Bad Girl and Her Superman

By KhaStories

4.5K 3.1K 1.9K

Arabella terus memacu tungkainya untuk menghindari kejaran warga. Sebelum berangkat sekolah, ia memang mengam... More

1. First Meet
2. Kepergok Arghi
3. Dihukum
4. Pencuri?
5. Arabella dan Lukanya
6. Terungkap
7. Unfair
8. Beauty Privilage
9. Jenguk Arghi
10. Keadilan Untuk Arabella
Part 11 SPECIAL PART HIDEKI
12. Picnic Art
13. Satnight Date
14. Barbecue Party
15. Back To Home
16. Skandal?
17. Tugas Project
18. Feeling Uncertain
19. Perpus Date
20. Belajar Bareng
21. At Malioboro
22. UKS
23. Zonk Result
24. Wounded Healer
25. Give up?
26. Affair
27. Holiday Memories
28. Petaka
29. Duka
30. Luka & Dibalik Sel
32. Extra Chapter
33. Extra Chapter 2

31. Jadi Dewasa, Apakah Menyenangkan? (End)

128 56 37
By KhaStories

Halooo, i'm back....
Jangan lupa support ceritaku dengan klik bintang dipojok kiri yaa!

Happy Reading

5 bulan kemudian

Arabella POV

Gue kira orang dewasa itu benar-benar dewasa dalam segala aspek. Tubuhnya, pemikirannya, sikap dan sifatnya juga turut bertumbuh. Tapi ternyata gue salah. Luka masa kecil itu, inner child itu, jiwa anak kecil ini terus mengikut hingga gue sebesar ini.

Gak cuma didiri gue, gue juga melihat beberapa orang yang telah mengaku dewasa namun bertumbuh dengan inner child mereka masing-masing. Gue selalu takut menjadi orang dewasa karena menjadi dewasa tuh gak sesederhana lo tumbuh seiring bertambahnya usia, bisa melihat dunia lebih luas dan dalam waktu yang sudah lama. Big no.

Sejatinya dewasa adalah tentang belajar. Bagaimana lo belajar dari kesalahan yang lama, even dari kesalahan orang lain, belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik biar menjadi contoh yang baik buat generasi-generasi selanjutnya. But in reality, banyak orang dewasa yang justru pikirannya bahkan tidak bertumbuh. Banyak orang yang semakin dewasa semakin tamak, egois, tidak pernah merasa cukup, dan ingin menguasai segalanya. That's why orang dewasa yang selalu diidam-idamkan anak kecil yang katanya menyenangkan ternyata semenyeramkan itu ketika kita telah mendekati fasenya.

Berapa pun umur kita, kita akan tetap menjadi manusia yang egonya ingin dituruti, manusia yang selalu menangis tersedu-sedu ketika bertemu dengan sesuatu yang menyakitkan, bedanya kita malu menangis di depan banyak orang. Kita akan tetap tumbuh dengan segala kebimbangan ketika dihadapkan pada pilihan yang sulit. Kita mudah termakan omongan orang, hingga akhirnya, sebagian dari kita memilih jalan yang salah.

Tepat hari ini, gue bebas dari penjara. Karena kebodohan gue beberapa bulan lalu, seperti yang gue bilang. Jiwa kekanakan gue asal mengambil keputusan yang salah hingga gue terjerumus ke dalam malapetaka.

Di dalam sel ini, gue mendapat banyak sekali pelajaran berharga. Gue perbaiki hubungan gue dengan Tuhan, gue belajar bekerja sama dan menghargai sesama tahanan lain, gue belajar banyak hal, dan yaa gue tertarik dengan bisnis berkat gue satu sel dengan tahanan pengusaha muda yang masuk penjara dengan kasus korupsi.

"Menjadi pengusaha itu susah-susah gampang, Abel. Yang terpenting kamu punya tekat, juga kreativitas untuk mendapatkan modal. Kamu juga harus siap jatuh sejatuh-jatuhnya dalam berproses. Namun, ketika kamu sukses, kamu akan mendapatkan banyak profit,"

"Ketika kamu berhasil menarik banyak investor, dan bisnismu berhasil, perbesar rasa syukurmu. Karena manusia tidak akan pernah merasa puas, maka bersyukurlah agar kamu merasa cukup. Karena saya, kamu, dan kita semua ada di tahanan ini karena kita tidak pernah bersyukur kan, Abel?"

Beliau bilang begitu kala itu. Yup, bersyukur...

Gue selalu lupa bersyukur atas nikmat yang Tuhan kasih. Gue sekeluarga selalu merasa kurang. Padahal Tuhan sudah sangat baik, memberikan oksigen gratis, tubuh yang sehat, dan kita masih punya tempat tinggal yang layak.

Mulai dari sini, gue akan perbaiki semuanya. Gue, Bara, dan Mama akan pindah ke Semarang. Gue dan Bara akan mulai membuka perusahaan start up untuk memulai hidup baru. Meninggalkan kehidupan pelik di kota ini, kita ingin move on dengan segala kenangan disini. Kita ingin memulai hidup yang lebih layak, memulai dari awal, semuanya.

Pov End

🌻🌻🌻

Keadaan SMA Jaya Bakti nampak riuh di hari Senin yang cerah ini. Murid-murid kelas dua belas sibuk dengan urusan pendaftaran perguruan tinggi negeri.

"Lu mau lanjut kemana, Ghi?" Tanya Kai

"Gue pantau UGM atau UI, ambil prodi civil engineering," jawab pemuda yang ditanya itu.

"Wih, semoga lolos deh. Otak lo kan encer, udah pasti lolos sii," Kai sih yakin Arghi keterima di universitas mana pun. Sebab Arghi ini bibit unggul, dimana pun dia mendaftar tidak sulit untuk diterima.

"Jangan sombong dulu," sahut Arghi cuek. Kemudian pemuda itu beranjak, mencari kesibukan sendiri.

Semenjak Abel tidak ada di antara mereka, Arghi kembali menjadi sosok yang dingin, yang tidak peduli akan sekitar.

"Ghi, tunggu!" Hampir saja pemuda itu menabrak sosok perempuan yang tiba-tiba menghadang jalannya.

"Minggir," ujarnya dingin. Perempuan itu menggeleng tegas. "Lo harus dengerin gue dulu, gue bawa info ter-update buat lo." Alis Arghi terangkat mendengarnya. Oke, Rea rasa Arghi bersedia mendengarnya.

"Abel udah keluar dari penjara,"

Deg...

"Dia bakal balik lagi ke sekolah ini?" Tanyanya. Edrea menggeleng.

"Dia udah di DO, gak mungkin bisa diterima lagi. Jadi, dia mutusin gak lanjut sekolah dan memulai hidup baru di Semarang." Arghi terkekeh sinis mendengarnya.

"Dari dulu emang dia egois, gak pernah peduliin perasaan orang," setelah berujar, Arghi melanjutkan langkahnya meninggalkan Rea yang hanya diam membeku.

"Arghi, bentar temenin ke cafe lagi ya, habis itu kita ke gramed. Temenin Thaya beli buku baru." Rea menoleh ketika mendengar suara perempuan yang memanggilnya.

"Oke." Arghi mengangguk mengiyakan. Athaya bersorak senang seraya mengapit lengan Arghi dan mereka berjalan beriringan menuju kelas.

Rea menatapnya nanar. Tapi ini pilihan Arghi, Rea tidak bisa memaksa hati pemuda itu agar tetap mencintai sahabatnya. Rea sangat menyangkan keduanya. Rea tidak pernah benar-benar membenci Abel, bahkan Rea sering diam-diam menjenguk sahabatnya itu di dalam penjara.

Edrea pun tahu berita tentang Abel dari gadis itu sendiri. Rea awalnya tidak rela, tapi sekali lagi ini pilihan mereka. Rea harap, takdir yang baik akan berpihak pada teman-temannya.

☆☆☆

6 bulan kemudian

Beberapa jam sebelum pengumuman kelulusan

"How's your day disana? Semuanya aman terkendali kan?" Tanya Rea. Gadis itu kini duduk santai di dalam kelas yang masih sepi.

Gadis di dalam layar mengangguk mengiyakan.

"Aman Re, usaha gue udah merangkak pelan-pelan. Ini lagi mau meeting sama client. Wish me luck, ya!"

Seketika mata Edrea berbinar, senang mendengarnya. Memiliki riwayat sebagai narapidana tentu sulit bagi Abel untuk mendapat pekerjaan. Alhasil gadis itu bekerja keras dan terus belajar untuk membangun usahanya sendiri.

Dengan semangat gadis itu mendekatkan wajahnya ke layar. "Lo keren banget sekarang ya, gue salut sama lo. Eh, btw hari ini pengumuman kelulusan tahu, andai lo ada disini, kita rayain bareng-bareng." Bibir Edrea cemberut, sedang manusia di seberang sana hanya tertawa.

Seharusnya Arabella bisa turut merayakan hari kelulusan jika saja kejadian di masa lalu tidak terjadi. Namun takdir punya jalan cerita yang lain, terkadang hidup berjalan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita mau.

"Gue turut senang kalian udah lulus, misi kalian selama tiga tahun di sekolah udah berhasil kalian lewati. Rayakan sebahagianya hari ini ya Rea, gue yakin momen berharga ini gak akan terulang dua kali,"

"Gak ada lagi acara ke kantin bareng-bareng, gak ada lagi yang mau nitip cimol, bakso, atau minuman kalau ada yang lagi mager, gak ada lagi yang alasan mau ke toilet padahal sebenarnya pergi ke kantin, bolos mapel karena gurunya galak." Keduanya tertawa mengingat momen-momen itu.

"Karena ketika udah lulus, masing-masing udah punya kesibukan sendiri. Sibuk menata masa depan dengan jalan yang berbeda. Bahkan untuk sekedar ngumpul satu dua jam pun, atur waktunya gak mudah lagi," Edrea membenarkan.

Masanya sudah hampir habis, tiga tahun masa putih abu-abunya yang penuh tawa, emosi, air mata, semuanya telah mereka lalui. Kenangan itu gak akan bisa Edrea lupakan, dan sebagian besarnya bersama Abel, sahabatnya.

"Gue kangen bantuin lo nyopet sepulang sekolah, Bel,"

"Gak usah ingat yang buruknya kenapa sih," celetuk Abel di seberang sana. Rea hanya tertawa.

"Btw, lo gak mau titip salam ke dia gitu?" Abel di seberang sana hanya tersenyum tipis menanggapi.

"Dia sering posting story bareng Athaya, lagi dekat ya mereka?"

"Bel, sorry gak maksud bikin lo sedih. Iya sih mereka dekat, tapi gue gak yakin kalau keduanya lebih dari sekedar teman. Kek mustahil gitu Bel dia gak sayang lo lagi,"

"Sebenarnya lo juga punya perasaan yang sama kan sama dia?" Tanya Rea memastikan

"Re, bohong kalau gue gak baper. Bohong kalau gue gak bahagia ketika gue merasa diri gue ini kotor, ada dia yang melihat gue layaknya berlian yang berharga. Bohong kalau gue gak senang dia sepeduli itu sama gue dulu,"

"Selama ini gue denial sama perasaan gue karena gue gak pernah ngerasa pantas buat cowok sebaik dia. Dan see, gue mengecewakan dia terlalu jauh, Re. He deserve better, dia pantas bersama sosok yang lebih baik dari gue,"

"Bel, are you okay? Karena merelakan orang yang kita sayang demi orang lain itu gak mudah Bel, ayo kalau sakit perjuangin dia lagi. Perbaikin, terus jalin hubungan yang serius!" Asli ini jalan pikiran Abel kemana sih, Rea greget sendiri.

Merelakan orang yang kita sayang bahagia bersama orang lain tuh bullshit banget kalau gak sakit.

"Untuk sekarang gue gak ada waktu mikirin perasaan sendiri. Gue hanya ingin fokus dikarir, bikin Mama dan Bara hidup lebih layak dan bahagia. Kalau emang Tuhan menggariskan dia buat gue, sebanyak apapun orang yang pernah singgah dihatinya dia, sejauh apapun kita berpisah, dia pasti bakalan balik lagi ke gue." Edrea mengangguk paham.

"Yah gue berdoa yang terbaik aja deh buat lo. Tunggu gue di Semarang ya, gue mau daftar kuliah disana. Biar kita bisa bareng lagi," Abel senang mendengarnya.

"Gue tunggu, semoga lolos di PTN impian lo ya!"

"Tapi gue malas kuliah ah Bel, capek gue belajar. Lo jadiin gue karyawan aja gimana?" Tawarnya.

"Ibaratnya nih, Re, gue tuh punya perusahaan start up. Punya karyawan baru sedikit, gaji juga belum seberapa. Kalau mau cari pengalaman kenapa gak sekalian di perusahaan kakek lo aja?"

"Gue gak mau tahu pokoknya lo harus kuliah! Lo mau kan saingin sepupu lo untuk jadi pewaris perusahaan? Pengen jadi CEO kan? Sedangkan untuk menduduki jabatan yang tinggi dibutuhkan otak yang cerdas,"

"Iyaa-iyaa bawel lo,"

"Wetss video call sama siapa tuh? Kepala Kai tiba-tiba nongol di kamera membuat Abel terkejut.

Plakkk

"Apasih lo ganggu aja!" Dengan kesal Rea menggeplak lengan Kai cukup keras.

"Ish santai dong, Madam. Ini gue mau liat Abel, makin cantik aja lo, Bel," goda Kai. Abel hanya diam. Kai menggaruk tengkuknya.

"Ee- itu yang lalu, maafin gue ya? Waktu lo dipenjara gue sempat benci sama lo,"

"Gak apa-apa. Lagian udah lupa juga," Abel tersenyum. Kai tersenyum lega sambil mengangguk paham.

"Sehat, Bel?" Hideki juga tiba-tiba muncul. Pria itu sedari tadi masuk ke kelas bersama Kaivan.

"Alhamdulillah sehat. Btw, happy graduation ya semuaa. Sukses selalu guys,"

"Thank you, Abel. Doain gue sukses ya, terus gue bakalan ke Semarang naik private jet. Gue bawain Arghi buat lo," ujar Kai. Abel hanya terkekeh.

"Jangan ngomong gitu, ntar ceweknya dengar bahaya,"

"Hah ceweknya? Siapa cewek cowok cool itu?" Rea yang berada di samping kiri Kai mengucap nama Athaya tanpa suara.

"Yaelah, yakali mereka jadian," ujar Kai lirih.

"Yaudah gue bentar lagi mau ketemu client. Sekali lagi selamat buat kalian, gue tutup ya, see you."

"See u, good luck ya, Bell." Ketiganya melambaikan tangan ke arah layar.

🌻🌻🌻


Selepas perayaan hari kelulusan di sekolah, Arghi berinisiatif mengajak teman-temannya untuk membuat private night party yang hanya diisi oleh teman-teman dekatnya saja. Hanya ada Kaivan, Hideki, Athaya,Aryan serta Rea yang ogah-ogahan datang namun dipaksa oleh Kai.

Kata Kaivan, Rea selalu sendiri selama gak ada Abel, padahal gadis itu hanya gak pernah betah di circle mana pun karena merasa gak se-frekuensi. Sebenarnya Arghi keberatan ada Rea karena merasa mereka gak sedekat itu. Namun Kai berkata jika Rea juga pernah menjadi teman dekat mereka.

"Acara apaan sih ini, ngapain sih Kai ngajak gue kesini," sedari tadi gadis itu mengomel terus. Apalagi matanya agak ternodai melihat Athaya yang terus menerus menempel ke Arghi seperti lintah.

"Udah mending makan nih pudding, ada cake, ada jus buah, apa kek gitu yang bikin kenyang. Ngomel mulu, capek tahu gue seret lo kesini." Kai, pemuda itu mengomel balik sembari menarik tangan Rea ke meja yang dipenuhi makanan.

Hideki yang sibuk dengan gitarnya hanya geleng-geleng kepala melihat Kai dan Rea. Pemuda itu memetik senar secara asal namun mampu menciptakan nada yang indah.

"Ghi, coba deh dagingnya." Athaya memotong daging wagyu A5 di piringnya, kemudian menyuapi ke mulut Arghi. Pemuda itu membuka mulut.

"Gimana? Enak kan? Matangnya pas?" Arghi hanya mengangguk, sedang Athaya tersenyum senang.

"Makan lagi, biar cepat gede." Athaya kembali menyuapi. "Gue udah gede, mending lo makan sendiri aja. Gak usah suapi gue terus, ntar lo gak kenyang,"

"Andai ada Abel disini," Kai uring-uringan sendiri di samping Rea yang sudah sibuk dengan makanannya. Untung Rea tidak memperhatikan Arghi dan Athaya, jika iya maka gadis itu akan menjulidi keduanya. Sebenarnya Rea dan Kai adalah tim julid kedekatan Athaya dan Arghi. Mereka sama-sama tidak suka, tapi gak bisa apa-apa juga. Untuk Hideki, dia tim netral. Jadi dia diam saja, terserah temannya ingin bersama siapa.

"Gue senang dia gak ada, karena adek gue bisa sebahagia ini hanya karena Arghi," ujar Aryan yang tiba-tiba sudah duduk di dekat Hideki.

"Bahkan ketika sama gue pun, Athaya gak pernah tertawa selepas ini," Aryan tersenyum melihatnya. Sedang Hideki hanya diam, dengan berbagai keributan yang tiba-tiba muncul dalam kepalanya.

-END-

FINALLY!!!
It's a wrap!

Terimakasih yang sudah mengikuti cerita ini sampai end. Terimakasih supportnya, terimakasih vote dan commentnya🩷🤍

Silahkan sampaikan pesan dan kesan kalian disinii!!!




Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 580 13
Ini bukan kisah tentang geng motor biasa, jika kalian pikir ini tentang kisah percintaan geng motor anak SMA kalian salah tempat, jika hendak pergi j...
302K 17.3K 24
(PROSES REVISI, SELAMA REVISI SEMUA CHAPTER MASIH LENGKAP) Bayangkan bagaimana rasanya bila, seseorang datang tiap jam 00.00 setiap malam. Dia mengha...
430 273 9
Remaja cantik yang bahagia karena hadirnya seorang laki-laki yang ia tunggu sejak lama. Tetapi, ketika suatu hari ada kejadian yang membuatnya jatuh...
42.9K 4.5K 54
aku tidak mengisahkan banyaknya kisah cinta yang bertebaran di kalangan remaja saat ini, tidak. Ini tentang masalah bagaimana menerima diri sendiri...