63 - Tanya

176 42 6
                                    

.

.

Jangan menanyakan hal yang jika dijawab akan membuatmu malu atau kehilangan muka.

.

.

***

Pasangan suami istri itu saling bertatapan dalam remang lampu. Mestinya mereka tidur sekarang, tapi pertanyaan Arisa pastinya akan membuat mereka kurang tidur malam ini.

"Sebelum itu, ada yang terjadi antara kalian berdua, 'kan? Apa yang terjadi antara kamu dan Raesha malam itu?"

Yang dimaksud Arisa adalah momen saat Yunan menggagalkan niat buruk Sobri untuk menodai Raesha. Tepatnya setelah Yunan membuat Sobri pingsan dengan menimpa pria itu dengan rak besi di kamar Raesha.

"Apa maksudmu? Tidak terjadi apa-apa malam itu antara aku dan Raesha," jawab Yunan berusaha terdengar tenang saat mengatakannya. Tapi Arisa tentunya mengenali saat-saat dimana suaminya gugup.

"Oh ya? Benarkah?" Mata Arisa berkaca-kaca saat mengatakannya.

Yunan menelan saliva. Bertahan dengan kebohongan yang dia benci setengah mati.

"Kalau kamu tidak mau cerita, aku akan tanya pada Raesha langsung," putus Arisa, sontak membuat Yunan terkejut. Lebih terkejut lagi saat melihat istrinya turun dari ranjang dan berjalan ke arah lemari tempat ia menggantung jilbab dan cadarnya.

"Sayang! Kamu mau ngapain??" seru Yunan dengan suara tertahan. Tak ingin membuat kegaduhan di rumah ini yang notabene bukan rumahnya.

"Mau ke kamar Raesha," jawab Arisa yang sudah memakai gamis hitamnya, siap dengan hijab dan cadar di tangan.

"Sudahlah. Jangan melibatkan orang lain," bujuk Yunan seraya meraih tangan istrinya.

Arisa melepas genggaman Yunan. "Orang lain? Apa Raesha pernah menjadi 'orang lain' bagimu?" tanya Arisa dengan suara gemetar.

"Bisakah kita tidak perlu memperpanjang ini lagi?" Yunan masih berusaha membujuk istrinya dengan suara lembut.

"Tidak. Aku ingin membahasnya sampai tuntas. Kalau kamu masih tidak mau menjawab pertanyaanku, aku akan bertanya langsung ke Raesha."

Hening menyelimuti keduanya. Arisa berjuang menahan air matanya.

"Tidak mau jawab? Aku ke kamar Raesha sekarang," ucap Arisa sebelum mengenakan hijab dan cadarnya.

"Jangan!" seru Yunan mencekal tangan istrinya. Yunan tidak ingin istrinya sampai menanyakan itu pada Raesha, terkesan seperti melabrak. Seolah-olah Raesha adalah pelakor atau pengganggu rumah tangganya.

Dari balik cadar, Arisa melihat suaminya memejam sambil menutup separuh wajah.

"Oke. Kujawab. Kami berpelukan saat itu," kata Yunan lirih.

Arisa membuka cadarnya. Air mata sudah mengalir di paras ayu wanita itu.

"K-Kamu ... apa?" ucap Arisa dengan ekspresi tak percaya. Bagaimana mungkin suaminya melakukan itu dengan yang bukan mahramnya? Di saat dirinya sedang berada jauh di tempat suluk. Pantas saja waktu itu firasatnya tidak enak, sehingga dia memutuskan untuk menyusul suaminya ke Jakarta.

"A-Aku tidak sengaja, sayang! Sungguh! Waktu itu situasinya -- aku melihat Raesha hampir di -- jadi aku -- selama berkelahi dengan Sobri, yang ada di pikiranku cuma -- bagaimana kalau aku kalah dan laki-laki itu mengotori Raesha?? Aku tidak rela! Maksudku ... aku memang bukan suaminya, tapi aku tetap kakaknya walaupun kami tidak sedarah! Kamu paham 'kan maksudku??" jelas Yunan dengan kedua tangannya mencengkeram lengan Arisa.

ANXI EXTENDED 2Where stories live. Discover now