Hallo guys! Jangan lupa follow, vote dan tinggalkan jejak dikomentar, ya! Selamat membaca🕊️
******
Bekisar antara tahun 1997. Perebutan kekuasaan antara negeri timur dan selatan membuat perjanjian bahwa kerajaan timur tidak diperbolehkan mencintai atau menikahi siapapun yang berasal dari kerajaan selatan namun, semua itu diruntuhkan oleh Winwin yang mencintai seorang Na Yuta.
Na Yuta berasal dari kerajaan selatan. Seorang raja yang beruasa dengan kekejaman nan keji. Tanpa belas kasih.
"Winwin, lepaskan atau kamu tidak saya anggap sebagai putra kerajaan ini!" tegas sang raja membuat Winwin terdiam. Netra indahnya meneteskan air mata.
Air mata itu kian membasahi baju dan telapak tangannya. Cintanya ditentang hanya karena permusuhan diantara keduanya.
"Winwin, dengarkan bunda, nak.. Kamu boleh mencintainya namun, ingat. Keyakinan kalian bertolak belakang.. Dan kalian tidak akan bisa bersatu sampai kapanpun."
DEG...
Perbedaan keyakinan.
Perbedaan tahta nan kuasa. Perbedaan garis keturunan dan kekuatan.
Yuta adalah seorang putra dari raja yang berkuasa. Memiliki kekuatan api dan mampu merubah wujudnya menjadi serigala berwarna putih yang berpadukan biru muda. Memiliki tanda tepat dikeningnya.
Sedangkan Winwin, dia bisa merubah wujudnya menjadi burung merpati yang berwarna biru dan putih. Hampir sama seperti Yuta. Namun, semua kisah keduanya harus sanggup menerima kepedihan.
Yuta haus akan kuasa. Sedangkan Winwin, ia hanya berharap mendapatkan cinta.
Situasi yang tak pernah Winwin harapkan adalah situasi dimana ia harus memilih kehilangan Yuta atau kehilangan nyawanya.
Takdir berkata lain dan Winwin harus mampu memilih diantara salah satunya. Nyawanya atau cinta.
"Ayah.. Aku mohon! Aku mohon restui cinta kami.."
"Tidak!" jawaban mutlak itu membuat Yuta langsung melepaskan genggaman tangan Winwin dan memalingkan wajahnya. "Kita memang sudah ditakdirkan untuk bermusuhan, bukan menjalani hubungan," celetuk Yuta membuat air mata Winwin lolos begitu saja. Hatinya hancur.
"Yuta..."
"Pergilah."
"Tapi aku..."
"Pergilah. Aku melepaskanmu, tidak ada yang merestui kita, Winwin. Tidak hanya kedua orang tuamu namun, kesalahanku yang membuat cinta kita menjadi petaka."
"TAPI AKU SEDANG MENGANDUNG ANAKMU, YUTA!" seru Winwin dengan mengusap wajahnya frustasi. Mahkota yang menghiasi kepalanya berantakan. Wajahnya tersirat antara takut dan kebencian.
JDAR!!!
Petir menyambar. Pengakuan Winwin jelas membuat seluruh anggota didalam istana membisu.
Sedangkan Yuta, ia mematung. Entah bagaimana perasaannya saat ini. Bercampur aduk antara ingin membunuh Winwin detik ini juga atau dia harus melenyapkan anak yang ada didalam kandungan Winwin.
"Yuta.. Kandungan ini sudah berlangsung 3 bulan dan kamu tau..? Aku selalu menutupinya! Aku selalu menutupi agar kamu tidak tercela namun, mengapa kamu justru berkhianat seperti ini, Yuta..? Rasanya sakit. Sakit! Mengapa harus kisah kita yang berakhir disaat benih yang engkau tanam ditanah yang masih rawan mulai tumbuh..?"
Hening. Yuta menelan salivanya susah payah. Bibirnya membisu. Matanya memerah dan tangannya mengepal. Sedangkan anggota keluarga, mereka shock! Tidak tau apa yang dilakukan kedua insan yang terjerat cinta terlarang itu.
"Paruh waktu aku juga memikirkan perasaan kamu namun, jadi aku juga tidak mudah, Yuta.. Aku harus kehilangan segalanya saat mencintaimu.."
Sungguh! Situasi apa yang tengah Yuta hadapi? Ini sangat dramatis untuknya yang sulit untuk berempati.
"Winwin.."
"Apa kurangnya aku, Yuta..? Mengapa aku yang merasa berdosa saat ini? Kenapa hanya aku..?"
"Aku tidak pernah mencintaimu, Winwin."
DEG...
******
Setelah mendengar pernyataan itu Winwin langsung terjatuh. Tubuhnya melemas begitu saja. Tidak pernah mencintai lantas, bagaimana bisa anak itu hadir dalam rahimnya?
"Tidak pernah mencintai..?" tanya Winwin dengan tertawa hambar. Air matanya terus menetes.
"Bisa saja kamu tidak hanya tidur denganku. Kamu juga dekat dengan Ten, Yuta."
Sungguh! Apa yang dimaksud oleh Yuta? Apakah sekarang dia akan menyalahkan Ten atas semua ini?
"Jangan membawa orang lain didalam masalah ini, Nakamoto Yuta."
Yuta lagi dan lagi mengalihkan pandangannya. Tatapan penuh cinta itu menjadi tatapan kebencian dari sosok manis yang berada dihadapannya.
"Katakan sekali lagi, Yuta.. Kamu mencintaiku atau tidak?"
"Tidak. Aku hanya mencintai Kun, Bukan yang lain."
Deg!
Jantung Winwin rasanya terhenti. Suara itu terngiang-ngiang. Ia hancur. Dengan keadaannya yang sudah lemah, hatinya patah.
"TAPI KENAPA KAMU MENGATAKAN KAMU MENCINTAIKU BERKALI-KALI, BRENGSEK!" teriak Winwin dengan mengepalkan tangan sehingga, rambutnya berubah menjadi biru bercampur putih. Matanya berubah menjadi warna hitam dan kuku-kuku panjang itu membuat Yuta menelan salivanya susah payah.
Sosok manis yang dihadapannya berubah menjadi sosok yang menyeramkan dan tak pernah dikenal olehnya.
"Winwin..."
Hening. Angin berhembus kencang sehingga membuat aula tersebut berantakan. Tak hanya itu, cuaca yang tadinya cerah menjadi hujan, badai, dan petir saling bertabrakan. Seolah-olah itu adalah pelampiasan emosi Winwin kepada Yuta.
Semua tercengang. Tak ada yang mengira ternyata Winwin akan patah hanya karena cinta.
Disela-sela keributan itu, Ten datang dengan wibawanya yang membuat semua tertegun.
"Baiklah, Yuta... Kau menuduh anak yang didalam kandungan Winwin adalah anak saya, bukan?"
"Saya akan menikahinya."
CTARR!
Lagi dan lagi kilat menyambar. Mengobrak-abrik seluruh isi istana namun, Ten hanya terkekeh pelan lalu menarik Winwin. Menutup mata Winwin dengan sebuah kain yang telah ia pegang.
Ia tau bagaimana cara mengatasi Winwin yang tengah tersulut oleh api amarah nan dendam.
"Yuta, saya tidak tau kamu sebajingan ini sebagai seorang raja," celetuk Ten membuat Yuta terkejut. Bagaimana mungkin Ten memiliki keberanian untuk mencaci dirinya?
"Jaga ucapanmu, sialan."
"Bagaimana bisa saya menjaga lisan saya dihadapan seorang bajingan sepertimu, Yuta? Kamu yang menyentuhnya malam itu, lalu saya masuk karena kamu meninggalkannya yang menangis dikamar seorang diri. Dimana sifat manusiamu? Kamu tau, Yuta..? Dia berharga didalam keluarganya namun saat dia bersama denganmu..."
"Kamu hanya memperlakukannya seperti binatang."
Deg...
Jantung Yuta rasanya berhenti berdetak. Bagaimana mungkin seorang Ten bisa selancang ini dengan dirinya?
"Ayah, bawa Winwin ke kamar. Saya yang akan menyelesaikan bajingan ini. Untuk masalah menikahinya, saya yang akan menikahi Winwin malam ini juga."
Hening. Tak ada yang berkutik. Yuta meremang. Ia merasa tidak rela namun, ia tidak ingin bertanggung jawab dan membawa Winwin ke rumahnya.
"Ten.. Apakah kamu yakin dengan keputusanmu..?" tanya Doyoung diangguki oleh Ten. Ia tak peduli entah cacian atau makian yang akan didapat setelah ini.
"Aku yakin, ma. Siapkan pernikahannya segera, malam ini juga aku akan membawa pulang menantumu. Untuk anak yang dikandungannya.. Itu akan menjadi keturunanku. Darah dagingku."
"Ten.."
"Tidak ada sergahan ataupun penolakan."
Mutlak! Semua keputusan Ten hanya mendapatkan jawaban persetujuan. Karena bagaimana lagi? Kondisinya sudah seperti ini dan sepertinya, Ten memiliki cara tersendiri.
"Pernikahan ini bukan sebuah mainan, lantas untuk apa apabila pernikahan yang kamu lakukan ini tanpa dasar cinta, Ten..?"
"Kata siapa aku tidak mencintainya..?"
Yoo wassup, maaf ya saya terlalu lama melanjutkan cerita ini. Karena memang, saya belakangan ini sibuk direal life dan cerita ini saya pikirkan alurnya matang-matang. Berkebalikan dengan shipper. Jadi, nanti kalian akan mengerti menjadi menjadi johnjae, winten dan lainnya.
Semua memiliki kilas balik masing-masing dan saya akan menyelesaikan cerita ini sesegera mungkin. Karena juga, jujur. Perasaan saya sedikit sensitive jadi sulit untuk menyelesaikannya.
Baiklah..
To be continue🕊️