat dari parkiran mobil-mobil mentereng di luar bangunan kantor ini.

"Ya sudah. Kita mulai saja tanpa Burhan. Nanti kamu sampaikan hasil review saya padanya," putus Theo.

"Baik, Pak," sahut Roger yang bersiap dengan pulpen dan buku catatan di tangan.

"Apa hasil risetmu?" tanya Theo sambil membaca dokumen yang diserahkan Roger dari dalam mapnya.

"Saya sudah selidiki. Klien kita, Pak Riadi, ternyata memang benar melakukan perselingkuhan itu dengan model wanita bernama Yasmin. Pak Riadi juga memang benar melakukan penculikan terhadap anaknya sendiri yang bernama Niko. Niko dijemput paksa dari sekolahnya, lalu disembunyikan di villa pribadi milik Pak Riadi di Puncak. Awalnya saat saya tanya, dia menyangkal. Tapi begitu saya tunjukkan bukti-buktinya, dia mengaku juga," papar Roger.

Theo mengangguk. "Lalu bagaimana dengan istri Riadi, aktris film itu?" tanya Theo sembari mengusap dagu.

"Ismaya, istri Pak Riadi, dalam kasus ini murni sebagai korban. Saya tidak menemukan bukti apapun yang memperlihatkan kesalahannya selama berumah tangga sepuluh tahun dengan Pak Riadi. Kalau melihat kondisinya, kemungkinan kasus ini akan sulit kita menangkan, Pak. Karena --"

"Kamu sudah cek masa lalunya?"

Roger terdiam dengan ekspresi bingung.  "Masa lalu?"

"Ya. Masa lalu Ismaya. Ada sesuatu yang bisa menguntungkan posisi klien kita?"

"Oh. Saya sudah cek, Pak. Wanita itu termasuk artis yang bersih dari catatan buruk semasa hidupnya. Dia masuk ke dalam industri perfilman, secara fair melalui kontes bakat. Tidak pernah terlibat masalah, dan dikenal baik oleh rekan sesama artis," jawab Roger.

Theo terdiam berpikir.

"Bu Ismaya selain menggugat cerai, juga menggugat hak asuh anak. Jika Pak Riadi terbukti menculik putranya sendiri, saat dia pisah ranjang dengan Bu Ismaya, bisa-bisa --"

"Korek lagi masa lalu wanita itu. Cari tahu siapa saja mantan pacarnya. Selidiki satu per satu mantan pacarnya. Kalau sudah, laporkan lagi pada saya. Kalau masih belum ketemu juga cacatnya, kita akan buat sesuatu untuk drama di pengadilan. Kita harus bisa menyudutkan wanita itu, membuatnya nampak buruk di mata hakim, supaya hak asuh anak jatuh ke klien kita."

Roger menelan ludah. Bosnya masih membalik-balik dokumen, sebelum memberinya tatapan tajam.

"Apa ucapan saya kurang jelas?" kata Theo. Jelas bukan pertanyaan melainkan sindiran.

"J-Jelas, Pak. Baik, Pak. Akan saya kerjakan. Permisi." Roger berdiri dan segera pamit keluar dari ruangan bosnya. Di luar ruangan, wajah Roger meringis. Dia membenci pekerjaannya sendiri. Apa iya untuk jadi pengacara harus jadi jahat begini? Entah sudah berapa orang yang aibnya dia buka di pengadilan. Tapi jika ia berhenti sekarang, itu akan buruk untuk catatan CV-nya. Baru juga enam bulan bekerja di sini. Roger menghela napas. Nasib nasib.

Di dalam ruangan, Theo melengos. Dasar anak baru, batinnya saat melihat sosok Roger menghilang di balik pintu.

Theo kembali menulis sesuatu di buku catatannya, namun tiba-tiba tangannya berhenti menulis. Alisnya berkerut dan pandangannya mengitari seisi ruangan. Apa yang terjadi? Kenapa bulu kuduknya berdiri?

Perlahan pria jangkung itu berdiri. Sesuatu -- dan seseorang -- tengah memperhatikan dia dari kejauhan. Siapa?

Theo adalah orang dengan pengalaman mistik yang kental. Ia biasa berurusan dengan dukun, paranormal dan sebangsanya. 'Orang pintar', kata masyarakat. Melihat setan secara langsung, dia pernah. Melihat iblis juga pernah. Bahkan, ia merasa bagian dari mereka. Semua kejayaan yang dinikmatinya saat ini, diyakininya sebagai campur tangan makhluk-makhluk itu, yang dijadikannya rekan sejawat. Maka orang yang sering berurusan dengan hal-hal mistik, akan lebih mudah untuk mengendus keberadaan makhluk gaib di sekitarnya. Seperti halnya orang yang pernah menjadi medium untuk dirasuki jin, akan mudah untuk kerasukan yang kedua kali, ketiga, keempat dan seterusnya.

"Siapa kamu??" seru Theo. Padahal dia sendirian saja di ruang kerjanya. Seandainya stafnya melihat, dia pasti disangka gila.

.

.

Di ruang isolasi rumah sakit jiwa, orang-orang masih menatap Yunan dan Rizal dengan ekspresi tak percaya.

Tangan Yunan menarik sesuatu dari ubun-ubun Rizal. Rizal nampak kesakitan, tapi dia sudah tidak menjerit-jerit seperti saat dibacakan ayat-ayat suci.

"Bismillah. Keluarlah kamu, musuh Allah!" ucap Yunan dengan suara lirih namun tegas.

Suara jeritan melengking terdengar dari jin yang tubuhnya seolah melengkung saat ditarik keluar. Elena dan Nilam menutup telinga, saking nyaringnya jeritan makhluk gaib itu.

"Dengan izin Allah, kembalilah kamu kepada yang mengirimmu!"

Jin berambut panjang itu tercabut seluruhnya. Tubuh Rizal jatuh lemas ke lantai. Romi dan dua orang perawat berlari menghampiri Rizal.

Tangan Yunan seperti sedang melempar jauh, ke arah yang dia yakini pria itu ada di sana. Theo Hayden si pengirim santet.

Orang-orang tak bisa lagi melihat penampakan jin berambut panjang itu. Tapi Yunan masih bisa melihat jin itu berbentuk asap, terbang secepat kilat.

.

.

"Siapa ka--" Theo berdiri tegang, saat melihat lubang hitam yang muncul di ruangannya. Mengambang di udara.

Sesuatu melesat keluar dari dalam lubang hitam itu. Wajah putih pucat. Mata sipit tertarik ke atas. Tubuhnya ada bekas terbakar. Taringnya tajam saat makhluk itu menjerit. Jelas Theo mengenal makhluk apa itu. Makhluk yang semestinya sekarang masih mengganggu Rizal. Semestinya.

Theo tak sempat berpikir saat makhluk itu melesat ke arahnya.

Bangs*t! Theo sempat merutuk, sesaat sebelum jin itu masuk ke alam pikirannya. Tahu bahwa ini adalah ulah pria yang sangat dibencinya. Yunan Lham.

Detik berikutnya, jeritan Theo terdengar lantang. Lalu berlanjut dengan suara barang-barang berjatuhan ke lantai.

Para staf yang sedang bekerja di luar, celingukan ke arah pintu ruangan bos mereka.

"P-Pak Theo? A-Ada apa, Pak??" tanya seorang di antara mereka, setelah mengetuk pintu, namun tak ada jawaban. Malah Theo terdengar menjerit-jerit lagi.

Seorang pengacara senior, nekat membuka pintu dan terkejut melihat seisi ruangan amburadul karena Theo melempar barang apa saja yang ada di dekatnya.

"K-Kenapa, Pak Theo?"

Theo menoleh ke arah stafnya yang bertanya. Semua orang merasa ngeri melihat mata Theo yang kemerahan.

Theo meraung seraya melempar kursi ke arah para stafnya yang berdiri di dekat pintu. Orang-orang berlari keluar ruangan dan kembali menutup pintu.

"Aaaaaaarrgghh!!!"

Jeritan frustrasi Theo, disusul dengan suara lemparan meja yang diterbalikkan ke lantai, bersama dengan laptop mahal yang kini retak layarnya.

"G-Gimana ini, Pak? Tadi barusan saya ketemu Pak Theo masih baik-baik aja kok. Kenapa tiba-tiba jadi begini? Apa kita bawa aja Pak Theo ke rumah sakit?" seru Roger pada Burhan seniornya, dengan nada panik pada suaranya.

Yang ditanya nampak berpikir keras. Bagaimana sebaiknya? Kedua orang tua Theo ada di luar negeri. Theo bukanlah orang yang dekat dengan keluarganya. Istri tidak punya, anak juga tak ada.

Mereka masih berunding, apakah sebaiknya menelepon rumah sakit atau polisi, saat tiba-tiba seorang pria dan wanita dengan wajah blasteran Eropa, datang ke kantor mereka.

"Theo ada?" tanya si pria yang mengenakan setelan jas hitam.

"Ada, tapi --," jawab seorang resepsionis dengan ekspresi meringis takut. Suara amukan Theo masih terdengar jelas meski dari ruang resepsionis.

Tanpa ba bi bu, kedua orang itu menghampiri ruangan Theo.

"H-Hei! Anda siapa? Tidak bisa sembarangan masuk ke sana! Dan lagi, Pak Theo kondisinya sedang --" kata Burhan berusaha mencegah.

Si pria tak perduli dan tetap membuka pintu. Dia membekap Theo dengan tisu yang sepertinya dibubuhi obat bius. Orang-orang hanya bisa terdiam saat melihat bos mereka dibawa pergi dengan mobil sedan impor mewah.

Burhan dan Roger menelan ludah. Siapa orang-orang misterius itu? Siapanya Theo? Dan kenapa mereka tidak heran melihat Theo mengamuk seperti orang gila?

"Ayo kerja lagi. Kerja lagi!" teriak seorang staf. Orang-orang kembali ke mejanya. Sambil membatin, sepertinya mereka bekerja dengan bos yang super aneh kehidupannya.

.

.

***

Continue Reading

You'll Also Like

723K 61.5K 69
Untuk pertama kalinya dalam hidup aku merasakan penyesalan. Perasaan dimana aku berada diantara kasihan pada diri sendiri dan membenci diriku sendiri...
215K 12K 30
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
475K 57.8K 16
Lentera Hati - Series keempat Lentera Universe Romansa - Spiritual - Militer "Dejavu paling berat adalah bertemu seseorang yang mirip dengan dia tapi...
342 65 13
" Bagaimana bisa kamu mengejarnya dengan mencari kesempurnaan, kamu ga lihat aku yang berusaha menjadi sempurna untuk kamu." Ucap Shezi dengan derai...